Edisi Selasa 7 Januari 2020 | Suara NTB

Page 1

SUARA NTB

HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.85.000 SUMBAWA Rp.90.000 ECERAN Rp 5.000

SELASA, 7 JANUARI 2020

Pengemban Pengamal Pancasila

16 HALAMAN NOMOR 249 TAHUN KE 15 Online :http://www.suarantb.com E-mail: suarantbnews@gmail.com

TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257

Kejaksaan Bidik Indikasi Pidana Proyek Jembatan Mangkrak Mataram (Suara NTB) Proyek jembatan nasional Tampes di Desa Selengan, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara (KLU) masuk dalam telaahan Kejati NTB. Kejaksaan membidik indikasi pidana pada proyek dengan nilai total Rp36 miliar tersebut. ‘’Kita telaah dulu seperti apa mangkraknya. Nanti tindak lanjutnya akan kami sampaikan ke pimpinan (Kajati NTB, red),’’ kata Aspidsus Kejati NTB, Gunawan Wibisono, SH.,MH Senin (6/1). Proyek jembatan tersebut menjadi perhatian setelah peristiwa banjir Rabu (1/1) pekan lalu. Air bah menjebol jembatan darurat yang digunakan masyarakat. Setelah kejadian itu, warga dan pengendara dirugikan karena terpaksa menggunakan jalur alternatif yang lebih jauh dan berisiko. Sementara jembatan utama yang seharusnya tuntas dikerjakan Desember 2019, justru mangkrak dan rekanan diputus kontrak. Ditambahkan Kasi Penyidikan Pidsus Kejati NTB, Supomo, SH, butuh proses mengkaji unsur pidana terkait dengan pekerjaan konstruksi yang bermasalah. Karena akan berkaitan dengan lelang, pelaksanaan hingga alasan putus kontrak. Berkaitan dengan keuangan, harus diusut soal pembayaran per volume pekerjaan. ‘’Harus cek juga, apakah ada termin pembayaran atau bagaimana,’’ ujarnya. Selain kemungkinan dibidik dengan informasi awal yang diperoleh pihaknya, masyarakat juga dibuka peluang untuk menyampaikan pengaduan atau laporan. Setiap laporan disarankan disertai dokumen pendukung sehingga memudahkan pihaknya mengerucutkan pengumpulan data (puldata) dan pengumpulan bahan keterangan (pulbaket). Bersambung ke hal 15

Jembatan Nasional Tampes Berpotensi Mangkrak hingga 2021

15 Instruksi Kapolri JAJARAN Polda NTB, khususnya Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) mendapat instruksi dari Kapolri terkait penanganan kasus korupsi. Poin besarnya, terkait koordinasi dengan Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) dengan pengawasan Dana Desa (DD). Direktur Reskrimsus Polda NTB, Kombes Pol I Gusti Putu Gede Ekawana P, SIK memastikan akan menindaklanjuti sesuai 15 poin arahan tersebut. ‘’Kami akan pedomani dan laksanakan sesuai petunjuk TR (Telegram Rahasia) ini,” Bersambung ke hal 15 I Gusti Putu Gede Ekawana P. (Suara NTB/humas Polda NTB)

KO M E N TTAA R Bangun Industri Pengolahan Limbah

Madani Mukarom

LIMBAH pembakaran batubara fly ash dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang ada di NTB akan diolah di dalam daerah. Salah satu investor nasional akan membangun pabrik pengolahan limbah batubara di NTB. Selain itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) juga memberikan dukungan peralatan untuk pabrik pengolahan limbah medis yang akan dibangun di Science Techno Industrial Park (STIP) Banyumulek. Kepala Dinas LHK NTB, Ir. Madani Mukarom, B. Sc.F, M. Si yang dikonfirmasi Senin (6/1) mengatakan, pihaknya sudah kedatangan investor yang akan membangun Bersambung ke hal 15

DEVIASI - Kondisi proyek Jembatan Lonken di Desa Sajang, Sembalun Lombok Timur saat deviasi atau minus pekerjaan 30 persen (foto atas). Papan nama proyek jembatan Lonken Cs yang pelaksanaannya mangkrak. Proyek putus kontrak ini jadi atensi Kejati NTB.

