Edisi Senin 16 September 2019 | Suara NTB

Page 1

SUARA NTB Pengemban Pengamal Pancasila

16 HALAMAN NOMOR 155 TAHUN KE 15 Online :http://www.suarantb.com E-mail: hariansuarantb@gmail.com

SENIN, 16 SEPTEMBER 2019

Investasi Padat Karya,

Percepat Penurunan Kemiskinan Realisasi investasi di NTB terus mengalami peningkatan. Tahun 2018, realisasi investasi di NTB hampir mencapai Rp14 triliun. Tahun ini, realisasi investasi ditargetkan mencapai Rp16 triliun. NAMUN, kontribusi realisasi investasi yang begitu besar masih menjadi pertanyaan. Terutama pengaruhnya terhadap percepatan penurunan angka kemiskinan di NTB. Dalam kurun waktu 2013 - 2018, angka kemiskinan di NTB hanya turun kurang dari 3 persen, dari target satu persen tiap tahun. Pada awal 2013, angka kemiskinan di NTB sebesar 17,27 persen, turun menjadi 14,63 persen di akhir 2018. Realisasi investasi yang cukup besar di NTB H. Agus Talino

Nunung Triningsih

1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 KEMISKINAN bukan hanya perkara kecilnya penda1234567890123456789012345678901212 patan masyarakat. Akan tetapi kemiskinan juga memi1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 liki hubungan yang cukup kuat dengan tingkat literasi 1234567890123456789012345678901212 keuangan masyarakat. Semakin rendah tingkat literasi 1234567890123456789012345678901212 keuangan masyarakat, semakin sulit masyarakat kelu1234567890123456789012345678901212 ar dari mata rantai kemiskinan. 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 Pandangan itu disampaikan Kepala Bagian Otoritas 1234567890123456789012345678901212 Jasa Keuangan (OJK) Provinsi NTB, Rissa Khairunnisa. 1234567890123456789012345678901212 ‘’Ada keterkaitan yang cukup erat antara tingkat ke1234567890123456789012345678901212 miskinan dengan tingkat inklusi sosial ekonomi serta 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 inklusi keuangan masyarakat. Untuk itu OJK meyakini 1234567890123456789012345678901212 bahwa salah satu upaya untuk menyelesaikan masalah 1234567890123456789012345678901212 kemiskinan juga dengan meningkatkan literasi keuang1234567890123456789012345678901212 an bagi masyarakat miskin,’’ ujarnya. 1234567890123456789012345678901212 Lebih lanjut dipaparkan Rissa, dalam upaya pengentasan 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 kemiskinan, pemerintah dan masyarakat selama ini selalu 1234567890123456789012345678901212 fokus pada usaha peningkatan pendapatan. Namun menurut 1234567890123456789012345678901212 Rissa, permasalahan kemiskinan tidak akan langsung tuntas 1234567890123456789012345678901212 dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, tanpa 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 dibarengi oleh peningkatan literasi keuangan. 1234567890123456789012345678901212 ‘’Kami temui di lapangan bahwa sering kali kita 1234567890123456789012345678901212 fokus pada bagaimana masyarakat 1234567890123456789012345678901212 ini mendapatkan penghasilan. 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 Tapi kita kurang menyoroti 1234567890123456789012345678901212 dan memperhatikan 1234567890123456789012345678901212 bagaimana masyarakat ini 1234567890123456789012345678901212 mengelola keuangannya. 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 Setelah mendapatkan 1234567890123456789012345678901212 penghasilan, lalu 1234567890123456789012345678901212 penghasilannya itu 1234567890123456789012345678901212 diapakan,’’ 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 katanya. 1234567890123456789012345678901212 Bersambung 1234567890123456789012345678901212 ke hal 8 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 Rissa Khairunnisa 1234567890123456789012345678901212

masih didominasi sektor pertambangan, yang tidak padat karya. Sehingga, ke depan, NTB akan mendorong masuknya investasi padat karya terutama di sektor pertanian, perkebunan, pariwisata dan industri pengolahan. Demikian terungkap dalam Diskusi Terbatas Harian Suara NTB dengan tema “Investasi dan Pengentasan Kemiskinan” yang digelar di Ruang Redaksi Harian Suara NTB, Kamis (12/9). Diskusi dipandu Penanggung Jawab Harian Suara NTB, H. Agus Talino. Diskusi tersebut dihadiri Asisten II Perekonomian dan

