HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.85.000 SUMBAWA Rp.90.000 ECERAN Rp 5.000 Online :http://www.suarantb.com
E-mail: suarantbnews@gmail.com
16 HALAMAN NOMOR 266 TAHUN KE 13
SUARA NTB
SENIN, 29 JANUARI 2018
Pengemban Pengamal Pancasila
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
Gubernur Masuk Lima Besar Bakal Cawapres Potensial Pilpres 2019 bagai Capres 2019 dengan persentase 38,4 persen dan 24,6 persen. Lima besar bakal Cawapres potensial paling dipilih masyarakat adalah Muhaimin Iskandar 14,9 persen, Zulkifli Hasan 3,8 persen, TGH. M. Zainul Majdi 2,2 persen, Sohibul Iman 1,9 persen dan Romahurmuziy 1,1 persen. Jika dilihat dari bakal Cawapres yang paling diketahui namanya oleh masyarakat. Yakni Muhaimin Iskandar 32,4 persen, Zulkifli Hasan 22,3 persen, Romahurmuziy 9,9 persen, TGH. M. Zainul Majdi 8,9 persen dan Sohibul Iman 8,6 persen. Namun dari sisi Cawapres yang paling disukai oleh masyarakat ad-
alah TGH. M. Zainul Majdi dengan persentase 74,8 persen, Zulkifli Hasan 64,9 persen, Sohibul Iman 64,1 persen, Muhaimin Iskandar 61,2 persen dan Romahurmuziy 50,4 persen. Salah seorang Relawan TGB, M. Nashib Ikroman yang dikonfirmasi Suara NTB, Minggu (28/1) siang mengatakan hasil survei yang menempatkan TGB masuk lima besar bakal Cawapres tersebut merupakan buah harapan dari masyarakat. Meskipun sosialisasi tentang TGB belum begitu massif seperti tokohtokoh politik lainnya, namun dapat masuk lima besar. Bersambung ke hal 15
(Suara NTB/ars)
TGH. M. Zainul Majdi
Mataram (Suara NTB) Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis lima nama bakal calon Wakil Presiden (Cawapres) potensial dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Salah satunya, Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB). Lima nama besar Cawapres dari golongan muda religius ini berdasarkan hasil survei LSI bulan Desember 2017. LSI juga menyebut H. Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto masih menduduki posisi terkuat se-
Ketika Wisatawan Terganggu Pedagang Asong di Mandalika Kawasan Mandalika, di Desa Kuta, Kecamatan Pujut Lombok Tengah (Loteng) menjadi magnet baru wisatawan. Dari hari ke hari kunjungan wisatawan terus meningkat, menyusul dibangunnya infrastruktur dan fasilitas pendukung lainnya. Seiring dengan itu, semangat masyarakat untuk mengais rezeki pun mengikuti. Penjaja kerajinan tangan (pedagang asong) berlomba merebut rupiah para pelancong, tak peduli kenyamanan wisatawan. Akibatnya wisatawan pun terganggu. SARUNG tenun bercorak khas Sade dagangan Inaq Us (50) berkibar-kibar di depan wajah Fen (55). Di terik siang dengan angin kencang di pantai Mandalika, Minggu (28/1), Inaq Us berharap dagangannya laku. Inaq Us merayu dengan pa-
TO K O H Jangan ’’Matikan’’ Petani
KO M E N TTAA R
JUMLAH pedagang asongan yang berjualan di kawasan Pantai Kuta (kawasan Mandalika) saat ini terus bertambah. Ini dampak semakin tingginya angka kunjungan wisatawan. Kondisi tersebut membuat, Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) kesulitan melakukan penertiban. Karena hampir setiap hari ada saja pedagang asongan baru yang berjualan. Bersambung ke hal 15
GIGIH Saumin dan Us, pedagang yang sudah bertahun tahun jualan suvenir.
Penertiban Harus Diikuti Solusi
Di-’’deadline’’ hingga 28 Mei PEMPROV NTB belum menerima surat pengunduran diri dari lima anggota DPRD NTB yang maju dalam Pilkada 2018. Berdasarkan hasil rapat koordinasi teknis (Rakornis) dengan KPU NTB, lima anggota dewan di-deadline untuk menyerahkan SK pengunduran diri dari Mendagri Bersambung ke hal 15
Disparbud Loteng Mengaku Kesulitan
(Suara NTB/ars)
PEMPROV NTB meminta pemerintah pusat lebih cermat terkait dengan distribusi beras impor ke daerah. Beras impor tidak boleh masuk ke daerah yang surplus seperti NTB. Pasalnya, jika beras impor masuk ke daerah ini maka akan ‘’mematikan’’ petani yang ada di NTB. ‘’Kalaupun pemerintah pusat mengimpor, betul-betul dihitung dengan baik. Termasuk juga sebarannya. Jangan sampai ‘’mematikan’’ petani kita yang di daerah-daerah yang surplus (beras). H. Rosiady H. Sayuti Bersambung ke hal 15
tokan harga miring, Rp 100 ribu per-tiga helai. Dia tak sendirian. Menyusul di belakangnya, dua bocah ikut menawarkan gelang. Sementara, Fen pelancong asal Papua bergeming. Bersambung ke hal 15
H. Wirajaya Kusuma
PEDAGANG asongan yang memaksa wisatawan membeli dagangannya, dikhawatirkan membuat wisatawan tidak nyaman. Tidak saja itu, cara-cara mengejar dan memaksa wisatawan dikhawatirkan merusak citra pariwisata. Memang tidak adil jika sepenuhnya pedagang yang disalahkan. Sebab bisa jadi minimnya pengetahuan pedagang Bersambung ke hal 15
BERSIMPUH - Sedikit memaksa, sejumlah pedagang terlihat bersimpuh di depan wisatawan domestik dengan harapan suvenirnya dibeli. Anakanak penjaja suvenir di kawasan Mandalika (foto kiri).
(Suara NTB/dok)
Lombok Marathon Diwarnai Aksi Protes Mataram (Suara NTB) – Ajang Lombok Marathon di Mataram, Minggu (28/1), diwarnai protes peserta. Pasalnya, sebagian besar peserta yang menyelesaikan marathon, nyaris tidak mendapatkan medali. Protes akhirnya bisa dikendalikan setelah Kapolda NTB, Brigjen. Pol. Firli dan Ketua Umum KONI NTB, H. Andy Hadianto turun tangan.
Informasi yang diterima Suara NTB, para peserta protes karena beberapa peserta yang sampai di finish tepat waktu tidak mendapatkan tali atau pita yang bisa ditukarkan dengan medali. Sementara peserta mengklaim diri mereka telah masuk finish sebelum 300 peserta lainnya. ‘’Panitia menjanjikan 500 medali untuk para finisher yang sampai fin-
ish lebih awal. Tapi kenapa saya tidak diberikan kalungan tali setelah tiba di finish. Mana panitianya yang bertanggung jawab di sini,’’ protes salah seorang peserta lari 10 K dari Lombok yang enggan disebutkan namanya. Tidak sampai di situ, peserta lainya juga mengeluhkan hal yang sama. Namun sayangnya protes tersebut tidak langsung ditanggapi oleh panitia dengan
alasan masih terdapat sebagian besar peserta belum tiba di garis finish. Merasa protes mereka tidak direspons, ratusan peserta mendatangi panitia yang sedang mencatat di garis finish. Tidak puas dengan jawaban panitia, mereka pun ramai-ramai mendesak panitia lainnya untuk segera memberikan medali. Bersambung ke hal 15