HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.85.000 SUMBAWA Rp.90.000 ECERAN Rp 5.000
SUARA NTB
16 HALAMAN NOMOR 123 TAHUN KE 13
Online :http://www.suarantb.com E-mail: hariansuarantb@gmail.com
SENIN, 7 AGUSTUS 2017
Pengemban Pengamal Pancasila
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257 (Suara NTB/ars)
Banner spanduk peringatan ini terpasang di pintu masuk Pasar Mandalika sebagai peringatan, khususnya kepada petugas juru pungut agar menghindari praktik pungli. Namun fenomena ini diduga masih terjadi karena praktiknya masih mengakar.
Berantas Pungli, Selamatkan PAD dan Pedagang Ditangkapnya Kepala Pasar Sayang Sayang HM yang diduga melakukan pungli penyewaan lapak oleh Tim Saber Pungli Polres Mataram, terindikasi hanya fenomena gunung es. Jika ada keseriusan Pemerintah Kota Mataram dan khususnya Tim Saber Pungli, diduga ada beragam modus pungli selain yang sudah berhasil diungkap. Salah satunya pungli diduga dengan modus yang “dibungkus” legalitas karcis.
TO K O H Dipercaya Pemerintah Pusat MULAI tahun ini, Pemprov NTB dipercaya pemerintah pusat untuk mendidik pejabat eselon II secara nasional. Sebanyak 60 pejabat eselon II dari kementerian/lembaga, provinsi lain di Indonesia dan dalam daerah akan menjalani Diklatpim II di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) NTB. ‘’Berdasarkan persyaratan-persyaratan yang kita ajukan, ternyata Kepala LAN (Lembaga Administrasi Negara) RI memberikan kewenangan untuk melaksanakan atau kepercayaan kepada NTB untuk melaksanakan Diklatpim II mulai tahun 2017 ini,” kata Kepala BPSDM NTB, Dr. Ir. H. Abdul Hakim, MM dikonfirmasi Suara NTB, pekan kemarin di Mataram. H. Abdul Hakim Bersambung ke hal 15 (Suara NTB/dok)
INI membuka mata masyarakat bahwa praktik ilegal tersebut masih berlangsung bahkan mengakar. Sebab jauh sebelum terungkapnya pratik pungli itu, Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) RI lebih awal menemukan pelanggaran administrasi pengelolaan keuangan pada retribusi pasar yang berpotensi merugikan keuangan negara. Hasil pemeriksaan auditor negara, pendapatan retribusi daerah senilai Rp 20.172.500.000, dan terealisasi senilai Rp 18.338.313.673. Realisasi tersebut diantaranya adalah retribusi dari 19 pasar tradisional senilai Rp 2.965.803.350. BPK memeriksa UPTD Pasar Mandalika dan Pasar Kebon Roek. Kedua pasar terbesar di Kota Mataram ini tidak memiliki pencatatan atas jumlah pengambilan, pemakaian, dan sisa karcis. Sehingga tidak dapat diketahui secara pasti jumlah sisa karcis di tahun 2015, pemakaian karcis selama tahun 2016, dan sisa karcis tahun 2016. UPTD Pasar Mandalika mencatat pendapatan retribusi pelayanan selama tahun 2016 senilai Rp 478.631.000. BPK memeriksa jumlah bongkol fisik karcis yang ada hanya 201.653 lembar atau senilai Rp 161.322.400. Jumlah ini dikalkulasi jika retribusi ditarik ke pedagang Rp 800,. Terdapat selisih antara pencata-
tan dengan bukti pendukung penerimaan senilai Rp 317.308.600. atau sebanyak 348.032 lembar karcis terindikasi tidak ada bukti pendukungnya. Bersambung ke hal 15
Premanisme juga Meresahkan Pedagang AWAL pekan lalu, publik dihebohkan dengan penangkapan Kepala Pasar SayangSayang, Kecamatan Cakranegara, HM yang diduga menarik pungutan secara ilegal kepada pedagang. Persoalan
di pasar tradisional memang cukup kompleks, tidak hanya soal dugaan pungli, tapi juga aksi premanisme yang juga melakukan pungutan ilegal kepada para pedagang, Bersambung ke hal 15
(Suara NTB/ynt)
Aktivitas jual-beli di Pasar Kebon Roek, Ampenan, Sabtu (5/8).
Pendidikan Berimbang dan Pesona Pulau Seribu Masjid PENDIDIKAN akan berjalan baik dan berimbang jika dijalankan beriringan dengan agama. ‘’Agama dan pendidikan, itulah yang meningkatkan derajat manusia,’’ ungkap Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi saat menunaikan Salat Dzuhur sekaligus memberikan Tausyiah di Masjid Al Bakri Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara, Sabtu, (5/8). Bersambung ke hal 15 SALAMAN - Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi bersalaman dengan pelajar saat bersilaturahmi di Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara, Sabtu (5/8). (Suara NTB/Humas Setda NTB)
Dana Menganggur Rp 3,4 Triliun
Kepala Pasar Harusnya ASN MANTAN Ketua Pansus Pasar pada DPRD Kota Mataram yang juga Sekretaris Komisi II DPRD Kota Mataram, Drs. HM. Noer Ibrahim mengakui bahwa dalam pembahasan Perda Pasar sekitar tahun 2015 lalu, sempat mengemuka saran dari sejumlah anggota Pansus itu, agar Kepala Pasar Tradisional dijabat oleh seorang ASN (Aparatur Sipil Negara). ‘’Di sana (Perwal, red) ada bunyi klausul ASN dan kepala pasar yang mempunyai rekam jejak yang bagus. Kalau rekam jejaknya tidak bagus, kita turunkan,’’ ungkapnya. Artinya, pasar tradisional di Kota Mataram boleh dipimpin oleh ASN dan boleh juga non ASN. Sepanjang yang bersangkutan dianggap mempunyai kapasitas untuk ditempatkan pada jabatan itu. Dipilihnya kepala pasar dengan kapasitas yang mumpuni karena kepala pasar sesungguhnya mempunyai tugas yang cukup berat. Bersambung ke hal 15
Gambaran Realisasi Belanja Pemda di NTB Sampai Juli 2017
Pemda di NTB Terancam Kena Pemotongan DAU Mataram (Suara NTB) Kinerja Pemda di NTB dalam merealisasikan anggaran cukup rendah. Hal ini terlihat dari realisasi belanja sampai Juli lalu yang baru mencapai 31,85 persen atau Rp 6,18 triliun lebih. Padahal, pemerintah pusat melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah memberikan dana transfer daerah kepada 11 entitas pemerintahan di NTB mencapai Rp 9,6 triliun lebih. Sehingga, ada dana transfer yang menganggur alias belum dibelanjakan oleh Pemda sekitar Rp 3,4 triliun. Menyikapi
leletnya Pemda dalam membelanjakan anggaran, Kemenkeu mulai tahun ini akan menerapkan kebijakan pemotongan Dana Alokasi Umum (DAU). Artinya, Kemenkeu akan melakukan transfer DAU kepada daerah yang belanjanya bagus. ‘’Pemda harus siap tak terima DAU sesuai target,” kata Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) NTB, Taukhid, SE, M.Sc.IB, MBA ketika dikonfirmasi Suara NTB, pekan kemarin di Mataram. Bersambung ke hal 15
(Sumber : emonev Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) diolah, 6 Agustus 2017)