HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.85.000 SUMBAWA Rp.90.000 ECERAN Rp 5.000
SUARA NTB
SABTU, 16 NOVEMBER 2019
Pengemban Pengamal Pancasila
12 HALAMAN NOMOR 207 TAHUN KE 15 Online :http://www.suarantb.com E-mail: suarantbnews@gmail.com
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
Biang Kerok Kerusakan Hutan
SPPT Dalam Kawasan Hutan Belum Dicabut
Mataram (Suara NTB) Maraknya penerbitan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) untuk lahan di dalam kawasan hutan disinyalir menjadi biang kerok terjadinya kerusakan hutan di NTB. Untuk itu, Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah, SE., MSc, pada tanggal 12 Maret 2018 telah menyurati Bupati/Walikota yang ada kawasan hutan di daerahnya. Dari sembilan Pemda Kabupaten/ Kota yang ada kawasan hutan di daerahnya, baru Bupati Bima dan Bupati Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) yang telah menindaklanjuti surat edaran Gubernur NTB dengan nomor 522/480.1/XII/PHKSDAE-DISLHK/ 2018 tentang penghentian penerbitan SPPT di dalam kawasan hutan. Sedangkan tujuh bupati/walikota, yakni Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Utara, Lombok Timur, Sumbawa, Dompu dan Kota Bima belum merespons surat gubernur tersebut.
1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 Mataram (Suara NTB) 1234567890123456789012345678901212 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 1234567890123456789012345678901212 (BPKP) NTB menerima permintaan audit 11 kasus ko1234567890123456789012345678901212 rupsi. permintaan itu datang dari Aparat Penegak Hukum 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 (APH) selama tahun 2019. Sebagian masih harus ditin1234567890123456789012345678901212 daklanjuti dengan Audit Investigasi (AI), selebihnya tinggal 1234567890123456789012345678901212 Perhitungan Kerugian Keuangan Negara (PKKN). 1234567890123456789012345678901212 Salah satu kasus yang sudah rampung, terkait audit 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 kasus dugaan korupsi pada aset Lombok City Center 1234567890123456789012345678901212 (LCC) Gerimak Lombok Barat, atas permintaan Kejak1234567890123456789012345678901212 saan Tinggi (Kejati) NTB. Bersambung ke hal 11 1234567890123456789012345678901212
(Suara NTB/bul)
BPKP Audit 11 Kasus Korupsi
TO K O H TIM Penggerak PKK Provinsi NTB melaksanakan program kesehatan sebagai pendukung program pemerintah dalam menangani permasalahan kesehatan melalui revitalisasi posyandu. Dalam kunjungannya ke Kabupaten Dompu, Ketua TP-PKK Provinsi NTB, Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah, M.Sc., mendorong PKK Kabupaten Dompu untuk menjalankan program ini. Bersambung ke hal 11 (Suara NTB/ist)
Dorong Perbaikan Gizi
(Suara NTB/dok)
(Suara NTB/dok)
HUTAN RUSAK - Beginilah kondisi hutan di Pulau Sumbawa yang gundul dan harus segera dilakukan reboisasi. Bupati/walikota diminta mencabut penerbitan SPPT di kawasan hutan agar kerusakan hutan tidak semakin parah.
Penyerapan Dana APBN Lambat
Gencarkan Revitalisasi Posyandu
KO M E N TTAA R
DIBANGUN - Tugu Mataram Metro di Lingkar Selatan akan menjadi kebanggaan Kota Mataram. Pembangunan tugu ini diharapkan selesai tahun ini. Tugu ini akan menjadi ikon pintu masuk Kota Mataram dari jalur by pass Lombok International Airport.
