HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.85.000 SUMBAWA Rp.90.000 ECERAN Rp 5.000
SUARA NTB
KAMIS, 15 NOVEMBER 2018
Pengemban Pengamal Pancasila
16 HALAMAN NOMOR 207 TAHUN KE 14 Online :http://www.suarantb.com E-mail: suarantbnews@gmail.com
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
Genjot Sektor Pertambangan
Pemulihan Ekonomi Jadi Beban Terberat Mataram (Suara NTB) Sektor pertambangan jadi sandaran untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi. Salah satunya dengan mendorong segera operasional smelter di Pulau Sumbawa. Harapannya, pertumbuhan ekonomi berbanding lurus dengan perbaikan angka kemiskinan dan pengangguran. Tumbuh nol koma saja sudah bagus. Makanya kita jaga jangan sampai negatif,’’ ujarnya saat dikonfirmasi usai menghadiri Peringatan HUT Brimob di Mako Satbrimobda NTB, kemarin. Dia menjelaskan, pelambatan pertumbuhan ekonomi bisa memperburuk u p a y a pengentasan
(Suara
Demikian diungkapkan Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, SE.M.Sc, Rabu (14/11) menjawab soal prediksi Bappenas terkait dengan angka kemiskinan di NTB bisa menyentuh angka di atas 15 persen pada tahun 2021. ‘’Kemiskinan tidak bisa dihindari kalau tidak ada pertumbuhan ekonomi.
H. Zulkieflimasyah
kemiskinan. Perekonomian bergerak mundur berpotensi memunculkan pengangguran. ‘’Kalau (pertumbuhan ekonomi) negatif, kemiskinan dan pengangguran lebih banyak lagi,’’ katanya. Politisi PKS yang akrab disapa Dr Zul ini menyusun salah satu program pengentasan kemiskinan, menyesuaikan potensi ekonomi NTB di sektor pertambangan. Diantaranya, tambang emas di Sumbawa Barat dan Lombok Barat. ‘’Kita berusaha sekuat tenaga supaya sektor pertambangan itu bisa beroperasi sebagaimana sedia kala. Sehingga ini membantu pertumbuhan ekonomi untuk mengentaskan kemiskinan dan pengangguran,’’ paparnya. Cara yang akan ditempuh, sam-
bung dia, dengan mendorong segera beroperasinya smelter atau tempat pemurnian tembaga. Smelter di Pulau Sumbawa dikelola PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) melalui PT Amman Mineral Industri (AMI). ‘’Kita memudahkan proses (pembangunan) smelter ini, dan kita berupaya supaya mereka segera beroperasi kembali,’’ kata Dr Zul. ‘’Kita mendorong pertumbuhan ekonomi, salah satu yang penting itu pertambangan,’’ pungkasnya. Jadi Beban Terberat Pemulihan ekonomi pascabencana gempa NTB menjadi beban terberat. Untuk itu, selain program dari pemerintah daerah, Pemprov juga menggandeng lembaga non pemerintah/NGO mempercepat pemulihan ekonomi pada daerah-daerah terdampak gempa. ‘’Ke depan ini tantangan kita jauh lebih kompleks, lebih berat. Pertumbuhan ekonomi saja kita lihat (minus), itu beban terberat. Karena kita lihat pertumbuhan ekonomi NTB rilis terakhir itu (turun) jauh,’’ kata Asisten II Perekonomian Setda NTB, H. Chairul Mahsul, SH, MM saat rakor penanggulangan kemiskinan bersama
NGO di Kantor Gubernur, kemarin. Biasanya, kata Chairul, pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan III selalu positif atau berada di atas rata-rata nasional. Namun pada triwulan III 2018, pertumbuhan ekonomi NTB terjadi kontraksi. Untuk itulah konsep dan gagasan NGO untuk me-recovery NTB ke depan lebih khusus berbicara kemiskinan dengan melestarikan lingkungan dibutuhkan Pemda. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB, Bersambung ke hal 15
H. Chaerul Mahsul (Suara NTB/dok)
Kepala DKP Lobar dan Lotim Diperiksa Kejagung
