Edisi Senin 28 Mei 2018 | Ekbis NTB

Page 1

MINGGUAN TERBIT SEJAK 15 AGUSTUS 2016 E-mail: ekbisntb@gmail.com

SENIN, 28 MEI 2018

Ekbis NTB

4 HALAMAN NOMOR 33 TAHUN KE 2 TELEPON: Iklan/Redaksi/ Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257

Kekuatan Ekonomi dan Dunia Usaha NTB ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Wuling Cortez 1.5 Diluncurkan

Konsumen Disiapkan Potongan Harga, Tiga Tahun Gratis Servis dan Material SETELAH dinanti-nanti, Cortez 1.5 akhirnya resmi diluncurkan. PT. Hanawa Mobilindo Utama resmi menghadirkan generasi teranyar Wuling Motors sebagai warna baru bagi industri otomotif di tanah air, di NTB khususnya. Halaman 4.

Sukses, Seminar Nasional Bendungan Besar 2018 SEMINAR Nasional Bendungan Besar 2018 berjalan sukses. Kegiatan yang diikuti ratusan ahli bendungan dan ahli berbagai disiplin ilmu terkait hadir mensukseskan gawe besar yang dilaksanan di Mataram dari tanggal 25 – 27 Mei 2018 ini. Halaman 4

Tingkatkan Anggaran Edukasi

(Ekbis NTB/uul)

DADAKAN - Pedagang dadakan di Kota Praya menjual berbagai macam makanan untuk berbuka puasa.

KALANGAN legislatif sangat prihatin jika masih ada temuan zat-zat berbahaya dalam bahan pangan. Temuan zat berbahaya meskipun masih dalam takaran yang kecil tetap akan mengkhawatirkan konsumen. Komisi V DPRD NTB mendorong agar SKPD terkait meningkatkan porsi anggaran untuk sosialisasi dan edukasi pemilihan bahan pangan yang baik bagi masyarakat. Anggota Komisi V DPRD NTB Hj. Suryahartin kepada Ekbis NTB mengatakan, SKPD terkait seperti Dinas Kesehatan memiliki peran yang penting untuk melakukan sosialisasi penggunaan bahan pangan yang aman. Masyarakat yang sadar akan pangan yang ideal pasti akan mencari makanan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

Bersambung ke hal 2

Waspadai Takjil Menggunakan Bahan Berbahaya Ramadhan memberikan berkah bagi masyarakat. Setiap sore, jalan-jalan kampung, jalan kompleks perumahan hingga jalan protokol dipenuhi pedagang dadakan. Mereka menjual berbagai macam keperluan untuk berbuka puasa (takjil) yang menggugah selera. Namun, dalam membeli takjil kita harus waspada dan teliti. Karena tidak menutup kemungkinan mengandung zat yang membahayakan kesehatan. ANEKA takjil berupa jajanan atau minuman berjejer dijajakan di lapak pedagang takjil dadakan di salah satu jalan protokol di Kota Praya Lombok Tengah. Pembeli tampak memilih-milih takjil ataupun lauk pauk untuk menu berbuka. Wia, salah seorang pembeli takjil, mengaku, setiap 2 hari sekali selama puasa selalu menyempatkan diri untuk membeli jajanan sebagai menu berbukanya. “Soalnya jajanannya enak buat dimakan saat berbuka,” akunya. Wia sudah biasa membeli aneka kue, sehingga yakin dengan keamanan bahan baku untuk kue tersebut. Apalagi pedagang tempatnya biasa membeli merupakan langganannya dari zaman sekolah dulu. “Jadinya saya yakin aman akan kualitas dan rasanya. Soalnya tidak mungkin sampai belasan tahun jadi langganan kalau dia pakai bahan yang macammacam (zat berbahaya),” katanya. Jaminan takjil yang dijual aman dari zat berbahaya dipertegas Heru – salah satu pedagang aneka jajanan kue basah. Menurutnya, semua bahan yang digunakannya untuk membuat takjil merupakan bahan layak dan aman untuk dikonsumsi. “Semua pewarna makanan

di kue buatan saya merupakan pewarna yang biasa dijual di toko atau pasar, toh mudah didapatkan,” jelasnya. Ia tidak mungkin bisa memiliki banyak langganan sampai bertahun-tahun, jika di produknya menggunakan bahan berbahaya. Baginya, kepercayaan pelanggan adalah hal utama dalam berdagang. Selain itu, di Kota Praya sudah tidak ada lagi menemukan bahan makanan berbahaya, seperti pewarna tekstil atau lainnya. Hal ini menyebabkan pedagang makanan tetap menggunakan pewarna makanan yang dianjurkan pihak berwenang. “Lombok kan bukan kota industri seperti di Jawa makanya mudah ditemukan pewarna tekstil di situ (Pulau Jawa, red). Di sini (Lombok, red) sudah hampir tidak ada. Orang di sini tahunya juga dari TV bukan, karena lihat langsung,” ujar Heru. Senada dengan Heru, Mega, penjual takjil di Praya juga mengatakan hal yang sama. Dirinya menggunakan bahan-bahan baku layak konsumsi dan biasa dijual di pasaran untuk semua takjil jualannya. Biasanya ia bersama teman-temannya menjual aneka gorengan, salad, es, bubur, kolak, dan lauk-pauk lainnya setiap sore selama bulan puasa ini. “Barang jualan di sini dibuat oleh ibuibu di sekitar rumah dan kami bertugas menjualnya,” tuturnya. Untuk itu, ia sangat yakin dengan kebersihan dan keamanan produknya. Bahkan 2 hari lalu juga, lapak jualannya didatangi oleh BBPOM dan Dinas Kesehatan Lombok Tengah untuk diuji kelayakan produk. Hasil pengujian pun menunjukkan bahwa barang dagangannya aman dan bebas bahan berbahaya. “BBPOM juga memberikan kita surat edaran tentang apa saja bahan berbahaya untuk makanan, makanya kita tidak berani menggunakan bahan macam-macam,” kata Mega.