PERBAIKAN gizi disebut menjadi salah satu solusi untuk masalah kesehatan yang terjadi di NTB. Pasalnya berkaca dari peningkatan jumlah penderita, khususnya untuk penyakit tidak menular, sebagian disebabkan oleh masalah asupan gizi sejak masih dalam kandungan. “Jadi kita berharap semua generasi itu mulai yang bayi sampai tua harus sehat kalau mau dijadikan Indonesia yang unggul, sehat dan produktif,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) NTB, dr. Nurhandini Eka Dewi, Sp.A, M.PH dikonfirmasi, Jumat (15/11) di Mataram. Bersambung Nurhandini Eka Dewi ke hal 11
Penerbitan Juklak dan Juknis Harus Dipercepat Mataram (Suara NTB) Penyerapan dana APBN khususnya dekonsentrasi, tugas pembantuan dan desentralisasi di NTB sering menjadi sorotan. Karena penyerapannya yang rendah, meski sudah memasuki semester II 2019. Pemprov NTB telah mengumpulkan seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang mengelola dana dekonsentrasi, tugas pembantuan dan desentralisasi untuk mengetahui kendala dan permasalahan yang dihadapi. Pemprov mengatakan terlambatnya penyerapan dana APBN tersebut lantaran ada petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) yang terlambat turun atau dilakukan revisi di tengah jalan oleh kementerian/lembaga. “Karena juklak dan juknis turun dari pusat terlambat. Itu menjadi salah satu kendala. Itu nanti kita komunikasikan dengan pusat. Makanya kenapa perlu komunikasi antara Sekretariat Daerah, Bappeda dan OPD. Supaya ketika ada informasi keterlambatan, bisa kita
ketahui segera penebabnya,” kata Kepala Biro Pemerintahan Setda NTB, H. Irnadi Kusuma, S. STP, ME., dikonfirmasi di Kantor Gubernur, Jumat (15/11). Menjelang sebulan berakhirnya tahun anggaran 2019, Irnadi mengatakan rata-rata penyerapan dana dekonsentrasi, tugas pembantuan dan desentralisasi OPD Pemprov NTB sudah berada di atas 80 persen. Tahun depan, Pemprov meminta pemerintah pusat atau kementerian/ lembaga terkait agar lebih cepat menerbitkan Juklak dan Juknis. Sehingga dana APBN tersebut dapat dieksekusi lebih awal. “Kadang ada perubahan
“Kita berharap kepada Pemda kabupaten/kota yang memiliki kawasan hutan dan masih belum menindaklanjuti surat edaran gubernur terkait pencabutan dan penghentian penerbitan SPPT di dalam kawasan hutan untuk bisa mengikuti jejak Bupati Bima dan Bupati KSB,” kata Kepala Dinas LHK NTB melalui Kepala Bidang Perlindungan Hutan Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (PHKSDAE) Dinas LHK NTB, Mursal, SP, MM dikonfirmasi Suara NTB, Jumat (15/11). Bersambung ke hal 11
Juklak dan Juknis di tengah jalan. Sehingga itu mengubah alur,” katanya. Ke depan, diharapkan sejak mulai perencanaan sampai pelaporan diharapkan daerah dilibatkan. Sehingga, dana dekonsentrasi, tugas pembantuan dan desentralisasi tersebut punya efektivitas turut menunjang pencapaian indikator utama RPJMD NTB. “Data terakhir sudah tak ada yang nol. Penyerapannya rata-rata sudah bagus. Ada yang sudah 90 persen. Bersambung ke hal 11
H. Irnadi Kusuma
Tetap Waspada
