Edisi Rabu 09 Januari 2019 | Suara NTB

Page 1

HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.85.000 SUMBAWA Rp.90.000 ECERAN Rp 5.000

SUARA NTB

RABU, 9 JANUARI 2019

Pengemban Pengamal Pancasila

16 HALAMAN NOMOR 251 TAHUN KE 14 Online :http://www.suarantb.com E-mail: suarantbnews@gmail.com

TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257

Dikeluhkan, Harga Beras Mahal Mataram (Suara NTB) Harga beras di provinsi lumbung pangan nasional (NTB) dikeluhkan. Harga beras yang mahal, tidak saja dikeluhkan masyarakat sebagai konsumen, tetapi juga pedagang. Di tingkat pengecer (di pasar-pasar tradisional) harga beras untuk kualitas premium mencapai Rp 11.000-Rp 12.000 per Kg. Beberapa pedagang yang ditemui Suara NTB, mengakui beratkan (mahalnya) harga beras saat ini. Untuk beras dengan kualitas premium, rata-rata pedagang menjualnya dengan harga Rp11.000. Baik di Pasar

Kebon Roek Ampenan maupun Pasar Dasan Agung. Seperti disampaikan H. Ismail. Ia mengakui harga beras tidak stablil. Menurutnya harga beras sangat tergantung dengan musimnya. Ketika musim panen, harganya akan turun

ga jualnya Rp10.000/Kg, sepekan terakhir telah menjadi Rp11.000/Kg. “Langganan ngeremon (menggerutu). Tapi tetap dibeli, karena ndak ada pilihan. Ya ini makanan utama,’’ terangnya. Sebagai pedagang, ia tentu mengikuti harga tebus yang diberlakukan pengepul. Artinya, para pedagang hanya membeli, kemudian menjual. Dan mendapatkan untung hanya hitungan ratusan rupiah perkilonya. Pedagang lain, Herlina juga mengungkapkan harga beras variatif. Rata-rata Rp11.000/Kg. Bersambung ke hal 15

(Suara NTB/nas)

(Suara NTB/bul)

PANTAU - Gubernur NTB, H. Zulkieflimansyah saat memantau harga bapok di Pasar Kebon Roek Kota Mataram kemarin.

MAHAL - Harga beras dikeluhkan masyarakat karena mahal.Tampak pedagang beras di salah satu pasar tradisional di Mataram.

Pedagang Akui Harga Usut Dugaan 39 Bapok Naik Hakim Nakal

TO K O H Jangan Korbankan Masyarakat PEMPROV NTB meminta ketidakharmonisan hubungan antara Bupati Dompu dan DPRD Dompu segera diselesaikan di tingkat lokal. Jangan sampai ketidakharmonisan tersebut membuat masyarakat menjadi korban. ‘’Bupati dan Dewan harus membangun koordinasi dan komunikasi yang harmonis agar penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di Dompu dapat berlangsung dengan baik,’’ kata Asisten II (Suara NTB/dok) Perekonomian dan PemH. Chairul Mahsul bangunan Setda NTB, H. Chairul Mahsul, SH, MM dikonfirmasi Suara NTB, Selasa (8/1) siang. Hal tersebut menjawab polemik APBD Dompu 2019 antara eksekutif dan Dewan. Bersambung ke hal 15

KO M E N TTAA R Harus Berorientasi Bisnis BIRO Perekonomian Setda NTB akan segera mengevaluasi seluruh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemprov NTB. Ke depannya, BUMD harus berorientasi bisnis. Apabila diberikan penyertaan modal maka harus mampu menghasilkan yang lebih. Jangan sampai BUMD yang diberikan penyertaan modal terus buntung. “Kita evauasi kinerja masing-masing BUMD. Kita evaluasi jajaran direksinya, bila peru diganti dengan yang energik. Yang mau bekerja, memajukan BUMD itu sendiri,” kata Kepala Biro Perekonomian Setda NTB, Drs. H. Wirajaya Kusuma, MH dikonfirmasi di Mataram, Selasa (8/ 1) siang. Bersambung ke hal 15

(murah). Namun ketika musim paceklik (sedang tak panen), harganya akan tinggi (mahal). Pembeli katanya, menyadari kondisi itu. Namun menurut Ismail, tetap saja konsumen mengeluhkan harga beras mahal. Aminah (50), seorang ibu rumah tangga dengan lima anak yang masih menjadi tanggungannya, merasakan beratnya membeli beras. Se-

mentara, memasuki usia senjanya, ia tak lagi produktif berjualan di pasar. Untuk membeli beras, harus diupayakannya harus tercukupi dengan mengurangi membeli keperluan lainnya. ‘’Paling utama beras. tapi mahal harga beras. Kalau untuk lauk cukup sambel-sambel terong,’’ ujarnya. Baiq Yuri, salah seorang pedagang beras di Pasar Dasan Agung Mataram juga mengeluhkan tingginya harga beras. Belakangan harga beras dengan kualitas premium mengalami kenaikan sebesar Rp1.000/Kg. Sebelumnya, har-