TO K O H Penyambungan Gratis MESKI menjadi korban gempa, biaya instalasi listrik rumah tangga tak ditanggung PLN. Masyarakat korban gempa yang rumahnya rusak berat dan menjadi pelanggan PLN harus menyiapkan uang untuk pemasangan instalasi listrik rumah tangga. PLN hanya menggratiskan biaya penyambungan atau pemasangan KWh meter. Sedangkan biaya instalasi listrik rumah tangga akan ditanggung oleh masyarakat korban gempa. ‘’Intinya kami siap. Begitu berdiri rumahnya, kita siap sambung dan tanpa bi(Suara NTB/ist) aya penyambungan. Kalau Rudi Purnomoloka instalasi rumah tangganya tanggung jawab masingmasing. Instalasi dalamnya, tanggung jawab pemilik. Bersambung ke hal 15
Mataram (Suara NTB) Dana transfer yang diperoleh 11 Pemda di NTB dalam APBN 2019 meningkat dibandingkan 2018. Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) NTB, Syarwan memaparkan, jumlah dana transfer daerah untuk Pempov dan 10 kabupaten/kota di NTB pada 2019 mendatang mencapai Rp16,4 triliun lebih. Data Kanwil DJPB NTB, pada 2018 pagu dana transfer daerah untuk Pemprov dan 10 Pemda kabupaten/kota di NTB sebesar Rp15,3 triliun lebih. Tahun 2019, dana desa untuk delapan kabupaten di NTB juga meningkat menjadi Rp1,18 triliun. Dana transfer sebesar Rp16,4 triliun tersebut paling besar diperoleh Pemprov NTB, yakni sebesar Rp3,7 triliun. Terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH) sebesar Rp444,7 miliar, Dana Alokasi Umum (DAU) Rp1,5 triliun. Dana Alokasi Khusus (DAK) non fisik Rp1,19 triliun, DAK Fisik Rp457 miliar dan Dana Insentif Daerah Rp36,3 miliar. Penerima dana transfer terbesar kedua adalah Lombok Timur, yakni sebesar Rp2,1 triliun lebih. Dengan rincian, DBH Rp35,4 miliar, DAU Rp1,18 triliun, DAK non fisik Rp313 miliar, DAK Fisik Rp294 miliar, DID Rp9,4 miliar dan Dana Desa Rp307,3 miliar. Bersambung ke hal 15
(Suara NTB/rus)
APBN 2019, Dana Transfer untuk NTB Rp16,4 Triliun
Giri Menang (Suara NTB) Kepala Dinas kelautan dan perikanan (DKP) Lombok Barat (Lobar), H. Subandi mengakui sudah dimintai keterangan oleh tim penyidik Kejaksaan Agung (Kejagung) di Kantor Kejaksaan Tinggi NTB, Rabu (7/11) pekan lalu. Ia diperiksa terkait proses pengadaan kapal di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang tengah diusut Kejagung. Subandi mengaku ditanya seputar pelibatan pihaknya dalam pengadaan M. Tasywiruddin
kapal. Pihak penyidik juga turun langsung melakukan pengecekan lapangan melihat bantuan kapal tahun 2016 itu. Menurut Subandi, bantuan kapal dari KKP khususnya di Lobar tak ada masalah. ‘’Sudah saya dipanggil dimintai keterangan oleh Kejagung di Kantor Kejaksaan Tinggi pekan lalu dan tidak ada masalah,’’ kata Subandi, Rabu (14/11) kemarin. Subandi mengaku diperiksa hanya 30 menit. Dalam waktu yang bersamaan katanya, juga diperiksa pejabat DKP Bima dan Kota Bima. Tim penyidik Kejagung katanya, bertanya seputar pelibatan pihak dinas dalam hal proses pengadaan. Bersambung ke hal 15 H. Subandi (Suara NTB/her)
10 Persen Rumah Tangga di NTB Belum Nikmati Listrik Mataram (Suara NTB) PT. PLN Wilayah NTB mencatat hingga saat ini masih ada 10 persen rumah tangga atau kepala keluarga yang belum menikmati listrik di daerah ini. PLN mencatat, rasio elektrifikasi di NTB sudah mencapai 90 persen. General Manager PLN Wilayah
NTB, Rudi Purnomoloka yang dikonfirmasi usai bertemu Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, SE.M.Sc di ruang kerjanya, Rabu (14/11) siang menjelaskan khusus untuk Pulau Lombok seluruh desa yang dialiri listrik. Sementara Pulau Sumbawa, masih ada dua desa
