Edisi 13 Nopember 2017 | Ekbis NTB

Page 1

MINGGUAN TERBIT SEJAK 15 AGUSTUS 2016 E-mail: ekbisntb@gmail.com

SENIN, 13 NOVEMBER 2017

Ekbis NTB

4 HALAMAN NOMOR 12 TAHUN KE 2 TELEPON: Iklan/Redaksi/ Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257

Kekuatan Ekonomi dan Dunia Usaha NTB

KERIS merupakan salah satu tradisi dari nenek moyang yang keberadaannya dilengkapi dengan berbagai kepercayaan akan daya magis bagi sang pemiliknya. Apalagi sejak keris diakui UNESCO sebagi warisan budaya non-bendawi sejak tahun 2005 semakin menambah minat para pecinta dalam mengoleksi keris. Halaman 2

Sejumlah SPBU Segera Terapkan Pembayaran Uang Elektronik

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Lestarikan Tradisi Lewat Samplengan Keris

Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) secara nasional semakin gencar disuarakan. Sistem pembayaran dengan uang elektronik akan diberlakukan hingga ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Sembilan SPBU di Kota Mataram akan dijadikan percontohan dengan pembayaran menggunakan kartu. Halaman 4

Lulus Kuliah, Cari Kerja Susah

Prof Mansur Afifi

CARI KERJA Para pencari kerja memadati bursa kerja yang digelar Disnakertrans beberapa waktu lalu. Minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia, membuat lulusan perguruan tinggi atau SMA/SMK sulit mendapatkan pekerjaan yang cocok.

Tidak Bisa Sampai Nol Persen TINGKAT pengangguran terbuka di Provinsi NTB mengalami tren penurunan jika melihat angka-angka statistik. Kondisi pengangguran di NTB Bulan Agustus tahun 2017 ini sebanyak 79,449 orang atau lebih baik daripada Agustus tahun lalu yang berjumlah 97 ribu lebih. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPK) pada Agustus tahun lalu sebesar 3,94 persen, turun menjadi 3,32 persen. Meski terus mengalami perbaikan, angka pengangguran itu tidak akan bisa mencapai nol persen karena adanya sejumlah faktor. Pengamat Ekonomi dari Universitas Mataram (Unram) Prof. Mansur Afifi kepada Ekbis NTB mengatakan, pengangguran itu memiliki beberapa jenis, misalnya pengangguran musiman, struktural dan lain sebagainya. Pengangguran struktural muncul apabila keterampilannya sudah tak diperlukan lagi. “ Misalnya tukang ketik atau pekerjaan lain yang semakin banyak tidak dipakai lagi, itu yang menyebabkan orang menganggur,” katanya. Selanjutnya, terus munculnya angka pengangguran juga bisa disebabkan seseorang baru lulus dari pendidikannya. Saat pencacahan sebelumnya dia tercatat sebagai bukan angkatan kerja, karena masih sekolah atau kuliah, maka setelah menyelesaikan pendidikannya dan belum mendapat pekerjaan, dia termasuk dalam kategori pengangguran. “ Sehingga tidak mungkin angka pengangguran terbuka itu menjadi nol persen. Kalau di negara maju ditetapkan bahwa angka pengangguran terbuka itu tidak mungkin kurang dari 4 persen. Itu kesepakatan para ekonom di negara maju. Itu pasti ada orang nganggur setiap saat, tidak mungkin tidak ada orang nganggur,” katanya. Pengangguran juga bisa lahir dari para pekerja yang kontraknya sudah habis. Misalnya tukang bangunan. Saat proyeknya sudah selesai, dia tercatat sebagi pengangguran baru. “Namun secara umum saya melihat perkembangannya semakin bagus karena pengangguran itu menurun,” katanya.

Kesulitan para lulusan khususnya sarjana mencari pekerjaan di tengah persaingan yang ketat menjadi masalah, terutama bagi para lulusan baru. Adanya gelar atau titel yang disandang tidak menjamin mereka bisa langsung diterima pasar kerja. Sementara orang tua dan orang di sekitarnya menuntut mereka harus mendapatkan pekerjaan. Belum lagi, lapangan pekerjaan sangat sulit di tengah kondisi perekonomian saat ini. DIWISUDA Oktober 2017, Oktalia P, salah seorang lulusan Fakultas Pertanian Universitas Mataram ini sudah merasakan bagaimana sulitnya mencari pekerjaan. Titel sarjana yang disandang tidak menjadi jaminan ia bisa langsung diterima kerja. Sebagai seorang sarjana, Oktalia tidak mau disebut pengangguran.

