2 - 8 Juni 2014
24
Pasar Ular
“Surga” Barang Impor Harga Miring Jakarta memang tidak banyak memiliki daerah berpemandangan indah, namun untuk urusan belanja, Jakarta adalah yang terdepan. Mulai dari barang branded dan asli hingga ‘KW’ bahkan ‘KW’ su per ada di Ibukota. Soal harga, biasa ‘diadu’ dengan daerah lain atau bahkan negara lain. Daya tarik itulah yang membuat banyak wisatawan asing maupun lokal banyak datang ke Jakarta hanya un tuk berbelanja. Tak heran Globe Shopper Index pernah menempat kan Jakarta sebagai salah satu tujuan belanja yang menawarkan harga paling terjangkau bagi wisatawan mancan egara.
L
ebih menarik lagi, karena Jakarta memiliki sejumlah tempat belanja barang impor yang murah meriah. Salah satunya, tentu Anda sudah tahu, yakni, Tanah Abang. Pusat perbelajaan yang sudah terkenal di mancanegara ini, menjadi tempat favorit para penggemar shopping untuk berburu barang berkualitas dengan harga murah ataupun barang-barang impor dengan harga miring. Selain Tanah Abang, yang juga ramai didatangi penggila belanja adalah Pasar Ular yang berlokasi di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Memang Pasar Ular tidaklah sebesar kawasan perbelanjaan Tanah Abang yang menempati areal 2,6 hektare. Karakter belanjanya pun berbeda, kalau Tanah Abang menjual barang mulai dari grosiran hingga ritel, maka Pasar Ular umumnya hanya ritel atau eceran. Pasar Ular yang didirikan sejak tahun 1960-an ini, merupakan salah satu pasar tertua di Jakarta yang berawal dari pasar kaget di depan Pelabuhan Tanjung Priok. Puluhan tahun berdiri, namun pasar tua ini tetap eksis di tengah gempuran pusat-pusat perbelanjaan modern yang terus bertumbuhan di Jakarta. Satu hal yang membuat Pasar Ular digandrungi adalah barang-barang impor yang dijual selain berkualitas, juga harganya super miring. Menurut pedagang setempat ‘kemiringan’ harga di Pasar Ular ini selain mengambil langsung dari importer juga karena para pedagang tidak membutuhkan cost terlalu besar untuk memasarkan barangnya dibanding mereka yang
berada di mal. “Kemiringan harga di sini rata-rata sekitar 25% lebih murah dibanding di mal-mal yang menjual produk serupa. Ini karena rantai pembelian tidak panjang. Kami dapat langsung dari importer yang ada di pelabuhan. Jadi setiap ada kapal datang membawa barang-barang dari luar, kami dikabari. Ini sudah langganan, jadi bisa dipercaya,” ujar Hajjah Sumarno yang telah 20 tahun berjualan di Pasar Ular. Hajjah Sumarno yang kini menempati kios ukuran 3x3 m2, berjualan aneka produk fashion seperti kacamata, dompet, jam tangan, dll. Semuanya adalah barang impor. “Semuanya berbahan kulit dengan kualitas terjamin. Soal harga, selain ditentukan oleh dari mana barang itu berasal, kualitas, juga kesulitan memperoleh barang tersebut. Karena, terus terang saja, ada sejumlah barang yang sulit didapat, karenanya harganya pun menjadi lebih mahal,” tambahnya lagi. Kacamata-kacamata dengan merek terkenal, hanya dijual sekitar Rp 300400 ribu rupiah. Padahal kacamatakacamata tersebut dengan kualitas yang sama, dijual di sejumlah optik terkenal dengan harga paling murah Rp1,2 juta. Begitu juga dengan dompet-dompet kulit branded dijual dengan harga paling murah Rp 200 ribu. Ny Yati, salah satu pemilik toko keramik terbesar di ‘Paul’ Permai mengaku betah berjualan di ‘Paul’ Permai karena tempat yang lebih luas, juga telah memiliki banyak pelanggan. Aneka keramik impor dari Tiongkok, Korea hingga Italia, dijual di tokonya. Kebetulan, saat Tokoh berkunjung, wanita ini sedang
Aneka tas impor dengan kualitas bagus
melayani dua wisatawan asing. “Banyak wisatawan bule datang ke tempat saya. Di sini saya punya tiga toko, satu milik sendiri, dua lainnya sewa seharga total Rp 45 juta,” tuturnya. Ia menjual keramiknya dari harga Rp 20.000 hingga Rp 10 juta-an. DARI SELUNDUPAN HINGGA BAWAAN ABK Berbicara Pasar Ular, agaknya kurang afdol kalau tidak menyinggung sejarah keberadaan pasar ini. Awalnya pasar ini merupakan pasar kaget yang berada persis di depan Pelabuhan Tanjung Priok, dulu orang menyebutnya sebagai Pasar Koja Lama. Letaknya berhimpitan dengan bar dan rumah-rumah makan, Dari cerita yang berkembang, dulunya Pasar Ular merupakan tempat penampungan barang-barang impor selundupan oknum-oknum nakal di pelabuhan dan hasil bawaan para ABK (anak buah kapal) yang baru pulang dari luar negeri. Konon, lokasi pasar yang berada di mulut pelabuhan ekspor/impor terbesar di Indonesia, memudahkan oknum-oknum nakal itu, mengambil barang-barang impor bongkaran kontainer untuk kemudian dijual di pasar tersebut. Karena itu, Pasar Ular menjadi terkenal dengan barang-barang impor dengan harga miring. Entah kenapa disebut Pasar Ular, apakah karena dulunya ‘pasar gelap’ itu berbentuk lorong sempit yang berlikuliku atau karena cara memperoleh barang yang seperti ular. Namun, sebutan Pasar Ular itu sudah demikian populer sejak tahun 1970-an, sekalipun di sana, sejak berdirinya hingga sekarang, tak