Bersambung ke hal 2

Suryahartin (Ekbis NTB/ris)

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Butuh Tindak Lanjut dari Pengawasan Tim Terpadu

Berisiko Merusak Fungsi Hati PENGANAN mengandung zat kimia dilarang keras di konsumsi. Dalam jangka panjang, risiko kesehatannya akan merusak fungsi hati. Hal ini dikatakan dr. Nurhandini Eka Dewi. Mantan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB ini menyorot masih adanya penganan yang mengandung zat kimia berbahaya. Meskipun persentasenya sangat kecil. Campuran pengawet, boraks dan formalin diketahui saat ini telah tak lagi dipakai oleh produsen-produsen pangan. Yang masih menjadi PR, penganan yang masih menggunakan campuran pewarna tekstil. Biasanya ditemukan pada campuran terasi. Meski inipun juga sudah mampu diminimalisir.

Nurhandini Eka Dewi (Ekbis NTB/dok)

Bersambung ke hal 2

TIM Terpadu yang terdiri dari BBPOM Mataram, Dinas Perdagangan, dan Polda NTB semakin rajin melakukan pengawasan bahan pangan di sejumlah pasar tradisional di bulan Ramadhan ini. Dari hasil pengawasan masih saja ditemukan bahan pangan yang mengandung zat-zat berbahaya seperti Rhodamin B dan boraks. Terkait dengan temuan tersebut, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) NTB meminta agar tim terpadu, terutama yang memiliki kewenangan untuk melakukan penindakan agar menindaklanjuti temuan tersebut sesuai dengan ketentuan. Penindakan tersebut dipandang efektif untuk memberi efek jera bagi produsen yang masih mencampur bahan pangan dengan zat berbahaya. Ketua YLKI NTB M. Saleh kepada Ekbis NTB mengatakan, produsen bahan pangan sepertinya semakin berani melawan petugas lantaran tidak adanya tindaklanjut dari temuan-temuan di lapangan. Padahal kegiatan sidak atau pengawasan keamanan bahan pangan ini secara rutin digelar oleh BBPOM serta para pihak lainnya.

Bersambung ke hal 2

M. Saleh (Ekbis NTB/dok)

BBPOM Pastikan Takjil Aman dari Zat Berbahaya Produk NTB Diklaim Aman, Waspadai Terasi dan Kerupuk Luar

(Ekbis NTB/dok)

BALAI Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) di Mataram memastikan aneka ragam takjil yang dijajakan di musim puasa ini sangat aman di konsumsi. Belum ada temuan takjil mengandung zat berbahaya, atau sejenisnya yang membahayakan bagi kesehatan. Memasuki bulan Ramadhan tahun ini, BBPOM Mataram intens turun ke lapangan, mengawasi sekaligus melakukan pengujian terhadap panganan puasa. Baik yang dijajakan di pinggir-pinggir jalan, maupun yang ditawarkan di pasar tradisional. ‘’Di Kota Mataram hampir sebagian besar produk yang dijual pedagang telah dilakukan uji. Hasilnya, nihil penganan mengandung zat berbahaya, Lombok Tengah juga telah dilakukan sebagian, Lombok Timur, Sumbawa dan Sumbawa Barat juga telah dilakukan pengawasan,’’ ujar Kepala BBPOM Mataram, Ni Gusti Ayu Nengah Suarningsih kepada media ini. Pengawasan semacam ini rencananya akan terus dilakukan. Tidak hanya sekali dua kali, selama bulan puasa ini BPOM akan melakukan uji. Harapannya, agar penganan yang dikonsumsi oleh masyarakat benar-benar penganan yang terjamin dari aspek kesehatannya. Sementara ini, takjil sudah dinyatakan aman, hanya saja yang masih jadi temuan, Ni Gusti Ayu Nengah Suarningsih

Bersambung ke hal 2

INSPEKSI mendadak (sidak) Satgas Pangan beberapa waktu lalu di sejumlah pasar di NTB menemukan terasi dan kerupuk dengan kandungan berbahaya harus jadi peringatan bagi kita untuk hati-hati membeli kebutuhan takjil atau makanan berbuka. Bagaimana tidak, terasi yang dibeli di pasar dan mengandung zat berbahaya saat diolah menjadi produk siap dikonsumsi bisa berbahaya bagi kesehatan. Apalagi, banyak takjil atau keperluan berbuka, seperti pelecing, sayur asam dan olahan lainnya menggunakan terasi yang dibeli di pasar. Tidak menutup kemungkinan, pelecing atau makanan yang dibeli di pedagang takjil, karena ketidaktahuan pedagang menggunakannya sebagai pelengkap masakan. Akibatnya, masyarakat yang tidak tahu apakah produk yang dikonsumsi itu mengandung zat berbahaya membelinya untuk berbuka atau makan. Hal ini diakui Kepala Dinas Per-

(Ekbis NTB/dok)

SIDAK - Kepala Dinas Perdagangan NTB Hj. Putu Selly Andayani bersama Kepala BBPOM Ni Gusti Ayu Nengah Suarningsih saat sidak makanan berbuka di Pasar Kebon Roek belum lama ini. Pada sidak ini, tim menemukan terasi dan kerupuk mengandung zat berbahaya. dagangan (Disdag) NTB Hj. Putu Selly Andayani. Kepada Ekbis NTB pekan kemarin, mantan Penjabat Walikota Mataram ini, mengaku, saat sidak bersama dengan BBPOM dan beberapa instansi

menemukan terasi yang dipergunakan untuk sambal pelecing mengandung zat berbahaya Rhodamin B. Tidak hanya itu,

Bersambung ke hal 2

Hj. Putu Selly Andayani (Ekbis NTB/uul)


EKBIS NTB

Ekbis NTB Senin, 28 Mei 2018

Daerah Didorong Proteksi Konsultan Lokal

Waspadai Takjil Menggunakan Bahan Berbahaya Dari Hal. 1 Anah, pedagang lainnya juga mengatakan dirinya tidak berani menggunakan bahan tambahan berbahaya untuk barang jualannya. Selain karena dilarang pemerintah, dirinya juga tidak menginginkan pembeli setianya merasakan dampak dari bahan tersebut. “Kemarin juga saya diberitahu surat dari BBPOM tentang bahan-bahan apa saja yang berbahaya untuk dipakai. Alhamdulillah saya tidak pernah pakai bahan-bahan itu,” ujarnya. Ia mencontohkan seperti mi kuning yang dulu banyak dijual di pasar sekarang dilarang, karena terbukti mengandung bahan berbahaya, makanya ia sekarang memilih menggunakan mie bungkus dengan merk dan kandungan bahan jelas. Untuk pewarna juga dirinya biasanya menggunakan pewarna makanan yang lumrah dijual di toko ataupun pasar. “Harganya juga murah dan banyak jenisnya, tergantung kita pilih yang mana,” kata Anah. Selain itu, pewarna tekstil di

