Edisi 13 Juli 2017 | Suara NTB

Page 1

HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.85.000 SUMBAWA Rp.90.000 ECERAN Rp 5.000

SUARA NTB

16 HALAMAN NOMOR 102 TAHUN KE 13

Online :http://www.suarantb.com E-mail: hariansuarantb@gmail.com

KAMIS, 13 JULI 2017

Pengemban Pengamal Pancasila

TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257 (Suara NTB/lin)

MENUJU GILI - Sejumlah wisatawan mancanegara yang hendak meninggalkan Senggigi menuju Gili Matra (Gili Trawangan, Meno dan Air). Diketahui bahwa Pelabuhan Senggigi kerapkali digunakan sebagai tempat transit wisatawan yang akan berkunjung ke Gili Matra yang kini menjadi salah satu maskot pariwisata NTB.

Tak Ada Toleransi Keterlambatan Penyerahan LPJ DD Tahap I Mataram (Suara NTB) Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB), tidak akan memberi toleransi daerah yang terlambat menyerahkan Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) dana desa (DD) tahap I. Jika LPJ DD tahap I tidak dapat dilaporkan tepat waktu pada 24 Juli mendatang, maka DD tahap II otomatis akan hangus. ‘’Secara prinsip sudah ada ketentuan seperti itu. Ketentuan itu prinsipnya mengedukasi. Jadi harusnya itu bisa dipergunakan untuk menjadi pola dalam rangka memastikan

Semakin Sulit Turun

KO M E N TTAA R

NTB, Rabu (12/7). Jika Pemda meminta ada dispensasi atau toleransi untuk melaporkan LPJ DD tahap I, kata Taukhid, pihaknya tak bisa membuat keputusan.

Evaluasi Kinerja Kades

TO K O H PEMPROV NTB mendorong bupati/ walikota untuk membuat terobosan dan strategi dalam mempercepat penurunan angka kemiskinan di masingmasing daerahnya. Sehingga penurunan angka kemiskinan sesuai dengan targettarget yang telah ditetapkan dalam RPJMD dapat tercapai. ‘’Saya tidak mengalihkan persoalan. Tetapi pemerintah provinsi itu fasilitator. Fungsinya di situ. Harus ada terobosan dan ada intervensi. Program penuh itu ada di kabupaten/kota kalau berbicara kemiskinan. Bersambung ke hal 15

pencairannya tepat waktu,” kata Kepala Kanwil DJPB NTB, Taukhid, SE., M.Sc.IB., MBA ketika dikonfirmasi Suara NTB di sela-sela menghadiri rapat paripurna di DPRD

Pihaknya tentu akan menunggu apa kebijakan dari Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani. ‘’Kalau kemudian ternyata ada yang meminta dispensasi, toleransi dan sebagainya. Kami nanti tentu menunggu kebijakan Ibu Menteri nanti,’’ katanya. Menkeu tentunya akan melihat apakah kasus keterlambatan pencairan DD tahap I di NTB apakan terjadi di se-

SALAH satu alasan tak tuntasnya laporan pertanggungjawaban (LPJ) memicu keterlambatan pencairan Dana Desa (DD), akibat rumitnya penggunaan aplikasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes). Persoalan ini terpantau juga oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang turut membidani lahirnya sistem berbasis online tersebut. Tapi harusnya itu tidak

jadi alasan, karena persoalan mendasar adalah kinerja kepala desa (Kades) yang harus dievaluasi, berjenjang hingga camat dan pemerintah daerah. Beberapa faktor lambatnnya pertanggungjawaban penggunaan DD, di catatan BPKP, diantaranya dipicu kepentingan politik yang berlangsung di desa. Sumber daya yang tidak siap, penggantian tenaga teknis Siskeudes sesuai selera,

Kasus K2 Dompu, Berkas Tersangka HBY Belum Lengkap H. Muh. Amin (Suara NTB/dok)