‘’Saya sudah nganggur terhitung 2 minggu sejak wisuda kemarin. Sekarang ini belum dapat kerja,” terangnya pada Ekbis NTB, pekan kemarin. Okta menuturkan, sangat ingin kerja kantoran. Sehingga ia berupaya memasukkan lamaran pekerjaan saat ada lowongan.

Bersambung ke hal 3

(Ekbis NTB/bul)

Jumlah Lulusan Tiap Tahun Bertambah

Pengangguran di NTB Menurun Sejalan dengan turunnya jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga mengalami penurunan. TPAK pada Agustus 2017 tercatat sebesar 68,49 persen. Turun 4,13 persen poin dibanding semester lalu dan turun sebesar 3,07 persen poin dibanding setahun yang lalu.

Bersambung ke hal 3

(Ekbis NTB/dok)

BADAN Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB baru-baru ini merilis keadaan ketenagakerjaan di Provinsi NTB. Tercatat bahwa pengangguran di NTB kondisinya menurun. Data resmi yang disampaikan Kepala BPS Provinsi NTB, Endang Tri Wahyuningsih menyebutkan, jumlah angkatan kerja NTB pada Agustus 2017 sebanyak 2.396.169 orang. Turun 124.505 orang dibanding Februari 2017 (semester lalu). Dan turun 68.162 orang dibanding Agustus 2016 (setahun yang lalu). Menurut data, penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 sebanyak 2.316.720 orang. Turun 106.720 orang dibanding keadaan semester lalu dan berkurang 50.590 orang dibanding keadaan setahun yang lalu. Sementara, jumlah pengangguran sebanyak 79.449 orang. Mengalami penurunan sekitar 17.775 orang dibanding semester lalu dan berkurang sebanyak 17.572 orang dibanding setahun yang lalu.’’Musim tembakau adalah salah satu faktor yang memicu pengangguran berkurang,’’ terangnya.

Endang Tri Wahyuningsih

lebih tinggi dibandingPENURUNAN kan jumlah pertumbujumlah angkatan kerja han mahasiswanya. di NTB tidak dibarengi ‘’Misalnya tahun 2016 dengan jumlah lulusan jumlah mahasiswa di dari sekolah maupun NTB mencapai 40 ribu perguruan tinggi yang naik menjadi 50 ribu di ada di NTB. Menurut tahun 2017. Tetapi 11 Kepala Dinas Pendidiribu yang DO itu kan bisa kan dan Kebudayaan menurun. Tetapi di sini Provinsi NTB, Drs. tidak pernah terjadi yang H.M.Suruji, jumlah luseperti itu,’’ kata Suruji. lusan sekolah dan perSuruji menyebutkan, guruan tinggi setiap jumlah lulusan sekolah tahunnya bertambah. yang tinggi tidak menKarena angka partisi(Ekbis NTB/dok) jamin semuanya terserpasi masyarakat selalu H. Muh. Suruji ap ke dunia kerja. “Kabertambah. ‘’Untuk SD angka partisipasinya lau yang itu, datanya ada di BPS. Semendekati 100%, demikian juga dengan dangkan di kita hanya ada jumlah lulusSMP, SMA/SMK/MA angka partisipas- an saja,’’ terangnya. Ia mengatakan, lulusan SMA/SMK inya juga bertambah. Dari 60% menjadi 80% dalam 10 tahun terakhir,’’ terangn- yang melanjutkan ke PT di NTB masih rendah, hanya mencapai 30% saja. Ada ya saat ditemui beberapa waktu lalu. Suruji mengatakan, jika jumlah lulu- beberapa faktor yang melatarbelakangi san dan peserta didik terus meningkat mereka tidak melanjutkan ke PT. ‘’Sepsetiap tahun, terutama untuk pendidi- erti jauhnya lokasi, faktor biaya sama kan SMA/SMK/MA. Menurut data Dik- orangtua mereka yang berpikir mereka bud dalam 10 tahun terakhir pertumbu- sudah dewasa sehingga bisa memilih han APK dan APM SMA/SMK d NTB hidupnya sendiri,’’ terangnya. Tetapi angka harapan pendidikan di meningkat. Dari data APK di semua kabupaten/kota dari angka 70% di tahun NTB termasuk tinggi, mencapai 13 tahun 2007/2008 meningkat menjadi 95% di artinya sudah mencapai perguruan tingtahun 2016/2017, sedangkan data APM gi. “Dari 5 orang responden, hanya 1 yang dari 74,55% meningkat menjadi 83,35%. ingin mencapai PT sedangkan yang lain“Sama juga dengan perguruan tinggi nya merasakan SMA saja,” kata Suruji. Setelah mereka lulus SMA, apakah yang tiap tahun peserta didiknya meningkat karena angka melanjutkan ke jen- mereka langsung terserap ke dunia kerja atau tidak bukan menjadi wewenang jang PT juga meningkat,” tukasnya. Kecuali jika angka drop-out (DO) jauh Dikbud lagi. “ (uul)