GUBERNUR NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, SE, M. Sc melakukan pemantauan harga-harga bahan pokok (Bapok) di Pasar Kebon Roek Kota Mataram, Selasa (8/1) pagi. Hasil pemantauan yang dilakukan, harga Bapok pada awal tahun 2019 ini masih normal, meskipun ada beberapa kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan. Salah seorang pedagang daging ayam di Pasar Kebon Roek, Sarah mengatakan harga daging ayam potong saat ini Rp40 ribu per Kg. Dalam kondisi normal, harga daging ayam potong berkisar antara Rp25 - 35 ribu per Kg. Sarah mengatakan naiknya harga daging ayam akibat kurangnya stok. Sarah menjelaskan harga daging ayam naik sejak akhir tahun lalu. ‘’Ndak ada stok ayam sekarang, masih kurang,’’ tuturnya. Informasi yang diperoleh dari para pemasok, pasokan daging akan kembali normal Februari mendatang. Meskipun harga daging ayam naik, kata Sarah, namun masih tetap dicari pembeli.

Malah, ketika harga daging ayam turun, pembeli berkurang. Sedangkan harga daging sapi seharga Rp125 ribu per Kg untuk kualitas super. Harga cabai justru mengalami penurunan. Harga cabai di Pasar Kebon Roek saat ini berkisar antara Rp20 - 30 ribu per Kg. Sebelumnya harga cabai berada di angka Rp35 ribu per Kg. Komoditas Bapok lainnya yang mengalami kenaikan harga adalah beras. Untuk beras kualitas premium harganya Rp11.000 per Kg sedangkan kualitas medium Rp8.500 per Kg. Salah seorang pedagang beras di Pasar Kebon Roek, H. Ismail mengatakan rata-rata kenaikan harga beras Rp500 per Kg. Ia mengatakan naiknya harga beras karena saat ini petani sedang menanam. Kenaikan harga beras mulai sebulan terakhir. “Paling murah Rp8.500 - 9.000 per kg. Naiknya sampai Rp11.000 turun lagi,’’ katanya. Bersambung ke hal 15

Segera Sikapi Kenaikan Harga Beras Mataram (Suara NTB) Kalangan DPRD NTB mengkhawatirkan mahalnya harga beras di pasaran saat ini akan memicu bertambahnya jumlah orang miskin baru. Karena itu, selaku wakil rakyat, DPRD meminta pemerintah segera mengambil langkah cepat untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok paling utama tersebut. Diketahui harga beras di pasaran saat ini Rp 11.000- 12. 000/ Kg. Harga itu diprediksi bakal terus meningkat jika tidak ada upaya pengendalian dari pemerintah.

‘’Pemerintah harus segera mengambil tindakan, segera turun melakukan operasi pasar. Ada apa di balik mahalnya harga beras,’’ kata Anggota Komisi V DPRD NTB yang membidangi urusan kesejahteraan masyarakat, Hj. Nurlaela Chairunisa, SE kepada Suara NTB, Selasa (8/1). Pihak yang akan paling terpukul dari dampak kenaikan harga beras ini tidak lain adalah masyarakat kecil dengan pendapatan yang pas-pasan. Sehingga dengan pendapatan mereka yang berada pada posisi rentan miskin tersebut, jika bebannya ditambah dengan mahalnya harga beras, maka otomatis mereka akan langsung jatuh menjadi miskin. Bersambung ke hal 15 Hj. Nurlaela Chairunisa