pasaran juga ia tidak pernah menemukan.Tetapi ia meyakinkan bahwa semua produkproduk jualannya sama sekali tidak mengandung bahan-bahan berbahaya. ‘’Pembeli juga tahu kok, karena banyak yang beli ke saya sudah langganan lama,’’ ujarnya. Jaminan senada juga disampaikan Fulan, salah satu pedagang takjil di Mataram. Sejak menjual takjil dan mengambil barang di orang lain, ia mengedepankan produk yang dijual bebas dari bahan berbahaya, sehingga pembeli tidak ragu untuk membeli keperluan untuk berbuka. Dirinya menjual kue tidak hanya pada bulan Ramadhan saja, tapi setiap pagi menjual kue di Jalan Ade Irma Suryani Mataram. Selama bulan puasa, kue atau takjil yang dijual semakin bertambah, karena adanya titipan dari tetangganya. ‘’Ada beberapa saya buat sendiri, tapi banyak juga yang nitip untuk dijual di sini,’’ ujarnya. (uul)

Berisiko Merusak Fungsi Hati Dari Hal. 1 Beberapa tahun terakhir, giat pengawasan yang dilakukan oleh BBPOM bersama stakeholders cukup memberi pengaruh kepada para produsen pangan di dalam daerah. “Yang masih ada ini, kalau dikonsumsi terus menerus dalam jangka panjang. Akan mengganggu fungsi hati. Rhodamin ini tidak boleh masuk sama sekali ke makanan,” tegas dr. Eka – sapaan akrab Staf Ahli Gubernur Bidang Sosial dan Kemasyarakatan ini. Harapannya, campurancampuran bahan kimia ini juga tak ditemukan untuk makanan puasa (takjil). Penggunaan zat pewarna ini, menurutnya secara kasat mata dapat dilihat cukup nampak. Warna makanan yang ngejreng (mencolok). Karena itulah, masyarakat juga harus lebih berhati-hati dan teliti mengenal makanan dari sisi warna. “Kalau yang menggunakan pewarna makanan, cenderung lembut. Ini harus dipahami oleh masyarakat,” imbuhnya. Diketahuinya, di NTB produsen yang mencampurkan

penganan dengan zat pewarna ini trennya terus menurun. Saat di Dinas Kesehatan Provinsi NTB, giat pengawasan juga dilakukan rutin ke sarana-sarana penjualan dan produsennya. Salah satu persoalan yang menurutnya mengapa masih ada yang menggunakan campuran tekstil ini, kecenderungannya lebih karena faktor kemudahan mendapatkan, serta harganya yang sangat terjangkau. Persoalannya hanya persoalan ekonomi. Pembinaan bersama telah dilakukan bertahuntahun. Karena itu, ia menyarankan harusnya sudah diberikan sanksi untuk efek jeranya. Sanksi yang paling soft adalah memberikan peringatan terbuka kepada masyarakat, mana saja produk yang dinilai berbahaya, dijual dimana, lengkap dengan merk produknya. “Sampai sekarang belum ada sanksi diturunkan. Ya waktunya diberikan sanksi moral sebagai hukumannya,” ungkapnya.(bul)

PEMERINTAH diminta untuk memproteksi perusahaan konsultan kecil yang berada di daerah. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi daerah akan bisa dirasakan secara nyata, khususnya di sektor konstruksi. “Perusahaan jasa konsultan di daerah itu, 80 persen berskala kecil. Kini mereka tidak berdaya menghadapi perusahaan sejenis dari kota besar seperti Jakarta. Mereka terancam mati,” kata Praktisi Jasa Konsultan Nasional, Ir. Peter Fran di Mataram, akhir pekan kemarin. Menurut mantan Ketua Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (Inkindo) DKI Jakarta ini, di daerah, para konsultan di bidang jasa konstruksi, seperti pekerjaan supervisi untuk proyek infrastruktur seperti jalan dan irigasi, hampir tidak berdaya menghadapi konsultan kelas menengah-besar dari kota besar.

“Banyak perusahaan berkantor di Jakarta, tetapi punya pekerjaan skala 0-Rp750 juta di daerah. Proyek-proyek jasa konsultan dari APBD ini, hampir sebagian besar dinikmati pemain dari ibukota,” katanya. Frans yang juga Presiden Direktur Perusahaan Konsultan Ciriajasa EC ini juga menilai, hal itu terjadi karena memang belum ada regulasi yang membatasi gerak perusahaan konsultan sesuai klasifikasi pekerjaan. “Akibatnya, sering terjadi perusahaan besar dan menengah juga ikut tender pekerjaan skala kecil. Padahal, mereka ini harusnya bermain di atas Rp750 juta hingga Rp2,5 miliar. Kelas menengah besar,” katanya. Oleh karena itu, daerah harus memberikan solusi atas persoalan itu jika ingin pertumbuhan ekonomi merata. menu-

Aman, Pasokan Gula Tambora Sampai Lebaran KEBUTUHAN gula di saat bulan Ramadhan seperti ini biasanya meningkat seiring tingginya permintaan konsumen akan bahan satu ini. Menyikapi hal itu, PT. Sukses Mantap Sejahtera sebagai salah satu produsen gula di NTB sudah melakukan berbagai persiapan mengantisipasi lonjakan permintaan tersebut. Marketing PT SMS, Made Robin, mengatakan stok pasokan gula Tambora di NTB sejauh ini masih aman. “Saat ini di gudang kita ada 1.500 ton ditambah yang sedang bongkar di pelabuhan ada 3.500 ton, jadinya stok gula Tambora masih aman untuk NTB,” terangnya kepada Ekbis NTB beberapa waktu lalu. Stok tersebut merupakan stok gula untuk wilayah Mataram dan Lombok saja, sedangkan untuk wilayah Pulau Sumbawa, pihaknya sudah mempersiapkan stok gula dengan jumlah cukup dalam memenuhi kebutuhan pasar. “Untuk Sumbawa, Bima dan Dompu kita sudah siapkan 1.500 ton gula Tambora langsung dari pabrik,” kata Robin. Semua stok tersebut setiap 2 minggu sekali terus diperbaharui pasokannya sehingga sam-

pai lebaran nanti tetap aman. Sehingga isu tidak ada pasokan gula, menurutnya merupakan berita bohong karena pihaknya terus berupaya menjaga pasokan gula aman terpenuhi. Pihaknya juga rutin turun ke pasar-pasar tradisional untuk memantau ketersediaan gula, terutama untuk para distributor. “Mereka tetap kita pantau agar menjual gula tidak lebih dari HET, tetapi semua itu di bawah karena dari distributor ada grosir yang juga tetap kita pantau,” jelasnya. Sejauh ini, dari hasil pemantauannya harga gula Tambora masih berkisar Rp12.500/kg di pasar tradisional. Apalagi dengan diadakannya pasar murah di berbagai kabupaten, pihaknya memberikan harga di bawah HET agar lebih terjangkau oleh konsumen. “Dari pengamatan kami, beberapa grosiran di sini mendatangkan gula dari luar daerah dan harganya melambung,” kata Robin. Ia memastikan pasokan gula Tambora sampai jelang lebaran nanti aman, terutama dalam memenuhi kebutuhan ibu rumah tangga saat membuat kue lebaran nanti. (uul)

