HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.85.000 SUMBAWA Rp.90.000 ECERAN Rp 5.000
SUARA NTB
KAMIS, 2 AGUSTUS 2018
Pengemban Pengamal Pancasila
16 HALAMAN NOMOR 121 TAHUN KE 14 Online :http://www.suarantb.com E-mail: suarantbnews@gmail.com
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
RUMAH HANCUR Rumah warga yang hancur akibat gempa. PVMBG merekomendasikan lokasi pembangunan dipindah, karena terjadi kerusakan tanah.
(Suara NTB/ars)
Banyak yang Hancur
PVMBG Rekomendasikan Lokasi Pembangunan Rumah Dipindah
Mataram (Suara NTB) – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekomendasikan pembangunan rumah warga korban gempa di Lombok Utara dan Lombok Timur harus memperhatikan lokasi. Khususnya lokasi pembangunan rumah yang mengalami rusak berat. Hal tersebut disampaikan perwakilan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada rapat koordinasi Pos Komando Penanganan Darurat Bencana Gempa Bumi Lombok, Rabu (1/8) pagi di Desa Madayin, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur. Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami PVMBG, Dr. Sri Hidayati menyampaikan bahwa potensi bahaya yang mungkin terjadi selain gempa bumi, yaitu gerakan tanah. Pihaknya telah melakukan pemetaan di beberapa wilayah. Sri mengatakan titik yang terjadi kerusakan tanah karena proses deformasi atau gerakan tanah sebaiknya
TO K O H
Bantu hingga Tuntas
Benny Susianto
PANGDAM IX/Udayana Mayjen TNI Benny Susianto, S.IP., memerintahkan jajarannya untuk sigap menangani bencana di Lombok Timur dan Lombok Utara. Anggota dari tingkat Kodim hingga Korem 162/WB diminta membantu hingga tuntas, bahkan menjadi terdepan dalam penanganan bencana. “Saya sudah meminta membersihkan puing-puing reruntuhan secepatnya, karena pemerintah sudah mengalokasikan dana untuk membantu masyarakat yang terkena korban bencana gempa,” kata Pangdam di Sembalun kemarin. Dilanjutkannya, saat ini anggota sedang mendata kerusakan tiap-tiap rumah. Bersambung ke hal 15
tidak digunakan sebagai lokasi pembangunan kembali rumah rusak berat. Sri menyebutkan Dusun Melempo yang berlokasi di Desa Obel-Obel Kecamatan Sambelia teridentifikasi memiliki 11 retakan tanah. “Setiap retakan yang ditelusuri di mana rumah terbangun rusak semua,” kata Sri. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan data rumah rusak sampai Rabu (1/8) mencapai 5.448 unit. Jumlah rumah rusak berat dan ringan masih dalam proses verifikasi. Bersambung ke hal 15
Seluruh Jalur Pendakian ke Rinjani Ditutup Mataram (Suara NTB) – Direktur Jenderal (Dirjen) Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosisten (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Ir. Wiratno, M.Sc., menyebutkan jumlah keseluruhan pendaki Rinjani yang berhasil dievakuasi sebanyak 1.226 orang. Di mana 696 warga negara asing (WNA) dan 530 warga negara Indonesia (WNI) sejak Minggu (29/7) hingga Selasa 31 Juli 2018.
Selain itu, 1 jenazah pendaki asal Makassar atas nama M. Ainul Taslim juga telah berhasil dievakuasi oleh Tim Evakuasi Gabungan. Sebanyak 1.226 orang pendaki tersebut berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat. Wiratno juga mengatakan seluruh jalur pendakian ke kawasan Gunung Rinjani telah ditutup sejak 29 Juli sampai dengan waktu yang belum ditentukan. Bersambung ke hal 15
Percepat Penanganan
Rumah Warga Korban Gempa Diverifikasi Mataram (Suara NTB) – Pemprov NTB bersama dengan Pemda Lombok Timur dan Lombok Utara sedang melakukan verifikasi terhadap 5.448 rumah warga yang rusak akibat gempa 6,4 skala richter (SR), Minggu (29/7) lalu. Verifikasi ribuan rumah warga korban gempa yang rusak by name by addres ini dilakukan untuk mempercepat penanganan di lapangan. Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman (Perkim) NTB, Ir. I Gusti Bagus Sugihartha, MT yang dikonfirmasi di Kantor Gubernur, Rabu (1/8) siang mengatakan bany-
ak rumah warga yang ambruk akibat gempa tersebut. Berdasarkan data, ada 5.448 rumah warga yang rusak. “Kita harus mengkategorikan dia dalam bentuk rusak berat, rusak sedang dan rusak ringan. Ini sedang didata. Datadata yang ada perlu kita verifikasi kembali untuk memastikannya,” kata Sugihartha. Arahan Presiden Jokowi ketika meninjau korban gempa di Desa Madayin, Senin (30/ 70 lalu, kata Sugihartha, masyarakat yang rumahnya rusak akan diberikan bantuan uang tunai. Bersambung ke hal 15
(Suara NTB/why)
KELUAR - Sejumlah pendaki yang berhasil keluar dari jalur pendakian setelah terjebak akibat gempa yang terjadi, Minggu (29/7). Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk sementara menutup pendakian ke Rinjani sampai dengan waktu yang tidak ditentukan.
