Edisi 28 Oktober 2017 | Suara NTB

Page 1

HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.85.000 SUMBAWA Rp.90.000 ECERAN Rp 5.000 Online :http://www.suarantb.com

E-mail: suarantbnews@gmail.com

16 HALAMAN NOMOR 191 TAHUN KE 13

SUARA NTB

SABTU, 28 OKTOBER 2017

TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257

Pengemban Pengamal Pancasila

TGB Apresiasi Ikhtiar Semua Pihak Perjuangkan Maulanasyeikh Jadi Pahlawan Nasional GUBERNUR NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) menyampaikan apresiasi yang tulus dan penghargaan yang setinggi tingginya diiringi terima kasih dan doa atas ikhtiar dan kerja keras dari semua pihak dalam ikut memperjuangkan agar TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau lebih dikenal Maulanasyeikh mendapatkan gelar pahlawan nasional. Terkait dengan informasi bahwa Maulanasyeikh, kini telah masuk nominasi 5 tokoh pejuang nasional yang akan mendapat ge-

lar pahlawan nasional yang akan diumumkan secara resmi oleh pemerintah tanggal 10 November 2017 bertepatan dengan Peringatan Hari Pahlawan tahun ini, Gubernur TGB yang juga cucu Maulanasyeikh menyatakan bersyukur dan berterima kasih. Menurut TGB, memperjuangkan untuk meraih gelar pahlawan nasional bukanlah pekerjaan sederhana, tetapi cukup berat dan berliku. ‘’Saya pikir ini adalah bentuk kerja dan ikhtiar dari semua pihak. Dan perjuangan ini tidaklah sederhana tetapi berat dan cuk-

up berliku,’’ ujarnya. Namun karena masyarakat memberikan dukungan dan doa maka pengusulan ini bisa rampung dan hasilnya baik. Pemberian gelar pahlawan nasional kepada TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tentunya menegaskan keterlibatan para ulama dalam memperjuangkan dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sekaligus juga memperlihatkan keterlibatan tokoh-tokoh NTB. Namun, tak banyak orang tahu bagaimana perjuangan masyarakat, terutama para ke-

luarga besar Maulanasyeikh yang saling bahu membahu melengkapi berbagai dokumen dan data yang dibutuhkan, dalam upaya pengusulan gelar kepahlawanan bagi Tuan Guru Pancor yang telah banyak berbuat untuk bangsa ini. Kepala Dinas Sosial Provinsi NTB, H.Ahsanul Khalik menjelaskan bahwa setelah pengusulan pertama oleh Kementerian Sosial melalui TP2GP, pihaknya diminta untuk melengkapi berbagai kekurangan yang ada dalam pengusulan. Ditambah begitu banyaknya tahapan dan proses yang harus dilalui dan dilakukan.

Untuk mengetahui kronologi tersebut, secara umum pengusulan gelar kepahlawanan dibagi menjadi tiga tahapan. Pertama, gagasan pemberian gelar ini muncul pertama kali dari keluarga besar yang kemudian mendapat dukungan dari banyak pihak masyarakat NTB. Bersambung ke hal 15

Tinggal Dua Bulan

1.964 Proyek Senilai Rp 873,431 Miliar Belum Teken Kontrak Mataram (Suara NTB) – Tahun anggaran 2017 tinggal dua bulan akan tutup buku. Namun masih ada 1.964 proyek senilai Rp 873,431 miliar di Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemprov NTB belum teken kontrak. Berdasarkan data e-monev Biro Administrasi Pengendalian Pembangunan dan Layanan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah (APP dan LPBJP) Setda NTB, sampai 27 Oktober 2017, masih ada seribuan paket proyek yang belum dilakukan penandatangan kontrak. Untuk proyek yang dilelang melalui Unit Layanan Pengadaan (ULP) sebanyak 15 paket belum teken kontrak senilai Rp 13,361 miliar. Di mana, satu paket proyek senilai Rp 336 juta masih dalam tahap verifikasi dokumen di ULP. Kemudian 14 paket proyek senilai Rp 13,025 miliar masih

TO K O H

dalam proses lelang di ULP. Selain itu, sebanyak 1.949 paket proyek non lelang atau Penunjukan Langsung (PL) juga belum teken kontrak. Dengan rincian, 389 paket proyek PL senilai Rp 93,764 miliar belum diproses. Kemudian sebanyak 1.563 paket proyek PL senilai Rp 766,306 miliar sedang proses. Dari 5.470 paket proyek PL senilai Rp 1,181 triliun tahun ini, baru 3.521 paket senilai Rp 321,026 miliar yang sudah teken kontrak atau Surat Perintah Kerja (SPK). Kepala Biro APP dan LPBJP Setda NTB, Ir. Swahip, MT yang dikonfirmasi Suara NTB,

MEGAH- Bagian depan Terminal Haji/TKI di kompleks LIA yang nampak megah. Namun di bagian lain masih berantakan karena dalam proses pembangunan.