Tingkatkan Anggaran Edukasi Dari Hal. 1 Makanan yang aman dalam artian makanan yang bebas dari bahan kimiawi berbahaya semacam boraks, formalin atau Rhodamin B. Sementara untuk jangka panjang dan untuk menggugah kesadaran konsumen, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB diminta memuat materi pelajaran bahan pangan yang sehat di muatan lokal atau mulok. Lembaga pendidikan dinilai sebagai wadah yang tepat untuk membangun kesadaran berpikir sejak dini agar konsumen semakin bijak dan cerdas dalam memilih pangan untuk dikonsumsi sehari-hari. “Dinas Kesehatan kami harapkan tingkatkan anggaran di bidang ini untuk memperkuat edukasi. Dinas Pendidikan juga agar ada mulok tentang pola hidup sehat. Kami akan kawal kok anggarannya untuk memberikan edukasi bagi konsumen,” janjinya. Khusus untuk kegiatan sidak atau tinjauan lapangan yang dilakukan oleh tim terpadu di bulan Ramadhan ini, Komisi V memberikan apresiasi. Suryahartin menggugah masyarakat terutama produsen bahan pangan agar tak lagi mengambil keuntungan dengan cara mencampur

SABTU, 26 Mei 2018

2

zat-zat berbahaya tersebut. Terlebih di bulan Ramadhan yang sebaiknya dijadikan momentum untuk memperbaiki kualitas diri. “ Ini bulan puasa, bulan untuk menimba segala kebaikan. Kita minta kepedulian produsen bahan pangan agar tidak menghalalkan segala cara. Meraup rizki dengan cara baik, yang penting berkah,” katanya. Menurutnya, penggunaan bahan pengawet dan zat kimia yang berbahaya dalam pengolahan makanan jelas akan merugikan konsumen dari segi kesehatan. Makanan tersebut tidak hanya dikonsumsi oleh orang dewasa, juga akan dikonsumsi oleh anak anak yang menjadi pewaris generasi. Untuk itu, membangun generasi yang sehat haruslah diawali dengan membangun kesadaran pangan yang aman untuk dikonsumsi. “Membangun generasi kita dengan cara menyediakan makanan yang sehat. Anjuran mengkonsumsi makanan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman. Aman dari berbagai segi termasuk dari zat-zat yang berbahaya,” tambah politisi Nasdem ini. Ia mengharapkan agar tim terpadu yang memiliki wewenang penindakan seperti BBPOM dan Kepolisian agar menindak tegas pelaku yang masih saja mencampur bahan pangan dengan zat berbahaya. Efek jera sangatlah penting untuk menghindari temuan temuan serupa di kemudian hari,” Pengawasan jangan hanya ditegur tegur saja tanpa ada tindakan lebih tegas. Kita harapkan ada efek jera,” kata Suryahartin.(ris)

(Ekbis NTB/bul)

Peter Frans rutnya harus ada regulasi yang membatasi ruang gerak perusahaan konsultan ini. Diitambahkan, apalagi saat ini sudah ada UU yang baru yakni No 2/2017 tentang Jasa Konstruksi. Pada regulasi ini, kata Frans,

sudah ada ketentuan minimal remunerasi (billing rate) para tenaga ahli konsultan. inipun, daerah harus menetapkan standar minima billing rate. sebab di NTB, billing rate untuk konsultan rata-rata masih jauh di bawah ketentuan. “Padahal itu juga sudah didukung oleh Perpres 16/2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa yang baru dengan salah satu ketentuannya tentang adanya ‘repeat oder’ (tanpa tender) bagi perusahaan jasa konsultan hingga dua kali,” katanya. Selain itu, sudah ada ketentuan baru tentang billing rate terbaru dalam bentuk Peraturan Menteri PUPR pada Januari 2018. Frans menambahkan, salah satu hal yang bisa dilakukan untuk memproteksi perusahaan jasa konsultan kecil di daerah adalah perlunya ada Peraturan Gubernur (Pergub), Perwal atau

Perbup agar perusahaan jasa kecil di daerah ini khusus untuk perusahan berdomisil di daerahnya agar efek ekonominya tidak ke luar daerah. “Pergub semacam ini sudah dilakukan Provinsi Jawa Barat sehingga anggaran APBD untuk jasa konsultasi proyek proyek konstruksi tidak lari keluar. Ini layak jadi contoh bagi provinsi lain di Indonesia,” kata Frans. Di NTB, terdapat beberapa proyek pembangunan yang cukup besar. Di antaranya, KEK Mandalika. jangan sampai kemudian konsultan luar yang menikmatinya. Frans adalah putra NTB yang berencana akan maju pada pemilihan Ketua Umum DPN Munas Inkindo November mendatang. karena itu, bila terpilih , rencananya DPN Inkindo akan mendesak Pemda lainnya untuk mengeluarkan Pergub seperti di Jawa Barat. (bul)

