SUARA NTB
HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.85.000 SUMBAWA Rp.90.000 ECERAN Rp 5.000
SABTU, 25 MEI 2019
Pengemban Pengamal Pancasila
BPBD Gandeng Ditreskrimsus Usut Oknum Penghambat RTG Mataram (Suara NTB) Oknum yang mengganjal proses percepatan pembangunan Rumah Tahan Gempa (RTG) tidak bisa lagi main main. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Perumahan dan Pemukiman (Perkim) menggandeng Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda NTB. Tujuannya, mengusut pihak pihak yang terlibat menghambat hanya demi keuntungan pribadi. Pihak Perkim dan BPBD, sebelumnya menggelar rapat dengan Korem 162/WB, Tim Pengendali Kegiatan (TPK), Polda NTB dan Korwil serta fasilitator. Salah satu hal yang terungkap dalam rapat itu, soal aplikator atau pihak ketiga yang menjadi pengganjal. Belum lagi oknum fasilitator yang diduga main mata dengan aplikator dan juga Pokmas. ‘’Masalah-masalah peng-
hambat Rehab Rekon di lapangan, sedang didalami Kejaksaan dan Kepolisian (Ditreskrimsus). Sedang mendalami di lapangan,’’ kata Kepala Pelaksana BPBD NTB H. Ahsanul Khalik, S.Sos.,MH kepada Suara NTB, Jumat (24/5). Sejumlah penghambat yang diidentifikasinya seperti, oknum fasilitator yang bermain mata dengan aplikator, oknum fasilitator yang merangkap jadi aplikator. Padahal, kata dia, fungsi fasilitator seharusnya untuk mengingatkan Pokmas agar tidak bermain dengan banyak aplikator. Masalah lain yang sudah dikoordinasikan dengan Kepolisian, soal adanya aplikator abal-abal. Modusnya, kata dia, aplikator yang sudah kontrak dengan Pokmas, lalu menjual atau melakukan subkontrak ke aplikator abal-abal yang tidak jelas legalitasnya. Bersambung ke hal 11
Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1440 H/2019 M 04:51
05:01
12:15
15:35
18:07
19:19
TO K O H Harus Diusut Tuntas PEMPROV NTB meminta Aparat Penegak Hukum (APH) mengusut tuntas oknum-oknum yang menyalahgunakan dana bantuan gempa. Mulai dari aplikator, fasilitator dan Pokmas yang nakal hingga oknum-oknum yang diduga melakukan pemotongan dana bantuan bagi korban gempa. Wakil Gubernur (Wagub) NTB, Dr. Ir. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M. Pd menegaskan tak bisa mentolerir penyimpangan atau penyalahgunaan dana bantuan gempa. ‘’Entah dari fasilitator, Pokmas, aplikator, siapapun. Yang namanya bantuan gempa harus diterima oleh masyarakat dalam bentuk rumah sesuai standar yang sudah ditentukan,’’ tegasnya dikonfirmasi di Mataram, Jumat (24/5) siang. Bersambung Hj. Sitti Rohmi Djalilah ke hal 11 (Suara NTB/nas)
KO M E N TTAA R Siapkan Ekspose dengan Auditor JAKSA menemukan indikasi penyimpangan yang berakibat kerugian negara dalam perjanjian pengelolaan aset lahan 8,4 hektare antara Pemda Lombok Barat dengan Lombok City Center (LCC). Pengelolaan aset lewat PT Tripat ini sedang menuju audit. Jaksa mengagendakan ekspose bersama auditor BPKP Perwakilan NTB. Juru Bicara Kejati NTB Dedi Irawan, SH menerangkan permintaan audit sudah disampaikan ke auditor. “Kita mintanya ini audit penghitungan kerugian keuangan negara,” jelasnya Jumat (24/5) kemarin. Bersambung ke hal 11
12 HALAMAN NOMOR 68 TAHUN KE 15 Online :http://www.suarantb.com E-mail: suarantbnews@gmail.com
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
Mempertahankan Predikat WTP Jauh Lebih Sulit dari Naik Peringkat
Mataram (Suara NTB) Wakil Gubernur (Wagub) NTB, Dr.Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M. Pd mengatakan, mempertahankan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) jauh lebih sulit daripada berusaha naik peringkat. Menurutnya, mempertahankan predikat WTP atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) menjadi tanggung jawab moral. Supaya jangan sampai predikat WTP yang diperoleh turun menjadi Wajar Dengan Pengecualian (WDP). ‘’Memang betul yang namanya mempertahankan sesuatu yang sudah diraih, itu lebih sulit. Utamanya tanggung jawab moralnya. Lebih sulit daripada kita mau naik peringkat,’’ kata Wagub saat
menghadiri penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK RI atas Laporan Keuangan Pemkot Mataram 2018 di Gedung BPK RI Perwakilan NTB, Jumat (24/5) siang.