Pembangunan Setda NTB, Ir. H. Ridwan Syah, MM, M.Sc, M.TP, Sekretaris Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) NTB, Dra.Nunung Triningsih, MM, Perwakilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTB, Rissa Khairunnisa. Kemudian Anggota DPRD NTB, H. Misbach Mulyadi, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) NTB, H. L. Hery Prihatin, Akademisi Universitas Mataram, Prof. Mansur Afifi dan Ketua Umum Japnas NTB, I Made Agus Ariana. Bersambung ke hal 8

H. Ridwan Syah

(Suara NTB/ars)

Tingkatkan Literasi Keuangan, Putus Mata Rantai Kemiskinan

(Suara NTB/ars)

Perlu Strategi Investasi yang Menyentuh Masyarakat NVESTASI menjadi salah satu strategi kunci untuk mengentaskan kemiskinan. Namun untuk mencapai tujuan itu, diperlukan karakteristik investasi yang langsung menyentuh masyarakat. Pemerintah daerah harus berani berinvestasi ke masyarakat untuk mengembangkan industri kreatif. Hal itu disampaikan Anggota DPRD NTB, H. Misbach Mulyadi. Menurutnya investasi penting, tapi perlu dipikirkan investasi yang bisa menyentuh masyarakat. Ia pun mengutarakan ide, terkait penye-

lenggaraan MotoGP 2021 mendatang. Menurutnya, di ajang tersebut, akan hadir sedikitnya 200 ribu orang. ‘’Artinya ini bahwa yang mereka datang ke sini ingin belanja produk lokal, tapi siapkah kita menyiapkan ini? Bahwa pemerintah harus berani investasi. Apa itu? industri kreatif. Kita bikin secara masif suvenir atau apapun namanya,’’ sarannya. Pada industri pariwisata, kata Misbach, orang yang datang mau berbelanja oleh-oleh dari Lombok. Menurutnya, tidak bisa hanya mengharapkan investasi dari swasta. Pe-

(Suara NTB/ars)

lurus dengan usaha jasa wisata. Imbas positifnya, kebutuhan tenaga kerja meningkat. Tenaga kerja lokal semestinya punya kemampuan bersaing dari sisi keterampilan dan profesionalitasnya. Pemerintah bisa mengambil peran dengan pendidikan dan pelatihan baik formal maupun nonformal. ‘’Karena hampir 70 persen tenaga kerja lokal seperti itu. Kalau ada masalah langsung kabur. Jadi kita ambil tenaga kerja luar. Tapi di satu sisi tenaga kerja luar biayanya tinggi,’’ jelasnya. Ariana berpendapat bahwa peningkatan ekonomi masyarakat dengan pembukaan akses pekerjaan di sektor makanan dan minuman di daerah wisata. Dia mencontohkan pengeluaran ratarata wisatawan. Misalnya pengeluaran hotel yang Rp300 ribuan per hari dan kuliner yang sampai Rp500 ribu. ‘’Usaha kuliner itu bisa cukup menjanjikan. Itu harus dikelola dan didukung SDM yang bagus,’’ tandasnya.

