HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.85.000 SUMBAWA Rp.90.000 ECERAN Rp 5.000
SUARA NTB
KAMIS, 30 AGUSTUS 2018
Pengemban Pengamal Pancasila
16 HALAMAN NOMOR 143 TAHUN KE 14 Online :http://www.suarantb.com E-mail: suarantbnews@gmail.com
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
APBD-P 2018
Pemprov NTB Siapkan Anggaran Penanganan Pascabencana Gempa Rp60 Miliar Mataram (Suara NTB) Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) dan Badan Anggaran (Banggar) DPRD NTB telah memperbaiki kebijakan Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah Perubahan (APBD-P) 2018. Dalam APBD-P 2018, Pemprov NTB menyiapkan anggaran sebesar Rp60 miliar untuk penanganan pascabencana gempa NTB. Kepala Bappeda NTB, Ir. H. Ridwan Syah, MM, M. Sc, M. TP menjelaskan bahwa memang pada KUAI PPAS Perubahan yang diserahkan ke DPRD Juli
lalu, belum mengakomodir penanganan untuk korban gempa bumi. Pasalnya, KUA-PPAS Perubahan dibuat sebelum kejadian bencana gempa bumi, 29 Juli lalu. KUA-PPAS tersebut juga telah diserahkan ke DPRD sebelum kejadian bencana. Bahkan pembahasan KUAPPAS Perubahan baru bisa dilakukan antara TAPD dan Banggar, dua hari setelah masa tanggap darurat bencana gempa bumi yang berakhir 26 Agustus 2018. Meskipun KUA-PPAS yang sudah diserahkan ke Dewan itu belum
mengakomodir anggaran untuk penanganan pascabencana. Namun, sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 33 Tahun 2017. Tentang Pedoman Penyusunan APBD 2018, jika ada force majeure (kejadian luar biasa) maka KUAPPAS tidak perlu dikembalikan ke eksekutif oleh DPRD. TAPD dan Banggar cukup membuat kesepakatan. Yakni TAPD dan Banggar telah memperbaiki kebijakan APBD Perubahan 2018. Dengan mencantumkan bahwa APBD Perubah-
an 2018 responsif terhadap penanganan pascabencana gempa. ‘’Kebijakan yang kita buat ada delapan poin,’’ sebut Ridwan di Mataram, Rabu (29/8). Delapan poin kebijakan tersebut, pertama, APBD Perubahan 2018 harus menjamin kehidupan sosial masyarakat terdampak gempa berjalan normal, dapat memenuhi kebutuhan hidup pada masa tanggap darurat. Kedua, APBD Perubahan 2018 menjamin proses belajar mengajar anak sekolah di lokasi terdampak gempa dapat berjalan normal melalui
penyediaan sekolah darurat. Kemudian menjamin pelayanan kesehatan, pelayanan administrasi perkantoran di tingkat desa, kecamatan terdampak supaya berjalan normal. Serta penyediaan infrastruktur air bersih di lokasi bencana. Selain itu, menjamin aktivitas perekonomian berjalan normal melalui penyediaan pasar dan kios darurat. Bersambung ke hal 15
H. Ridwan Syah (Suara NTB/nas)
Gedung Pemerintah Tak Tahan Gempa
Polisi Siap Usut Indikasi Penyimpangan Cacat Konstruksi Tanjung (Suara NTB) Tim ahli konstruksi sedang menaksir kerusakan gedung-gedung pemerintahan akibat rangkaian gempa Lombok. Aparat penegak hukum siap turun penyelidikan hasil penaksiran, jika ditemukan adanya indikasi ketidaksesuaian spesifikasi bangunan. Indikasi penyimpangan perlu ditindaklanjuti ke tahap penyelidikan. Kapolda NTB, Irjen Pol Achmat Juri Rabu (29/8) menjelaskan, pihaknya siap mengusut proyek gedung yang pengerjaannya terhitung asal-asalan. ‘’Konstruksi itu kan ada auditnya, dilakukan tim ahli PUPR dan universitas (Perguruan Tinggi). Tergantung nanti rekomendasinya bagaimana,” ujarnya saat berbincang dengan Suara NTB di sela kegiatannya meninjau lokasi pengungsian di Pemenang, Lombok Utara. Polda NTB katanya, nantinya akan berkoordinasi mengenai hasil penaksiran kerusakan gedung tersebut. Dokumen hasil penaksiran diteliti kembali oleh penyidik Tipikor. ‘’Kalau ada indikasi korupsi dari teknis bangunan, (penanganan) ke kita. Kalau cacat konstruksi hanya masalah administrasi nanti diselesaikan di sana,’’ jelasnya. Dalam pengawasan bangunan tersebut, sambung dia, setiap pihak yang berkepentingan kini sudah bekerja. Bersambung ke hal 15
TO K O H Ajukan Tambahan Anggaran
(Suara NTB/why)
CEK RISHA - Kapolda NTB, Irjen Pol Achmat Juri mengecek perakitan RISHA untuk bangunan sementara pelayanan kamtibmas Polsek Gangga, Rabu (29/8). Berita selengkapnya di halaman 8.
