Edisi Senin 04 Maret 2019 | Suara NTB

Page 1

SUARA NTB Menjaga Optimisme,

16 HALAMAN NOMOR 3 TAHUN KE 15

Online :http://www.suarantb.com E-mail: hariansuarantb@gmail.com

Pengemban Pengamal Pancasila

SENIN, 4 MARET 2019

Menajamkan Fokus dan Inovasi Bencana gempa bumi beruntun selama Juli-Agustus 2018 sempat memicu kekhawatiran akan membengkaknya penduduk miskin NTB. Untungnya, kekhawatiran itu tak terbukti di lapangan. Angka kemiskinan NTB justru turun. Namun, capaian ini tidak boleh membuat terlena. Optimisme harus dipertahankan dengan memastikan program pengentasan kemiskinan semakin terfokus pada sasaran. Inovasi dalam melaksanakan program juga menjadi keharusan. Demikian benang merah Diskusi Terbatas Harian Suara NTB bertema “Potret Kemiskinan Pascabencana Gempa di NTB” yang digelar Kamis (28/2) lalu. Wakil Gubernur (Wagub) NTB yang juga Ketua Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPKD) NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M.Pd, hadir dalam diskusi tersebut, bersama Hj.Sitti Rohmi Djalilah

lima Wakil Bupati di NTB. Mereka Wakil Bupati Lombok Tengah, H. Lalu Fathul Bahri, S.IP, Wakil Bupati Lombok Timur, H. Rumaksi SJ, SH, Wakil Bupati Sumbawa Barat, Fud Syaifuddin, ST, Wakil Bupati Sumbawa, Drs. H. Mahmud Abdullah dan Wakil Bupati Dompu, Arifudin, SH. Sementara, lima Wakil Kepala Daerah lainnya; Kota Mataram, Kota Bima, KLU, Lombok Barat dan Kota Bima diwakili oleh para pejabat terkait. Hadir juga dalam diskusi tersebut, Kepala BPS NTB,

Suntono, Kepala Perwakilan Bank Indonesia NTB, Achris Sarwani dan Kepala OJK NTB, Farid Faletehan. Juga, dua pemerhati ekonomi NTB, Dr. M. Firmansyah, SE, M. Si dan Dr. Mansur Afifi. Selain itu, hadir pula sejumlah pejabat yang mewakili BPBD dan Bappeda NTB. Diskusi dipandu oleh Penanggung Jawab Harian Suara NTB, H. Agus Talino. Optimisme mengenai pengentasan kemiskinan disampaikan Wagub NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah. Ia meyakini, angka kemiskinan

di NTB akan terus menurun. Meskipun NTB dilanda gempa beruntun akhir Juli sampai Agustus 2018 lalu. Namun angka kemiskinan turun sebesar 0,12 persen pada periode Maret – September 2018. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Bersambung ke hal 11

Suntono

Kolaborasi Data Kemiskinan

WAKIL Bupati KSB, Fud Syarifuddin mengutarakan, para kepala daerah kabupaten/kota di NTB pada dasarnya memiliki komiten yang kuat untuk menurunkan ke-

miskinan di wilayah masingmasing. Berbagai program dan kebijakan telah ditelurkan. Namun hasilnya belum maksimal. Penurunan kemiskinan masih jauh

dari target meski upaya yang dilakukan dirasa sudah sangat maksimal. Sebagian besar daerah dalam merumuskan program dan kebijakan penurunkan kemiskinan,

mengacu pada indikator pembentuk kemiskinan yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Akan tetapi, indikator-indikator kemiskinan yang dirumuskan BPS serasa makin

dikejar makin jauh. ‘’Kalau saya lihat angkanya BPS ini, sepertinya KSB ini bukan menjadi bagian dari NTB. Karena aneh, kita ini angka kemiskinan 2018 lumayan

signifikan turun, hampir dua persen, tetapi garis kemiskinannya naik, ini aneh padahal IPM kita tinggi,’’ katanya. Garis kemiskinan KSB ditetapkan dengan pendapatan

Rp459 ribu, dan menjadi yang tertinggi di NTB. Bahkan, melampui daerah lainnya yang berkisar di angka Rp300 ribuan. Bersambung ke hal 11

H. Muzakkir H.Fathul Bahri

H. Amiruddin

H. Agus Talino

H. M. Farid

H. Arifudin

Fud Syarifuddin (Suara NTB/ars)

Fasilitas Relaksasi Kurang Peminat KEPALA Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTB, Farid Faletehan mengungkapkan dampak gempa beruntun yang melanda NTB, Agustus – September 2018 tidak berpengaruh signifikan terhadap lembaga keuangan di daerah ini. Data OJK, sepanjang tahun lalu, total angka kredit yang disalurkan perbankan dan non perbankan di NTB mencapai Rp40 triliun. Hasil pendataan yang dilakukan dari seluruh lembaga keuangan di NTB, kredit yang terdampak gempa sekitar Rp2,2 triliun. Bersambung ke hal 11

