HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.85.000 SUMBAWA Rp.90.000 ECERAN Rp 5.000
JUMAT, 25 MEI 2018
SUARA NTB Pengemban Pengamal Pancasila
Tambang Emas Dompu Diprediksi Serap 6.000 Tenaga Kerja Tambang emas dan tembaga di Hu’u, Dompu mengantongi izin Kontrak Karya (KK) generasi ke-8 tahun 1998. Karena terkendala izin prinsip kehutanan, PT Sumbawa Timur Mining (STM) selaku pemilik izin baru mulai melakukan kegiatan eksplorasi tahun 2010. Tambang yang dikabarkan memiliki cadangan emas sekitar 1,38 juta ton, diprediksi akan menyerap sedikitnya 6.000 tenaga kerja. PT STM sempat terkena suspensi atau penundaan kegiatan selama 10 tahun akibat tidak terbitnya izin prinsip kehutanan. Setelah IPPKH-nya terbit, PT STM melanjutkan kegiatan eksplorasi tahun 2010, seiring peralihan penguasaan saham dari PT Aborvoil dan PT Aneka Tambang ke PT Vale Tbk dan PT Aneka Tambang. Masuknya PT Vale Tbk membuat perusahaan ini kembali aktif dan ditemukan perkiraan potensi awal cadangan emasnya mencapai 1,38 juta ton atau lebih besar dari tambang Batu Hijau Sumbawa Barat yang hanya memiliki cadangan 690 ribu ton emas. Cadangan tembaganya melebihi 8,6 juta ton atau 19 miliar pounds sesuai cadangan tembaga di Merdeka Copper. Kepala Bagian Ekonomi Setda Dompu, Soekarno, ST, MT yang juga mantan Kepala Bidang Pertambangan dan Energi Kabupaten Dompu mengungkapkan, tidak mudah mengungkap informasi cadangan tambang. Tapi menurutnya, potensi ini diduga ada tujuan tertentu untuk memberikan gambaran kepada pemerintah bahwa ada potensi, tapi izinnya malah tidak diberikan. ‘’Membuka informasi cadangan itu tidak gampang sebenarnya. Ada tujuan politik sehingga itu ditampilkan,” kata alumnus Fakultas Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin, Makassar ini kepada Suara NTB, Kamis (24/5) kemarin. IPPKH yang belum dikeluarkan pemerintah sejak berakhir 17 Agustus 2017 lalu, dikatakan Soekarno hingga saat ini belum ada kepastian kapan diperpanjang. Hal ini juga yang membuat pemerintah daerah (Pemda) menunggu untuk penyiapan sumber daya manusia (SDM) agar bisa memenuhi kebutuhan pekerja tambang. ‘’Kita sebenarnya fokus ke SDMnya. Karena apabila kegiatan (tambang) ini jalan, paling tidak 5 – 6 tahun kemudian itu butuh tenaga kerja. Perkiraan pribadi saya, sekitar 6 ribu orang pekerja yang akan dipekerjakan,’’ sebutnya. Enam ribu orang itu, orang – orang yang punya keahlian semua. Walaupun buruh kasar, buruh kasar punya keahlian. ‘’Itu yang harus disiapkan. Makanya ini masih belum kita putuskan. Karena rencana mendapat dukungan BLK (dari pemerintah pusat), sampai sekarang belum,’’ kata Soekarno. Ketika sudah ada kepastian kelanjutan kegiatan PT STM dengan terbitnya IPPKH, Soekarno mengatakan, pihaknya akan mengundang stakeholder untuk menda-
patkan rencana tindak lanjut yang lebih jelas. Wilayah izin lokasi PT STM seluas 19 ribu hektare sebagian besar berada dalam kawasan hutan lindung. “Untuk rencana penempatan limbah, rencana pabrik, semua dibutuhkan. Itu termasuk dalam 19 ribu hectare,’’jelasnya. Namun Soekarno mengungkapkan, berdasarkan data potensi yang pernah disampaikan ke pihaknya bahwa potensinya ada di kedalaman di atas 800 meter. Kedalaman potensi ini mengharuskan produksi dilakukan secara tertutup. Terlebih dalam Undang – Undang Kehutanan mengarahkan untuk dilakukan penambangan secara tertutup. ‘’Tetapi keputusan akhir, apakah terbuka atau tertutup, tergantung study kelayakan,” ungkap Soekarno. Di pertambangan, ada beberapa study kelayakan yang harus dilihat yaitu kelayakan teknis, kelayakan ekonomis, kelayakan lingkungan, kelayakan pasca tambang, dan kelayakan regulasi. “Regulasi yang justru sekarang jadi kendala. Dulu tidak termasuk regulasi. Sekarang yang terjadi kendala regulasi, karena banyak tumpang tindih antarsektor. Itu sekarang kejadiannya,” katanya. Sementara itu pihak PT STM, membenarkan ada ekspose terkait potensi tambang di Hu’u, Dompu. ‘’Kami juga mendapatkan informasi bahwa ada ekspose dari Direktur Inalum (di Kementerian BUMN). Sampai saat ini, kami belum bisa berkomentar apapun terkait dengan stateman yang dikeluarkan itu,’’ kata Humas PT STM, Ulya Defretes saat dihubungi S u a r a N T B , R a b u (23/5). Ulya mengaku, sampai