Keramik mewah dari Italia dan Korea di Pasar Ular Permai Jakarta Utara
pernah sekalipun menjual ular. Yang pasti di Pasar Ular atau sekarang akrab disebut ‘Paul’ menjual aneka barang impor/ekspor, dari barang pecah belah, keramik, lampu-lampu kristal hingga produk garment dari berbagai merek terkenal, dll. Yang uniknya lagi, meski tempat belanja ‘Paul’ ini jauh dari nyaman bahkan terkesan semrawut, namun yang datang berbelanja, banyak dari ’kalangan atas’. Hal ini ditandai dengan parkirnya banyak mobil mewah. Mungkin bagi mereka asalkan mendapat barang bermerek berkualitas bagus, tidak mengapa untuk sejenak merasakan ketidaknyamanan dalam berbelanja. Sekitar tahun 1980-an, ketika kegiatan ekspor/impor di Pelabuhan Tanjung Priok semakin meningkat, sarana dan prasarana yang ada sudah tidak memungkinkan lagi untuk menampung, pemerintah memutuskan melakukan perluasan. Maka ‘Paul’ yang berada di depan pelabuhan pun menjadi ‘korban’. Pasar murah-meriah itu pun digusur, dipindahkan ke kawasan Permai, Jl Yos Sudarso, tak jauh dari Pelabuhan Peti Kemas Tanjung Priok. Di kawasan Plumpang, masih di Jl Yos Sudarso. Meski sama-sama bernama Pasar Ular, namun item barang yang dijual sedikit berbeda. Di kawasan Permai, produk yang paling banyak dijual adalah aneka keramik mewah yang berasal dari Tiongkok, Korea, Jepang, lampu-lampu kristal, tas-tas/dompet/ koper branded dari yang original, super KW hingga KW 1,2,3. Aneka
Para pembeli ramai di Toko Haji Marno yang menjual aneka kacamata fashion impor dan aneka dompet kulit impor
sepatu wanita/pria, serta aksesoris fesyen lainnya. “Untuk di Permai, barang-barang yang dijual umumnya barang impor,” ujar Hajjah Sumarno yang sebelumnya berjualan tas-tas wanita. Sementara di Pasar Ular Plumpang, kebanyakan menjual produk garment seperti celana jeans, kemeja, jaket, parfum, kaca mata, rim pinggang, sepatu, dll. “Barang-barang di sini sebagian impor, sebagian lagi adalah sisa ekspor,” ujar seorang pedagang di ‘Paul’ Plumpang yang menjual kemeja dan blus wanita sisa ekspor. Harga yang ditawarkan pun lumayan murah hanya Rp 50.000-an, padahal kemeja itu terbuat dari katun kualitas bagus. Secara keseluruhan jika dibandingkan kedua Pasar Ular (Permai dan Plumpang) tersebut, maka keragaman barang lebih banyak dijumpai di Pasar Ular Permai. Bisa jadi karena tempat perbelanjaan ‘Paul’ Permai jauh lebih luas dibanding ‘Paul’ Plumpang. Soal kenyamanan pun demikian, jauh lebih nyaman dan tertata di ‘Paul’ Permai. Sedang di Paul Plumpang hanya satu lorong panjang tertutup, dengan kioskios kecil berukuran 2x2 m2 Terasa panas dan pengap. Tapi herannya begitu banyak orang yang gemar datang ke Plumpang, meski harus belanja berhimpit-himpit. Mungkin, itu juga sebabnya, meski kondisi di Plumpang terasa kurang nyaman dibanding Permai, namun harga sewa kios yang ukuran 2x2 m2 itu, jauh lebih mahal. “Sebenarnya banyak pedagang di sini (Permai) ingin berjualan di sana, namun kios di sana sangat terbatas, tidak ada tempat kosong. Lagi pula, harga sewa kiosnya dua kali lipat dibanding di Permai. Kami di sini dengan ukuran 3x3 m, membayar sewa Rp 20 juta per-bulan, sedang di Plumpang, dengan ukuran lebih kecil harga sewanya Rp 40 juta per-bulan,” tambah Hajjah Sumarno. Beberapa hal yang penting diingat oleh pengunjung Pasar Ular. Sekalipun dikatakan barang-barang yang dijual adalah barang impor/ekspor, tentunya ketelitian pembeli sangat diperlukan supaya tidak ‘kecele’. Lebih bagus, kalau Anda sudah mengerti tentang beda barang asli atau KW super dan KW 1,2,3. Atau untuk barang ekspor, diperhatikan benar karena kadang ada barang yang cacat atau reject. Hal lainnya adalah pandai-pandailah menawar. -Diana Runtu