Merawat Binatang Kesayangan di Pipoo Salon KECINTAAN akan hewan peliharaan seperti anjing dan kucing membuat sang pemilik memberikan perawatan yang terbaik bagi mereka. Terutama untuk perawatan bulu kedua hewan tersebut yang rentan akan jamur dan kutu jika tidak dirawat dengan baik. Tetapi tidak perlu khawatir, pemilik kedua hewan itu bisa mencoba pelayanan grooming di Pipoo Salon and Co. yang berlokasi di jalan Caturwarga, Mataram memang merupakan salon khusus bagi anjing dan hewan. “Di sini hewan peliharaan bukan hanya mendapat mandi biasa saja seperti di tempat lain, tetapi ada perawatan lainnya. Tidak ada bedanya dengan salon untuk manusia,” terang Lidya Belanita Zaremba, pemilik Pipoo Salon and Co. kepada Ekbis NTB. Nita, panggilan akrabnya, menerangkan Pipoo yang dibangunnya sejak tahun 2013 berawal dari dirinya yang memang pecinta kedua hewan itu dan sulit menemukan tempat memandikan hewan dengan perawatan yang lengkap. Padahal diakuinya ia tidak memiliki basic apapun dalam

bidang grooming, hanya bermodal otodidak. “Tetapi setelah sambutannya bagus, saya mengikuti kursus tentang grooming ini agar bisa memberikan pelayanan terbaik bagi konsumen,” jelasnya. Ada berbagai paket perawatan untuk anjing dan kucing yang dihadapi hewan peliharaan, mulai dari basic (Rp 60 ribu), treatment kutu (Rp 75 ribu), dan premium. Paket basic ini, kata Nita, berupa perawatan mandi rutin/dasar untuk membersihkan hewan. Sedangkan untuk treatment kutu, cocok untuk mengurangi kutu dan jamur pada anjing dan kucing, dan paket premium perawatan yang ditawarkan lebih lengkap. “Paket premium ini tahapannya ada 7 langkah, mulai dari mandi, potong kuku, dan lainnya,” paparnya. Selain ketiga paket tadi, Pipoo salon juga menawarkan hair styling bagi pemilik yang menginginkan rambut hewannya dipotong dengan gaya tertentu. Diakui Nita, perawatan salon untuk hewan peliharaan terutama kucing tidak mudah, apalagi hewan tersebut baru pertama kali melakukan pera-

watan. “Sudah biasa jadinya pegawai di sini kena cakar, tetapi tergantung kebiasaan hewannya juga ada yang diam ada juga berontak,” imbuhnya. Selain itu, bulu kucing yang lebih sensitif dibandingkan bulu anjing juga harus benar-benar menjadi perhatian saat dimandikan. “Makanya pegawai di sini haruslah yang memang penyayang hewan, agar hewannya juga bisa nyaman,” kata Nita. Tempat pemandian kucing dan anjing juga dibedakan agar tidak terjadi perkelahian di antara mereka. Di akhir pekan seperti sekarang ini, biasanya banyak pemilik hewan yang datang jauh-jauh bahkan dari Sumbawa ke Pipoo untuk perawatan. “Mereka tahu Pipoo melalui mulut ke mulut atau tidak lewat sosial media yang kami punya,” terangnya. Jika sibuk, Pipoo juga menawarkan layanan jemput hewan untuk dibawa ke salon. Selain salon, Pipoo juga menjual berbagai pakan serta aksesoris hewan peliharaan di sini. “Setidaknya biar pemiliknya juga bisa lihat-lihat sekalian nunggu,” imbuhnya. (uul)

BBPOM Pastikan Takjil Aman dari Zat Berbahaya Dari Hal. 1 terasi dan kerupuk mengandung rodamin (pewarna kertas/ celup kertas). Temuan inipun dianggapnya sangat kecil. Dari delapan pedagang yang diuji, hanya dua yang menggunakan rodamin. Itupun, terasi-terasi yang didatangkan dari luar. Karena itu, BBPOM akan melakukan penelurusan dari mana sumber terasi mengand-

ung zat pewarna kertas dimakud. “Kami komunikasikan dari mana datangnya. Dari mana sumbernya, itu kami belum tahu, apakah dari Sulawesi, Kalimantan, Medan, Surabaya, Sidoarjo. Kami akan cari ke Pasar Mandalika di agen-agen terasinya kami akan cek,” ujarnya. Temuan terasi dan kerupuk mengandung rodamin ini sebetulnya persoalan lawas. Persentasenya terus dapat ditekan.

Satu dua pedagang yang masih menjual terasi dengan zat pewarna kimia ini, karena dalam anggapannya tak mengandung resiko. Padahal, dalam jangka panjang. Sangat beresiko terhadap kesehatan. Karena itu, BBPOM juga akan terus melakukan pembinaan. “Lama-lama, terakumulasi menimbulkan gangguan kesehatan,” demikian Nengah.(bul)

Butuh Tindak Lanjut dari Pengawasan Tim Terpadu Dari Hal. 1 Ia memberi masukan agar produsen bahan pangan yang masih mencampur dengan zat berbahaya diproses secara hukum. Pola penindakan seperti ini akan membuat produsen tak akan melakukan perbuatan itu lagi di kemudian hari.” BBPOM sering kali merilis tentang temuan-temuan, namun sebatas peringatan. Coba teruskan temuan itu sampai pengadilan. Paling tidak pelaku usaha akan berpikir 10 kali lipat untuk melakukan tindakan itu,” kata Saleh. Pendekatan sanksi yang tegas dipandang sangat penting, karena ada kecenderungan bahwa temuan tim terpadu saat turun ke lapangan sama saja dari tahun ke tahun. Ia menuturkan, pernah beberapa tahun lalu YLKI NTB bersama Dinas Per-

dagangan NTB mendorong proses hukum salah seorang produsen bakso basah di Kota Mataram. Produsen bakso tersebut mencampur baksonya dengan boraks. Saat itu proses hukumnya sampai di pengadilan dan orang yang bersangkutan divonis dengan hukuman badan 2,5 bulan penjara. “ Ini adalah kali terakhir. Jangan sampai anak cucu saya melakukan hal yang sama,” kata Saleh menirukan ucapan produsen bakso tersebut setelah mengakui dan menyesal dengan perbuatannya. Menurutnya, jika tidak ada tindakan tegas seperti itu, produsen berpotensi akan tetap melakukan hal yang sama di kemudian hari. Sebab ada keuntungan bisnis dari cara-cara yang melanggar aturan tersebut. Dari sudut pandang YKLI,

konsumen harus dilindungi dari pengaruh negatif zat-zat yang berbahaya bagi tubuh. Kepada Polda NTB, YLKI juga memberi masukan agar lembaga penegak hukum tersebut melakukan tindakan hukum yang sesuai dengan perbuatan produsen. Jika produsen bahan pangan sudah diberikan peringan oleh tim terpadu, selanjutnya mereka mengabaikannya, Polda NTB yang masuk dalam tim itu juga berhak melakukan tindakan yang tegas. “ Kita harapkan Polda tidak ikut sepakat dengan apa yang dilakukan oleh leading sektornya dalam hal tindak lanjut dari temuan-temuan tersebut. Jika ada temuan seperti itu, apa kelanjutannya. Untuk apa selama ini hanya mengawasi-mengawasi saja, tidak ada tindaklanjutnya,” katanya.(ris)

