HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.85.000 SUMBAWA Rp.90.000 ECERAN Rp 5.000 Online :http://www.suarantb.com
SUARA NTB
16 HALAMAN NOMOR 121 TAHUN KE 13
E-mail: hariansuarantb@gmail.com
JUMAT, 4 AGUSTUS 2017
Pengemban Pengamal Pancasila
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
Kemenpan RB Inspeksi Pelayanan Publik Polres Mataram Mataram (Suara NTB) – Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) menginspeksi pelayanan publik Polres Mataram, Kamis (3/8). Ditemukan sejumlah perubahan sejak penilaian terakhir dua tahun silam. Inspeksi itu dipimpin langsung Deputi Asisten Deputi Koordinasi dan Pemantauan Pelayanana Publik Wilayah II Kemenpan RB, Jeffrey Muller. Adapun layanan yang diinspeksi antara lain, pelayanan SIM Satlantas, pelayanan SKCK Satintel, pelayanan informasi Bagops, serta pelayanan ruang tahanan. Indikator pelayanan meliputi sistem, ketersediaan prasarana dan sarana, serta kualifikasi personalia. “Banyak perubahan pelayanan di sini setelah dua tahun lalu kami ke sini,” ujar Muller, didampingi Kapolres Mataram, AKBP Muhammad usai kegiatan inspeksi. Bersambung ke hal 15 INSPEKSI – Jajaran Kemenpan RB menginspeksi pelayanan publik pengurusan SIM di Polres Mataram, Kamis (3/8).
(Suara NTB/why)
Tak Indahkan Binwas Gubernur
Bupati/Walikota Terancam ’’Disekolahkan’’ di Kemendagri
Mataram (Suara NTB) – Ketika ada undangan rapat koordinasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan di masing-masing kabupaten/kota, tidak jarang oknum kepala daerah yang absen. Ada indikasi undangan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah tidak diindahkan. Kepala Biro Pemerintahan Setda NTB, Drs. H. Wirajaya Kusuma, MH yang dikonfirmasi terkait persoalan ini mengatakan, pascalahirnya UU No. 23 Tahun 2014 tentang
TO K O H Masih Tahap Lidik ASPIDSUS Kejati NTB Ery Ariansyah Harahap, SH mengatakan, penanganan kasus dugaan penyimpangan merger delapan PD. BPR menjadi PT. Bank BPR NTB masih berjalan di penyelidikan (lidik). Tiap perkembangan tetap dipantaunya. Namun urusan detail penyidikan, pemeriksaan saksi, bukti bukti tak bisa dijelaskannya karena masih tahap penyelidikan. “Yang jelas masih jalan terus. Kan tiap minggu ada yang diperiksa. Kasus ini kan sudah lama juga,’’ jelasnya, kemarin. Soal isyarat kasus akan naik ke penyidikan, dia belum bisa memastikan karena harus melalui tahap ekspose terlebih dahulu. Kasus ini mencuat berawal dari salah satu terlapor dalam kasus dugaan suap dalam proses ini adalah Ikhwan, SE., Bersambung Ery Ariansyah H. ke hal 15
Pemerintah Daerah, posisi gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah diperkuat. Bahkan, gubernur diberikan kewenangan untuk melakukan pengawasan kepa-
Wakil Pemerintah Tidak Hanya Bupati
H. Najmul Akhyar
Hj Indah Dhamayanti Putri.