Pulihkan Trauma Anak-anak
(Suara NTB/dok)
Kak Seto Minta Pendidikan Non Formal Digerakkan
(Suara NTB/ist)
HIBUR - Ketua LPAI Seto Mulyadi menghibur anak-anak korban gempa di Desa Sajang Kecamatan Sembalun Lombok Timur (Lotim), Rabu (1/8).
Selong (Suara NTB) Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Dr. Seto Mulyadi, S.Psi., MSi., atau akrab disapa Kak Seto, Rabu (1/8) kemarin datang langsung ke Sembalun untuk memberikan penguatan terhadap psikologi anak-anak korban gempa. Kak Seto juga meminta jalur pendidikan non formal digerakkan untuk mengatasi trauma yang dia-
lami oleh anak-anak. Dikonfirmasi Suara NTB di Sembalun, Kak Seto mengaku, trauma anak-anak sudah cukup membaik. Keceriaan terlihat saat dilakukan proses trauma healing yang sebelumnya para anak-anak korban gempa cukup tertekan dan menderita lantaran rumah mereka hancur dilanda gempa. Untuk itu, Bersambung ke hal 15
Revisi RTRW Kota Mataram Disetujui
Pemprov Tak Bertanggung Jawab pada Indikasi Pelanggaran Tata Ruang Mataram (Suara NTB) – Pemprov NTB akhirnya menyetujui revisi Perda RTRW Kota Mataram Nomor 12 tahun 2011. Namun, Pemprov menegaskan tak akan bertanggung jawab terkait dugaan pelanggaran tata ruang seluas 298 hektare lebih yang berada di ibukota Provinsi NTB tersebut. “Hasilnya dalam rapat itu disetujui perubahan RTRW Kota Mataram sesuai hasil pembahasan sampai tanggal 13 Juli 2018,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) NTB, Ir. Wedha Magma Ardhi, M.TP dikonfirmasi usai rapat Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah (TKPRD) NTB, di Ruang Rapat Sekda NTB, Rabu (1/8). Alotnya pembahasan revisi perda RTRW Kota Mataram, kata Ardhi akibat persoalan kawasan pertanian
seluas 1.609 hektare sesuai dengan Perda No. 12 Tahun 2011. Dalam revisi perda RTRW tersebut, Pemkot Mataram mengusulkan kawasan pertanian seluas 509 hektare. Setelah TKPRD NTB melakukan kajian mendalam terkait dengan kesesuian data tabular dengan data peta, akhirnya disepakati luas kawasan pertanian di Kota Mataram seluas 509 hektare. Nantinya, Ketua TKPRD provinsi, yakni Sekda NTB dan Ketua TKPRD kota, yakni Sekda Kota Mataram akan bertemu membuat kesepakatan internal untuk menyepakati terhadap perubahan luas kawasan pertanian seluas 1.609 hektare menjadi 509 hektare tersebut. Ardhi menambahkan, pemprov menerima perubahan luas kawasan pertanian dengan Wedha Magma Ardhi catatan. Yakni adanya indika-
si pelanggaran tata ruang di Kota Mataram seluas 298 hektare lebih sesuai Perda No. 12 Tahun 2011. Terhadap indikasi pelanggaran tata ruang ini, TKPRD berprinsip menyetujui perubahan-perubahan tersebut. “Kita menyetujui revisi itu dengan catatan provinsi tidak bertanggung jawab terhadap indikasi pelanggaran. Karena itu berisiko adanya pemutihan pelanggaran,” katanya. Pemprov tak mau bertanggung jawab terhadap indikasi pelanggaran tata ruang tersebut lantaran tidak memperoleh informasi detail dari Pemkot Mataram mengenai fakta di lapangan. Dugaan adanya pelanggaran tata ruang terhadap 298 hektare lahan pertanian dikembalikan ke Pemkot Mataram. Bersambung (Suara NTB/dok) ke hal 15