Achris Sarwani

Farid Faletehan

1234567890123456789012345678901212345678901234567890 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 1234567890123456789012345678901212345678901234567890 123456789012345678901234567 1234567890123456789012345678901212345678901234567890 123456789012345678901234567 1234567890123456789012345678901212345678901234567890 123456789012345678901234567 1234567890123456789012345678901212345678901234567890 123456789012345678901234567 1234567890123456789012345678901212345678901234567890 123456789012345678901234567 1234567890123456789012345678901212345678901234567890 123456789012345678901234567 1234567890123456789012345678901212345678901234567890 123456789012345678901234567 1234567890123456789012345678901212345678901234567890 123456789012345678901234567 1234567890123456789012345678901212345678901234567890 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 AKURASI data memegang peran penting dalam penyusunan kebijakan penu123456789012345678901234567 runan kemiskinan. Tanpa data yang akurat, program pengentasan kemiskinan 123456789012345678901234567 bakal tidak terarah. 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 Hal itu disampaikan para Wakil Bupati dan sejumlah narasumber lain yang 123456789012345678901234567 mewakili kabupaten/kota di NTB dalam Diskusi Terbatas Harian Suara 123456789012345678901234567 NTB bertema “Potret Kemiskinan Pascabencana Gempa di NTB,’’ 123456789012345678901234567 Kamis (28/2). 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 Wakil Bupati Sumbawa, H.Mahmud Abdullah menegaskan, 123456789012345678901234567 data yang dibutuhkan saat ini adalah data yang terperinci. 123456789012345678901234567 “Agar sasaran kita tepat dalam mengintervensi kemiski123456789012345678901234567 nan, data BPS agar lebih rinci. Karena kadang data global 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 kita dapat. Ini kita tidak tahu apa dan siapa 123456789012345678901234567 yang masuk kategori itu,” ucapnya. 123456789012345678901234567 Menurutnya, data berikut instrumen dan 123456789012345678901234567 indikator kemiskinan hasil survei BPS dapat 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 menjadi rujukan dalam penyusunan program 123456789012345678901234567 pengentasan kemiskinan. Sebab sejauh ini, beberapa 123456789012345678901234567 program pengentasan kemiskinan hasilnya tidak 123456789012345678901234567 H.Mahmud Abdullah mewujud dalam angka dan data. Bersambung ke hal 7 123456789012345678901234567 (Suara NTB/ars)

Basis Data Rinci,

H. Rumaksi

Yuni Kurniati

H. Baehaqi

(Suara NTB/ars)

Kunci Program Tepat Sasaran

Meredefinisi Kemiskinan, Memadukan Peran Para Aktor Bencana gempa bumi yang melanda NTB beberapa waktu lalu bisa menjadi momentum untuk mendorong pengentasan kemiskinan. Perlu dilakukan redefinisi kembali tentang kemiskinan, bahwa kemiskinan bukan masalah pengeluaran tapi masalah pendapatan. Selain itu, perlu dilakukan reposisi peran para aktor pengentasan kemiskinan. Khususnya peran pengusaha lokal. Pemerintah perlu menstimulasi perkembangan bisnis mereka.

H. Mansur Afifi

HAL itu disampaikan Pemerhati Ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram (Unram), Dr. Firmansyah, M. Si dalam Diskusi Terbatas Harian Suara NTB bertema “Potret Kemiskinan Pascabencana Gempa di NTB” yang digelar Kamis (28/2) lalu. Menurutnya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, pertama meredefinisi kemiskinan. BPS dengan datanya, dan pemerintah daerah berupaya mengentaskan kemiskinan dengan meningkatkan kesempatan kerja di masyarakat. ‘’Kemiskinan bukan masalah (Suara NTB/ars)

pengeluaran tapi masalah pendapatan. Itu yang akan kita kembangkan, pendapatan,’’ katanya. Selain itu, perlu adanya reposisi peran yang ada di masyarakat. Pemerintah, pemodal, pedagang, pengusaha, dan lainnya harus memiliki rasa senasib dan sepenanggungan sehingga bisa optimal bekerja . Ia menyarankan agar Gubernur dan Wakil Gubernur NTB bisa membuat program seperti jumpa Bang Zul dan Umi Rohmi, atau bisa dinamai coffee morning bisnis dengan mengundang pengusaha untuk reposisi peran. ‘’Kira-kira apa yang bisa anda (pengusaha) lakukan. Apa bisa buka lagi bisnis, pemerintah menyiapkan ruang. Daripada

kita mendatangkan investasi dari luar, sementara kita belum mendata sejauh mana kapasitas yang dimiliki oleh pengusaha kita di tingkat lokal,’’ saran Firmansyah. Kemudian, lanjutnya, ke depan perlu membuat skenario untuk keberadaan situs atau pusat investasi di NTB. Seperti di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika atau Samota. ‘’Apa yang bisa kita kembangkan? Ketika ada investasi masuk, radius pengaruhnya bagi masyarakat miskin itu berapa panjang,’’ katanya. Bersambung ke hal 7 M. Firmansyah (Suara NTB/ars)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.