Produk NTB Diklaim Aman, Waspadai Terasi dan Kerupuk Luar Dari Hal. 1 tim dalam sidak di lapangan juga menemukan kerupuk yang mengandung zat berbahaya. “Cuma terasi kemarin ditemukan, kalau sudah dijadikan sambal untuk pelecing tidak bisa dilihat. Tetapi kemarin masih samar, tidak terlalu padat,” jelasnya. “Dalam mengawetkannya mereka menggunakan bahan pengawet dan Rhodamin B untuk pewarnanya,” tambahnya. Meski demikian, ujarnya, terasi dan kerupuk berbahaya yang ditemukan, merupakan produk dari luar bukan dari NTB, karena di NTB tidak ada tempat produksinya. Untuk itu, pihaknya bersama BBPOM sedang melakukan penelusuran terkait asal terasi

dan kerupuk yang diperjualbelikan di sejumlah pasar, khususnya di Pasar Mandalika dan beberapa pesar lainnya. Pada kesempatan ini, Selly menegaskan, jika terasi yang dibuat di NTB, khususnya dijual di Pasar Mandalika, aman dikonsumsi, karena sudah dilakukan pengujian oleh BBPOM dan Dinas Ketahanan Pangan. “Justru terasi dari luar ini berbahaya,” ujarnya. Menurutnya, beredarnya produk makanan dari luar dikarenakan permintaan dalam daerah tinggi, sedangkan ketersediaannya kurang. Terutama bahan baku pembuatan terasi masih kurang, sehingga harus didatangkan dari berbagai daerah. “Proses pembuatannya kita tidak tahu dan karena buatnya sudah lama mungkin pakai pen-

gawet,” papar Selly. Pengawasan memang masih menyasar pada IKM dalam skala kecil dan sekarang harus ditelusuri ke produsennya. “Motongnya itu di produsennya, di hulunya, kita tanya mereka dan itu masih kita telusuri,”terangnya. Sementara untuk takjil di bulan Ramadhan ini, pihaknya menjamin semuanya aman dikonsumsi tidak seperti beberapa tahun lalu. Di mana dulu masih banyak ditemukan pedagang menggunakan pewarna atau bahan tambahan makanan lainnya yang berbahaya. “Misalnya kolak aman, masih menggunakan sirup dan gula pasir. Pembinaan terus kita lakukan,” kata Selly. Adanya pembinaan terutama dari dinas, pelaku IKM juga sudah

mulai sadar bahwa penggunaan bahan berbahaya tidak baik bagi kesehatan. Apalagi didukung dengan harga bahan baku seperti gula dengan harga di bawah Harga Eceran Tertinggi. Sama juga dengan pewarna makanan yang murah dan mudah didapatkan. Pihaknya juga sudah melakukan pengawasan di beberapa tempat dan semuanya aman. Dari indikator ini, kesadaran IKM sudah semakin besar dari tahun-tahun sebelumnya. “Mungkin kemarin karena ketidaktahuan mereka makanya menggunakan bahan itu,” sebutnya. Untuk itu, adanya pengadaan pasar murah, bisa mendekatkan konsumen dengan distributor langsung dan bisa mendapatkan harga barang dengan harga yang murah. (uul)

Pemimpin Umum: Agus Talino Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Raka Akriyani Redaktur Pelaksana: Marham Koordinator Liputan : Akhmad Bulkaini Redaktur : Marham, Zainudin Syafari, Akhmad Bulkaini Staf Redaksi Mataram : U'ul Efriyanti Prayoba Lombok Barat: M.Haeruzzubaidi, Lombok Tengah : Munakir. LombokTimur: Rusliadi, Yoni Ariadi. KLU : Johari. Sumbawa Barat : Heri Andi. Sumbawa : Arnan Jurami, Indra Jauhari. Dompu : Nasrullah. Bima : Rafiin.Tim Grafis : A.Aziz (koordinator), Didik Maryadi, Jamaludin, Mandri Wijaya Kantor Redaksi : Jalan Bangau No. 15 Cakranegara Telp. (0370) 639543, Facsimile: (0370) 628257.Tarif Iklan : Iklan Baris : Rp 20.000/baris Min 2 baris max 10 baris (1 baris 30 character). Display B/W (2 kolom/lebih): Rp 30.000/mmk. Display F/C : Rp 35.000/mmk. Iklan Keluarga : Rp 20.000./mmk. Iklan Advertorial : Rp 15.000/mmk. Iklan NTB Emas (1 X 50 mmk): Rp 500.000/bulan (25 X muat). Iklan Peristiwa : Rp 350.000/kavling. Alamat Bagian Langganan/Pengaduan Langganan: Jalan Bangau No. 15 Cakranegara Telp. (0370) 639543, Facsimile: (0370) 628257. Harga Langganan: Rp 85.000 sebulan (Pulau Lombok) Rp 90.000 sebulan (Pulau Sumbawa), Pembayaran di muka. Harga eceran Rp 5.000. Terbit 1 kali se-minggu. Penerbit: PT Suara NTB Pers. Percetakan: PT Bali Post.

Ekbis NTB

 Wartawan Ekbis NTB selalu membawa tanda pengenal, dan tidak diperkenankan menerima/meminta apa pun dari nara sumber.