berada di Kabupaten Bima. ‘’Rasio elektrifikasi PLN sekarang ini 80 persen. Tapi ada yang non PLN, sehingga rasio elektrifikasi sekitar 90 persen sampai saat ini. Ada sekitar 10 persen KK yang belum berlistrik di NTB,’’ sebutnya. Bersambung ke hal 15
KO M E N TTAA R Siapkan Sejumlah Jurus PEMPROV NTB menyiapkan sejumlah strategi atau jurus untuk menekan peningkatan angka kemiskinan 2019 mendatang. Tahun depan, ada 13 program yang disiapkan lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk menekan angka kemiskinan yang diprediksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) berada di atas 15 persen hingga 2021. Kepala Dinas Sosial (Disos) NTB, H. Ahsanul Khalik, S. Sos, MH mengatakan ada beberapa program penanggulangan kemiskinan yang difokuskan pada daerah-daerah terdampak bencana. ‘’Terutama penjangkauan perlindungan dan pemberdayaan sosial. Itu akan kita kuatkan di lokasi-lokasi terdampak bencana,’’ ujarnya ketika dikonfirmasi Suara NTB, Rabu (14/11) siang. Bersambung H. Ahsanul Khalik ke hal 15 (Suara NTB/dok)
(Suara NTB/bul)
ANJLOK- Harga tembakau Virginia Lombok anjlok. Petani tembakau Virginia mengaku rugi. Harga turun drastis, dari yang kualitas rendah biasanya Rp 15- 20 ribu pe Kg kini hanya dihargakan Rp 8.500 per Kg. Sedangkan untuk kualitas tinggi Rp 30-35 ribu per Kg. Sebelumnya grade tertinggi ini bisa terjual Rp 40-45 ribu per Kg. Tampak petani sedang merapikan tembakau untuk kemudian dioven.
PT. ASDP Diminta Tinjau Ulang Rencana ’’Extra Trip’’ Mataram (Suara NTB) PT. ASDP Indonesia Ferry diminta mengkaji ulang kemungkinan penambahan trip (extra trip) kapal untuk melayani penyeberangan Lembar – Padangbai. Sebab dengan 23 trip saat ini, kondisi penyeberangan lintas provinsi itu sering mengalami keterlambatan bongkar muat. Penambahan trip itu disampaikan ASDP kepada Ombudsman NTB. Dalihnya, untuk mengurai dampak keterlambatan bongkar muat, baik
di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat maupun di Padangbai, Bali. Dalam surat itu, ASDP mencatat saat ini ada 32 trip yang melayani penyeberangan dari Bali – Lombok dan sebaliknya. Jumlah itu dianggap tidak cukup, sehingga harus ada enam extra trip sehingga menjadi 38 trip. Ombudsman RI Perwakilan NTB meminta pihak ASDP meninjau kembali kemungkinan penambahan trip tersebut melihat pelayanan saat ini. Sebab dianggap be-
lum membaik akibat kerap terjadi keterlambatan bongkar muat. ‘’Ombudsman mendorong agar penyelesaiannya tidak saja menggunakan pendekatan sifatnya substansial. Tapi lebih berbasis kebutuhan operasional,’’ saran Kepala Ombudsman NTB, Adhar Hakim, SH.,MH, Rabu (14/11). Sengkarutnya kegiatan bongkar muat di Lembar dan Padangbai dilihatnya simpul persoalan ada pada kurang berimbangnya dermaga di dua
tempat. Sebab diketahui, di Padangbai saat ini hanya satu dermaga yang efektif, sementara dermaga satu lagi dalam perbaikan. Kemudian di Lembar ada tiga dermaga dan hanya dua yang dimaksimalkan. ‘’Pertimbangkan, apakah jalan keluar itu berimbang? Karena ketersediaan pelayanan kapal menurut saya tidak akan maksimal jika dua dermaga ini (Lembar – Padangbai) belum berimbang,’’ ujarnya. Jika dua dermaga belum settle dari segi kuantitas,
dikhawatirkan pelayanan akan terus pincang. Ini kemudian menyebabkan terganggunya pelayanan masyarakat di dua pelabuhan. Baginya extra trip bisa saja diberlakukan, namun harus melalui kajian matang, tidak sampai menjadi masalah baru untuk kondisi pelayanan yang masih disoroti saat ini. Terlebih kondisi kapal tidak upgrade, sehingga masih ada kapal yang ‘’uzur’’ beroperasi dan berpengaruh pada kecepatan. Bersambung ke hal 15