SUARA NTB
HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.85.000 SUMBAWA Rp.90.000 ECERAN Rp 5.000
JUMAT, 12 OKTOBER 2018
Pengemban Pengamal Pancasila
16 HALAMAN NOMOR 179 TAHUN KE 14 Online :http://www.suarantb.com E-mail: suarantbnews@gmail.com
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
KPK akan Supervisi Kasus BPR NTB
Mataram (Suara NTB) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengatensi kasus dugaan korupsi pada proses merger PD. BPR NTB menjadi PT. Bank BPR NTB. Setelah menerima hasil perekaman persidangan, akan dilakukan proses supervisi. ‘’Setelah masuk (hasil rekaman), akan dilakukan supervisi,” kata Koordinator Pembinaan Jaringan Kerjasama Atara Komisi dan Instansi (PJKAKI) KPK, Nanang Farid Syam, menjawab Suara NTB, Kamis (11/10). Supervisi dilakukan untuk menilai sejauh mana urgensi kasus (hasil persidangan) tersebut dapat ditindaklanju-
Namun proses itu ditegaskannya, harus melalui proses supervisi. Bisa jadi akan ditindaklanjuti sesuai harapan tim kuasa hukum terdakwa lantaran tak yakin dengan kinerja Kejaksaan. Namun Nanang Syam enggan menanggapi lebih jauh, karena sidang masih harus menunggu putusan. ‘’Bisa jadi tindaklanjuti
ti ke tahap penyelidikan. Kajian soal kerugian negara sampai peran pejabat negara dalam pusaran kasus itu. Supervisi, lanjut Nanang Syam, selain untuk melihat kemungkinan ditindaklanjuti KPK. Juga terbuka peluang diterbitkannya rekomendasi bagi penegak hukum yang mengawali penanganan kasus, dalam hal ini Kejati NTB.
(KPK). Tapi kita tunggu putusannya dulu,’’ jawabnya. KPK hingga saat ini masih memasang alatnya di Pengadilan Tipikor Mataram. Lengkap dengan perangkat CCTV, recorder, server. Setiap selesai persidangan, tim perekam dari Fakultas Hukum Unram, langsung mengirim ke KPK. ‘’Rekaman persidangan BPR sudah ada di tangan KPK. Jadi setiap selesai sidang kita kirim ke KPK,’’ kata Koordinator Tim Pemantauan Persidangan KPK, Joko Dumadi, SH.,MH.
Sebelumnya menjadi alasan pemantauan persidangan, karena kasus ini menjadi perhatian publik. Media banyak menyoroti, termasuk peran sejumlah pihak yang disebut sebut sejak penyidikan di Kejati NTB. Setiap usai merekam persidangan, pihaknya tetap memberikan catatan khusus soal kasus tersebut dan hubungannya dengan fakta menarik di persidangan. Dimana, catatan tersebut berisi tentang fakta fakta di persidangan yang perlu menda-
pat perhatian KPK. ‘’Artinya itu sudah menjadi catatan kami kepada KPK setiap pengiriman persidangan, tentang adanya calon potensial tersangka,’’ jelasnya. (ars)
’’
Setelah masuk (hasil rekaman), akan dilakukan supervisi Nanang Farid Syam (Suara NTB/ars)
(Suara NTB/ars)
AKSES DESA - Pemukiman penduduk di pinggir ruas jalan penghubung Sekotong Lombok Barat ke Kuta Lombok Tengah yang baru dihotmix. Jalur lingkar luar ini selain memudahkan untuk akses wisata, juga dirasakan manfaatnya sebagai akses ekonomi masyarakat desa.
’’Jumpa Bang Zul - Umi Rohmi’’
TO K O H
Pendopo Dibuka untuk Masyarakat Setiap Jumat
Bangkitkan Pariwisata Lombok PASCAGEMPA melanda Lombok – Sumbawa, tema event ‘’TNI International Marathon 2018’’ berkembang pada upaya pemulihan trauma. Lebih dari itu, sebagai cara mengembalikan kepercayaan dunia internasional, bahwa Lombok dan NTB umumnya tetap aman sebagai destinasi wisata. ‘’Lewat event ini, kami ingin yakinkan dunia internasional bahwa Lombok, NTB ini aman untuk dikunjungi,’’ kata Pusjaspermildas TNI AD, Brigjen TNI Sapriadi, SIP menjawab Suara NTB di Mataram, Kamis (11/ 10) kemarin. Bersambung ke hal 15
KO M E N TTAA R
Mataram (Suara NTB) Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, SE, M.Sc membuka pintu pendopo dan Kantor Gubernur NTB selebar-lebarnya setiap hari Jumat bagi masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasi, ide, gagasan, keluhan, saran dan masukan secara langsung. Program ini akan dimulai Jumat (12/10) hari ini. ‘’Akan kami jadikan agenda penyampaian
langsung segala keluhan, kritik, saran atau masukan warga NTB terkait setiap persoalan/ masalah segala bidang kehidupan,’’ kata gubernur, Kamis (11/10). Dr. Zul mengatakan, program bertajuk ‘’Jumpa Bang Zul - Umi Rohmi’’ ini akan dijadikan kebiasaan dan semangat baru pada pemerintahan Gubernur dan Wakil Gubernur NTB periode 2018-2023. Bersambung ke hal 15
Dicari, Pelaksana Pembangunan Rumah Korban Gempa Mataram (Suara NTB) Rumah korban gempa yang akan dibangun jumlahnya cukup besar. Oktober ini ditargetkan jumlah rumah korban gempa yang terbangun sebanyak 7.036 unit. Melihat banyaknya rumah yang akan dibangun, pemerintah sedang mencari pelaksananya. Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, SE, M.Sc mengatakan, pada saat rapat koordinasi di Komando Satuan Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) Penanganan Darurat Gempa NTB di Bandara Selaparang, Rabu (10/10) bahwa dana untuk perbaikan rumah korban gempa sudah siap.
