Edisi Jumat 26 Oktober 2018 | Suara NTB

Page 1

SUARA NTB

HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.85.000 SUMBAWA Rp.90.000 ECERAN Rp 5.000

JUMAT, 26 OKTOBER 2018

Pengemban Pengamal Pancasila

16 HALAMAN NOMOR 190TAHUN KE 14 Online :http://www.suarantb.com E-mail: suarantbnews@gmail.com

TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257

Aparat Gabungan Tertibkan PETI di KSB Taliwang (Suara NTB) Aparat gabungan TNI—Polri mulai melakukan penertiban Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di wilayah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). Penertiban berlangsung Kamis (25/10)

diawali dari lokasi penambangan emas liar SP Dua Tatar, di Desa Tatar, Kecamatan Sekongkang. Suara NTB berkesempatan mengikuti penertiban bersama tim gabungan yang beranggotakan 35 personel tersebut. Tim

gabungan yang dipimpin Kabag Operasi Kompol Edi Susanto S.Sos, memulai penertiban dari SP Dua Tatar. Untuk mencapai lokasi tambang emas liar di SP Dua Tatar memang tidak mudah. Bersambung ke hal 15

(Suara NTB/ils)

DITERTIBKAN - Aparat gabungan melakukan penertiban PETI di kawasan perbukitan Desa Tatar, Kecamatan Sekongkang, KSB, Kamis (25/10) kemarin.

Diumumkan Hari Ini

5.559 Pelamar CPNS Pemprov NTB Lolos Seleksi Administrasi Mataram (Suara NTB) Pemprov NTB telah merampungkan verifikasi dan validasi berkas pendaftaran pelamar CPNS 2018. Hasil verifikasi, sebanyak 5.559 pelamar dinyatakan lolos seleksi administrasi.

TO K O H NTB Jadi Daerah Industrial PEMUDA Indonesia harus mampu mendesain Bangsa Indonesia. Untuk dapat melakukan hal itu, Pemuda Indonesia harus mampu mengunjungi masa depan terlebih dahulu. Hal itulah yang disampaikan Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah, SE.M.Sc dalam paparannya sebagai narasumber utama dalam Diskusi Publik yang diinisiasi Fraksi PKS DPR RI. Bersambung ke hal 15

H. Zulkieflimansyah (Suara NTB/ist)

KO M E N TTAA R Konsultasi ke Tim Rekompak WARGA korban gempa diperbolehkan memperbaiki atau membangun kembali rumahnya lebih dulu tanpa harus menunggu cairnya dana bantuan stimulan dari pemerintah pusat. Dana bantuan stimulan dari pemerintah pusat dapat diklaim belakangan setelah rumah warga terbangun dan siap ditempati. Bersambung ke hal 15

IGB. Sugihartha

Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) NTB, Drs. H. Fathurahman, M.Si., menyebutkan, jumlah pelamar yang mendaftar secara online sebanyak 6.556 orang. Setelah dilakukan verifikasi dan validasi berkas, sebanyak 997 pelamar dinyatakan tidak memenuhi syarat (TMS). ‘’TMS ini karena hampir setengahnya tak mengirim berkas lewat PT. Pos Indonesia. Karena itu merupakan suatu persyaratan,” jelas Fathurahman di Mataram, Rabu. (25/10). Data sementara BKD NTB, sebanyak 1.319 pelamar gugur atau tak me-

menuhi syarat. Namun, setelah adanya penyesuaian kualifikasi pendidikan dengan jabatan pada formasi, ada beberapa yang dinyatakan memenuhi syarat (MS). Ia mencontohkan seperti formasi guru teknik mesin. Dalam persyaratan disebutkan, pelamarnya berkualifikasi sarjana pendidikan teknik mesin. Para pelamar tidak ada yang S1 pendidikan teknik mesin, tetapi S1 teknik mesin. ‘’Sehingga diberi ruang memperbaiki hal-hal yang kiranya menjadi pengaduan masyarakat, pelamar,” jelasnya. Bersambung ke hal 15

(Suara NTB/nas)

CEK - Tim dari BKD Provinsi NTB sedang mengecek kesiapan tempat untuk pelaksanaan test CAT.

Huntara Belum Jadi, Terpaksa Tinggal Dekat Kandang Ternak Giri Menang (Suara NTB) Sejumlah masyarakat korban gempa di Desa Gelangsar Kecamatan Gunungsari Lombok Barat (Lobar) terpaksa tinggal di dekat kandang ternak. Pasalnya, belum ada bantuan pembangunan hunian sementara (huntara) bagi warga yang rumahnya hancur akibat gempa beberapa waktu lalu. Tokoh masyarakat Desa Gelangsar, Abdul Rahman menyebutkan sebanyak 823 unit rumah warga yang rusak akibat gempa. Dari jumlah tersebut sekitar 600 unit yang

rusak berat. Sisanya 200 unit rusak sedang dan ringan. ‘’Baru sebagian yang dapat SK kabupaten, sebagian lagi belum ada SK. Untuk bantuan stimulan pemerintah yang terealisasi sampai hari ini belum ada. Masih verifikasi data saja,’’ kata Abdul Rahman. Ia menyebutkan per 22 Oktober lalu, baru 14 warga yang sudah memiliki rekening. Semuanya sudah dikelompokkan menjadi kelompok masyarakat (Pokmas). Mantan Kepala Desa Gelangsar ini mengatakan,

