Edisi Selasa 17 Desember 2019 | Suara NTB

Page 1

HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.85.000 SUMBAWA Rp.90.000 ECERAN Rp 5.000

SUARA NTB

SELASA, 17 DESEMBER 2019

Pengemban Pengamal Pancasila

16 HALAMAN NOMOR 233 TAHUN KE 15 Online :http://www.suarantb.com E-mail: suarantbnews@gmail.com

TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257

61 Tahun NTB

Tantangan Berat Mengatasi Kerusakan Lingkungan

Mataram (Suara NTB) Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, SE, M. Sc., mengatakan, momentum HUT NTB ke-61 patut dijadikan penanda waktu untuk merenungkan kembali tantangan yang akan kita hadapi di masa depan. Selain mempersiapkan agendaagenda besar, tahun depan, NTB masih akan berhadapan dengan sejumlah tantangan yang tidak kalah menggelisahkan.

Modus Korupsi Dana Gempa Jadi Temuan BPKP Mataram (Suara NTB) Beragam modus dugaan tindak pidana korupsi dana gempa juga jadi temuan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) NTB. Saat ini masih dilakukan pengawasan dan pembinaan atas temuan temuan tersebut. Bersambung ke hal 15

TO K O H

Ia mengatakan, kerusakan lingkungan telah melahirkan banyak sekali mudarat yang merugikan. Bahkan, gubernur menyatakan merusak dan mencemari lingkungan merupakan perbuatan hina yang berdampak buruk pada banyak orang. ‘’Di musim kemarau kita dihadapkan pada suhu yang begitu menyengat, dan air bersih yang semakin terbatas. Sementara di musim hujan, kita terancam oleh banjir, longsor dan cuaca buruk,’’ kata gubernur pada Paripurna Istimewa HUT NTB ke-61 Tahun 2019 di Kantor DPRD NTB, Senin (16/12). Untuk menyikapinya, NTB tidak memiliki pilihan lain. Selain memperbaiki alam yang telah dirusak. Hutan dan pohon-pohon yang sudah ditebang, harus ditumbuhkan lagi. Gubernur menegaskan tidak ada orang lain yang wajib bertanggung jawab atas kerusakan ini selain diri kita sendiri. ‘’Jika kita tidak mau melakukannya, alam akan memaksa kita untuk mempertanggungjawabkannya,’’ tegasnya.

Orang nomor satu di NTB ini mengatakan, pada usia NTB berikutnya, pemerintah dan warga NTB wajib menjadikan pemulihan lingkungan sebagai prioritas. Kaitan dengan ini, Pemprov dan Pemda telah melakukan pencanangan gerakan NTB Hijau di Dusun Kayu Madu, Desa Labuhan Badas, Kabupaten Sumbawa, Kamis, 12 Desember 2019 lalu. Diharapkan, gerakan ini menjadi awal baru dari upaya-upaya sebelumnya yang telah dilakukan untuk memulihkan lingkungan yang ada di NTB. ‘’Mari kita tanamkan dalam relung keyakinan kita yang paling dalam, bahwa merusak alam, mencemari alam, adalah perbuatan hina yang berdampak buruk pada banyak orang,’’ ajaknya. Menurut gubernur, mereka yang menumbangkan pohon demi keserakahannya, tidak hanya menumbangkan pohon itu saja. Namun juga menumbangkan kesempatan generasi masa depan untuk melihat indahnya hutan NTB. Bersambung ke hal 15

(Suara NTB/humasntb)

SAPA - Gubernur NTB, H. Zulkieflimansyah menyapa mantan Gubernur NTB, Drs.H.L.Serinata saat menghadiri rapat paripurna istimewa dalam rangka HUT NTB ke-61 tahun 2019 di Kantor DPRD NTB, Senin (16/12) siang.

Gundul, 90.000 Hektar Kawasan Perhutanan Sosial di NTB

Mataram (Suara NTB) Sekitar 90.000 hektar hutan di NTB berstatus perhutanan sosial, atau kawasan yang dikelola oleh masyarakat dengan mempertahankan ekologi. Namun keseluruhan kawasan itu rusak total. Salah satunya dipicu peralihan menjadi lahan jagung. Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Provinsi NTB Ir. Madani Mukarom saat menghadiri bedah buku yang diterbitkan World Wide Fund for Nature (WWF) di Mataram, Senin (16/12). Lahan perhutanan sosial seluas itu terbagi di Pulau Lombok

dan Pulau Sumbawa. ‘’Yang 90.000 hektar itu sekarang sudah kayak lapangan bola, gundul semua,’’ kata Madani. Dari lahan yang sudah gundul itu, sebagian besar ada di Pulau Sumbawa dan beralih fungsi jadi lahan jagung. Masyarakat membabat hutan yang seharusnya bisa dikelola dengan beberapa skema kerjasama dengan pemerintah, namun dibabat untuk persiapan menanam jagung. Meneruskan kebijakan Gubernur NTB untuk mengembalikan kawasan hutan, pihaknya memperketat izin Perhutanan Sosial. Bersambung ke hal 15

