HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.85.000 SUMBAWA Rp.90.000 ECERAN Rp 5.000
SUARA NTB
SELASA, 8 JANUARI 2019
1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1.000 Fasilitator Kejar 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 Penyelesaian Rumah 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 Rusak akibat Gempa 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 Mataram (Suara NTB) 1234567890123456789012345678901212 1.000 lebih fasilitator yang direkrut beberapa waktu 1234567890123456789012345678901212 lalu, ditargetkan segera melakukan pendampingan per1234567890123456789012345678901212 baikan rumah rusak sedang dan rusak ringan akibat gem1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 pa. Total anggaran pendampingan mencapai Rp18 miliar 1234567890123456789012345678901212 lebih, untuk pendampingan di Pulau Lombok dan Pulau 1234567890123456789012345678901212 Sumbawa. 1234567890123456789012345678901212 ‘’Dalam kontrak, mereka akan bekerja selama tiga bu1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 lan, membatu mempercepat penyelesaian rumah rusak 1234567890123456789012345678901212 sedang dan rusak ringan,’’ kata Koordinator Konsultan 1234567890123456789012345678901212 Manajemen Fasilitator, Dr. Ibrahim Abdullah, MM 1234567890123456789012345678901212 kepada Suara NTB Senin (7/1). 1234567890123456789012345678901212 1234567890123456789012345678901212 Bersambung ke hal 15 1234567890123456789012345678901212
Pengemban Pengamal Pancasila
16 HALAMAN NOMOR 250 TAHUN KE 14 Online :http://www.suarantb.com E-mail: suarantbnews@gmail.com
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
Soal APBD 2019
Ketua DPRD Ancam Laporkan Bupati Dompu ke KPK Dompu (Suara NTB) Ketua DPRD Dompu, Yuliadin, S.Sos., mengancam akan melaporkan Bupati Dompu, Drs.H. Bambang M. Yasin bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) ke KPK atas dugaan kejahatan APBD 2019. Anggaran pembangunan lanjutan gedung kantor klaster 2 sebesar Rp15 miliar yang kembali dianggarkan disebut tidak ada di KUA/PPAS. Tapi muncul saat evaluasi APBD di provinsi menjadi pemicu keinginan Ketua DPRD Dompu memproses hukum persoalan ini. Itu (anggaran pembangunan lanjutan gedung klaster 2) menjadi persoalan dan diperdebatkan di gubernuran. Siapapun yang berani, besok ditandatangani, besok saya laporkan ke KPK. Karena itu kejahatan APBD,’’ tegas Yuliadin, S.Sos kepada Suara NTB saat dikonfirmasi, Jumat (4/1/2019) malam. Bersambung ke hal 15
M.Amin
H Agus Bukhari
Yuliadin
Belasan Ribu Hektare Kawasan Hutan di Sumbawa Dirambah Jagung Sumbawa Besar (Suara NTB) Total luas kawasan hutan yang dirambah untuk menanam jagung khusus di wilayah KPH Ampang Plampang saja sekitar 17.705 hektare. Paling parah di Kecamatan Labangka dan Pelampang. Itupun belum termasuk wilayah KPH lainnya di Sumbawa. Sementara disisi lain, Dinas Pertanian kini berupaya menambah luasan areal jagung dengan target 125 ribu hektare untuk mengejar target prosuksi 1 juta ton pertahunnya. Kepala KPH Ampang Pelampang, Julmansyah S.Hut, M.AP, ketika dihubungi Suara NTB, Senin (7/1) kemarin, menyebutkan, hampir semua kecamatan yang kawasan hutannya di wilayah KPH Ampang Pelampang, ada yang dirambah untuk penanaman jagung. Paling besar ada di Kecamatan Labangka dan Kecamatan Pelampang yang meliputi Desa Prode 1, Prode 2 dan Prode 3 yang dirambah sekitar tahun 2012-2013. Sementara Dinas Pertanian Sumbawa menurut Julmansyah, nyaris tidak ada koordinasi soal penanaman jagung ini. Harapannya, Dinas Pertanian ketika menyusun Rencana Detail Kebutuhan Kelompok (RDKK) harus mencantumkan koordinat lokasi. Kemudian ketika dilakukan Calon Petani Calon Lokasi (CPCL), lokasinya berkoordinat dan data koordinat diverifikasi bersama antara KPH dan UPT pertanian di tingkat kecamatan. ‘’Termasuk juga kalangan perbankan. Ketika akan menyalurkan KUR (Kredit Usaha Rakyat) untuk jagung ke petani agar selektif melakukan verifikasi. Jangan hanya formalitas. Bersambung ke hal 15
TO K O H Dalami Unsur Pidana PENYELIDIKAN pengadaan buku madrasah se NTB masih dalam proses penyelidikan. Penyidik Ditreskrimsus Polda NTB masih mendalami unsur mensrea atau perbuatan melawan hukum dari dugaan pengaturan distribusi buku. ‘’Kita masih dalami unsur mensera-nya karena sampai sekarang belum kita temukan. Masih terus kita kaji,’’ ujar Dir Reskrimsus Polda NTB, Kombes Pol. Baharudin Syamsudin ditemui di ruangannya, Senin (7/1). Bersambung ke hal 15
(Suara NTB/KPH Ampang Pelampang)
TANAM JAGUNG - Tampak sejumlah warga menanam jagung di kawasan Hutan Lindung Lutuk Kuntung, Desa Ongko, Kecamatan Empang, Kabupaten Sumbawa.