Segera Undang Bupati/Walikota

masih ada OPD yang keliru menginput data. Swahip mengatakan, OPD bukan lambat dalam mengeksekusi. Namun mereka berpendapat jika belum selesai dikerjakan, maka belum diproses. Padahal, katanya, itu sedang berproses dalam pelaksanaannya. Sementara itu, Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) NTB mengingatkan agar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) hatihati melaksanakan proyek menjelang akhir tahun anggaran. Pasalnya, pengerjaan proyek yang dilakukan di akhir tahun, cenderung tak memperhatikan kualitas dan rentan bermasalah dengan hukum. ‘’Harus hati-hati, agar dari segi kualitas dan keamanan secara hukum penting untuk proyek yang dikerjakan akhir tahun ini. Bersambung ke hal 15

Sisa Sebulan, Batas Waktu Proyek Terminal Haji Mataram (Suara NTB) Proyek Terminal Haji/TKI di kompleks Lombok International Airport (LIA) menyisakan waktu pengerjaan sekitar satu bulan. Sementara di lokasi, pengerjaan masih berlangsung. Sudah berapa persen pengerjaan gedung yang mangkrak sejak 2014 ini? Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Sakarudin hingga berita ini ditulis Jumat (27/10) kemarin, belum bisa dihubungi. Pejabat Bidang Perhubungan Laut (Hubla) Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Provinsi NTB ini, belum bisa dikonfirmasi. Bersambung ke hal 15

PEMPROV NTB menginginkan persoalan peralihan aset dari kabupaten/kota harus tuntas November mendatang. Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi akan segera mengundang seluruh bupati/ walikota membahas persoalan tersebut dalam rapat forum koordinasi pimpinan daerah (Forkopimda) awal November mendatang. ‘’Target kita kan November harus sudah tuntas. Dan Insya Allah tuntas, tinggal dokumen saja. November ini rakor bupati/ walikota. Bersambung ke hal 15

KO M E N TTAA R

Jumat (27/10) siang kemarin, enggan berkomentar mengenai masih banyaknya proyek yang belum teken kontrak. Ketika dikonfirmasi melalui sambungan telepon dan SMS, Swahip belum menjawab. Dikonfirmasi sebelumnya, Swahip menyatakan pihaknya terus mengimbau dan mendorong OPD untuk melaksanakan pekerjaan/kegiatan fisik sesuai dengan schedule yang sudah direncanakan. Ia mengatakan, seluruh kegiatan OPD lingkup Pemprov NTB dilakukan pemantauan tanpa melihat proyek tersebut besar atau kecil. “Bukan kegiatan-kegiatan

besar saja tapi seluruh OPD kita pantau. Kita laksanakan pemantauan langsung ke lapangan. Apa permasalahannya, kendalanya, kita berikan solusi-solusi,” ucapnya. Swahip menambahkan pihaknya tidak melakukan pemantauan atau pengawasan secara khusus kepada OPDOPD tertentu. Tetapi seluruh OPD dilakukan pemantauan. Untuk pengadaan barang dan jasa melalui Unit Layanan Pengadaan (ULP) sudah tidak ada lagi di OPD. Saat ini hanya satu paket proyek saja yang masih dilakukan verifikasi dokumen di ULP. Bahkan salah seorang Kabag ditugaskan untuk memantau mana saja OPD yang masih banyak paket non lelang yang belum diproses atau eksekusi. Dari hasil pemantauan, katanya, ternyata

(Suara NTB/dok)

Tempuh Jalur Hukum

(Suara NTB/ars)

10 Pejabat Mendaftar, Baru Satu Lengkapi Berkas

PEMKAB Lombok Tengah (Loteng) disarankan menempuh jalur hukum jika merasa tak puas dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 93 Tahun 2017. Dalam Permendagri tersebut, Mendagri memutuskan bahwa wilayah Nambung masuk wilayah Lombok Barat (Lobar). ‘’Itu sudah putusan final dari Mendagri. Ndak perlu melakukan langkah-langkah yang dapat menganggu stabilitas keamanan daerah. Jadi silakan saja jika tak puas menempuh jalur hukum. Karena kita negara hukum,’’ Bersambung H. Wirajaya Kusuma ke hal 15 (Suara NTB/dok)

