SUARA NTB Pengemban Pengamal Pancasila
16 HALAMAN NOMOR 202 TAHUN KE 15 Online :http://www.suarantb.com E-mail: hariansuarantb@gmail.com
SENIN, 11 NOVEMBER 2019
Sumbawa, ’’Zero Waste’’
dan Tantangan Kesadaran
UNTUK mewujudkan Sumbawa menjadi kabupaten contoh zero waste, Pemda setempat meminta sinergi antara kabupaten/kota dan provinsi lebih diperkuat. Karena mesin terbaik untuk menyelesaikan persoalan sampah adalah kesadaran masyarakat. Pemprov NTB dan Pemda Kabupaten/Kota harus mulai serius berpikir berinvestasi untuk membangun kesadaran tersebut. Ajakan mengenai pentingnya sinergi antara provinsi dan kabupaten/kota disampaikan Wakil Bupati (Wabup) Sumbawa, Drs. H. Mahmud Abdullah dalam Diskusi Terbatas Suara NTB dengan tema ‘’Kabupaten Sumbawa Menuju Zero Waste’’ yang digelar di Ruang Redaksi Harian Suara NTB, Kamis (7/11). Selain Wabup Sumbawa, diskusi juga dihadiri Asisten III Setda NTB, Ir. Hj. Hartina, MM, Direktur Bank Sampah Bintang Sejahtera NTB, Syawaludin, Kepala Bappeda Kabupaten Sumbawa, Ir. H. Junaidi, M.Si, Bersambung ke hal 8
Hj. Hartina
H.Agus Talino
H. Mahmud Abdullah
H. Junaidi
(Suara NTB/ars)
Program NTB Zero Waste mulai mendapatkan atensi di kabupaten/kota. Bahkan, salah satu kabupaten, yaitu Kabupaten Sumbawa bertekad menjadi kabupaten contoh zero waste di NTB.
Butuh Sinkronisasi Program dan Sosialisasi Berbasis Komunitas Wilayah dan Pembangunan Infrastruktur, Bappeda NTB, H. Agus Hidayatullah, Kamis (7/ 11). Bentuk intervensi itu, salah satunya adalah pengalokasian anggaran khusus untuk menunjang program zero waste. Diterangkan Agus bahwa untuk tahun 2019 Bappeda NTB telah menyiapkan anggaran sebesar Rp198 miliar yang langsung diberikan kepada masing-masing OPD yang memiliki program khusus terkait zero waste. Untuk tahun 2020 jumlah anggaran tersebut diakui akan menurun menjadi Rp54,8 miliar. Besaran anggaran sendiri
telah disesuaikan dangan asas pengangggaran yang diatur oleh pemerintah pusat. Di mana bentuk intervensi dari Pemerintah Provinsi kepada kabupaten/kota adalah pada penyediaan anggaran. ‘’Kalau misalnya ada program unggulan kabupaten/kota yang memerlukan intervensi dari Pemerintah Provinsi, ya kita masukan dalam agenda. Tahun ini sudah selesai pengganggaran dan yang kita serahkan adalah Rp54,8 miliar,’’ ujar Agus. Bersambung ke hal 11
I. N. Gusia Rachman Ansori
Siapkan Fasilitas Pendukung hingga Belajar ke Swedia DESTINASI wisata di Pulau Sumbawa tengah naik daun. Sejumlah destinasi mulai dilirik oleh wisatawan lokal, domestik dan mancanegara. Tantangan pemerintah mengurangi sampah plastik terutama di objek wisata. Larangan buang sampah telah dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa. Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Sumbawa, M. Sofyan Yahya mengungkapkan, saat ini sedang bergulirnya pariwisata Sumbawa. Hampir setiap kecamatan melaksanakan festival. Festival ini rangkaian Festival Moyo yang menjadi kebanggaan masyarakat di Kabupaten Sumbawa. Hal ini dibuktikan dengan adanya keterlibatan aktif masyarakat mendukung pariwisata. Populernya pariwisata di Sumbawa perlu diantisipasi kembali mengenai masalah sampah. Dinas Pariwisata Kabupaten Sumbawa mengeluarkan edaran ke pengunjung harus memperhatikan kebersihan atau tidak membuang sampah sembarangan. ‘’Begitu semua wisatawan datang ke Sumbawa yang pertama diperhatikan adalah sampah,’’ ucapnya. Jika diperhatikan, sampah plastik bukan saja persoalan dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa. Bahkan, ini masalah besar di seluruh dunia. Mencermati proses penguraian sampah plastik membutuhkan waktu selama 100 tahun. Artinya, ini harus jadi perhatian serius bersama baik itu masyarakat, pelaku usaha dan pemerintah. Yang telah dilakukan Dinas Pariwisata sambungnya, dengan menyiapkan bak sampah di objek wisata. Di samping itu, harus ada tempat pembuangan sampah yang representatif. Oleh karena itu, ke depan pengurangan sampah plastik dapat terwujud. Pejabat Fungsional Bidang Perencanaan pada Dinas Pariwisata NTB, I. N. Gusia menyampaikan, dua hal yang dijual dalam dunia pariwisata. Pertama, keamanan. Kedua, kebersihan fisik. Jika indikator bersih tidak didapatkan pada setiap objek wisata akan menjadi masalah besar bagi wisatawan. Sebab, pemerintah dan siapapun yang terlibat di dunia pariwisata tidak ingin wisatawan baik dalam negeri maupun mancanegara hanya datang sekali saja. Yang dihadapi saat ini adalah sampah plastik di dalam air. Salah satu contoh kasus di Pantai Senggigi. Sampah ini disinyalir berasal dari Pondok Perasi yang dibawa oleh arus air laut. Jika mengikuti arus