Baharudin Syamsudin (Suara NTB/dok)
KO M E N TTAA R
(Suara NTB/dok)
Bukan karena Penyimpangan KEPALA Pelaksana (Kalak) BPBD NTB, Ir. H.Mohammad Rum, MT menegaskan, pemeriksaan Kalak BPBD kabupaten/kota terdampak bencana gempa bukan terkait dengan pengusutan dugaan penyimpangan dana bencana pembangunan hunian tetap (Huntap). ‘’Pemanggilan temanteman Kalak BPBD kabupaten/kota yang terdampak itu sematamata untuk koordinasi saja tentang bagaimana percepatan itu,’’ kata Rum ketika dikonfirmasi sebelum mengikuti rapat pimpinan (Rapim) Bersambung ke hal 15
Empat Kabupaten Masuk Zona Kuning dan Merah
Mutasi Sembilan Pejabat Eselon II
Gubernur Perintahkan Biro Perekonomian Segera Rombak BUMD Mataram (Suara NTB) Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, SE, M. Sc memutasi sembilan pejabat eselon II lingkup Pemprov NTB, di Ruang Rapat Utama, Senin (7/1) sore . Dalam mutasi kali ini, gubernur hanya menggeser pejabat eselon II atau pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) ke OPD lainnya. Mutasi Kepala OPD tersebut juga diikuti sejumlah pejabat eselon III dan IV. Dalam mutasi tersebut, gubernur se-
cara khusus memerintahkan Kepala Biro Perekonomian yang baru untuk segera merombak Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang ada. Sembilan pejabat eselon II yang digeser adalah Asisten I Setda NTB, Dr. M. Agus Patria, SH, MH menjadi Kepala Disnakertrans NTB, menggantikan Drs. H. Wildan yang sudah memasuki usia pensiun. Jabatan Asisten I selanjutnya dijabat mantan Kepala Dinas Perindustrian NTB,
Dra. Baiq Eva Nurcahyaningsih, M. Si. Jabatan yang ditinggal Eva, sekarang dijabat mantan Staf Ahli Gubernur Bidang Pemerintahan dan Aparatur, Politik, Hukum dan Pelayanan Publik, Ir. Andi Pramaria, M. Si. Jabatan yang ditinggal Andi selanjutnya dijabat mantan Kepala Biro APP dan LPBJP Setda NTB, Ir. Swahip, MT. Untuk jabatan Kepala Biro APP dan LPBJP dibiarkan kosong. Bersambung ke hal 15
(Suara NTB/nas)
LANTIK- Gubernur NTB, H. Zulkieflimansyah melantik dan mengambil sumpah jabatan sembilan pejabat eselon II dan sejumlah pejabat eselon III dan IV, Senin (7/1) sore.
Mataram (Suara NTB) Catatan akhir tahun Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan NTB, ada empat daerah yang masuk kategori zona kuning hingga merah soal kepatuhan layanan publik. Empat daerah itu, Kabupaten Dompu, Kabupaten Bima, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Tengah. Sementara zona merah Kabupaten Lombok Barat. Catatan penilaian Ombudsman selama tahun 2018 itu disampaikan Senin (7/1). Hasilnya, hanya Kabupaten Lombok Utara satu satunya masuk zona hijau, dengan tingkat kepatuhan pelayanan 93,87 persen. Sementara Lombok Barat yang zona merah, tingkat kepatuhannya 44,68 persen. Daerah dengan zona kuning, seperti Kabupaten Dompu tingkat kepatuhannya 60,41 persen, Kabupaten Bima 56,97 persen, Lombok Timur tingkat kepatuhannya 58,22 persen, Lombok Tengah 63,49 persen. Penentuan zona itu menurut Kepala Keasisten Ombudsman Bidang Pemeriksaan, Arya Wiguna, SH.,MH terkait standar pelayanan, meliputi sistem mekanisme dan prosedur, produk pelayanan, jangka waktu penyelesaian, biaya atau tarif. Faktor kedua, ketersediaan maklumat pelayanan. Faktor ketiga, sistem informasi publik, seperti ketersediaan informasi pelayanan publik elektronik atau nonelektronik. Sementara syarat sarana dan prasarana, diantaranya ketersediaan ruang tunggu, ketersediaan toilet untuk pengguna layanan. Ketersediaan loket atau meja pelayanan. Syarat lainnya, ketersediaan sarana khusus bagi pengguna layanan berkebutuhan khusus. Variabel terakhir, pengelolaan pengaduan, terkait dengan ketersediaan informasi prosedur dan tata cara penyampaian pengaduan dan ketersediaan pejabat atau petugas pengelola pengaduan. Ditambahkan Arya Wiguna, rendah atau kurannya kepatuhan atau implementasi standar pelayanan di empat daerah itu, mengakibatkan berbagai jenis maladministrasi. Semua itu didominasi oleh perilaku aparatur atau secara sistematis terjadi di instansi pelayanan publik. ‘’Misalnya, ketidakjelasan prosedur, ketidakpastian jangka waktu layanan, pungli, korupsi, ketidakpastian layanan perizinan investasi, kesewenang-wenangan. Secara makro mengakibatkan rendahnya kualitas pelayanan publik,” jelasnya. Secara teknis, itu akan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi, hambatan pertumbuhan investasi. Kemudian pencapaian target RPJPN, RPJMN, RKP yang terkait sektor pelayanan publik barang, jasa dan administrasi bakal terhambat. Paling berdampak, sebutnya, kepercayaan publik terhadap aparatur dan pemerintah menurun yang berpotensi mengarah pada apatisme publik. (ars)