Edisi Senin 28 Mei 2018 | Ekbis NTB

Page 1

MINGGUAN TERBIT SEJAK 15 AGUSTUS 2016 E-mail: ekbisntb@gmail.com

SENIN, 28 MEI 2018

Ekbis NTB

4 HALAMAN NOMOR 33 TAHUN KE 2 TELEPON: Iklan/Redaksi/ Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257

Kekuatan Ekonomi dan Dunia Usaha NTB ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Wuling Cortez 1.5 Diluncurkan

Konsumen Disiapkan Potongan Harga, Tiga Tahun Gratis Servis dan Material SETELAH dinanti-nanti, Cortez 1.5 akhirnya resmi diluncurkan. PT. Hanawa Mobilindo Utama resmi menghadirkan generasi teranyar Wuling Motors sebagai warna baru bagi industri otomotif di tanah air, di NTB khususnya. Halaman 4.

Sukses, Seminar Nasional Bendungan Besar 2018 SEMINAR Nasional Bendungan Besar 2018 berjalan sukses. Kegiatan yang diikuti ratusan ahli bendungan dan ahli berbagai disiplin ilmu terkait hadir mensukseskan gawe besar yang dilaksanan di Mataram dari tanggal 25 – 27 Mei 2018 ini. Halaman 4

Tingkatkan Anggaran Edukasi

(Ekbis NTB/uul)

DADAKAN - Pedagang dadakan di Kota Praya menjual berbagai macam makanan untuk berbuka puasa.

KALANGAN legislatif sangat prihatin jika masih ada temuan zat-zat berbahaya dalam bahan pangan. Temuan zat berbahaya meskipun masih dalam takaran yang kecil tetap akan mengkhawatirkan konsumen. Komisi V DPRD NTB mendorong agar SKPD terkait meningkatkan porsi anggaran untuk sosialisasi dan edukasi pemilihan bahan pangan yang baik bagi masyarakat. Anggota Komisi V DPRD NTB Hj. Suryahartin kepada Ekbis NTB mengatakan, SKPD terkait seperti Dinas Kesehatan memiliki peran yang penting untuk melakukan sosialisasi penggunaan bahan pangan yang aman. Masyarakat yang sadar akan pangan yang ideal pasti akan mencari makanan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

Bersambung ke hal 2

Waspadai Takjil Menggunakan Bahan Berbahaya Ramadhan memberikan berkah bagi masyarakat. Setiap sore, jalan-jalan kampung, jalan kompleks perumahan hingga jalan protokol dipenuhi pedagang dadakan. Mereka menjual berbagai macam keperluan untuk berbuka puasa (takjil) yang menggugah selera. Namun, dalam membeli takjil kita harus waspada dan teliti. Karena tidak menutup kemungkinan mengandung zat yang membahayakan kesehatan. ANEKA takjil berupa jajanan atau minuman berjejer dijajakan di lapak pedagang takjil dadakan di salah satu jalan protokol di Kota Praya Lombok Tengah. Pembeli tampak memilih-milih takjil ataupun lauk pauk untuk menu berbuka. Wia, salah seorang pembeli takjil, mengaku, setiap 2 hari sekali selama puasa selalu menyempatkan diri untuk membeli jajanan sebagai menu berbukanya. “Soalnya jajanannya enak buat dimakan saat berbuka,” akunya. Wia sudah biasa membeli aneka kue, sehingga yakin dengan keamanan bahan baku untuk kue tersebut. Apalagi pedagang tempatnya biasa membeli merupakan langganannya dari zaman sekolah dulu. “Jadinya saya yakin aman akan kualitas dan rasanya. Soalnya tidak mungkin sampai belasan tahun jadi langganan kalau dia pakai bahan yang macammacam (zat berbahaya),” katanya. Jaminan takjil yang dijual aman dari zat berbahaya dipertegas Heru – salah satu pedagang aneka jajanan kue basah. Menurutnya, semua bahan yang digunakannya untuk membuat takjil merupakan bahan layak dan aman untuk dikonsumsi. “Semua pewarna makanan