Ekbis NTB

Ekbis NTB Senin, 28 Mei 2018

3

RUKO - VILA - KOST

500.000

Rp. 995 Jt


Ekbis NTB

Ekbis NTB Senin, 28 Mei 2018

4

Wuling Cortez 1.5 Diluncurkan Konsumen Disiapkan Potongan Harga,Tiga Tahun Gratis Servis dan Material SETELAH dinanti-nanti, Cortez 1.5 akhirnya resmi diluncurkan. PT. Hanawa Mobilindo Utama resmi menghadirkan generasi teranyar Wuling Motors sebagai warna baru bagi industri otomotif di tanah air, di NTB khususnya. Cortez 1.5 menjadi pilihan yang sangat menarik bagi konsumen yang membutuhkan kendaraan keluarga yang lebih luas, nyaman, berspesifikasi tinggi, dengan harga yang cukup kompetitif. Peluncurannya di Lombok, akhir pekan kemarin sekaligus dirangkai dengan kegiatan buka puasa bersama konsumen – konsumen loyal Wuling Motors di Lombok. Branch Manager PT. Hanawa Mobilindo Utama, Suhud Budiman didampingi SPV PT. Hanawa Mobilindo Utama Mataram, I Dewa Saputra menegaskan, siap memberikan pelayanan terbaiknya bagi masyarakat NTB. Wuling Cortez 1.5 ini hadir dengan dua tipe, S dan C. Mesin kapasitas ruang bakar 1500cc DOHC Inline 4 silinder yang mampu menghasilkan tenaga maksimal 110 hp pada 5.800 rpm dan torsi 142 Nm pada 3.800 hingga 4.400 rpm. Mesin ini disalurkan ke roda depan dengan menggunakan transmisi manual 6 percepatan. Salah satu yang unggul dari mobil ini adalah sistem pengereman sudah menggunakan cakram di roda depan dan belakangnya, dilengkapi dengan teknologi ABS maupun EBD, salah satu kelebihan yang tidak dimiliki oleh mobil sejenis. Suspensi menggunakan McPherson Strut Coil Spring, Independent Suspension depan dan Coil Spring, Semi-Independent Suspension belakang. Untuk kenyamanan pengemudi dilengkapi pula dengan fitur Rack & Pinion,

Electric Power Steering(EPS). Sisi interior kian nyaman dengan dilengkapi AC Double Blower yang memberikan kesejukan hingga kepenumpang paling belakang . Velg menggunakan Alloy Wheel berukuran 16 inch. Untuk tipe C, atau tipe tertinggi menggunakan Velg Two Tone. Pilihan warnanya Burgundy Red, Sand Brown, Starry Black, Dazzling Silver dan Pristine White. Interiornya menyediakan ruang yang cukup luas dan lebar, kapasitas delapan kursi. Di NTB, penjualannya ditargetkan sampai 250 unit setahun, setara 25 unit keluar sebulan, kata Suhud. Keyakinannya kuat, Wuling Cortez 1.5 ini akan mampu mencuri perhatian. Sebab keunggulannya pada spek dan harga yang terjangkau, dibandingkan kompetitornya. “Ini menjadi sangat mungkin menjadi pilihan masyarakat Indonesia, tanpa terkecuali di NTB, kendaraan yang fashionable, dan pelayanan kepada konsumen semaksimal mungkin,” ujarnya. Servis diberikan gratis selama tiga tahun, penggantian oli, serta materialnya. Konsumen hanya tinggal pakai. Dewa Saputra menambahkan, untuk pemesanan selama Ramadhan ini, konsumen akan diberikan potongan harga hingga Rp 5 juta, dari harganya Rp209,8 juta untuk tipe S, dan

Rp219,8 juta untuk tipe C. “Kami siapkan diskon spesial, pelayanaan spesial kepada konsumen. Konsumen hanya beli, selama tiga tahun, kami yang rawat,” jelas Dewa. Pemesanan tak membutuhkan waktu lama, stoknya ready untuk NTB. Pemesanan saat itupun, unit langsung diantarkan. Dewa menambahkan, sangat meyakini Wuling Cortez 1.5 akan menggebrak pasar otomotif NTB. Mengingat, generasi sebelumnya, Wuling Cortez 1.8 juga telah telah cukup banyak meluncur di jalanan di provinsi ini. Saat peluncurannya, Wuling

Cortez 1.5 ini langsung dipesan. Mereka rata-rata meyakini, produk Wuling Motors adalah pilihan terbaik. Dari beberapa testimoni konsumen, baik pelaku pariwisata, niaga, menyimpulkan kehadiran produk Wuling Motors sangat sesuai dengan kebutuhannya. (bul/*)

Branch Manager PT. Hanawa Mobilindo Utama, Suhud Budiman (kanan), dan SPV PT. Hanawa Mobilindo Utama Mataram, I Dewa Saputra (kiri) saat peluncuran Wuling Cortez 1.5 di Mataram.

Galeri Peluncuran Wuling Cortez 1.5 di Mataram

Sukses, Seminar Nasional Bendungan Besar 2018 SEMINAR Nasional Bendungan Besar 2018 berjalan sukses. Kegiatan yang diikuti ratusan ahli bendungan dan ahli berbagai disiplin ilmu terkait hadir mensukseskan gawe besar yang dilaksanan di Mataram dari tanggal 25 – 27 Mei 2018 ini. Empat pembicara kunci, Ir. Imam Santoso, M.Sc (Plt. Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR), Prof. Dr. Pierre Y. Julien (Colorado State University), Chien – Hsin Lai, Ph.D (Director General Water Resources Agency, Ministry Of Economic Affairs, ROC – Taiwan) dan Ir. Yusron Saadi, ST., M.Sc., Ph.D (Universitas Mataram). Dari Seminar Nasional Bendungan Besar 2018 ini, seluruh pihak diharapkan lebih memahami arti dan manfaat bendungan untuk kesejahteraan masyarakat, adanya peningkatan kompetensi sumber daya manusia dalam menghadapi segala bentuk tantangan dalam peningkatan kualitas pembangunan dan pengelolaan bendungan baik untuk bendungan air maupun bendungan limbah tambang. Ditengah aspek sosial dan lingkungan, isu teknis yang sedang berkembang, pengelolaan bendungan, pen-

gelolaan kualitas dan kuantitas air pada bendungan merupakan beberapa hal yang menjadi tantangan terkini dalam meningkatkan kualitas pembangunan dan pengelolaan bendungan. Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi diwakili Sekda NTB, H. Rosiady Sayuti secara terbuka menyampaikan apresiasi pemerintah daerah terhadap kegiatan ini. Semua pihak, tanpa terkecuali menurutnya harus memahami betul manfaat bendungan sebagai simbol peradaban. “Keberadaan bendungan ini menujukkan sebuah peradaban. Karena manfaatnya sangat besar terhadap aspek sosial dan ekonomi. Kita bisa swasembada pangan karena bendungan,” kata Rosiady. Menteri PU PR, M. Basuki dalam pidato resmi yang dibacakan Sekretaris Jenderal Kementerian PU PR, Anita Firmanti menyatakan, Indonesia harus bekerja keras mengejar ketertinggalan jumlah bendungan yang belum sesuai dengan potensi sumber daya air yang mencapai 3,9 triliun meter kubik per tahun. Saat ini, Indonesia memiliki 231 bendungan, dimana jumlah tersebut masih sangat sedikit dibandingkan dengan potensi air yang dimiliki. Potensi sumber daya air yang mencapai triliunan meter kubik