NTB Usulkan 486 Desa Kelola Hutan ke Kementerian LHK

(suara NTB/dok)

TO K O H

PEMBANGUNAN jembatan nasional Tampes di Lombok Utara yang putus kontrak akhir tahun lalu berpotensi mangkrak hingga 2021 mendatang. Pasalnya, lanjutan pembangunan jembatan tersebut tak dianggarkan dalam APBN murni 2020. Kepala Dinas PUPR NTB, Ir. H. Azhar, MM yang dikonfirmasi Suara NTB, Senin (6/1) siang mengatakan, penanganan yang paling penting sekarang adalah perbaikan jembatan darurat agar arus transportasi berjalan lancar. Selain memperbaiki jembatan darurat, juga direncanakan membangun jembatan darurat bailey. Untuk lanjutan pembangunan jembatan permanen, kata Azhar memang belum dianggarkan dalam APBN murni 2020. Rencananya, lanjutan pembangunan jembatan permanen Tampes dilanjutkan di APBN Perubahan. ‘’Tetapi kita memang agak khawatir. Karena di anggaran perubahan itu biasanya sisa waktu sedikit dan belum lelang lagi, butuh waktu,’’ katanya. Dengan sedikitnya waktu yang tersisa pada APBN Perubahan, maka kemungkinan pembangunan jembatan permanen tak bisa tuntas 2020. Sehingga, sekarang Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) IX Mataram mengupayakan penanganannya lewat B N P B atau dana Kementerian PUPR. ‘’Itu kita tunggu keputusannya satu, dua hari ini,’’ katanya. Bersambung ke hal 15 H. Azhar

Mataram (Suara NTB) Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah telah menyampaikan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) agar desa-desa di pinggir kawasan hutan diberikan mengelola hutan. Sehingga, hutan dan lahan kritis yang mencapai 680.000 hektare dapat segera pulih. Kepala Dinas LHK NTB, Ir. Madani Mukarom, B.Sc.F, M. Si menyebutkan jumlah desa yang berada di pinggir hutan di NTB sebanyak 486 desa. Apabila satu

desa diberikan mengelola 1.000 hektare hutan lewat Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), maka luas hutan dan lahan kritis ang direhabilitasi mencapai 486.000 hektare. ‘’Desa siapkan bibit lewat dana desa, kita siapkan kawasan. Kalau 1.000 hektare saja tiap desa mengelola lahan, maka 486.000 hektare yang akan terpelihara, akan cepat selesai rehabilitasi hutan di NTB. Ini sudah disampaikan Ibu Wagub ke Kementerian LHK,” kata Madani dikonfirmasi Suara NTB, Senin (6/1) kemarin. Madani menjelaskan 680.000 hektare lahan kritis di

NTB berada di dalam kawasan hutan dan luar kawasan hutan. Dari 680.000 hektare lahan kritis, seluas 96.238,24 hektare lahan hutan benar-benar gundul seperti lapangan sepak bola. Dengan rincian, Lombok Barat 12.330 hektare, Lombok Tengah 6.686 hektare, Lombok Utara 4.299 hektare, Lombok Timur 9.002 hektare, Sumbawa Barat 53 hektare, Sumbawa 30.291 hektare, Dompu 16.690 hektare, Bima 15.790 hektare dan Kota Bima 1.093 hektare. Bersambung ke hal 15

Dispar NTB Klarifikasi Perbedaan Data dengan BPS Mataram (Suara NTB) – Dinas Pariwisata (Dispar) NTB dan Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mengklarifikasi perbedaan data antara kedua badan pemerintahan tersebut terkait jumlah kunjungan wisatawan ke NTB. Pasalnya, perbedaan data tersebut diakui memang akan terjadi mengingat Dispar dan BPS berangkat dari instrument pengumpulan data yang berbeda. Kepala Dispar NTB, H. L.

