24
What’s Up
22 - 28 Desember 2014
Apa Ditanam, Itu Dipetik
Menjadi ibu dan orangtua merupakan tugas mulia. Salah satu harapannya adalah anak-anak atau generasi mendatang bisa mendapatkan yang terbaik. Berbagai kiat bisa dilakukan untuk mewujudkan impian ini. Berikut kiat-kiat dari para Ibu Teladan.
T
erlahir sebagai anak petani 57 tahun silam, di sebuah desa kecil di kaki Gunung Batur, Bangli, membuat Ni Wayan Kartini hanya menamatkan pendidikannya di jenjang sekolah dasar (SD). Namun, realita itu tak lantas membuatnya tak bisa berbuat apa-apa. “Ilmu tak hanya didapatkan di sekolah, kapan pun di mana pun kita bisa mendapatkan ilmu,” ujarnya. Paling tidak, tindakan nyata itulah yang menjadi teladan bagi kedua putranya, Pande Putu Setiawan, S.T., M.M. (M.B.A.) dan Pande Made Budiarta, S.T. ini. ”Sejak mereka kecil, saya selalu menanamkan untuk selalu berbuat baik, ndak usah nekoneko,” ujar Ibu Teladan se-Bali 2011 Tabloid Tokoh ini. Kartini sangat percaya karma, bahwa apa yang kita tanam itu pula yang kita petik. Tak sedikit ia melihat ada orangtua yang berbuat keburukan, anaknya yang mendapatkan pahitnya. Istri I Nyoman Sadia ini tentu tak mau hal seperti itu terjadi pada putra-putranya kelak. Karena itu pula, melihat kondisi kaldera Gunung Batur yang produktif, Kartini menggagas terbentuknya kelompok wanita tani di Desa Songan. Harapannya hanya satu, masyarakat sekitar bisa mengakses lebih banyak informasi terkait pertanian, dan hasilnya bisa lebih baik untuk perkonomian mereka yang lebih baik pula. Nilai-nilai kebaikan yang ditanam-
kan Kartini tersebut rupanya sudah sangat merasuk pada jiwa kedua putranya, terutama Pande, putra sulungnya. Sejak SMA, jiwa sosial dan empatinya terhadap sesama sudah tampak. Kartini mengisahkan pengalamannya ketika dalam perjalanan pulang dari Songan, Bangli menuju Ubud, Gianyar, mereka melihat pengendara sepeda motor jatuh di jalan karena penyakit epilepsinya kumat. Oleh orang yang memboncengnya, sebenarnya orang yang sakit itu sudah didudukkan sementara menunggu kondisinya pulih. ”Sudah lewat sekitar 1 kilometer, anak saya balik lagi ke tempat kejadian itu. Katanya, hatinya tak tenang. Akhirnya, anak saya mengantar orang itu sampai ke rumahnya,” tutur Kartini. MAKAN MALAM BERSAMA Banyak cara yang dilakukan para orangtua untuk mendekatkan diri dengan sang buah hati. Seperti pengalaman Nyoman Nilawati, Ibu Teladan se-Bali 2008 ini. Ibu yang memiliki empat orang putra yang sudah dewasa ini, mempunyai trik sendiri dalam mendidik anakanaknya sejak kecil. “Datang dari sekolah, saya tanyakan apa kegiatannya di sekolah. Saya biarkan mereka bercerita apa saja, intinya agar mereka belajar untuk menyampaikan segala keluh-kesahnya,” kata perempuan yang aktif di Yayasan Sosial Rotary Club ini.
Ni Nyoman Nilawati
Ni Nyoman Masni
Bagi Nilawati, orangtua merupakan contoh yang baik bagi anak. Karena itu, orangtua harus mampu memberi suri teladan bagi anakanaknya. Jika meminta anak untuk disiplin bangun pagi, orangtuanya yang terlebih dahulu harus bangun pagi. “Ketika anak-anak melihat orangtuanya sudah memberikan contoh, otomatis mereka akan sadar dengan sendirinya,” tutur perempuan yang menjabat Wakil Ketua WHDI Prov. Bali ini. Nilawati berprinsip, menyelesaikan banyak pekerjaan di pagi hari merupakan awal kesuksesan. Karena itu, ia sudah terbiasa bangun pagi dan langsung bersiap-siap mengerjakan pekerjaan. Sejak kecil, anak-anaknya sudah diajarkan untuk bangun pagi, dan tak lupa berdoa. Walaupun keempat anaknya adalah laki-laki, ia tak membedakan dalam mendidiknya. Mereka juga diajarkan mebanten saiban, belajar membersihkan tempat tidur sendiri, menyapu, dan mencuci baju sendiri sejak kelas 3 SD. Sejak
anak-anaknya menginjak bangku SMP, ia mulai mengajarkan mereka memasak. “Intinya, agar anak-anak belajar menghargai makanan, tidak mengeluh tentang makanan, dan makan apa yang sudah disiapkan. Bahkan, kadang anak-anak bergiliran memasak,” kata Nilawati. Makan bersama merupakan momen yang istimewa bagi Nilawati. Ia selalu menyiapkan waktu makan malam bersama seluruh keluarganya. Disanalah mereka kumpul bersama sembari bercengkrama, keakraban keluarga makin terjalin.
Pemenang Lomba Foto Selfie
Pemenang Lomba Best Dress
HARUS BANYAK BACA Di usianya yang sudah 70-an, Ni Nyoman Masni, S.H., Ibu Teladan se-Bali 2005, ini tercatat sebagai ibu yang memiliki semangat juang yang tinggi. Bahkan karena kepeduliannya kepada anak-anak sebagai generasi penerus bangsa, hingga kini ia masih aktif sebagai Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Bali. Ibu empat anak (semuanya sar-
Ni Wayan Kartini
jana ini) tetap semangat ketika diminta menyampaikan kiat-kiatnya mendidik anak. Pertama, membiasakan anakanak melakukan kewajibannya di rumah tangga. Mulai dari sikap yang santun, menghormati orangtua, melaksanakan ibadahnya dengan baik. Semua urusan, minimal untuk dirinya dilakukan sendiri tanpa harus diladeni. Sebab dengan membereskan semua hal di rumah tangga dengan baik, maka seorang anak sudah memiliki modal untuk bersosialisasi di luar. Kedua, mengajarkan anak meng ikuti pendidikan dengan baik. Dimulai dengan penanaman disiplin di rumah, termasuk untuk urusan belajar. “Pendidikan bukan hanya yang formal, tapi juga dengan ba nyak membaca,” tegas pensiunan jaksa ini. Ketiga, tidak lupa berbaur dengan masyarakat dan lingkung an atau menyama braya untuk mengasah rasa sosial, simpati, dan empatinya. –Inten Indrawati/Wirati Astiti/Sri Ardhini