Klaster Industri Terintegrasi Kolaborasi swasta, pemerintah, dan masyarakat bisa menjelma sebagai pengurai kemiskinan mujarab. Sektor bisnis dan industri akan kokoh dengan kemurahan hati insentif pemerintah. Ekonomi mudah bergerak mengerek naik masyarakat keluar dari kemiskinan. Bersambung ke hal 8

(Suara NTB/ars)

bahwa pembukaan usaha baru yang mulai banyak dirintis membuka lapangan kerja baru. “Pariwisata hari ini sangat kita harapkan jadi tulang punggung,’’ jelasnya. Insentif pemerintah daerah kepada pengusaha, imbuh dia, menjadi kunci saling menjaga iklim usaha jasa pariwisata. Menurutnya, pengusaha baru yang punya peluang membuka lapangan kerja juga rentan dengan risiko-risiko ekonomi. Insentif itu tak mesti langsung. Juga bisa berupa eksplorasi pengembangan destinasi wisata. Bukan cuma mengandalkan alam tetapi juga wisata atraksi, wisata budaya, atau wisata petualangan. ‘’Destinasi yang banyak pilihan itu okupansi (hotel) tetap terjaga. Di sini kita masih minim. Tempat wisata yang sudah ada masih belum kondusif kondisinya,’’ jelas Ariana. Penataan I Made Agus Ariana destinasi itu dalam pandangannya juga akan berbanding

H. Misbach Mulyadi (Suara NTB/ars)

Pacu Pertumbuhan, Undang Investasi dari Luar

Butuh Insentif untuk Pengusaha ERAPAN tenaga kerja di sektor pariwisata menyumbang kontribusi lapangan kerja. Namun, dinamika sektor usaha tidak akan stabil apabila kualitas tenaga kerja tidak terjaga. Lapangan kerja pun akan berfluktuasi. Ketua Jaringan Pengusaha Nasional NTB I Made Agus Ariana menyebut

merintah harus memulainya. Misalnya, dengan menyusun secara serius pabrik pembuatan suvenir di NTB. ‘’Kalau bicara Rp200 miliar untuk investasi ini, tidak raguragu. Pemerintah masih sanggup, kita ke luar negeri, ke Malaysia, gantungan kunci saja kita bisa beli tujuh biji. Masa kita tidak bisa bikin itu. Tapi kita harus fight dengan membuat pabrikasi, pabrikasi suvenir lah. Kalau kita tunggu swasta tidak mungkin. Tapi mari kita pemerintah ini memberikan contoh,’’ kata Misbach. Bersambung ke hal 8

PENGAMAT Ekonomi dari Universitas Mataram, Prof. Dr. H. Mansur Afifi mengatakan, jika ingin mengembangkan ekonomi di NTB, tidak ada cara lain selain meningkatkan investasi. Selain dari daerah sendiri, investasi bisa datang dari luar NTB. Dan itu justru berdampak paling besar terhadap

pertumbuhan ekonomi. ‘’Artinya kalau uang masuk, berarti skala ekonomi kita semakin besar. Itu yang akan menyebabkan kegiatan ekonomi bergerak. Standar hidup suatu negara sangat tergantung seberapa banyak dia memproduksi barang dan jasa. Jadi kalau kita miskin, berarti produksi kita rendah nilainya,’’ jelasnya. Mansur menekankan, konsep tersebut juga berlaku pada negara dan daerah, kalau

H.Lalu Hery Prihatin

H. Mansur Afifi

memproduksi sedikit, maka pendapatan juga sedikit. Oleh karena itu yang paling

mudah ditingkatkan adalah industri, karena paling nyata barangnya. Jika melihat data, Mansur merincinkan, ekonomi NTB tanpa sektor tambang berada di urutan 23 di Indonesia dengan pertumbuhan rendah sebesar 5,7 persen selama 2011 sampai dengan 2018. Jika digabungkan dengan tambang, maka berada di posisi 31 dengan pertumbuhan ekonomi hanya 3,5 persen. “Jadi kinerja ekonomi kita jelek jika dibandingkan dengan provinsi lain,” katanya. Jika dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita, tahun 2010 NTB berada di urutan 28, sementara pada 2018 NTB lebih baik dari Maluku dan NTT. ‘’Tidak ada yang bisa kita banggakan jika kita katakan kita tumbuh besar, setelah lihat datanya, aib,’’ ungkapnya. Mansur menjelaskan, pertumbuhan ekonomi rendah dikarenakan komponen pertumbuhan tersebut. Bersambung ke hal 8 (Suara NTB/ars)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.