Masyarakat Harus Waspada PEMERINTAH Filipina telah mendeportasi dua warga NTB terduga simpatisan Islamic State and Syria (ISIS) dari Marawi. Badan Intelijen Negara (BIN) mengaku terus mengawasi dua warga NTB terduga simpatisan ISIS tersebut. “Dari NTB sudah ada yang dideportasi. Yang telah dideportasi dua orang. Itu sedang dalam pengawasan kita,” kata Kepala Badan Intelijen Daerah (Kabinda) NTB, H. Tarwo Kusnarno, S.E., M.Si dikonfirmasi usai rapat Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FKPD) NTB di Pendopo Gubernur, Rabu (12/7). Namun, pihaknya tak membeberkan alamat maupun (Suara NTB/nas) identitas kedua warga NTB H. Tarwo Kusnarno yang pernah berangkat ke Marawi Filipina tersebut. Yang jelas, katanya, sebelumnya juga telah digagalkan berangkatnya lima warga NTB ke Marawi. Bersambung ke hal 15

Mataram (Suara NTB) Proses melengkapi kekurangan berkas kasus pengangkatan tenaga honorer katagori 2 (K2) menjadi CPNS Dompu dengan tersangka Bupati Dompu, Drs.H. Bambang M. Yasin (HBY) belum usai. Pada pekan lalu penyidik sudah turun langsung ke Dompu memeriksa sejumlah saksi kembali untuk melengkapi berkas dimaksud. “Belum selesai. Ada beberapa yang perlu ditambahkan lagi,” ungkap Kasubdit III Tipikor Ditreskrimsus Polda NTB, AKBP Bagus Satrio Wibowo ditemui di ruang kerjanya, Rabu (12/7). Selama sepekan lalu, ia bersama sejumlah penyidik menyelesaikan pemeriksaan tambahan terhadap sejum-

lah saksi kasus K2 Dompu, di antaranya honorer yang lulus dan tidak lulus. Ia tidak merinci apakah ada pemeriksaan tambahan terhadap tersangka kasus tersebut, yakni HBY, Bupati Dompu yang bertindak sebagai ketua tim verifikasi honorer K2 2014 silam. “Ya tidak mungkin kita jelaskan secara rinci. Yang jelas kita berupaya melengkapi kekurangan berkas seperti petunjuk P19 jaksa,” terangnya. Bupati Dompu disangka menyalahgunakan wewenangnya sebagai pejabat negara dalam proses rekrutmen CPNS Dompu jalur honorer K2. “Untuk saat ini berkas ini untuk satu tersangka,” ujarnya. Bersambung ke hal 15

tidak akur dengan BPD. Kemudian penggunaan anggaran yang tidak sesuai dengan ABPDes sehingga sulit di input ke Seskeudes. Pemerintah daerah melalui BPMDes tidak maksimal jalankan tupoksi. Hal lain yang dipicu ulah kepala desa adalah janji politik untuk mengamankan jabatan dengan mengakomodir aspirasi tanpa memperhatikan nomenklatur anggaran. Kementerian Keuangan

(Kemenkeu) melalui Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) NTB memberikan tenggat waktu kepada delapan kabupaten di daerah ini untuk menyampaikan laporan pertanggungawaban penggunaan dana desa tahap I sebesar Rp 518,650 miliar, sampai 24 Juli mendatang. Jika lewat, maka DD tahap II tak akan cair alias hangus. Bersambung ke hal 15

luruh Indonesia atau tidak. Jika keterlambatan pencairan DD tahap I yang berimplikasi terhadap pelaksanaan dan pembuatan LPJ yang molor terjadi secara nasional maka tentu ada kebijakan Menkeu. Taukhid mengatakan, berdasarkan pantuan yang dilakukan, jumlah desa yang belum menerima transfer dari pemerintah daerah kabupaten atau rekening kas umum daerah (RKUD) ke kas desa tinggal 20 desa lebih. Sementara itu, tenggat waktu penyerahan LPJ dana desa tahap I semakin dekat. Melihat masih adanya pemda yang belum mentransfer dana desa tahap I ini, Kanwil DJPB NTB telah meminta Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) yang tersebar di empat daerah untuk berbicara dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD). Jika pemerintah desa kesulitan untuk menyelesaikan APBDes atau LPJ tahun sebelumnya maka jangan dibiarkan. DPMD diminta untuk memberikan edukasi dan pendampingan kepada desa-desa tersebut. Bersambung ke hal 15