saat ini pihaknya masih melakukan kegiatan eksplorasi (penelitian). Untuk sementara, sejak 17 Agustus 2017 lalu kegiatan pengambilan contoh bebatuan dan tanah yang akan diteliti dalam kawasan yang menjadi area izin KK dihentikan terkait dengan IPPKH yang belum keluar. Aktivitas perusahaan saat ini menyelesaikan penelitian sampel bebatuan yang ada, menyelesaikan pembangunan tempat penampungan di luar kawasan hutan, dan melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat lingkar tambang. “Kita melakukan program partisipasi desa. Dalam pekan ini, kita lakukan sosialisasi hasil program 2017 dan menyusun program 2018,” terangnya. Karena tidak adanya aktivitas pengambil sampel bebatuan dalam kawasan yang menjadi lokasi izin KK, Ulya mengaku, ada pengurangan tenaga kerja untuk manajemen PT STM dan saat ini tinggal 19 orang. Tapi untuk pekerja dari kontraktor yang menyelesaikan beberapa kegiatan perusahaan, juga tetap melakukan aktivitas di luar kawasan. “Jumlahnya (memang) berkurang, tapi tidak berpengaruh (terhadap operasional perusahaan),” jelasnya. Ulya juga enggan menanggapi terkait IPPKH yang bakal keluar setelah direvisinya Permen LHK No 50 tahun 2016 yang menjadi kendala perpanjangan IPPKH. Namun pihaknya t e t a p melakukan hubungan koordinasi d e n g a n M e n t e r i Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mendapatkan izin IPPKH. (ula)
Soekarno
Kadisdik Kota Mataram Tersangka
Jaksa Incar Aliran Dana Pungli SD dan SMP Mataram (Suara NTB) Kadis Pendidikan Kota Mataram, Sud resmi ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan pungli (pungutan liar). Pengembangan kasus diarahkan pada aliran dana pungli, termasuk kemungkinan membidik tersangka baru. Kajari Mataram menetapkan tersangka Sud melalui surat perintah penyidikan (sprindik) nomor print. 96.a/P2.10/Fd.I/25/2018, diterbitkan tanggal 15 Mei 2018. Penetapan tersangka itu setelah pihak kejaksaan menyelidiki dugaan pungli ke SD dan SMP se Kota Mataram tahun 2017. Kajari Mataram Ketut Sumedana, SH.,MH mengaku belum mendapat laporan dari Pidsus soal kasus baru tersebut. Namun ia sepenuhnya menyerahkan penanganan penyidikan kepada Seksi Pidsus. Secara umum dia jelaskan, akan ada pengembangan kasus karena pada dasarnya tindak pidana korupsi (Tipikor) tidak berdiri sendiri. “Iya nanti arahnya ke mana dananya, kalau itu hasil pungli,” kata Kajari. Siapa yang menikmati anggaran, apakah mengendap sampai tersangka atau dibagi bagi, akan jadi bahan pengembangan tim penyidik. Pungli sebelumnya diduga dilakukan Sud terhadap Kepala SD
dan SMP Negeri se Kota Mataram. Adapun jumlah SD yang diduga jadi korban pungli berjumlah 140 sekolah, sementara SMP sebanyak 24 sekolah. Kisaran per sekolah Rp 2 juta, bahkan ada yang dipungut hingga Rp 70 juta. Menurut Kajari, dugaan pungli ini terbuka peluang untuk diusut untuk tersangka lain. Sebab tipikor dinilai tidak bisa berdiri sendiri. Apakah kemungkinan hitung kerugian negara libatkan BPKP? Menurutnya, untuk kasus seperti pungli, apalagi perbuatan berlanjut, perlu libatkan ahli auditor. “Kecuali Operasi Tangkap Tangan (OTT), kan itu jelas barang buktinya. Kalau pungli, masih harus diaudit, apalagi itu perbuatan berlanjut,” tandasnya. Kasi Intelijen Kejaksaan Negeri (Kejari) Mataram Agus Taufikurrahman menjelaskan, penetapan tersangka terhadap Sud, setelah penyidik mengantongi alat bukti yang cukup selama proses penanganan perkara. Kasua mulai ditangani pihaknya sejak Januari 2018 lalu. Dimulai dari penyelidikan di intelijen, berupa pengumpulan data dan bahan keterangan. Setelah dirasa cukup, jaksa menyerahkan perkara untuk diselidiki bidang Pidana Khusus (Pidsus) Kejari Mataram. Agus mengatakan, selama proses penyelidikan, pihaknya telah
memeriksa sekitar 20 orang kepala sekolah. Para kepala sekolah ini diduga dimintai pungutan oleh Sud. Selain itu, pemeriksaan juga sudah dilakukan terhadap Sud ketika posisi kasus masih di tingkat penyelidikan. Setelah proses penyelidikan, yang hasilnya ditemukan unsur perbuatan melawan hukum, jaksa memutuskan untuk menaikkan perkara ke penyidikan pada awal Mei lalu. “Naiknya status perkara dibarengi dengan penetapan tersangka terhadap Kadis Pendidikan Kota Mataram, Sud,” jelasnya. Mengenai jumlah pungutan yang diminta tersangka, Agus mengaku belum bisa membeberkannya. Materi itu masih didalami jaksa penyidik. “Termasuk juga dengan berapa orang yang dimintai pungutan, itu masih kita dalami,” ucapnya. Mengenai motif pungli, kata Agus, tersangka mengeluarkan perintah kepada kepala sekolah untuk mengeluarkan sejumlah dana sebagai biaya pengobatannya. Selain itu, permintaan pungutan juga digunakan untuk membiayai kegiatan di luar daerah. ‘’Katanya sakit, kepala sekolah dikumpulkan, terus dimintai biaya untuk berobat. Sisanya masih kita dalami terus,’’ pungkasnya. (ars)
16 HALAMAN NOMOR 68 TAHUN KE 14 Online :http://www.suarantb.com E-mail: suarantbnews@gmail.com
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257