PUPR Latih Tenaga Pendamping
PENDATAAN dan verifikasi kerusakan rumah akibat gempa NTB terus dilakukan di tujuh kabupaten/kota di wilayah Pulau Lombok dan Sumbawa. Hingga saat ini tercatat sebanyak 32.129 unit rumah korban gempa yang telah diverifikasi. Untuk perbaikan rumah korban gempa, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengajukan anggaran tambahan ke Kementerian Keuangan (Kemenkeu). ‘’Petugas terus melakukan verifikasi sesuai tingkat kerusakan rumah yaitu rumah rusak berat, Sutopo Purwo Nugroho Bersambung ke hal 15 (Suara NTB/ist)
Bupati Lobar Protes BNPB, Bupati KLU Khawatir Hujan
Kawal Masyarakat Bangun Rumah Tahan Gempa Mataram (Suara NTB) Rehabilitasi dan rekonstruksi puluhan ribu rumah warga yang rusak akibat gempa beberapa waktu lalu akan dirancang tahan gempa maksimum 7 skala richter (SR). Saat ini Kementerian PUPR sedang melatih tenaga pendamping yang akan mengawal masyarakat untuk membangun rumah tahan gempa. ‘’Tenaga pendamping kita latih. Bagaimana membuat rumah tahan gempa. Ini yang kita kunci. Baik itu pembangunan maupun rehabilitasi yang kita kunci adalah bagaimana rumah itu tahan gempa pada tataran 7 SR,’’ kata Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman (Perkim) NTB, Ir. IGB. Sugihartha, MT ketika dikonfirmasi di Mat-
aram, kemarin. Ketika ada guncangan gempa 7 SR, kata Sugihartha, maka kondisi bangunan rumah dan penghuni masih aman. Jika terjadi gempa dengan skala 8 SR dalam jangka waktu yang lama, penghuni masih aman. ‘’Rumah itu roboh bukan begitu gempa. Tapi gempa dalam frekuensi lama pada akhirnya tak mampu menahan getaran,’’ katanya. Terkait engan verifikasi rumah korban gempa yang rusak berat, Sugihartha mengatakan sudah terverifikasi sebanyak 15.813 unit. Dengan rincian Kota Mataram 1.482 unit, Bersambung ke hal 15
12345678901234567890123456789012 12345678901234567890123456789012 12345678901234567890123456789012 12345678901234567890123456789012 12345678901234567890123456789012 12345678901234567890123456789012 12345678901234567890123456789012 12345678901234567890123456789012 12345678901234567890123456789012 12345678901234567890123456789012 12345678901234567890123456789012 12345678901234567890123456789012 12345678901234567890123456789012 12345678901234567890123456789012 12345678901234567890123456789012 12345678901234567890123456789012 ABUPATEN Lombok Barat (Lobar) dan 12345678901234567890123456789012 Kabupaten Lombok Utara (KLU), dua daer12345678901234567890123456789012 ah terdampak gempa. Dalam menghadapi 12345678901234567890123456789012 persoalan dampak gempa, ke dua daerah ini 12345678901234567890123456789012 ternyata berbeda dalam penanganan korban. 12345678901234567890123456789012 12345678901234567890123456789012 Sebelumnya pihak Pemkab Lobar menyerahkan data 12345678901234567890123456789012 52.000 rumah rusak berat dan ringan untuk mendapat 12345678901234567890123456789012 bantuan dana stimulan dari pemerintah pusat. Namun 12345678901234567890123456789012 data yang dirilis BNPB sebagai wakil pemerintah pusat, 12345678901234567890123456789012 12345678901234567890123456789012 hanya 1000 lebih rumah yang terdata menerima bantuan. 