Bersambung ke hal 3

Investasi di Daerah Kurangi Pengangguran ANGKATAN kerja yang semakin hari semakin banyak menjadi sebuah tantangan pemerintah daerah dalam rangka menyediakan lapangan pekerjaan baru. Pengangguran biasa maupun pengangguran terdidik sama-sama harus dicarikan jalan keluar yang baik, sehingga mereka bisa bekerja sesuai dengan keahlian masing-masing. Wakil Ketua Komisi V Bidang Tenaga Kerja DPRD NTB H.MNS Kasdiono kepada Ekbis NTB mengatakan, investasi di NTB selama ini telah banyak menyerap tenaga kerja yang cukup signifikan. Hal ini bisa terlihat di Lombok bagian selatan, dimana geliat pariwisata mulai tampak bagus. Di tahun 1990-an, Lombok bagian selatan merupakan basis TKI, bahkan cukup banyak dari mereka yang berangkat bekerja ke luar negeri melalui jalur non prosedural. Namun sekarang trennya sudah menurun. Salah satu penyebabnya adalah berkembangnya daerah wisata Mandalika. Itu artinya bahwa investasi itu telah mengurangi pengangguran. “Memang yang masih menjadi persoalan di kita adalah tingkat pendidikan pencari kerja itu, antara 50 sampai 60 persen itu dimonopoli oleh angkatan kerja SD atau SD tidak tamat. Sampai di sana saja dulu. Tugas kita menjaga agar itu tidak lebih luas lagi,” katanya. Meskipun tingkat pendidikan angkatan kerja banyak yang rendah, namun mereka tetap mampu berkompetisi. Namun dengan syarat konsep mencari kerja di era pasar bebas harus diubah. Jika dulu, seseorang harus melamar kerja dengan menyodorkan curriculum vitae (CV) dan menyerahkan sepenuhnya kepada perusahaan terkait dengan besaran gaji yang diperoleh.

dirinya sendiri. Hal ini diketahui setelah dilakukan evaluasi secara berkala terhadap lulusan BLK. ‘’Bursa kerja untuk umum kita juga didukung APBN APBD. Termasuk bursa kerja untuk lulusan-lulusan SMK. Kita membuka jaringan untuk magang kerja di luar negeri, salah satunya ke Jepang. Dan kita berkoordinasi dengan investor-investor yang ada di NTB. Agar memprioritaskan tenaga kerja lokal. Kita lakukan terus menerus,’’ ujarnya. Melalui Kepala Bidang Penempatan dan Perluasan Kerja, Abdul Hadi, Wildan sependapat dengan data BPS yang mencatat penurunan angka pengangguran.