per tahun tersebut tidak tersebar secara merata antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Kondisi tersebut menyebabkan ada wilayah sering dilanda kekeringan pada musim kemarau, dan ada wilayah yang sering dilanda banjir pada musim penghujan. Di samping itu, pemanfaatannya juga belum optimal sehingga sebagian besar air masih terbuang ke laut tanpa dimanfaatkan terlebih dahulu. “China memiliki potensi sumber daya air hampir sama dengan Indonesia, namun memiliki tidak kurang dari 98.000 bendungan. Itu menunjukkan bahwa Indonesia masih harus berupaya keras untuk mengejar ketertinggalan,” ujarnya. Untuk menjawab permasalahan tersebut, kata Anita, salah satunya diperlukan pembangunan dan pemanfaatan bendungan yang memiliki fungsi untuk dapat menampung ketersediaan air pada musim kering dan mengendalikan banjir pada musim penghujan. Upaya tersebut bisa terwujud melalui peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kompetensi atau kompeten di bidangnya. Bukan hanya membangun tetapi juga dalam merawat bendungan dan menjaganya dari ancaman bencana. “Saya bangga Indonesia sudah memiliki wadah untuk

pengembangan SDM bidang bendungan, yaitu Komite Nasional Indonesia Bendungan Besar (KNI BB). Saya berharap setiap pelaku perencana hingga pengelola bidang bendungan harus memiliki keahlian khusus yang dibina oleh lembaga sertifikasi terkait,” ujarnya. Menurutnya, peran KNI-BB sangat diharapkan untuk menjadi garda terdepan dalam menciptakan SDM yang lebih profesional dan militan serta tanggap terhadap bencana bendungan. Para ahli bendungan juga diharapkan memiliki sertifikat keahlian atau SKA teknik bendungan besar sebagai pengakuan dan legitimasi bahwa tenaga ahli tersebut kompeten dan memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas di bidang bendungan besar sesuai klasifikasi dan kualifikasinya. Para ahli bendungan tersebut ke depannya harus lebih hebat dan inovatif. Tidak hanya dalam merencanakan dan membangun bendungan, tetapi juga harus pandai memahami kaidah-kaidah teknis dalam mengantisipasi ancaman terhadap bedungan. “Saat ini, baru 52 persen yang bersertifikat dari 1.651 orang anggota KNI-BB. Kami berharap terus bertambah karena pembangunan bendungan terus ditingkatkan. Dan saat ini kita pada

posisi 49 bendungan dari 65 yang direncanakan selama 5 tahun (2015-2019),” kata Anita. Melalui seminar nasional bendungan besar ini, diharapkan dapat menjadi ajang pertukaran pemikiran dan inovasi yang lebih konfrehensif sehingga dapat menciptakan dan melahirkan ide-ide baru dalam pembangunan, pengelolaan dan pemanfaatan bendungan besar secara optimal. Ketua Umum KNI-BB Ir Hari Suprayogi, M. Eng juga dalam sambutannya menyampaikan, KNI-BB terus memperbanyak jumlah asesor guna mempercepat pelayanan asesmen dalam mencetak tenaga ahli bendungan bersertifikat. Jumlah asesor pada awalnya hanya empat orang. Namun melalui kerja sama dengan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN) pada 2017, telah ditambah menjadi 17 asesor. Kemudian pada April 2018, kembali dicetak 4 orang asesor sehingga total ada 25 asesor yang sudah ada. Pihaknya juga terus menerus melakukan regenerasi anggota Komite Eksekutif yang saat ini berjumlah 37 orang. Selain itu, apabila dimungkinkan akan mengusulkan regenerasi keanggotaan Komisi Keamanan Bendungan mela-

lui program magang atau mekanisme lainnya. Hal itu, menurut Hari, dipandang perlu mengingat jumlah anggota Komisi Keamanan Bendungan yang terbatas. Kondisi tersebut dirasa tidak proporsional dengan jumlah kegiatan besar yang harus diselesaikan dalam waktu singkat. Antara lain, sertifikasi desain, sertifikasi pengisian awal, dan sertifikasi operasi bendunganbendunan yang dilaksanakan pembangunannya sejak kurun waktu 2015-2019. “Dan lebih dari 200 bendungan besar eksisting yang harus segera dilakukan sertifikasi operasi dan pemeliharaan. Juga dinamika pelaksanaan bendungan di lapangan yang semakin kompleks dan penuh tantangan,” ujarnya. Beberapa kegiatan akselerasi yang dilakukan juga untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas para ahli bendungan. Kerja sama dengan perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta berupa peningkatan kapasitas yang berupa tenaga pengajar teknik bendungan besar. Selain itu juga, lanjut Hari, dilakukan kegiatan seminar, pelatihan, bimbingan teknis dan sertifikasi keahlian bagi para insinyur dan sarjana teknik melalui kerja sama dengan beberapa elemen, seperti Pusat

Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). “Kami juga menjalin kerja sama dengan Pusdiklat Sumber Daya Air, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), maupun BWS, pengelolaan bendungan, dan para penyedia jasa konstruksi maupun konsultasi teknis di seluruh Indonesia,” kata Hari. Pada kesempatan itu, ia menyebutkan jumlah tenaga ahli bendungan yang sudah bersertifikat sampai dengan April 2018, sebanyak 863 orang, dengan rincian ahli utama 105 orang, ahli madya 252 orang, ahli muda 379 orang, dan ahli pemula 127 orang. Ada juga yang masih berproses di sekretariat sebanyak 180 orang. Secara keseluruhan jumlah pemegang sertifikat di bidang bendungan besar adalah 52,27 persen dari total sebanyak 1.651 orang anggota KNI-BB. Oleh karena itu, menurut Hari, masih diperlukan banyak pemegang sertifikat keahlian bidang bendungan besar untuk ikut berpatisipasi dalam menyukseskan program prioritas nasional pembangunan 65 bendungan yang dibangun selama 5 tahun (2015-2019). (bul/*)

Serangkaian Kegiatan Seminar Nasional Bendungan Besar 2018 dan Kegiatan BWS Nusa Tenggara I


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.