Bersedia Merger BPR, KSB Minta Jatah Direksi Mataram (Suara NTB) Pemda Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) menyatakan bersedia akan ikut dalam merger 8 PD. BPR NTB menjadi PT. Bank BPR NTB. Namun, KSB meminta hak-haknya sebagai salah satu pemegang saham dapat diakomodir dalam jajaran pengurus PT. Bank BPR NTB. “Jelas lah minta direksi. Karena kita punya saham, terus ndak ada direksi?” kata Wakil Bupati KSB, Fud Syaifuddin, ST dikonfirmasi usai rapat dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FKPD) Pemprov NTB di Pendopo Gubernur, Rabu (12/7). Terkait dengan merger delapan PD. BPR itu, katanya, masing-masing Pemda punya sikap. Sikap Pemda ini semestinya diapresiasi oleh Pemprov NTB.

(Suara NTB/dok)

Fud Syaifuddin Fud mengatakan Pemda KSB bukan berarti melawan UU akibat menolak bergabung dalam merger BPR tersebut. Namun, sepanjang Pemprov

NTB dalam hal ini gubernur mau duduk bersama maka pihaknya siap untuk diundang. Sehingga Pemda bisa menyampaikan argumentasinya. Untuk itu, pihaknya berharap segera dilakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) ulang. “Karena di dalam pembuatan PT Bank BPR NTB tersebut, mana perwakilan orang KSB. Sementara kita punya saham di sana,” katanya. Pascapertemuan dengan Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi, Fud mengatakan memang sudah ada komitmen secara lisan bersedia bergabung dalam merger PT. Bank BPR tersebut. Namun, komitmen itu masih dalam bentuk lisan bukan tertulis. Untuk itu, pihaknya mendukung segera dilakukan RUPS ulang. Bersambung ke hal 15

Dugaan Suap, Kepala BPR Lotim Serahkan Dokumen ke Kejaksaan

(Suara NTB/ars)

DIPERIKSA - Direktur PD BPR Lotim, Mutawalli usai diperiksa di Kejati NTB.

Mataram (Suara NTB) Laporan atas dugaan suap pada proses merger delapan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat (PD BPR) menjadi Perseroan Terbatas (PT) Bank BPR NTB, berlanjut lagi di Kejati NTB. Setelah sebelumnya Kepala Biro Ekonomi Setda NTB, Manggaukang Raba diklarifikasi, giliran pejabat BPR Lotim dipanggil penyidik, Rabu (13/7) sekaligus penyerahan dokumen. Memenuhi panggilan penyidik, Kepala BPR Lombok Timur (Lotim), Mutawalli da-

tang sekitar pukul 10.00 Wita. Dia diklarifikasi di lantai dua gedung Pidsus, langsung berhadapan dengan Ketua Tim Penyidik Usman, SH,MH. Dia selesai diperiksa sekitar pukul 15.00 Wita. Usai pemeriksaan, Mutawalli mengaku semua sudah dijelaskan kepada penyidik. ‘’Semua sudah saya jelaskan ke penyidik. Terkait belanja dan pengadaan barang dan jasa, terkait sekretariat, termasuk biaya mendampingi DPR studi banding,” jelasnya. Penyidik juga memintanya menyerahkan beberapa

dokumen pendukung klarifikasi. Seperti pertanggungjawaban penggunaan anggaran sejak tim dibentuk. “Ada beberapa dokumen yang diminta soal SPJ, soal SOP, termasuk dokumen fotokopi Perda Nomor 10 tahun 2016 soal Perda merger BPR,” kata Mutawalli. Disinggung soal laporan masyarakat terkait dugaan suap dalam proses merger dan pemilihan calon Direksi PT. BPR itu, dia membantah dan bantahan itu sudah dijelaskan kepada penyidik Kejaksaan. Bersambung ke hal 15


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.