Moh. Faozal, menerangkan bahwa pihaknya telah merilis keseluruhan kunjungan akhir wisatawan NTB sampai denan akhir 2019 sebanyak 3,7 juta orang wisatawan. Sedangkan BPS NTB hanya merilis data orang yang menginap di hotel sampai dengan November 2019 berjumlah 1,8 juta orang. Hal tersebut memicu perdebatan oleh beberapa pihak yang dikhawatirkan justru mempengaruhi pergerakan sektor pari-

wisata di awal tahun. Untuk itu, Faozal menerangkan pihaknya akan mengupayakan kolaborasi data untuk memastikan hal serupa tidak terjadi lagi. “Data hasil record (pencatatan) Dispar dan dirilis oleh BPS memang berbeda. Kami ingin coba nanti di 2020 ini supaya menghindari hiruk pikuk, saya kira hari ini (data itu) coba dipastikan,” ujar Faozal, Senin (6/1) di Mataram. Dalam melakukan pencata-

tan, Dispar NTB memantau kunjungan wisatawan melalui lima pintu masuk. Diantaranya tiga pelabuhan di Lombok Utara untuk kawasan Tiga Gili, Pelabuhan Lembar, Pelabuhan Bangsal, bandara, serta Pelabuhan Sape untuk daerah Sumbawa. “Semua wisatawan yang melalui lima pintu itu kami catat, termasuk di bandara,” ujarnya. Hal tersebut diakui berbeda dengan metode pencatatan BPS yang hanya men-

catat pintu kedatangandi Imigrasi saja dan melewatkan pencatatan penumpang domestik. Selain itu, berbeda dengan BPS, Dispar juga mencatat kunjungan wisatawan yang melakukan kunjungan one day tour seperti kapal pesiar atau mengunjungi Tiga Gili dengan kapal cepat. Sementara di lain sisi BPS hanya mencatat jumlah orang yang menginap di hotel, baik bintang maupun non bintang. Bersambung ke hal 15

Cuaca Buruk

Penyeberangan Kapal Cepat Bali-Gili Trawangan Ditutup Mataram (Suara NTB) – Penyeberangan kapal cepat untuk rute Bali - Tiga Gili (Gili Trawangan, Meno dan Air) sejak Minggu (5/1) ditutup. Penutupan penyeberangan kapal cepat langsung dari Bali itu, akibat cuaca buruk. Kondisi ini berdampak pada berkurangnya jumlah kunjungan wisatawan ke destinasi andalan pariwisata NTB. Di balik penutupan rute ini, sebenarnya bisa menjadi potensi baru untuk dibuka rute alternatif yang memiliki potensi tersendiri untuk dikelola. Wakil Ketua Asosiasi Travel Agent

Indonesia (Astindo) NTB, Sahlan, menerangkan bahwa ditutupnya penyeberangan kapal cepat karena kondisi cuaca buruk merupakan situasi yang lumrah terjadi. “Ini tahunan terjadi, tetapi memang berdampak pada kurangnya kunjungan wisatawan ke Tiga Gili,” ujarnya kepada Suara NTB, Senin (6/1). Untuk tetap mengunjungi ataupun keluar dari kawasan Tiga Gili, wisatawan diarahkan menggunakan penyeberangan dari masing-masing gili menuju Bangsal, Lombok Utara untuk selanjutnya me- (Suara NTB/dok) nyeberang melalui Pelabuhan Lembar. KE GILI - Wisatawan mancanegara turun dari kapal cepat Bersambung ke hal 15 menuju kawasan tiga gili beberapa waktu lalu.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Edisi Selasa 7 Januari 2020 | Suara NTB by e-Paper KMB - Issuu