12345678901234567890123456789012 ‘’Sehingga tadi pas rapat koordinasi dengan BNPB, 12345678901234567890123456789012 saya sampaikan protes itu,’’ ujar Bupati Lobar H. Fauzan 12345678901234567890123456789012 Khalid kepada Suara NTB di Desa Mekar Sari, Kecama12345678901234567890123456789012 12345678901234567890123456789012 tan Gunung Sari, Lombok Barat, Rabu (29/8) kemarin. 12345678901234567890123456789012 Data yang dirilis itu masih jomplang dari jumlah 12345678901234567890123456789012 rumah rusak berat, sedang dan ringan yang diserah12345678901234567890123456789012 kan sebelumnya, mencapai 13.000 unit. ‘’Ini jumlah yang 12345678901234567890123456789012 12345678901234567890123456789012 saya sudah SK kan dan sudah verifikasi lapangan. Tapi 12345678901234567890123456789012 yang keluar 1000 lebih. Di satu sisi kita diminta cepat 12345678901234567890123456789012 pendataan, tapi setelah cepat, data tidak sesuai 12345678901234567890123456789012 keinginan,’’ jelasnya. Bersambung ke hal 15 12345678901234567890123456789012
IGB. Sugihartha
(Suara NTB/dok)
TNGR Batalkan Proyek Perbaikan Fasilitas Rinjani Mataram (Suara NTB) Gempa yang mengguncang Lombok juga berdampak pada pengadaan barang dan jasa. Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) bahkan harus membatalkan pengadaan untuk perbaikan fasilitas di jalur trekking Rinjani. ‘’Semua lelang kita batalkan, karena mau bagaimana lagi? Situasi seperti ini. Tidak mungkin kita paksakan pekerjaan dilanjutkan,’’ kata Kasi II TNGR, Rio Wibawanto kepada Suara NTB kemarin. Pengadaan seperti pembuatan pos, penambahan fasilitas toilet, serta perbaikan jalur senilai ratusan juta rupiah, termasuk campaign area. Terpaksa pihaknya mengusulkan pengadaan baru tahun 2019 mendatang.
Bahkan akan diajukan revisi anggaran karena berpeluang menambah objek yang akan diperbaiki akibat kerusakan. ‘’Seperti di Pos Sembalun, itu kan rusak akibat longsor. Kita akan bangun fasilitas pos yang lebih tahan gempa,’’ tandasnya. Kejadian gempa dan longsor Minggu (29/8) lalu membawa hikmah dan pelajaran penting bagi TNGR, termasuk soal pengadaan. Fasilitas tidak lagi dibangun standard, tapi lebih ke pertimbangan bangunan tahan gempa atau bencana lainnya lain seperti longsor. Selain bangunan fisik, non fisik juga akan dievaluasi. Seperti SOP pendakian disesuaikan dengan regulasi baru, adaptasi dengan bencana. Seperti jalur evakuasi pendaki ketika terja-
(Suara NTB/tngr)
RETAK - Permukaan tanah di Pelawangan Rinjani yang retak akibat gempa. TNGR akan menata area ini sehingga bisa dijadikan pusat camp pendaki.
di bencana, akan ditentukan spot khusus di tiap jalur sehingga ketika terjadi bencana, pendaki dan para porter lebih mudah menyelamatkan diri. Pengalaman gempa dan longsor sebelumnya, terjadi kekacauan akibat semua panik. ‘’Seperti pengalaman kemarin porter tinggalkan tamunya. Sehingga wisatawan bingung. Ada pendaki yang ditinggal barangnya. Kita tidak ingin itu terjadi lagi, makanya kita perbaiki semuanya nanti,’’ tandasnya. Namun masa perbaikan itu menunggu proses recovery, diperkirakan akan berlangsung setahun. Apalagi kondisi tanah di lereng Rinjani masih labil. Titik camp pendaki di Pelawangan juga retak sehingga membahayakan jika dipaksa dilakukan perbaikan, dikhawatirkan masih ada gempa susulan. ‘’Kita tunggu situasi benar benar pulih,’’ ujarnya. (ars)