Ada Kemajuan di NTB GUBERNUR NTB periode 20032008, Drs. H. L. Serinata menilai NTB kedodoran menjaga lingkungan hidup di daerah ini. Sehingga, sekarang ketika musim hujan tiba, banjir bandang menjadi ancaman di Pulau Sumbawa. “Saya melihat kita kedodoran sekali dalam bidang lingkungan hidup. Dan itu contohnya. Sekarang ada banjir di Dompu dan Bima. Bima itu pasti banjir karena hutan Kapenta habis,” kata Serinata dikonfirmasi Suara NTB usai menghadiri paripurna istimewa dalam rangka HUT NTB ke-61 di Kantor DPRD NTB, Senin (16/12) siang. Kerusakan hutan bukan saja terjadi di Bima, tetapi, kata Serinata, kerusakan hutan juga terjadi di Kabupaten Sumbawa. Bersambung ke hal 15

KO M E N TTAA R

(Suara NTB/ars)

RUSAK PARAH - Kondisi kawasan hutan di wilayah Kabupaten Dompu yang rusak parah.

H. L. Serinata (Suara NTB/nas)

SK Darurat Bencana SEJUMLAH daerah di NTB menetapkan darurat bencana banjir dan tanah longsor, dipicu hujan deras beberapa hari terakhir. Sebab dari sejumlah kejadian, berdampak kerusakan rumah, termasuk dipicu angin puting beliung. Berdasarkan rapat BPBD NTB bersama BPBD kabupaten dan kota pekan kemarin, sejumlah daerah mulai dilanda bencana. Hasil rapat telah disepakati BPBD Provinsi dan BPBD Kabupaten dan Kota untuk segera diterbitkan SK siaga darurat banjir, tanah longsor dan puting beliung. Kejadian terhitung sejak 12 Desember sampai dengan 31 (Suara NTB/dok) Maret 2020. H. Ahsanul Khalik ‘’Penetapan SK ini akan menjadi dasar pengajuan Dana Tidak Terduga (DTT) atau dana DSP BNPB,’’ sebut Kepala Pelaksana BPBD NTB, H. Ahsanul Khalik, S.Sos, MH, Senin (16/12) kemarin, mengungkapkan hasil rapat. Bersambung ke hal 15

Pabrik Minyak Kayu Putih di Bima Butuhkan 1.000 Tenaga Kerja Bima (Suara NTB) Pabrik minyak kayu putih yang dikelola PT. Sanggar Agro Karya Persada (SAKP) dan diresmikan Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah SE, M.Sc di

Desa Oi Katupa Kecamatan Tambora Kabupaten Bima belum lama ini, membutuhkan 1.000 tenaga kerja. Hal itu disampakan Direktur Operasional PT. SAKP, Trianda Sembiring kepada

Suara NTB, via telepon, Senin (16/12). Menurut Trianda Sembiring, dari seribuan tenaga kerja yang dibutuhkan itu, sampai saat ini baru terserap sekitar 60 persen. ‘’Dengan luas

lahan tanaman kayu putih saat ini sekitar 2.500 hektar, kita membutuhkan 1.000 tenaga kerja. Dan saat ini baru terserap 60 persen,’’ katanya. Bersambung ke hal 15

Ironi PETI di Lahan Konsesi (3)

Persediaan Langka, Beli Merkuri seperti Transaksi Narkoba Laju aktivitas Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Kabupaten Sumbawa Barat belum menunjukkan akan surut. Tapi upaya memutus mata rantai peredaran merkuri dan zat berbahaya lainnya dianggap efektif menghentikan perlahan aktivitas penambangan emas liar itu. Lalu, bagaimana perkembangannya, setelah gencar razia merkuri digelar di Sumbawa Barat?

SEBELUM gencar-gencarnya razia suplai zat kimia dan bahan bakar minyak (BBM) ke kegiatan PETI, HM dengan mudah mendapatkan logam berat merkuri di tokotoko emas di Kota Taliwang. “Dulu jualnya bebas. Saya beli di toko emas Taliwang harganya 300.000. Sekarang sudah susah,” kata HM, warga Taliwang kepada Suara NTB. Lambat laun setelah operasi penertiban gencar dilakukan, stok semakin menipis. Merkuri

sudah jadi barang langka, tak lagi semudah membeli kacang. Berbagai cara ditempuh demi mendapatkan merkuri meski dengan harga yang relatif mulai mahal. ‘’Sekarang beli merkuri ibarat beli sabu- sabu. Sulit didapat, harganya semakin mahal,’’ kata sumber lainnya. Untuk membeli satu botol merkuri yang sebelumnya hanya seharga Rp 300.000, melonjak hingga Rp 1 juta. Bersambung ke hal 15

(Suara NTB/ars)

Warga Desa Aik Kangkung Kecamatan Sekongkang, menunjukkan emas yang masih bercampur zat kimia merkuri. Warga penambang terbiasa menggunakan merkuri tanpa memperhatikan kesehatan.

(Sumber : DLH Sumbawa Barat)

TABEL - Hasil uji sampel air limbah PETI tahun 2013 BLH Kabupaten Sumbawa Barat.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.