da para bupati/walikota terkait dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan. ‘’Ada hal-hal yang harus diikuti oleh teman-teman di kabupaten/kota. Ketika diun-
dang pemerintah provinsi harus hadir. Di situ ada ketentuan-ketentuan yang mengatur,” kata Wirajaya ketika dikonfirmasi Suara NTB, Kamis (3/8) siang kemarin. Meskipun tak ada sanksi secara eksplisit yang diberikan kepada bupati/walikota, namun dalam aturan tersebut akan ada pembinaan yang akan dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
BUPATI Lombok Timur (Lotim), H. Moch Ali Bin Dachlan memastikan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur (Lotim) selalu hadir dalam setiap pertemuan koordinasi yang digelar Pemprov NTB. Lotim katanya tidak pernah absen menghadiri undangan. ‘’Kita (Lombok Timur) selalu selalu hadir,’’ katanya Kamis (3/8) kemarin. Dalam membangun koordinasi antara pemerintah provinsi, Lotim selalu ikut serta. Soal ketidakhadiran bupati secara fisik karena mengikuti acara lain diminta jangan kemudian diartikan bupatinya tidak baik. Undangan yang disampaikan itu adalah un-
Disebutkan, ada 45 jenis pengawasan gubernur yang dilakukan kepada bupati/walikota. ‘’Bicara sanksi, dilakukan pembinaan terhadap bupati/ walikota yang tidak mengindahkan Binwas Gubernur, maka dia dilakukan pembinaan secara khusus oleh Menteri Dalam Negeri. Ada istilahnya ‘’disekolahkan’’ di Kemendagri,’’ jelasnya. Bersambung ke hal 15
tuk pemerintah. Pemerintah itu tidak saja bupati. Bupati sebagai kepala pemerintahan, bisa saja menunjuk wakilnya atau siapa saja untuk datang memenuhi undangan tersebut atas nama pemerintah. “Jangan anda mengira pemerintah itu hanya bupati. Pemerintah itu pimpinannya bupati, jadi bupati juga boleh menunjuk wakil atau siapa saja yang hadir,” ucapnya. Undangan yang diberikan pun bukan personal. Dalam melakukan koordinasi terpenting adalah aspek penyampaian pikiran-pikiran. Bersambung ke hal 15
H.Moch.Ali BD
H. Mahmud Abdullah
Kasus ’’Vertical Dryer’’, Penyidik Limpahkan Tersangka ke JPU Mataram (Suara NTB) Dua tersangka kasus dugaan penyimpangan pengadaan alat vertical dryer tahun 2015 resmi dilimpahkan ke penuntutan Kamis (3/8). Tersangka mantan Kadiskop dan UMKM, Ir.H.Budi Subagio dan pemilik lahan Baynurahman diserahkan penyidik di Kejati NTB kepada penuntut umum di Kejari Mataram, menandai kasus itu resmi tahap dua. Proses tahap dua berlang-
sung pukul 13.00 Wita. Tersangka Budi Subagio dan Baynurahman digiring penyidik dari Pidsus Kejati NTB ke Kejari Mataram. Di Kejari Mataram, langsung diserahkan ke Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang akan menangani perkara tersebut. “Dengan demikian, status penahanan dua tersangka itu berubah, dari tahanan penyidikan ke tahanan penuntutan,” kata Juru Bicara Kejati NTB,
Dedi Irawan, SH.,MH. Berkas kasus itu sebenarnya sudah dinyatakan lengkap sejak Rabu (2/8) lalu. Sehingga Kamis kemarin dilanjutkan dengan penyerahan tahap dua. “Sekarang mereka statusnya tahanan penuntutan,” jelasnya. Budi subagio, mantan Kadis Koperasi dan UMKM Provinsi NTB dan Baynurahman, warga Lingsar, Lombok Barat, itu mulai ditahan sejak Senin (17/7) lalu di Lapas
Mataram setelah ditetapkan sebagai tersangka. Usai proses tahap dua itu JPU segera menuntaskan surat dakwaan untuk dilimpahkan ke Pengadilan Tipikor Mataram. Proyek pengadaan mesin pengering padi atau vertical dryer dianggarkan senilai Rp 5,6 miliar tahun 2015 oleh Kementerian Pertanian RI. Penyalurannya diamanatkan melalui Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikul-