laut ke arah utara dan hanyut di musim hujan akan menuju ke tiga gili di Lombok Utara. Wisatawan yang menikmati wisata bahari pasti terganggu. Untuk menangani sampah, diakui memang rumit. Tidak bisa hanya pemerintah saja memprogramkan penanganannya. Sebab, ini terkait dengan kesungguhan dan sikap masyarakat. Jika masyarakat tidak mendukung maka program pemerintah agak berat. Permasalahan demikian, kata dia, Dinas Pariwisata NTB berkoordinasi dengan mitra kerja yang berada di kabupaten/kota. Secara intensif persoalan kebersihan di objek wisata dibahas bersama. Di satu sisi, perlu juga diberdayakan atau pelibatan masyarakat di lingkar destinasi. Saat ini, ada kelompok sadar wisata. ‘’Mereka (Pokdarwis) saja tidak bergerak kalau tidak didukung oleh masyarakat,’’ terangnya. Pemerintah perlu mengambil kebijakan untuk tidak mendatangkan produk apapun berbahan plastik. Strategi ini telah diterapkan oleh Pemerintah Bali. Di setiap gerai atau toko tidak menyediakan plastik. Pola pikir dari sistem mengolah dan mendaur ulang setidaknya perlu dikurangi. Sementara itu, Kepala Dinas Kominfotik Kabupaten Sumbawa, Rachman Ansori, S.Sos. M.Se menyampaikan, kapasitas Dinas Kominfotik sifatnya mendukung atau memprovokasi tugas yang dilaksanakan oleh organisasi perangkat daerah dengan pola kerjasama dengan media. Sebagai daerah yang telah ditetapkan sebagai smart city oleh pemerintah pusat, pihaknya mengirim staf belajar ke Swedia untuk mengikuti pelatihan manajemen sampah yang programnya dicanangkan oleh PBB. Manajemen sampah dinilai sangat penting. Bersambung ke hal 8 Wirawan
L. M. Novian Althurrizal
Evi Supiati
H. Agus Hidayatullah
12345678901234567890123456789012123456789012345678901 12345678901234567890123456789012123456789012345678901 12345678901234567890123456789012123456789012345678901 12345678901234567890123456789012123456789012345678901 Dari Komunitas Sabisa dan Saber 12345678901234567890123456789012123456789012345678901 12345678901234567890123456789012123456789012345678901 12345678901234567890123456789012123456789012345678901 12345678901234567890123456789012123456789012345678901 Sampah Menuju Sumbawa ’’Zero Waste’’ 12345678901234567890123456789012123456789012345678901 PENANGANAN sampah menjadi Pekerjan Rumah (PR) paling berat yang harus dilakukan setiap waktu. Dikatakan, DLH Sumbawa khususnya UPT Persampahan tidak ada hari liburnya. ‘’Ketika libur setiap pekan dan hari raya, pasukan kuning tetap bekerja menyelesaikan semua persoalan-persoalan sampah di lingkungan kita,’’ ujar Kasi Kajian Lingkungan Bidang Penataan DLH Sumbawa, Aryan Perdana Putra. Ia menjelaskan bahwa Pemda Sumbawa, saat ini sedang fokus terhadap dua aspek tata kelola sampah. Pertama adalah pengurangan sampah. Dan kedua adalah penanganan sampah. Sumbawa merupakan kabupaten dengan wilayah
Varian Bintoro
terluas di NTB. Di sisi yang lain, masih terbatasnya jumlah sarana dan prasarana yang dimiliki khususnya kendaraan untuk mengangkut sampah. Aryan menyebutkan, Pemda Sumbawa sudah mengoperasikan dua TPA. Yakni TPA Raberas di Kecamatan Moyo Utara dan TPA Lekong di Kecamatan Alas Barat. Keberadaan TPA Raberas untuk mencover wilayah barat Kabupaten Sumbawa mulai dari Ree, Utan, Buer, Alas dan Alas Barat. Meskipun sampai hari ini TPA tersebut merupakan TPA pendamping dengan luas 6 hektare. Sedangkan TPA Raberas luasnya hampir 7 hektare. Pemda Sumbawa, kata Aryan berencana mengem-
Syawaludin
bangkan empat TPA. Di wilayah timur, selatan, barat dan utara masing-masing satu TPA. Khusus untuk TPA di wilayah Sumbawa bagian selatan, pihaknya akan mengajukan izin pinjam pakai kawasan hutan sebagai TPA. Pemprov membuka peluang untuk menggunakan kawasan hutan sebagai TPA. ‘’Mungkin itu akan kita tempuh di wilayah selatan,’’ katanya. Ia menyebut, DLH memiliki 12 unit armada kendaraan pengangkut sampah. Untuk mengakomodir pengangkutan sampah di wilayah Kota Sumbawa Besar, ditambah enam unit armada khusus mencakup wilayah kecamatan khususnya pasar. Bersambung ke hal 8
Aryan Perdana Putra
(Suara NTB/ars)
M. Sofyan Yahya
(Suara NTB/ars)
(Suara NTB/ars)
UNTUK menyukseskan program NTB Zero Waste yang diusung Pemprov NTB saat ini, sinkronisasi disebut menjadi kunci utamanya. Hal tersebut menyangkut efektivitas dan intervensi yang dapat dilakuan pada program-program di masing-masing OPD, baik lingkup Pemerintah Provinsi maupun pemda kabupaten/kota. ‘’Kalau di provinsi kita sudah kumpulkan semua program-program ini di tahun 2019 yang terkait dengan zero waste,’’ ujar Kepala Bidang Perencanaan