masyarakat sangat membutuhkan huntara. Sampai saat ini belum ada bantuan untuk pembangunan huntara baik dari pemerintah maupun pihak ketiga. Tempat tinggal sementara yang dibangun masyarakat dari sisa-sisa bangunan dilakukan secara swadaya. Ia mengaku sudah mengusulkan ke Dinas Sosial untuk pembangunan 90 unit huntara. Jumlah kebutuhan huntara di Desa Gelangsar, kata Abdul Rahman sekitar 100 unit. ‘’Mudah-mudahan tereal-

isasi. Kalau di tenda panas. Masyarakat mulai terjangkit penyakit malaria, kemarin ada beberapa terjangkit. Sehingga kami mengarahkan masyarakat kembali ke rumah masing-masing,’’ katanya. Saat ini sejumlah warga korban gempa terpaksa tinggal dekat kandang ternak. ‘’Kalau kemarin berugaqnya tak pernah di tempati di belakang. Sekarang menjadi tempat hunian yang paling nyaman. Kandang ayam dulu, sekarang jadi tempat tinggal yang aman. Di situ juga kandang sapi dan se-

bagainya. Ini campur baur inilah yang mengkhawatirkan kita. Kalau pemerintah tak segera membangun huntara. Apalagi banyak anak-anak kecil,’’ katanya. Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) NTB, dr. Nurhandini Eka Dewi, MPH mengatakan masyarakat yang tinggal di pengungsian memang rentan terhadap penyakit. Apalagi yang tinggal dekat kandang ternak. Sehingga diharapkan huntara segera terealisasi. Agar masyarakat tinggal di tempat yang layak. (nas)

Polda NTB Didorong Usut Dugaan Kakanwil Kemenag NTB akan Diklarifikasi Penyimpangan Spek dan Gratifikasi Mataram (Suara NTB) – Ombudsman RI NTB melanjutkan investigasi dugaan maladministrasi pengadaan buku madrasah se-NTB Rp200 miliar 2018. Investigasi akan berlanjut ke klarifikasi sejumlah pihak. Diantaranya dengan mengklarifikasi Kepala Kanwil (Kakanwil) Kemenag NTB. ‘’Investigasi masih jalan. Bisa jadi kita akan minta keterangannya Kepala (Kanwil) untuk data lanjutan,’’ ujar Kepala Perwakilan Ombudsman RI NTB, Adhar Hakim, SH.MH, kemarin. Dia menjelaskan, pihaknya sudah menemukan indikasi maladministrasi. Untuk keperluan kelengkapan investigasi, maka setiap pihak yang berkaitan akan dimintai keterangan. Selanjutnya, akan disusun rekomendasi untuk disampaikan kepada pimpinan instansi yang bersangkutan. Selain meneruskan potensi perbuatan tindak pidananya ke aparat penegak hukum. Bersambung ke hal 15 Adhar Hakim

Mataram (Suara NTB) Langkah Ombudsman RI Perwakilan NTB menyerahkan ke penegak hukum dugaan maladminstrasi pengadaan buku kurikulum Madrasah se NTB didukung pegiat antikorupsi. Polda NTB yang menindaklanjuti masalah itu, didorong menyelidiki dugaan penyimpangan pada spek buku dan indikasi gratifikasi. Dalam banyak kasus, Solidaritas Masyarakat untuk Transparansi (Somasi) NTB menemukan proses penegakan hukum diawali temuan maladministrasi hingga skenario penentuan pemenang pekerjaan. Kolusi antara penentu kebijakan instansi dengan pihak ke tiga membuka ruang terjadinya tindak pidana korupsi. Menurut

Koordinator Badan Pekerja Somasi NTB, Dwi Ariesanto, masyarakat perlu mendorong Polda NTB serius mengusut temuan Ombudsman Perwakilan NTB itu. Lebih spesifik, pihaknya menekankan kepada Polda NTB untuk menelisik lebih jauh soal spesifikasi buku untuk menemukan indikasi tindak pidana. ‘’Dari penentuan satu rekanan yang dipatok untuk pembelian buku itu bisa jadi pintu masuk untuk menelusuri spek bukunya,’’ kata Dwi Ariesanto kepada Suara NTB, Kamis (25/10). Pemeriksaan ini perlu melibatkan ahli untuk pemeriksaan ukuran dan jenis kertas. Sementara indikasi kerugian negara, bisa melibatkan ahli auditor, dari total anggaran Rp 200 miliar lebih untuk 2.256 Madrasah se – NTB. Pihak-pihak yang terlibat, jika oknum pejabat dan rekanan disebutnya bisa terjerat dengan pasal 2 dan Pasal 3 Undang Undang Nomor 30 tahun 1999 sebagaimana diubah

dengan Undang Undang 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi. Memperluas penyelidikan juga memungkinkan dalam banyak kasus, termasuk dari petunjuk awal dan data yang diberikan Ombudsman. Terkait kemungkinan dugaan terjadinya suap dan gratifikasi. Ini tertuang dalam ketentuan Pasal 5 jo Pasal 11, pasal 12 b Undang Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. ‘’Jadi selain soal dugaan penyalahgunaan kekuasaan, juga patut diduga ada gratifikasi. Karena sangat aneh sampai urusan di mana belinya saja ditentukan,’’ sorotnya. Padahal, lanjutnya, secara juklak-juknis sudah jelas bahwa dana BOS dikelola secara otonom oleh Madrasah dengan melibatkan komite dan dewan guru. ‘’Artinya Madrasah bebas memilih di mana mereka bisa membelinya, selain kebutuhan buku seperti apa yang benar-benar mereka butuhkan,’’ tegasnya. Bersambung ke hal 15


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.