Sapriadi (Suara NTB/ars)
Realisasi Masih Minim REALISASI pembangunan rumah sementara (huntara) korban gempa NTB masih minim. Data yang dihimpun Pusat Komando Penanggulangan Bencana NTB, hingga saat ini jumlah huntara yang telah terbangun sebanyak 10.687 unit. Sementara, kebutuhan huntara jika mengacu pada laporan jumlah rumah masyarakat yang rusak berat sekitar 83.000 unit. Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik (Kominfotik) NTB, Tri Budiprayitno, SIP, M.Si mengatakan, dari 83.000 rumah rusak berat yang telah didata dan dilaporkan, Bersambung ke hal 15 Tri Budiprayitno
(Suara NTB/dok)
H. Zulkieflimansyah
Dari pihak perbankan yang hadir menyatakan bahwa dana bantuan bencana sudah ada. ‘’Duitnya sudah masuk. Tinggal secara teknis siapa yang akan melaksanakan (pembangunan). Ini yang sedang kita cari bersama,’’ kata Dr. Zul dikonfirmasi di Kantor Gubernur, Kamis (11/10) siang. Dari target 7.036 unit rumah korban gempa yang akan terbangun pada Oktober ini, sebanyak 2.400 unit merupakan Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha). Sementara sisanya merupakan rumah non Risha seperti rumah konvensional dan rumah kayu. Bersambung ke hal 15
(Suara NTB/ist)
BERKUNJUNG - Wagub NTB, Hj. Sitti Rohmi Djalilah menyapa korban gempa di sela-sela kunjungan ke Dusun Kecinan, Desa Malaka, Kabupaten Lombok Utara (KLU), Kamis (11/10).
Presiden akan Cek Pembangunan Rumah Korban Gempa Mataram (Suara NTB) Presiden Ir. H. Joko Widodo (Jokowi) akan kembali berkunjung ke NTB, Sabtu (13/10), besok. Kedatangan orang nomor satu di Indonesia ini untuk memastikan pemerintah pusat dan daerah serius dalam penanganan pascabencana gempa bumi yang terjadi di NTB. Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, SE, M. Sc mengatakan Presiden akan melihat pembangunan rumah korban gempa. “Pak Jokowi akan datang Sabtu ini melihat tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi sebelummnya,” kata Dr. Zul dikonfirmasi di Kantor Gubernur, Kamis (11/10) siang. Dikatakan, pagi harinya, Presiden akan memberikan beasiswa kepada mahasiswa dan mahasiswi yang terdampak bencana gempa. Bersambung ke hal 15
Kasus TPPU Diagendakan Sita Barang Bukti dan Gelar Perkara Mataram (Suara NTB) Kasus dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) di salah satu BUMD Provinsi NTB dalam waktu dekat diagendakan akan dilakukan gelar perkara. Jika bukti dinilai kuat dan cukup, tidak menutup kemungkinan kasus ditingkatkan ke tahap penyidikan dan ditindaklanjuti dengan penyitaan barang bukti. ‘’Kalau sudah cukup terang, dapat ditingkatkan ke penyidikan. Tapi akan diekspose dulu untuk menaikkan statusnya,’’ kata Juru Bicara Kejati NTB, Dedi Irawan, SH,MH, Kamis (11/10). Untuk melengkapi dokumen penyidikan, sebe-
(Suara NTB/dok)
(Suara NTB/nas)
Dedi Irawan
lumnya tim turun ke Kabupaten Dompu, mendalami bukti dan keterangan saksi tersebut. Dari pengembangan penyelidikan itu, ditemukan petunjuk ke arah bukti dokumen yang menguatkan unsur dugaan pencucian uang. Menurut Dedi Irawan, tidak menutup peluang akan dikembangkan ke arah penggeledahan dan penyitaan dokumen. Dari hasil penelusuran untuk mencari dokumen, pihaknya sudah menemukan gambaran ke mana arah aliran dana TPUU senilai total Rp6,2 miliar tersebut. “Dari situ, ke mana uang tersebut mengalir akan ditelusuri terus,’’ jelas Dedi Irawan. Pada keterangan sebelumnya, Dedi Irawan menjelaskan, gambaran tersangka dalam kasus ini bisa lebih dari satu orang. Sebab ada peran pelaku utama dan pihak lain yang menerima
aliran dana tersebut. ‘’Tersangka memungkinkan lebih dari satu orang. Karena selain pihak yang terlibat sebagai pelaku utama, juga pihak yang menerima aliran dana itu,” kata Dedi Irawan. Ia memberi gambaran dalam kasus dugaan TPPU BUMD tersebut, terjadi pencairan Rp 6,2 miliar secara bertahap mencapai lima kali transaksi. Pihak yang terlibat dalam pemberi dan penerima dalam proses transaksi bisa jadi tersangka. “Artinya ini sudah memungkinkan ada dua tersangka,” jelasnya. Sementara soal aliran dana atau pihak lain yang menikmati pencairan uang diduga hasil TPPU itu, juga memungkinkan dipidana. Tapi menurut Dedi akan dikaji lagi sejauh mana perannya. Bersambung ke hal 15