di kue buatan saya merupakan pewarna yang biasa dijual di toko atau pasar, toh mudah didapatkan,” jelasnya. Ia tidak mungkin bisa memiliki banyak langganan sampai bertahun-tahun, jika di produknya menggunakan bahan berbahaya. Baginya, kepercayaan pelanggan adalah hal utama dalam berdagang. Selain itu, di Kota Praya sudah tidak ada lagi menemukan bahan makanan berbahaya, seperti pewarna tekstil atau lainnya. Hal ini menyebabkan pedagang makanan tetap menggunakan pewarna makanan yang dianjurkan pihak berwenang. “Lombok kan bukan kota industri seperti di Jawa makanya mudah ditemukan pewarna tekstil di situ (Pulau Jawa, red). Di sini (Lombok, red) sudah hampir tidak ada. Orang di sini tahunya juga dari TV bukan, karena lihat langsung,” ujar Heru. Senada dengan Heru, Mega, penjual takjil di Praya juga mengatakan hal yang sama. Dirinya menggunakan bahan-bahan baku layak konsumsi dan biasa dijual di pasaran untuk semua takjil jualannya. Biasanya ia bersama teman-temannya menjual aneka gorengan, salad, es, bubur, kolak, dan lauk-pauk lainnya setiap sore selama bulan puasa ini. “Barang jualan di sini dibuat oleh ibuibu di sekitar rumah dan kami bertugas menjualnya,” tuturnya. Untuk itu, ia sangat yakin dengan kebersihan dan keamanan produknya. Bahkan 2 hari lalu juga, lapak jualannya didatangi oleh BBPOM dan Dinas Kesehatan Lombok Tengah untuk diuji kelayakan produk. Hasil pengujian pun menunjukkan bahwa barang dagangannya aman dan bebas bahan berbahaya. “BBPOM juga memberikan kita surat edaran tentang apa saja bahan berbahaya untuk makanan, makanya kita tidak berani menggunakan bahan macam-macam,” kata Mega.

Bersambung ke hal 2

Suryahartin (Ekbis NTB/ris)

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Butuh Tindak Lanjut dari Pengawasan Tim Terpadu

Berisiko Merusak Fungsi Hati PENGANAN mengandung zat kimia dilarang keras di konsumsi. Dalam jangka panjang, risiko kesehatannya akan merusak fungsi hati. Hal ini dikatakan dr. Nurhandini Eka Dewi. Mantan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB ini menyorot masih adanya penganan yang mengandung zat kimia berbahaya. Meskipun persentasenya sangat kecil. Campuran pengawet, boraks dan formalin diketahui saat ini telah tak lagi dipakai oleh produsen-produsen pangan. Yang masih menjadi PR, penganan yang masih menggunakan campuran pewarna tekstil. Biasanya ditemukan pada campuran terasi. Meski inipun juga sudah mampu diminimalisir.

Nurhandini Eka Dewi (Ekbis NTB/dok)

Bersambung ke hal 2

TIM Terpadu yang terdiri dari BBPOM Mataram, Dinas Perdagangan, dan Polda NTB semakin rajin melakukan pengawasan bahan pangan di sejumlah pasar tradisional di bulan Ramadhan ini. Dari hasil pengawasan masih saja ditemukan bahan pangan yang mengandung zat-zat berbahaya seperti Rhodamin B dan boraks. Terkait dengan temuan tersebut, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) NTB meminta agar tim terpadu, terutama yang memiliki kewenangan untuk melakukan penindakan agar menindaklanjuti temuan tersebut sesuai dengan ketentuan. Penindakan tersebut dipandang efektif untuk memberi efek jera bagi produsen yang masih mencampur bahan pangan dengan zat berbahaya. Ketua YLKI NTB M. Saleh kepada Ekbis NTB mengatakan, produsen bahan pangan sepertinya semakin berani melawan petugas lantaran tidak adanya tindaklanjut dari temuan-temuan di lapangan. Padahal kegiatan sidak atau pengawasan keamanan bahan pangan ini secara rutin digelar oleh BBPOM serta para pihak lainnya.

