Tokoh Edisi 811 | Tokoh

Page 1

What’s Up

24

25 - 31 Agustus 2014

G ebuh

Cepat Sembuh karena Ngebrik Roger….roger…dicopy…break, itulah beberapa istilah khas dalam komunikasi dua arah di antara penghobi radio amatir. Hobi melakukan kegiatan radio amatir yang seringkali disebut ngebrik dan sempat populer pada dekade 1970-an hingga 1980-an inilah yang menjadi cikal- bakal terbentuknya Gebuh. Lantas apa sebenarnya Gebuh dan siapa saja anggotanya?

“S

ebetulnyalah alat two ways radio atau kegiatan brikbrikan ini sampai sekarang juga masih tetap berjalan. Selain praktis, harus diakui banyak juga kegunaannya,” ujar I Wayan Suarnyana (43), salah seorang tokoh brekeran di Bali ditemui usai syuting sebuah acara di Bali TV beberapa waktu lalu. Dikatakannya, bermula dari sering­ nya berkomunikasi dan berteman melalui udara, selanjutnya beberapa di antara mereka melakukan “kopi darat” yang cukup sering. Rupanya dari ser­ ingnya mereka kumpul-kumpul inilah, kemudian terbentuk sebuah komunitas bernama Gerakan Bali Utuh (Gebuh). “Sekitar tahun 2004-an, kami yang sehobi ngobrol di udara ini bersepakat bersama untuk berkumpul lebih intens lagi,” ucap Wayan Suarnyana, yang dipercaya dan diaulat menjadi koordi­ nator. Terbentuknya paguyuban ber­ nama Gebuh ini, katanya adalah untuk menguatkan komitmen yang selama ini sudah sering mereka gaungkan di udara, yakni turut menjaga, melestarikan adat dan budaya Bali. Mereka sangat menyadari kalau masyarakat Bali dikenal kuat memegang adat dan kebiasaan sejak berabad-abad silam. Apalagi jika diamati selama ini, pada setiap program yang melibatkan masyarakat nampaknya lebih efektif menggunakan pendekatan budaya. Untuk ini pula, Suarnyana membuat agenda pertemuan reguler secara langsung setiap enam bulan. Tujuan­ nya, agar setiap ada kegiatan mereka bisa lebih terkoordinir. “Misalnya, ada upacara atau karya di Besakih, anggota Gebuh ingin ngayah bersama. Jika ada koordinatornya, maka semua menjadi lebih rapi, dengan adanya pembagian tugas. Sebab, keahlian setiap anggota berbeda. Sudah diatur siapa yang majejaitan, membantu membuat tetaring dan sebagainya,” tutur Suarnyana

I Wayan Suarnyana

didampingi beberapa anggota Gebuh. Gerakan yang selama ini sudah nyata dan sering diwujudkan, adalah ngayah ke pura-pura ketika pelaksaan piodalan, seperti di Pura Gunung Raung, Besakih dan yang lainnya. Menariknya perkumpulan ini adalah keberagaman ang­ gotanya yang tersebar di seluruh Bali. Anggota Gebuh, terdiri dari kalangan wiraswastawa, peng­ usaha ­catering, sampai pemilik penginap­an. Kalangan pegawai negeri dari pegawai biasa hingga kepala dinas. Juga, bergabungnya bermacam-macam profesi, hingga pemangku pun ada. “Namun, di antara mereka juga, sebagian besar seniman. Ada yang suka mesantian, membuat banten, megambel, menari, mulai dari penari legong, prembon sampai topeng juga ada. Karenanya, sangat mudah untuk menyiapkan sebuah pementasan, begitu dim­ inta berlatih masing-masing sudah siap memberikan atau membagi

kebisaannya,” papar Suarnyana. Pada komunitas Gebuh nilai keber­ samaan sangtlah dijunjung tinggi. Meski di antara anggota tercatat beberapa tokoh senior di bidangnya, namun mereka satu sama lain bersedia melepas atributnya demi kebersamaan yang me­ nyebarkan prinsip siap melayani. Salah satunya pakar layangan, IB Ugrasena pun dengan tulus melayani dan mem­ bantu para lansia ketika mereka mem­ persiapakan diri untuk tampil dalam sebuah pagelaran. “Kami juga menjadi memiliki kegiatan yang lebih menarik setelah Cak Gebuh dikolaborasikan dengan melayangan. Kami men­dapat inspirasi dengan terbentuknya Cak Gebuh Melayangan. Malah di sini pula semakin terbuka kesempatan masingmasing anggota menyalurkan hobinya,” ucap Suarnyana. Suarnyana yang juga disebut-sebut sebagai anggota Gebuh termuda ini, mengisahkan usia anggota lainnya ­sangat berviariasi bahkan beberapa sudah berusia 85 tahun. “Mungkin boleh dikatakan anggota Gebuh didominasi para lansia. Namun, rata-rata mereka