Dalam laporan keuangan Pemkot Mataram 2018, BPK memberikan opini WTP yang merupakan kelima kalinya. LHP diserahkan Kepala BPK RI Perwakilan NTB, Hery Purwanto kepada Plt Walikota
Mataram, H. Mohan Roliskana dan Ketua DPRD Kota Mataram, H. Didi Sumardi. Pada kesempatan tersebut, Wagub mengatakan peningkatan predikat dari WDP ke WTP merupakan suatu kebanggaan. Namun, apabila sudah memperoleh predikat WTP, maka tuntutan masyarakat, Pemda harus terus mendapatkan opini WTP. ‘’Sehingga kalau WTP turun ke WDP, itu pasti akan menjadi suatu catatan negatif bagi
kita,’’ ujar Rohmi. Wagub mengatakan, berdasarkan informasi dari Kepala BPK RI Perwakilan NTB, Hery Purwanto bahwa NTB merupakan satu dari dua provinsi di Indonesia Timur yang semua Pemdanya sudah meraih WTP. Di mana dari tingkat provinsi sampai kabupaten/kota, semua sudah memperoleh predikat WTP atas laporan keuangan pemerintah daerah. Bersambung ke hal 11
Bantuan 1.000 Alquran Mataram (Suara NTB) Wakil Gubernur (Wagub) NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M. Pd menyerahkan bantuan 1.000 Alquran bantuan dari BUMN dalam rangka pelaksanaan Safari Ramadhan 1440 H di NTB. Penyerahan bantuan Alquran bertempat di Masjid Raya Hubbul Wathan Islamic Center, Jumat (24/5). Kegiatan ini digagas oleh sinergi empat BUMN yaitu PT. ASABRI, ASDP, ITDC dan Sarinah. Wagub dalam sambutannya mengapresiasi positif dan mengungkapkan rasa terima kasih kepada BUMN atas bantuan yang telah diberikan. ‘’Semoga apa yang BUMN kita lakukan dapat memberi manfaat bagi kita semua,’’ ujar Rohmi. Wagub berharap bantuan yang telah diberikan kepada Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Kota Mataram agar dipergunakan sebaik-baiknya. ‘’Saya berpesan, supaya Alquran ini sungguhsungguh digunakan semaksimal mungkin. Jangan dijadikan pajangan tapi untuk dibaca setiap hari,’’ pesannya. ‘’Atas nama Pemerintah Provinsi NTB, saya mengucapkan terima kasih kepada BUMN, semoga berkah dan membawa kebaikan khususnya di NTB,’’ ujarnya. Bersambung ke hal 11
(Suara NTB/humasntb)
BANTUAN ALQURAN - Wagub NTB, H.Sitti Rohmi Djalilah menyerahkan bantuan Alquran dari BUMN kepada perwakilan warga.
Aplikator Banting Harga
Rekrutmen Tak Bersamaan
2.000 Unit RTG Panel Risha Produksi BUMN Belum Laku
Pemda Di-’’deadline’’ Ajukan Usulan Formasi P3K dan CPNS hingga Pertengahan Juni
Mataram (Suara NTB) Sebanyak 2.000 unit Rumah Tahan Gempa (RTG) panel Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha) produksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya di Pulau Lombok tak laku. Tidak lakunya panel Risha produksi BUMN Karya ini disinyalir karena terjadi permainan harga yang dilakukan aplikator di lapangan. Sebanyak 2.000 unit RTG panel Risha yang belum terserap tersebut diproduksi oleh sejumlah BUMN. Antara lain Waskita Beton Precast, Wijaya Beton, Abipraya Beton, Nindya Beton, Hutama Karya, Adhi Beton, PP Urban, Varia Usaha Beton dan Jaya Beton Indonesia. Juru Bicara Gabungan BUMN, Yoyok Christianto menjelaskan, kehadiran BUMN Karya di Pulau Lom-
bok untuk membantu percepatan pembangunan rumah warga NTB yang rusak akibat gempa Agustus 2018 lalu. BUMN Karya ini sudah hadir di Pulau Lombok sejak Oktober 2018. Gabungan BUMN sudah membangun sekitar 1.200 unit RTG jenis Risha di NTB. Sementara itu, panel yang belum terserap alias belum laku sekitar 2.000 unit untuk rumah tipe 36. Tidak terserapnya panelpanel Risha yang diproduksi BUMN tersebut disinyalir akibat persaingan yang kurang sehat antaraplikator. Untuk Risha tipe 36 telah ditetapkan harga panelnya seharga Rp23,8 juta. Namun di lapangan, ada aplikator yang menjual dengan harga seperti itu tapi tak menarik biaya ongkos dan pembuatan fondasi. Bersambung ke hal 11