SEDIKITNYA 39 hakim diproses Komisi Yudisial (KY). Hakim- hakim itu sedang dalam proses pembuktian dugaan pelanggaran Kode Etik Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH), sesuai laporan dan temuan. Salah satunya oknum hakim di Dompu yang dijatuhi sanksi penundaan kenaikan pangkat selama satu tahun. Selama 2018 Kantor Penghubung KY NTB menerima 39 pengaduan dan temuan hakim nakal itu. Rinciannya, 35 oknum hakim yang diproses karena laporan masyarakat. Empat oknum hakim lainnya diproses karena ada temuan KY. Koordinator Kantor Penghubung KY NTB, Ridho Ardian Pratama, SH,MH kepada Suara NTB, Selasa (8/1) menjelaskan, dua jenis sumber informasi ini akan diproses berbeda. ‘’Untuk 35 pengaduan yang kami terima, karena kategorinya ringan sampai sedang, langsung diproses di MA. Sedangkan untuk empat temuan, jika terbukti ini termasuk kategori pelanggaran berat. Diproses melalui Majelis Kehormatan Hakim (MKH),’’ kata Ridho. Ditanya rinci soal jenis pelanggaran dimaksud, Ridho tak bisa menjelaskan karena berkaitan dengan kode etik pengawasan. Dari 39 kasus itu, baru satu oknum hakim yang terbukti melakukan pelanggaran KEPPH. Oknum hakim tersebut terbukti melakukan pelanggaran sedang dan sudah dijatuhi sanksi penundaan kenaikan pangkat selama satu tahun. ‘’Saat ini oknum hakim itu sudah menjalani hukuman. Satu tahun tidak bisa naik pangkat,’’ ungkapnya. Sementara laporan dan temuan itu sedang dalam proses pendalaman oleh KY RI, setelah pihaknya meneruskan laporan dilengkapi dengan informasi pendukung. Sedangkan untuk temuan, karena rata rata terkait pelanggaran kategori berat, akan diteruskan ke bidang investigasi. Setelah proses selesai, akan dilakukan sidang panel dan diteruskan ke MKH. ‘’Rekomendasi penjatuhan sanksinya nanti dari sidang panel,’’ sebutnya. Bersambung ke hal 15 Ridho Ardian Pratama (Suara NTB/dok)

(Suara NTB/ndi)

Polda NTB Jamin Proses Hukum Tak Ganggu Pembangunan Huntap (Suara NTB/nas)

H. Wirajaya Kusuma

Mataram (Suara NTB) Polda NTB menjamin klarifikasi atas penyaluran dana gempa tidak akan mengganggu proses pembangunan hunian tetap (Huntap) di Pulau Lombok dan Sumbawa. Proses pendalaman berjalan, saat bersamaan pihak–pihak terkait yang bertanggung jawab dipersilakan melanjutkan kegiatan. Kabid Humas Polda NTB, AKBP I Komang Suartana, SIK memberikan jaminan itu. “Jadi silakan, instansi lain dipersilakan melanjutkan pembangungan dari sumber anggaran bencana ini. (Proses hukum) ndak akan mengganggu,” katanya usai silaturahmi ke Redaksi Harian Suara NTB

dan Radio Global FM Lombok, Selasa (8/1). Tidak saja jaminan, pihaknya juga bersaha mempercepat klarifikasi penggunaan dana triliunan rupiah tersebut ke kabupaten dan kota. Kepala BPBD daerah terdampak diklarifikasi satu per satu, selanjutnya dilakukan verifikasi lapangan dan dukumen. ‘’Makanya sekarang, sebagaimana disampaikan Pak Direskrimsus, verifikasinya dipercepat,’’ jelasnya. Verifikasi untuk menentukan apakah ada unsur pidana atau tidak. untuk penentuan itu, perlu melibatkan Badan Pengawasan Keuangan dan

(Suara NTB/ars)

I Komang Suartana

Pembangunan (BPKP). ‘’Apakah nanti ada informasi penyimpangan atau tidak, nanti masih dalam proses verifikasi oleh tim dari Ditreskrimsus. Apakah ada kerugian negara atau tidak, itu saja yang sedang dilihat,’’ paparnya. Diakui juga, fokus puldata dan pulbaket pada dana transfer dan penyebab terhambatnya upaya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten dan kota lamban eksekusi dana transfer yang sudah masuk ke rekening masyarakat dan Pokmas. ‘’Fokusnya ke dana transfer, ya fokusnya ke situ,’’ jelasnya. Intinya dalam proses ini di-

pastikannya masih dalam proses penyelidikan awal atau puldata dan pulbaket. Prosesnya dipastikan masih beberapa tahapan sampai akhirnya ada kesimpulan ada indikasi penyimpangan atau tidak. Semua pihak akan dimintai keterangan, itu pun menurutnya masih dalam tahap klarifikasi, belum terlalu jauh pada pemeriksaan saksi -saksi. ‘’Penyelidikan (korupsi) itu panjang, tidak seperti tindak pidana lainnya. Semua kan dimintai keterangan. Kalau sudah ada bukti dan ada menimbulkan kerugian, akan ditindaklanjuti lebih jauh,’’ pungkasnya. (ars)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.