HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.85.000 SUMBAWA Rp.90.000 ECERAN Rp 5.000
SUARA NTB
SELASA, 19 MEI 2020
Pengemban Pengamal Pancasila
12 HALAMAN NOMOR 62 TAHUN KE 16 Online :http://www.suarantb.com E-mail: suarantbnews@gmail.com
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
Sidak Plt. Kalak BPBD NTB, Cek RTG Bermasalah di Masa Pandemi Mataram (Suara NTB) Sepekan setelah menjabat, Plt. Kepala Pelaksana BPBD NTB, Ir. H. Ahmadi, SP-1 langsung turun ke beberapa titik. Salah satunya ke Lombok Utara untuk mengecek proses pembangunan Rumah Tahan Gempa (RTG) yang bermasalah saat masa pandemi Covid - 19. Ia turun Rabu pekan lalu setelah mendapat laporan langsung dari masyarakat Dusun Pandanan, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara. Di sana Ahmadi menemukan 40 Kepala Keluarga (KK) korban gempa yang rumahnya belum tuntas dibangun. Warga setempat masuk dalam SK 21 untuk proses pembangunan RTG. Namun
hampir satu tahun, belum juga dilakukan pendebetan untuk memulai pembangunan rumah para korban. Sehingga warga jenuh dan meminta pihak BPBD NTB langsung turun cek ke lokasi. Informasinya dalam kegiatan sidak ini Ahmadi turun tanpa didampingi jajarannya, dengan maksud bisa langsung mengetahui kondisi riil masalah di lapangan. Setelah dilakukan identifikasi, ternyata dana RTG untuk 40 KK di sana belum dilakukan pendebetan dari rekening masyarakat ke rekening Pokmas. Tidak hanya itu, ditemukan masalah lain. Ternyata dana RTG untuk SK 21 tersebut dialihkan ke masyarakat korban gempa yang masuk dalam SK 23 sam-
pai 25. Sehingga warga minta BPBD NTB meminta pihaknya segera mengambil sikap agar segera direalisasikan. Ahmadi pun pada kesempatan itu meminta 40 KK
mengumpulkan semua SK dan segera berkoordinasi dengan BPBD KLU dalam rangka meminta kejelasan SK 21 milik warga. Bersambung ke hal 11
(Suara NTB/ist)
DIALOG - Kepala Pelaksana BPBD NTB, H. Ahmadi saat dialog dengan warga penerima bantuan rumah RTG.
(sumber : BPBD NTB)
Infografis update perkembangan rehab rekon pascagempa.
Teken SKB, NTB Perbolehkan Daerah Bebas Corona Gelar Salat Idul Fitri
Mataram (Suara NTB) Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, SE, M.Sc menandatangani Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang diperbolehkannya Salat Idul Fitri di daerahdaerah yang dinyatakan bebas Corona. SKB tersebut ditandatangani Gubernur, Ketua DPRD NTB, Kapolda NTB, Badan Intelijen Daerah, Dewan Masjid Indonesia (DMI) NTB, MUI, Kanwil Kemenag NTB, NU, NW, Muhammadiyah.
‘’Tinggal kita menunggu penetapan zona. Mana daerah yang dianggap aman atau tidak kena Corona yang akan menyelenggarakan Salat Idul Fitri,’’ ujar Plt Kepala Kanwil Kemenag NTB, Drs. H. Muhammad Amin, M.Pd dikonfirmasi usai di ruang rapat Sekda NTB, Senin (18/5) kemarin. SKB tersebut katanya, telah
ditandatangani. Tinggal menunggu lampirannya, yaitu daerah mana saja yang bebas Corona di NTB dari Dinas Kesehatan (Dikes). Dikes akan menentukan daerah mana saja yang bebas Corona dan belum bebas Corona bersama para pakar. ‘’Tapi SKB sudah jadi. Tinggal menunggu lampirannya daerah mana yang boleh dan
tidak boleh melaksanakan Salat Idul Fitri,’’ terangnya. Untuk Kota Mataram, kata Amin memang tak diperbolehkan sama sekali menggelar Salat Idul Fitri di masjid. Karena Kota Mataram merupakan daerah zona merah penyebaran virus Corona di NTB. ‘’SKB itu tinggal menunggu lampiran penetapan zona, ke-
camatan mana yang boleh dan tidak boleh menggelar Salat Idul Fitri di masjid,’’ katanya. Diketahui, MUI sudah mengeluarkan fatwa No. 28 Tahun 2020 tentang Panduan Kaifiat Takbir dan Salat Idul Fitri saat pandemi. Fatwa ini ditetapkan komisi fatwa yang diketuai Prof. Dr.H Hasanudian AF pada Rabu, 13 Mei 2020 lalu. Fatwa ini menga-
tur ketentuan dan tata cara pelaksanaan takbir dan salat Idul Fitri. Fatwa intinya memuat ketentuan jika umat Islam berada di kawasan Covid-19 yang sudah terkendali pada saat 1 Syawal 1441 H, maka Salat Idul Fitri dilaksanakan secara berjamaah di tanah lapang, masjid, musala, atau tempat lain. Bersambung ke hal 11
PERAJIN CUKLI - Pesanan cukli juga terdampak Covid-19. Tidak ada permintaan dari luar daerah. Perajin hanya mengharapkan pesanan lokal. Itupun sangat kecil. Perajin cukli berusaha bertahan di tengah pandemi Corona.