Mataram (Suara NTB) Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PANRB) memberikan deadline kepada Pemprov dan Pemda kabupaten/kota untuk menyampaikan usulan formasi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) dan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) hingga pertengahan Juni menH. Fathurrahman
datang. Tahun ini, Kemen PANRB akan memberikan alokasi 30 persen untuk formasi CPNS dan 70 persen untuk P3K bagi Pemda. Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) NTB, Drs. H. Fathurrahman, M. Si menyatakan usulan formasi P3K dan CPNS disampaikan bersamaan, paling lambat minggu ke dua Juni 2019. Namun, untuk rekrutmennya, Fathurrahman mengatakan akan dilakukan terpisah (tidak bersamaan). ‘’Mungkin berbeda rekrutmennya. CPNS sendiri, P3K ada tahapan sendiri. Menurut informasi kan, P3K dulu baru rekrutmen CPNS,’’ ujar Fathurrahman dikonfirmasi Suara NTB, Jumat (24/5) siang. Ia menjelaskan, usulan rekrutmen CPNS disesuaikan dengan jumlah yang pensiun tahun 2019 ini. Namun ia mengaku tak hafal jumlah angka pasti PNS Pemprov yang akan pensiun sampai Desember 2019. Khusus untuk rekrutmen P3K, Pemprov akan menyesuaikan dengan jumlah kebutuhan dan kemampuan keuangan daerah. Bersambung ke hal 11
Jadi Temuan BPK
Pemprov Berpeluang Putus Kontrak Kerjasama Pengelolaan Aset Gili Trawangan (Suara NTB/dok)
Dedi Irawan
Mataram (Suara NTB) Perjanjian kerjasama pengelolaan aset antara Pemprov NTB dengan PT. Gili Trawangan Indah (GTI) menjadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI sesuai Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuangan Pemprov NTB 2018. Atas temuan tersebut, Pemprov NTB bersama Tim Penasihat Investasi Daerah sedang melakukan kajian. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) NTB, H. Zainul Islam menyatakan, Pemprov berpeluang memutus kontrak kerjasama dengan PT.GTI yang telah diberikan mengelo-
la lahan seluas 65 hektare di Gili Trawangan. Sampai 20 tahun, aset daerah tersebut belum juga dimanfaatkan sesuai peruntukannya. ‘’Kalau memang perjanjian itu kita putus, iya kita putus. Nanti kita akan bahas lagi bagaimana pola pengelolaannya. Tapi itu berpeluang untuk diputus,’’ kata Zainul dikonfirmasi usai menghadiri penyerahan LHP BPK RI atas Laporan Keuangan Pemkot Mataram 2018 di Kantor BPK RI Perwakilan NTB, Jumat (24/5). Zainul mengungkapkan, kerjasama pengelolaan aset Pemprov di Gili Trawangan menjadi catatan BPK lantaran jangka waktu kerjasaman-
ya cukup lama, yakni 70 tahun. Selain itu, kontribusi atas pemanfaatan aset tersebut bagi Pemprov juga sangat minim, hanya Rp30 juta setahun. Sementara, nilai aset Pemprov yang dikerjasamakan seluas 65 hektare di Gili Trawangan mencapai Rp2 miliar. Selain itu, aset tersebut tak kunjung dimanfaatkan sesuai peruntukannya oleh PT. GTI, sejak penandatangan kontrak kerjasama sampai sekarang sudah mencapai 20 tahun. Semestinya, kata Zainul, dua tahun sejak penandatangan kontrak kerjasama pengelolaan aset tersebut, PT. GTI harus sudah melakukan aktivitas pembangunan. Dalam aturan, kata
Zainul, Pemprov diperbolehkan melakukan pemutusan kontrak secara sepihak. “Sampai sekarang belum ada aktivitas. Itulah makanya menjadi pertimbangan kita melakukan pemutusan kerjasama,” ujarnya. Akibat tak dimanfaatkannya lahan tersebut oleh investor yang menjadi mitra Pemda, kata Zainul, sekarang banyak yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Ia menyebutkan lahan yang dikerjasamakan pengelolaannya dengan PT. GTI seluas 65 hektare. Total luas lahan Pemprov NTB di Gili Trawangan sebesar 75 hektare. Bersambung ke hal 11
(Suara NTB/nas)
H. Zainul Islam