SUARA NTB Pengemban Pengamal Pancasila
H. Mori Hanafi
Wedha Magma Ardhi
H. Ridwan Syah
16 HALAMAN NOMOR 197 TAHUN KE 15 Online :http://www.suarantb.com E-mail: hariansuarantb@gmail.com
SENIN, 4 NOVEMBER 2019
H. Lalu Moh. Faozal H. Agus Talino
Wisata Medis, Peluang dan Ikhtiar yang Tak Sederhana
(Suara NTB/ars)
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menetapkan NTB sebagai salah satu dari lima provinsi di Indonesia yang menjadi daerah pengembangan wisata medis (medical tourism). Berkaca dari negara lain seperti Malaysia, butuh waktu puluhan tahun dalam pengembangan wisata medis. Banyak hal yang perlu dibangun. Dari infrastruktur, perangkat, sumber daya manusia hingga sistem pelayanan. Semuanya bermuara pada datangnya wisatawan untuk berwisata medis di NTB. Unram, dr. Hamsu Kadriyan, Ketua BPPD NTB, Anita Achmad. Ketua DPD Asita NTB, Dewantoro Umbu Joka, Ketua Pembina BPD PHRI NTB, I Gusti Lanang Patra. Ketua STP Mataram, Dr. Halus Mandala, Ketua HPI NTB, Dr. Ainuddin dan Divisi Operasional ITDC, Pariwijaya. Diskusi dipandu oleh Penanggung Jawab Harian Suara NTB, H. Agus Talino. Ridwan Syah mengawali pandangannya, menegaskan bahwa wisata medis merupakan gaya hidup baru di dunia pariwisata. Peluang pasarnya juga besar. ‘’Peluang dan tantangan ini harus kita ambil. Karena kita punya beberapa syaratnya,’’ ujar Ridwan Syah. Bersambung ke hal 8
123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 ini belum diberdayakan untuk IKATAN Dokter Indone- mendukung kepakaran mereka. telah memiliki tenaga berpe123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 menangani kasus-kasus paKetua IDI NTB, dr. Doddy A. ngalaman yang dibutuhkan sia (IDI) NTB siap memberi123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 siennya dari luar. kan dukungan mewujudkan K, Sp.OG menegaskan, pihaknya untuk medical tourism. 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 Menurutnya, medical tourHanya saja, ada kendala wisata medis di NTB. Para menyambut baik wacana Pem123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 ism nantinya akan bermuara dokter di NTB memiliki prov NTB, mengembangkan terkait praktik dokter spesialis 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 pada industri atau bisnis. kepakaran dan pengalaman medical tourism. Langkah ini se- di NTB yang kurang didukung 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 Hanya saja, di oleh ketersediaan sarana bagai antisipasi NTB menjadi yang cukup baik. Untuk 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 Indonesia, prasarana. tuan rumah MotoGP tahun menuju wisata 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 untuk Apalagi, dengan 2021 mendatang. medis, dibutuh123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 mendapatkesibukan Dalam rangka kan ketersediaan 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 kan melayani persiapan itu, perangkat 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 fasilitas masyarakat sebenarnya, kedokteran yang 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 kesehatan secara reguler, kata dr. lebih baik, untuk 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 sangat sulit. sehingga Doddy, IDI 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 Bersambung dokter 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 ke hal 11 spesialis 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345 123456789012345678901234567890121234567890123456789012345678901212345
Didukung IDI,
Manfaatkan Keanekaragaman Hayati
Pariwijaya
Doddy A. K
Hamsu Kadriyan
(Suara NTB/ars)