Bersambung ke hal 3

H. Wildan

Bersambung ke hal 3 ( Ekbis NTB/dok)

DINAS Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) NTB memaksimalkan dukungan APBD dan APBD untuk memfasilitas angkatan kerja mendapatkan pekerjaan yang layak. Baik di dalam maupun di luar negeri. Berbagai kegiatan penumbuhan wirausaha baru juga tak ketinggalan diperhatikan. Dengan harapan ruang-ruang kerja bagi angkatan kerja baru terbuka lebih banyak. Kepala Disnakertrans Provinsi NTB, Drs. H. Wildan menjelaskan banyak hal yang sudah diperbuat untuk menekan angka pengangguran sesuai tupoksinya. Fasilitas yang disiapkan adalah BLK NTB di Mataram salah satunya. Di mana, tahun lalu BLK Mataram meluluskan lebih dari 1000 angkatan kerja dan memiliki lisensi. Lulusan yang tidak ditampung dunia kerja, klaim Wildan telah mampu H. Muh. Amin membuka lapangan pekerjaan untuk

(Ekbis NTB/dok)

(Ekbis NTB/dok)

Fasilitasi Angkatan Kerja Dapat Pekerjaan yang Layak

H.MNS Kasdiono


2

Ekbis NTB Senin, 13 November 2017

Lestarikan Tradisi Lewat Samplengan Keris (Ekbis NTB/uul)

Suvenir wisuda dari flanel yang menjadi tren sekarang ini.

Gaya

Suvenir Flanel untuk Wisuda dan Mahar yang Mulai Tren BEBERAPA tahun belakangan, suvenir dan aksesori dari flanel mulai banyak diminati masyarakat, terutama untuk suvenir wisuda serta hantaran pernikahan. Seperti yang dilakukan oleh Baiq Aulia Purwanti, pemilik Sister Collection yang berlokasi di Wisma Seruni 4 No 14 Ampenan Kota Mataram ini sejak tahun 2011 menekuni bisnis dari kain flanel ini. “Awalnya iseng-iseng buat kreasi pernak-pernik dari flanel untuk dipakai sendiri, tetapi lama-lama banyak yang suka dan pesan,” terangnya saat dihubungi beberapa waktu lalu. Mala, panggilan akrabnya, menambahkan bahwa sebelumnya dirinya tidak pernah mengikuti kursus, murni hobi, sehingga dirinya belajar otodidak dari berbagai sumber. “Dinamakan Sister Collection karena bisnisnya saya kerjakan bersama saudara saya yang semuanya dikerjakan secara handmade,” terang perempuan 25 tahun ini. Ia mengatakan, saat awal mula usaha dirinya menerima pesanan aksesori dari flanel, baru kemudian ada yang memesan suvenir untuk pernikahan dan wisuda. “Kalau sekarang, tren kreasi flanel yang banyak diminati adalah buket bunga dan boneka profesi/boneka wisuda,” kata Mala. Perempuan yang juga berprofesi sebagai polisi di Polres Mataram Bagian Reskrim mengatakan jika untuk mahar pernikahan yang banyak diminati adalah mahar 2 dan 3 dimensi. “Kalau mahar 2 dimensi menggunakan frame foto biasa dan mahar 3 dimensi ada ruang di framenya, misalnya bentuk bunga dibuat seperti bentuk aslinya,” jelasnya. Ia menerangkan jika mahar 3 dimensi ini paling banyak diminati oleh konsumennya karena unik dan bentuknya yang seperti asli. “Kalau tema mahar yang banyak diminati itu mahar koin dengan lafaz Allah ditengahnya, kemudian yang 3 dimensi mahar rangkaian bunga uang kertas yang ada boneka profesi atau boneka pengantinnya,” kata Mala. Usaha yang masih dilakukan di rumah ini, tambahnya, konsumen bebas memilih bentuk yang diinginkan. “Bahan baku untuk buatnya kita beli di sini atau pesan di luar,” katanya. Ia menambahkan, pembeli bisa memesan pesanannya minimal H-3 untuk suvenir wisuda dan H-5 untuk mahar. Untuk harga suvenir wisuda dan mahar ini berbeda, mulai dari Rp 35 ribu untuk buker wisuda dan Rp 65 ribu untuk suvenir boneka. Sedangkan untuk mahar 2 dimensi mulai Rp 150 ribu dan mahar 3 dimensi mulai Rp 350 ribu tergantung kerumitannya.”Kalau untuk mahar mukena harganya mulai dari Rp 150 ribu,” kata Mala. Menurutnya, banyaknya usaha sejenis di kota Mataram tidak membuatnya merasa tersaingi. “Tinggal kita yang berusaha bagaimana caranya untuk menarik konsumen dan terus membuat karya baru dan menjaga mutu kerapian produk,” jelasnya. Ke depannya, Mala berharap usahanya bisa terus berkembang, sehingga bisa membantu banyak orang. “Bisa membuat lapangan kerja serta bisa menjadi pusat mahar di Lombok,” tukasnya. (uul)