Mataram (Suara NTB) – Dua belas hari sejak pembukaan pendaftaran seleksi terbuka dua Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemprov NTB, jumlah pejabat yang mendaftar sudah mencapai 10 orang. Dari 10 pejabat yang sudah mendaftar secara online tersebut, baru satu orang yang melengkapi berkas pendaftaran. Hal tersebut dikatakan Kepala Sekretariat Pansel Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama (JPTP) Pemprov NTB, Raisah, SE, MM ketika dikonfirmasi Suara NTB, Jumat (27/10) siang kemarin. Raisah mengungkapkan, 10 pejabat yang sudah mendaftar secara online tersebut dengan rincian, 6 orang di jabatan Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip. Serta 4 orang di jabatan Kepala Biro Perekonomian Setda NTB. “Jumlahnya sudah memenuhi jumlah pelamar minimal untuk masing-masing posisi. Tinggal kita menunggu berkasnya,” kata Raisah. Raisah mengatakan, jumlah pelamar berpotensi akan bertambah. Pasalnya, masih ada waktu sampai batas waktu pendaftaran, Senin depan untuk mendaftar. Raisah Bersambung ke hal 15

Mantan Napi Kasus Bansos Lobar 2009 Siap Jadi ’’Justice Collaborator’’ Mataram (Suara NTB) Ahmad Solihan, mantan narapidana (Napi) kasus korupsi dana Bantuan Sosial (Bansos) Lombok Barat tahun 2009, mengaku gelisah setelah keluar dari penjara dengan status Pembebasan Bersyarat (PB). Merasa mengetahui modus penyimpangan di kasus yang sama dan siap membongkar keterlibatan orang lain, ia mengaku siap bekerjasama dengan penegak hukum atau dikenal dengan istilah justice collaborator. Mantan Sekertaris Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) ini sebelumnya menjalani pidana dua tahun penjara dalam kasus Bansos Lobar tahun 2009. Dia dipidana bersama atasannya Kepala BPKAD, H.Ranu dan Bendahara Agung Purnomo Nugroho serta Bendahara Pengganti Juandi Setiawan. ‘’Ini niat baik saya. Saya akan bongkar lagi kasus Bansos ini,’’ tegas Ahmad Solihan kepada Suara NTB, Jumat

(27/10). Menurut dia, ada banyak pihak yang harus bertanggung jawab pada sengkarutnya penggunaan dana Bansos miliaran rupiah saat itu. Modusnya diduga proposal fiktif dan stempel palsu. Dia merasa tidak jadi bagian dari skenario SPJ fiktif itu. Namun diseret ke pengadilan sebagai terdakwa. Sementara yang banyak menikmati anggaran, tidak tersentuh Kejaksaan Negeri Mataram yang menangani kasus ini sejak awal. ‘’Sudah jelas di fakta persidangan, ada oknum anggota Dewan ikut menikmati anggaran Bansos, disebutkan sama hakim agar jaksa menindaklanjuti fakta sidang itu. Tapi kok ndak diproses,’’ tanyanya. Belum lagi keterlibatan pejabat tinggi daerah saat itu. Mulai dari petinggi birokrasi Lobar yang pernah diseret ke Pengadilan sebelumnya, dalam kasus

Bansos untuk tahun yang lebih lama. ‘’Harusnya H.S (disebutkan lengkap diseret juga, dia bertanggung jawab itu,’’ protesnya. Paling membuatnya gelisah ketika Kejari Mataram tidak menyeret oknum yang mengeluarkan Perbup tim verifikasi dan mekanisme pencairan. Namun perannya tidak sampai di sana, oknum itu diduga turut mengatur pencairan Bansos fiktif. Selain soal Bansos, kasus lain yang dia akan bongkar terkait proyek instalasi internet di Setda Lombok Barat. Dalam proyek dengan nilai Rp 800 juta itu, dia juga diseret sebagai terdakwa dan menjalani pidana beruntun setelah kasus Bansos. Posisinya saat itu sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), diseret bersama rekanan pelaksana. Meski dipenjara, namun dia tetap berkelit tidak bersalah dalam kasus itu karena hanya menjalankan perintah atasannya di BPKAD. Bersambung ke hal 15


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.