Bersambung ke hal 2

M. Saleh (Ekbis NTB/dok)

BBPOM Pastikan Takjil Aman dari Zat Berbahaya Produk NTB Diklaim Aman, Waspadai Terasi dan Kerupuk Luar

(Ekbis NTB/dok)

BALAI Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) di Mataram memastikan aneka ragam takjil yang dijajakan di musim puasa ini sangat aman di konsumsi. Belum ada temuan takjil mengandung zat berbahaya, atau sejenisnya yang membahayakan bagi kesehatan. Memasuki bulan Ramadhan tahun ini, BBPOM Mataram intens turun ke lapangan, mengawasi sekaligus melakukan pengujian terhadap panganan puasa. Baik yang dijajakan di pinggir-pinggir jalan, maupun yang ditawarkan di pasar tradisional. ‘’Di Kota Mataram hampir sebagian besar produk yang dijual pedagang telah dilakukan uji. Hasilnya, nihil penganan mengandung zat berbahaya, Lombok Tengah juga telah dilakukan sebagian, Lombok Timur, Sumbawa dan Sumbawa Barat juga telah dilakukan pengawasan,’’ ujar Kepala BBPOM Mataram, Ni Gusti Ayu Nengah Suarningsih kepada media ini. Pengawasan semacam ini rencananya akan terus dilakukan. Tidak hanya sekali dua kali, selama bulan puasa ini BPOM akan melakukan uji. Harapannya, agar penganan yang dikonsumsi oleh masyarakat benar-benar penganan yang terjamin dari aspek kesehatannya. Sementara ini, takjil sudah dinyatakan aman, hanya saja yang masih jadi temuan, Ni Gusti Ayu Nengah Suarningsih

Bersambung ke hal 2

INSPEKSI mendadak (sidak) Satgas Pangan beberapa waktu lalu di sejumlah pasar di NTB menemukan terasi dan kerupuk dengan kandungan berbahaya harus jadi peringatan bagi kita untuk hati-hati membeli kebutuhan takjil atau makanan berbuka. Bagaimana tidak, terasi yang dibeli di pasar dan mengandung zat berbahaya saat diolah menjadi produk siap dikonsumsi bisa berbahaya bagi kesehatan. Apalagi, banyak takjil atau keperluan berbuka, seperti pelecing, sayur asam dan olahan lainnya menggunakan terasi yang dibeli di pasar. Tidak menutup kemungkinan, pelecing atau makanan yang dibeli di pedagang takjil, karena ketidaktahuan pedagang menggunakannya sebagai pelengkap masakan. Akibatnya, masyarakat yang tidak tahu apakah produk yang dikonsumsi itu mengandung zat berbahaya membelinya untuk berbuka atau makan. Hal ini diakui Kepala Dinas Per-

(Ekbis NTB/dok)

SIDAK - Kepala Dinas Perdagangan NTB Hj. Putu Selly Andayani bersama Kepala BBPOM Ni Gusti Ayu Nengah Suarningsih saat sidak makanan berbuka di Pasar Kebon Roek belum lama ini. Pada sidak ini, tim menemukan terasi dan kerupuk mengandung zat berbahaya. dagangan (Disdag) NTB Hj. Putu Selly Andayani. Kepada Ekbis NTB pekan kemarin, mantan Penjabat Walikota Mataram ini, mengaku, saat sidak bersama dengan BBPOM dan beberapa instansi

menemukan terasi yang dipergunakan untuk sambal pelecing mengandung zat berbahaya Rhodamin B. Tidak hanya itu,

Bersambung ke hal 2

Hj. Putu Selly Andayani (Ekbis NTB/uul)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Edisi Senin 28 Mei 2018 | Ekbis NTB by e-Paper KMB - Issuu