Siapkan Fasilitas Unggulan, Perbaiki Pelayanan ENERAPAN konsep wisata medis di NTB telah menjadi suatu keharusan. Sebab, hal ini telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 76 Tahun 2015. Di NTB, rumah sakit yang telah menerima Surat Keputusan (SK) dari Menkes adalah Rumah Sakit Umum Kota Mataram, yang diikuti oleh Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi NTB yang tengah menunggu SK serupa. Sekretaris Dinas Kesehatan (Dikes) NTB, Marjito, S.SI, SKM, M.Kes, menerangkan, ada dua persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah rumah sakit untuk mendapatkan SK pelaksana Wisata Medis. Yaitu persyaratan administratif dan persyaratan teknis. ‘’Persyaratan administratif adalah izin operasional untuk rumah sakit, tipe A atau B yang masih berlaku,’’ ujar Marjito. Selain itu diperlukan juga akreditasi nasional yang masih berlaku dan surat keputusan dari Direktur Rumah Sakit bahwa fasilitas kesehatan yang dikelolanya memiliki satu layanan unggulan. ‘’Artinya semua jenis pelayanan sudah diakui dan sudah berkualitas. Punya layanan unggulan, ini yang harus dicari kemudian ditetapkan. Artinya harus beda dengan rumah sakit-rumah sakit yang lain,’’ ujarnya. Diterangkan Marjito, sebelum ditetapkan menjadi pelaksana wisata medis, sebuah rumah sakit memang harus terlebih dahulu menyiapkan banyak fasilitas pendukung. Bersambung ke hal 8
(Suara NTB/ars)
DEMIKIAN benang merah pendapat para narasumber dalam Diskusi Terbatas Suara NTB bertema ‘’Menjajaki Wisata Medis di NTB’’ yang digelar di Ruang Redaksi Harian Suara NTB, Kamis (31/10). Diskusi menghadirkan Asisten II Perekonomian dan Pembangunan Setda NTB, Ir. H. Ridwan Syah, MM, M.TP, Wakil Ketua DPRD NTB, H. Mori Hanafi, SE, M.Comm, Kepala Dispar NTB, H. Lalu Moh. Faozal, S.Sos, M.Si, Kepala Bappeda NTB, Ir. Wedha Magma Ardhi, M.TP. Kemudian Plh Direktur RSUD NTB, dr. Oxy Tjahyo Wahyuni, Sp.EM, Sekretaris Dikes NTB, Marjito, S.SI, SKM, M.Kes. Ketua IDI NTB, dr. Doddy A. K, Sp.OG, Dekan Fakultas Kedokteran
Marjito
Oxy Tjahyo Wahyuni
Membangun Kepercayaan, Siapkan SDM Asia. Namun, pekerjaan rumah (PR) terbesar jika keinginan ini diwujudkan ialah dari segi sumber daya manusia (SDM) di bidang pelayanan kesehatan. Hal demikian penting mengingat pelayanan medis bagi masyarakat saja kini banyak dikeluhkan. Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Mataram Dr. Halus Mandala, mendukung penuh rencana pemerintah menjadikan Lombok
sebagai destinasi medical tourism di Indonesia. Dia pun mendorong agar pemerintah sesegera mungkin menyusun rencana strategis (Renstra) untuk mempercepat terwujudnya destinasi wisata medis di Lombok. ‘’Kita harus membuat Renstra yang jangka waktu lima tahun ini sudah ada kepastian di setiap tahapannya. Apa tahapan pertama kedua ketiga itu harus jelas ada,’’ sebutnya. Menurutnya, wisata
medis sangat mungkin dikembangkan. Langkah gubernur yang telah menetapkan dua rumah sakit sebagai pusat layanan medical tourism nantinya diapresiasi. ‘’Jadi jangan mundur, tetap maju. Harusnya dengan ditetapkannya itu kita harus start, kita harus
optimis. Persoalannya, kalau dimana-mana ada kelemahan SDM jangankan pelayanan yang terbaik, untuk senyum sapa salam masih jauh,’’ sambungnya. Mengingat ini merupakan bisnis wisata, pemerintah juga sudah harus kian memperkuat SDM dalam rangka memperbaiki budaya wisata.
‘’Karena dengan senyum saja pasien bisa sehat. Ini yang perlu dibudayakan. Harus ditanamkan itu. Saya kira itu soal SDM, soal pelayanan. Ada kesiapan nggak untuk penyiapan SDM dan fasilitas yang dibutuhkan. Inikan harus ada komitmen bersama,’’ imbuhnya. Ketua BPPD NTB, Anita Achmad, menjelaskan bahwa konsep
wisata medis itu sendiri sudah lama ada. Jika dulu orang berwisata medis ke Amerika dan Eropa, akan tetapi seiring berkembangnya teknik kesehatan kini orang beranjak ke Asia. Sasaran mereka ialah Singapura, Thailand dan India. ‘’Selain harga murah juga pelayanannya bagus. Singapura juga jadi pilihan wisata medis. Bersambung ke hal 8
(Suara NTB/ars)
SETELAH berhasil membangun jenama (branding) wisata halal, Pemprov NTB kini berkeinginan menjadikan Lombok sebagai destinasi medical tourism atau tujuan pariwisata medis pada masa mendatang. Pengembangan wisata medis diyakni mampu menarik lebih banyak wisatawan luar negeri yang kini tengah beralih ke pangsa pasar
Dewantoro Umbu Joka
Ainuddin
Anita Achmad
Halus Mandala
I Gusti Lanang Patra