Aktivitas Kegempaan di NTB Mengecil Mataram (Suara NTB) Hingga pekan kedua November 2019, aktivitas kegempaan di NTB terus mengecil, intensitasnya pun menurun. Dua gempa yang paling dirasakan, terjadi di Bima dan Bali. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tetap mengimbau agar masyarakat meningkatkan kesiapsiagaan. Pada infografis BMKG, seismisitas atau aktivitas kegempaan periode minggu kedua November jumlah kegempaan 155 kejadian. Meski cukup banyak, namun kekuatannya relatif kecil. Kekuatan gempa terbanyak dengan kurang dari skala atau magnitudo 3. “Artinya, gempanya kecil dengan kedalaman dangkal,” kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Mataram, Ardhianto Septiadhi, Jumat (15/11). Di antara kejadian itu, hanya terdapat 2 gempa yang dirasakan. Baru baru ini di Utara Bali dan Bima. “Sehingga total aktivitas tertinggi dalam Minggu kedua ini pada tanggal 14 tercatat 61 kejadian,” kata Ardhianto. Ia menambahkan, informasi itu disampaikannya bertujuan untuk kesiapsiagaan masyarakat, sehingga masyarakat sadar sedang tinggal di daerah dengan kegempaan yang aktif. “Sehingga tidak perlu panik, namun menjadi masyarakat yang siap ketika bencana gempa bumi Ardhianto Septiadhi terjadi,” tandasnya. (ars)
Kembangkan Industri Peternakan
Kesinambungan Bahan Baku Jadi PR NTB
Nuryanti
Mataram (Suara NTB) Pemprov NTB akan mengembangkan industri peternakan di daerah ini. Namun, kesinambungan produksi bahan baku masih menjadi pekerjaan rumah (PR). Kuantitas, kualitas dan kontinuitas bahan baku menjadI syarat penting yang harus ditata untuk pengembangan industri peternakan di NTB. Pemprov NTB sudah berkomunikasi dengan investor atau pengusaha yang akan mendatangkan 1.000 ekor sapi Australia untuk penggemukan di NTB. Sudah disiapkan juga Rumah Potong Hewan (RPH) bertaraf internasional di Banyumulek
Lombok Barat untuk produksi daging beku. “Sekarang ketika kita mau skala produksi, intinya produk yang masuk skala industri harus punya tiga syarat. Bagaimana kuantitas terjaga, tidak on off, kadang ada, kadang tidak. Kemudian kontinuitasnya. Dan terakhir kualitasnya,” kata Plt Kepala Dinas Perindustrian (Disperin) NTB, Nuryanti, SE, ME., dikonfirmasi di Kantor Gubernur, Jumat (15/11). Ia mengatakan harus dipastikan kuantitas, kualitas dan kesinambungan bahan baku untuk mendukung industri peternakan di NTB. Ia menyebut, perkembangan industri pariwisata NTB menjadi pasar untuk produk daging sapi yang diolah di daerah ini. “Jadi, industri pariwisata
yang sudah digenjot selama ini, sekarang harus diimbangi dengan industrialisasi baru, untuk memenuhi kebutuhan daging lokal. Misalnya daging sapi,” katanya. Ia mengatakan agar kuantitas dan kualitas sapi NTB terpenuhi untuk mendukung pengembangan industri peternakan. Maka sekarang dikembangkan tanaman lamtoro yang akan menjadi sumber pakan sapi dan kambing. Di samping dapat menghijaukan hutan dan lahan kritis, tanaman lamtoro juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak. Karena daun lamtoro memiliki kandungan protein sekitar 22 persen, dibandingkan tanaman jagung yang hanya memiliki serat. Dengan pengembangan
sektor hulunya, kata Nuryanti maka target NTB swasembada daging berskala industri akan dapat terwujud. Ketersediaan pakan ternak akan berdampak terhadap kuantitas dan kualitas sapi. Selama ini, kata mantan Kepala Bidang Perencanaan Pembangunan Ekonomi Bappeda NTB ini, RPH Banyumulek tak beroperasi, karena bahan bakunya yang kurang. Atau sapi yang disembelih di RPH tersebut tidak dapat dipenuhi sesuai kapasitas RPH. Sementara, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) NTB, Ir. Madani Mukarom, B. Sc. F, M.Si mengatakan tanaman lamtoro untuk sumber pakan ternak akan dikembangkan Bersambung ke hal 11