Aksi Gebuh Kecak Kite

Gebuh saat tampil di acara Belajar Membuat Layangan

masih energik dan penuh semangat. Bahkan, anggota yang usianya 85 tahun juga masih kuat jalan, masih mampu ikut kegiatan kami seperti yang lainnya, dan sampai sekarang masih kuat juga nyangkul,” ujar Suarnyana yang juga Kepala Desa Jagapati ini. “Malah, dalam suatu kesempatan, maunya saya yang membantu ternyata justru saya yang tak bisa mengikuti lang­ kah beliau,” cetusnya. Rupanya, kondisi ini dianggap menarik, hingga dilakukan survei oleh tim kesehatan yang ada di Gebuh. “Mereka, anggota Gebuh yang berprofesi dokter dan bidang kesehatan, mencari tahu apa menu yang selama ini dikonsumsi oleh anggota yang berusia 85 tahun ini, sehingga kondisinya diusai lanjut tapi staminanya masih baik,” papar Suarnyana dan menyebutkan tim kesehatan mereka digawangi oleh dokter Swastika. Disinggung kembali tentang jalinan komunikasi sehari-hari di antara ang­ gota yang tersebar di seluruh Bali, sudah jelas dan pasti katanya dengan ngebrik. Mereka merasakan manfaat hobi ini dalam memperpendek jarak di antara mereka juga menghemat waktu. “Bagi kami para lansia ngobrol di udara juga merupakan hiburan lepas dari rutinitas. Banyolan-banyolan spontanitas yang diungkapkan teman-teman mampu menjadikan kami tertawa lepas,” ucap Ni Wayan Nerdiani, anggota Gebuh

lainnya. “Termasuk kalau ada anggota yang sakit, dengan ngebrik bisa jadi cepat sembuh, karena mendapatkan resep ajaib, bahwa penyakit bukan untuk dipikirkan melainkan dijauhkan dari pikiran maka ketika itu pula si penyakit akan hilang dengan sendirinya,” lanjut Wayan Surnyana dengan penuh tawa. Selain itu, dikatakannya yang utama adalah ajakan atau informasi untuk ngayah bareng, atau kegiatan sosial lainnya. Namun, lanjut sang koordina­ tor , yang membahagiakan mereka justru dominan membicarakan urusan kegiatan keagamaan. Misalnya ada yang bertanya kapan duase baik untuk mecaru, membangun rumah dan seba­ gainya. Sebab upacara dan upakara di Bali antara satu daerah dengan lainnya seringkali berbeda. “Ketika ada yang bertanya, maka ada yang ahli yang akan membagikan pengetahuannya. Untuk hal ini kami punya seorang pemandu ahli yang bernama Jero Mangku Jeng­ got,” ujarnya. Dalam lingkup yang lebih luas, saat di udara juga, mereka berkomunikasi membahas perkembangan berbagai hal, termasuk mencari solusi menghadapi permasalahan dan berbagai problema hidup kemasyarakatan di Bali. Dengan ikatan kekerabatan yang cukup kuat pula menjadikan suatu langkah untuk menyelesaikan setiap permasalahan anggota atau pun yang ada di masyarakat. Sedangkan saatsaat bertemu langsung, um­ umnya mereka satukan dengan kegiatan olahraga, salah satu yang menjadi acara favorit mereka adalah tracking. Malah sering dilakukan setiap minggu dengan lokasi yang ber­bedabeda. Bicara Gebuh, hal me­ narik lainnya adalah mereka memperingati keberadaan komunitasnya tidak dengan meraya­kan ulang tahun, me­ lainkan lebih memilih peringat­ an ­setiap enam bulan kalender Bali yang disebut otonon. Setiap enam bulan sudah pasti mereka melakukan persembahyangan bersama.- Sri Ardhini


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.