tura Provinsi NTB. Dalam penyalurannya itu diduga tidak tepat sasaran. Budi Subagio, yang saat itu menjabat sebagai Kabid di Dinas Pertanian dan TPH Provinsi NTB diduga mengatur penyerahan bantuan alat ke penerima yang tidak seharusnya. Alat yang semestinya diterima Kelompok Tani (Poktan) Sayang Daye II, Bersambung ke hal 15
Soal Merger BPR
Pemprov ”Dideadline” hingga September Mataram (Suara NTB) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan deadline atau memberi batas waktu kepada Pemprov NTB untuk memperbaiki usulan merger atau konsolidasi PD. BPR menjadi PT. Bank BPR NTB hingga September mendatang. Terkait dengan perbaikan usulan tersebut, Pemprov NTB sebagai pemegang saham pengendali melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dengan Pemda kabupaten/kota yang bertempat di Ruang Rapat Sekda NTB, Kamis (3/8) siang kemarin. Sekda NTB, Ir. H. Rosiady H. Sayuti, M.Sc, Ph.D yang dikonfirmasi mengatakan belum ada kesepakatan dalam RUPS yang dihentikan sementara karena
salat zuhur tersebut. Pantauan Suara NTB, RUPS dimulai sekitar pukul 11.00 Wita yang dipimpinan Sekda NTB dan dihadiri perwakilan Pemda kabupaten/ kota seperti Asisten II Bidang Perekonomian dan Kabag Perekonomian. Hadir juga Kepala Biro Perekonomian Setda NTB, Dr. H.Manggaukang Raba, MM. “Belum ada kesepakatan. Belum selesai rapatnya,” katanya. Namun Sekda mengatakan, setiap RUPS pasti akan ada keputusan yang akan diambil. Pasalnya, RUPS merupakan rapat pimpinan tertinggi pada sebuah perseroan terbatas (PT). Sesuai dengan Perda, kata Sekda, semua pemegang saham dari kabupaten/kota harus setuju mengenai
konsolidasi BPR tersebut. Untuk memperbaiki usulan merger BPR tersebut, katanya, OJK memberikan batas waktu sampai September mendatang. Ia optimis perbaikan ini akan selesai sebelum batas waktu tersebut. “Perdanya mengatakan, semua mendapatkan persetujuan. Untuk memperbaiki usulan, September. Insya Allah sebelum itu selesai,” katanya. Terpisah, Asisten II Perekonomian dan Pembangunan Setda Sumbawa, Drs. Didi Darsani, Apt mengatakan pada prinsipnya Sumbawa setuju dengan merger BPR ini. Namun, dalam proses merger ini banyak hal yang harus dibenahi. Ia mengakui dalam RUPS tersebut belum ada kesepaka-
tan. Dikatakan, Pemkab Sumbawa akan mengikuti aturan main yang ada, asalkan jangan menyimpang. “Kalau ada belum beres, iya kita bereskan dulu. Banyak, ada beberapa hal. Tapi nanti saja kita sampaikan dalam diskusi,” katanya. Ia mengatakan, dalam RUPS yang diskors karena istirahat salat zuhur itu belum sampai kepada pembahasan inti. “Kalau semangatnya penggabungan ini kita sejak awal setuju. Tapi dalam prosesnya, banyak hal yang harus dibenahi. Karean kita masih punya keberatan terhadap beberapa hal yang kita diskusikan. Nanti saja,” tandasnya. Sebelumnya, OJK telah mengembalikan berkas penga-
juan permohonan konsolidasi PD. BPR menjadi PT. Bank BPR kepada Pemprov NTB beberapa waktu lalu. OJK mengaku tak bisa memproses permohonan tersebut lantaran dua kabupaten, yakni Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat belum mau bergabung dalam konsolidasi PD. BPR NTB. Kepala OJK Perwakilan NTB, Yusri menjelaskan pihaknya mengembalikan seluruh berkas yang diajukan Pemprov NTB. Termasuk di dalamnya mengenai usulan fit and proper test atau uji kepatutan dan kelayakan terhadap calon komisaris dan calon direksi PT. Bank BPR NTB yang diajukan Pemprov NTB. Bersambung ke hal 15