TO K O H Harga Paket JPS Harus Wajar KEJAKSAAN Tinggi NTB terus menyampaikan peringatan terkait proses pengadaan barang dan jasa pada Jaring Pengaman Sosial (JPS). Harga barang yang dibeli dari Industri Kecil Menengah (IKM) harus wajar, menutup peluang terjadi mark up harga, khususnya untuk tahap kedua. ‘’Sebab jika kita temukan penyimpangan, ya kita minta stop dulu,’’ tegas Kajati Nanang Sigit Yulianto, SH.,MH, kepada Suara NTB, Senin (18/5). Nanang Sigit Yulianto Bersambung ke hal 11 (Suara NTB/dok)
KO M E N TTAA R
(Suara NTB/bul)
4.500 ASN Bekerja dari Rumah GUBERNUR NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, SE, M. Sc memperpanjang masa pelaksanaan tugas kedinasan dari rumah/tempat tinggal atau work from home (WFH) sampai dengan ditetapkannya kebijakan baru. Keputusan Gubernur tersebut tertuang dalam surat edaran No. 060/186/ORG tertanggal 12 Mei 2020. Dengan perpanjangan kebijakan pelaksanaan tugas dinas dari rumah, sekitar 3.000 - 4.500 orang Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemprov NTB yang bekerja dari rumah. Atau jumlahnya sekitar 20 - 30 persen dari total ASN Pemprov NTB yang mencapai 15.000 orang. Bersambung ke hal 11
(Suara NTB/dok)
Muhammad Nasir
1.553 PMI Dirawat di RS Darurat Wisma Atlet
Pembebasan Pajak Disnakertrans akan Cek Pariwisata Perlu Keberadaan PMI Asal NTB SK Resmi Mataram (Suara NTB) – Arahan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bagi pemerintah daerah untuk membebaskan pajak bagi industri pariwisata terdampak pandemi virus Corona (Covid-19) mulai berjalan. Pembebasan pajak tersebut meliputi pajak perhotelan, pajak restoran, pajak hiburan dan pajak parkir. Ketua Asosiasi Hotel Mataram (AHM), Yono Sulistiyo menerangkan, pihaknya telah menerima
kabar realisasi pembebasan pajak tersebut dari Pemda Kota Mataram. Di mana program bantuan tersebut akan membantu membantu pelaku usaha untuk bertahan di tengah pandemi yang berlangsung. ‘’Saya belum terima surat resminya, tapi di grupgrup WA (WhatsApp) ada SK (Surat Keputusan) dari Pak Walikota yang sudah memberikan bebas pajak,’’ ujar Yono saat dikonfirmasi, Senin (18/5). Bersambung ke hal 11
Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1441 H/2020 M 04:51
05:01
12:15
15:35
18:07
19:19
Mataram (Suara NTB) Sebanyak 1.553 Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang baru saja pulang dari negara penempatan dirawat di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran Jakarta Pusat. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) NTB akan mengecek dan berkoordinasi dengan UPT Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Mataram, apakah ada PMI asal NTB yang ikut dirawat di sana. Kepala Disnakertrans NTB, Dra. T. Wismaningsih Dradjadiah yang dikonfirmasi Suara NTB, Senin (18/5) kemarin mengaku belum mendapatkan informasi PMI
yang dirawat di RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Jakarta. ‘’Saya belum cek. Saya cek dulu dengan UPT BP2MI. Biasanya informasi dari mereka,’’ kata Wismaningsih. Ia mengaku baru mendapatkan informasi mengenai 4.202 PMI asal NTB yang akan pulang karena sudah habis kontraknya. Mereka akan pulang dari 13 negara penempatan. Tiga negara yang jadi penempatan PMI asal NTB yang terbesar yaitu Malaysia 3.186 orang, Hongkong 454 orang, dan Arab Saudi 193 orang. Sementara tiga asal PMI yang terbanyak di NTB adalah Lombok Timur 1.793 orang, Bersambung ke hal 11
(Suara NTB/dok)
T. Wismaningsih Dradjadiah
Penggunaan SKA Luar Pengaruhi Neraca Perdagangan NTB Mataram (Suara NTB) Penggunaan Surat Keterangan Asal (SKA) daerah lain untuk menjual produksi manggis NTB dapat merugikan. Pasalnya, nilai ekspor yang didapat dari komoditas tersebut tidak akan masuk ke NTB, melainkan ke daerah. ‘’Itu jelas merugikan. Karena SKA-nya dari jual, jadi keuntungan ini disembunyikan oleh
daerah (asal SKA) tersebut,’’ ujar Ketua Asosiasi Pengusaha Ekspor Indonesia (Apec) NTB, Anhar Tohrie, Senin (18/5). Dicontohkan Anhar seperti ekspor manggis NTB senilai Rp6 miliar yang dilakukan dengan SKA Bali. Dengan begitu, nilai ekspor sebesar Rp6 miliar justru masuk menjadi hasil produksi Bali. Terlebih untuk tahun ini ekspor dilaku-
kan dari beberapa provinsi lainnya di Indonesia. Menurutnya, kondisi tersebut telah menjadi atensi Apec sejak lama. Apalagi dengan kualitas manggis NTB memiliki potensi untuk dijual langsung oleh perusahaan-perusahaan yang ada. ‘’Sudah sering kita bahas permasalahannya. Karena ekspor manggis , tadinya ini mau monopoli komod-
iti manggis kita yang ada di Lombok,’’ ujarnya. Pihaknya berharap pemerintah daerah melalui stakeholder terkait, dalam hal ini Dinas Perdagangan, mengelaborasi kembali kemampuan petani dan perusahaan untuk melakukan ekspor. Dengan demikian diharapkan tidak ada lagi komoditas unggulan NTB yang memakai SKA dari
daerah lain. Apec sendiri disebutnya siap mengakomodir dan menarik kembali penjual di luar daerah. Artinya, para penjual tersebut diperbolehkan menjual ke luar daerah dengan syarat SKA tetap dibuat di NTB. Hal tersebut ditekankannya berhubungan dengan neraca perdagangan yang ada. Bersambung ke hal 11