What’S Up
24
30 Juni - 6 Juli 2014
Workshop SOUL Donasikan untuk Pura Oktober 2015, Desa Adat Gianyar berencana akan melaksanakan karya agung penyegjeg dan peneduh jagat di Pura Desa lan Puseh, Desa Adat Gianyar. Upacara ini diperkirakan akan membutuhkan biaya cukup besar, lebih kurang Rp 2 M. Untuk merealisasikan rencana ini, Bendesa Adat setempat mem bentuk tim penggalian dana. “Muncul beberapa inisiatif upaya penggalian dana, yang salah satunya adalah menyelenggarakan Workshop SOUL (Spirit of Universal Life), menggandeng Yayasan Cahaya Cinta Kasih, dan bekerjasama dengan BKD (Badan Kepegawaian Daerah) Kabupaten Gianyar,” ujar Bendesa Desa Adat Gianyar, Dewa Made Geria.
Bunda Arsaningsih menuntun seorang peserta Workshop SOUL “Membangun Pura di Dalam Diri” untuk melakukan keterhubungan dengan Tuhan
G
ayung bersambut. Pemda Gianyar, yang dalam hal ini Bupati Gianyar melihat adanya kebutuhan untuk melakukan program-program motivasi kepada karyawannya untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, mendukung penuh kegiatan ini. Masyarakat umum pun merespons positif dan antusias mengikutinya. Dari 150 peserta yang ditargetkan, tercatat 200 peserta yang terdaftar, yakni 125 orang dari Pemda, dan sisanya adalah dari kalangan prajuru adat dan pemangku di Desa Adat Gianyar, serta masyarakat umum. Workshop SOUL bertema “Membangun Pura di Dalam Diri”, yang dilangsungkan Sabtu (21/6) di Balai Budaya Gianyar itu dibuka Bupati Giayar yang diwakili oleh Asisten Adminitrasi Ekonomi dan Pembangunan Pemkab Gianyar, Ketut Suweta. Para peserta tampak serius mengikuti
workshop yang dipandu langsung guru energi, Bunda Arsaningsih tersebut. Kekuatan ENERGI Dalam workshop berdurasi 5 jam tersebut, para peserta diperkenalkan tentang konsep energi. Seperti, dengan memperlihatkan aura dalam tubuh, mengukur dan memperkuat aliran energi pada masing-masing tubuh peserta. Bunda Arsaningsih mempraktikkan cara sederhana mengukur saluran energi Illahi pada seorang peserta laki-laki. Namun sebelumnya, ia meminta peserta tersebut untuk membuka udeng/ destarnya. “Ini agar salurannya terbuka, tidak terhambat,” ujar Bunda Arsaningsih. Ia juga menjelaskan bahwa dalam tubuh setiap orang memiliki titik-titik cakra yang bisa diaktifkan dan bermanfaat untuk kesehatan mereka. Tradisi Hindu di Bali seperti memakai udeng oleh kaum
pria, dikatakannya berfungsi untuk mengaktifkan cakra, sehingga lebih cepat untuk menghubungkan diri dengan Tuhan. Sementara, selendang yang dililitkan di pimggang oleh kaum perempuan, berfungsi menguatkan cakra pusar. “Dalam kesempatan lain, bisa juga melilitkan selendang di leher untuk mengaktifkan cakra mahkota,” ungkapnya. Pada sesi terakhir, peserta dituntun untuk melepaskan semua unsur Sad Ripu (enam kegelapan) yang terekam dalam diri, yakni kama(nafsu), lobha (tamak, rakus), krodha (kemarahan), moha (kebingungan), mada (mabuk), matsarya (iri hati, dengki). Mereka juga diminta meminta maaf dan menarik benang-benang kemarahan yang telah dikirimkan kepada orang lain. Demikian sebaliknya, memaafkan dan mengirimkan benang-benang cinta kasih kepada orang lain. “Dengan begitu, aura seseorang yang tadinya tipis
dan gelap karena energi-energi negatif, menjadi semakin tebal dan cerah karena dipenuhi dengan energi-energi positif,” jelasnya. Beberapa peserta terlihat menangis ketika mengikuti tahapan meditasi ini. DONASI UNTUK PURA Di akhir acara, panitia menyerahkan hasil donasi peserta kepada Founder Yayasan Cahaya Cinta Kasih, Bunda Arsaningsih, yang kemudian dikembalikan sepenuhnya kepada Bendesa Desa Adat Gianyar, Dewa Made Geria untuk karya agung di pura tersebut. Dewa Made Geria mengatakan kegiatan yang diselenggarakan untuk penggalian dana tersebut dan menggandeng Yayasan Cahaya Cinta Kasih berharap dengan tema “Membangun Pura di Dalam Diri”, para peserta mendapatkan spirit sebelum melakukan karya agung. “Saya berharap para pemangku, prajuru adat, dan peserta lain memiliki pencerahan dan pemahaman hakikat cinta kasih dan energi Illahi. Energi ini sebagai bekal kekuatan para prajuru dan masyarakat untuk melakukan pelayanan,” ujarnya. Dan yang perlu dicatat, ini adalah kali pertamanya BKD Gi-
Dewa Made Geria
anyar bekerjasama dengan Desa Adat menyelenggarakan suatu kegiatan. Hal positif ini seyogiayanya bisa menjadi contoh BKD di kabupaten lain dalam upaya melibatkan masyarakat dalam proses kegiatan-kegiatan yang memberikan dampak positif, baik kepada aparat Pemda maupun masyarakat. Selain kegiatan ini, panitia karya juga membuat 10 ribu kupon donasi ke masyarakat Gianyar dengan harga Rp 20ribu. Dan semuanya ini didonasikan sepenuhnya untuk pelaksanaan karya agung penyegjeg dan peneduh jagat di Pura Desa lan Puseh, Desa Adat Gianyar. –ten
Penyerahan hasil donasi workshop oleh Bunda Arsaningsih kepada Bendesa Desa Adat Gianyar
Bunda Arsaningsih (duduk di tengah) berfoto bersama peserta workshop