Keris merupakan salah satu tradisi dari nenek moyang yang keberadaannya dilengkapi dengan berbagai kepercayaan akan daya magis bagi sang pemiliknya. Apalagi sejak keris diakui UNESCO sebagi warisan budaya non-bendawi sejak tahun 2005 semakin menambah minat para pecinta dalam mengoleksi keris. MAKA, tidak heran banyak pemilik keris rela mengeluarkan kocek yang dalam untuk mempercantik tampilan kerisnya. Di daerah Kamasan, Karang Baru, Mataram, terdapat salah satu sentra penyamplengan keris yang sudah banyak belasan tahun menekuni dunia itu. Adalah Willy Ahyar, pengelola Keris Art, menuturkan jika dirinya memilih penyamplengan keris untuk melanjutkan tradisi nenek moyang yang sudah ada di Kamasan yang sejak dahulu dikenal sebagai daerah pande. “Di sini dikenal sebagai daerah pande khususnya perak dan emas, sebelum kalah oleh daerah Sekarbela,” terangnya saat ditemui di rumahnya beberapa waktu lalu. Willy, panggilan akrabnya, menuturkan baru pada tahun 2001 dirinya serius menekuni bisnis penyamplengan keris dikarenakan kecintaannya akan keris. Sampleng keris sendiri merupakan penambahan logam, baik emas, perak, tembaga, dan lainnya, pada gagang dan sarung keris. Willy menjelaskan biasanya dirinya mengarahkan sang pemilik keris saat memesan untuk memilih motif yang cocok bagi kerisnya. “Pemesan membawa keris sendiri ke sini, sedangkan bahan baku kita yang menyediakannya,” terangnya. Keris Art juga melayani berbagai motif keris yang dikenal seperti motif Lombok, Bali,Sumbawa, Melayu dan Bugis. Motif inilah biasanya dipesan oleh konsumen. “Kalau motif Lombok memili-

ki ciri khas yaitu biji mentimun di bagian penyejer sarung keris, sedangkan warangka (gagang keris) motifnya hampir sama dengan motif Bali,” terang Willy. Sedangkan motif Melayu dan Bugis lebih banyak mengarah kepada motif tumbuhtumbuhan menjalar. Pengurus Paguyuban Keris Selaparang Mandalika Mataram ini menambahkan jika dalam pembuatan samplengan keris membutuhkan waktu kurang lebih 1-3 minggu tergantung tingkat kesulitan motif yang dipesan dengan dibantu 6 orang pegawainya. Biasanya setelah dilakukan penyamplengan, logam akan diberikan suatu obat khusus yang membuat tampilannya terlihat antik dan berkelas. “Kalau masalah harga, kisarannya mulai dari Rp 1 jutaan tergantung bahan yang digunakan,” kata Willy. Biasanya konsumennya, selain menyampleng keris, juga meminta untuk dibuatkan gagang kerisnya karena sudah rusak atau memperbaiki tampilan. “Kalau untuk gagang keris biasanya saya menyarankan untuk memakai kayu Berora yang memiliki motif sendiri, tapi saya arahkan kemana buatnya,” jelasnya. Sedangkan untuk perawatan samplengan, tidak membutuhkan perlakuan khusus, tidak seperti keris yang harus rajin dibersihkan dengan cairan anti karat agar motif keris tidak hilang. Ia menuturkan jika beberapa tahun belakangan memang minat masyarakat akan keris mulai banyak, terbukti dari banyaknya pelanggan yang me-

(Ekbis NTB/uul)

BUAT KERIS - Willy Ahyar sedang membuat keris di bengkel kerjanya. Belakangan ini, pecinta keris banyak yang memesan keris sebagai koleksi pribadi dan upaya melestarikan salah satu peninggalan nenek moyang. minta sampleng keris padanya. “Konsumen saya mulai dari pejabat sampai masyarakat biasa, mulai dari Lombok, Sumbawa, bahkan ada yang dari Madura.

Mereka tahu karena saya sering ikut pameran,” kata Willy. Di paguyuban yang diikutinya, ia menerima dengan terbuka bagi masyarakat yang ingin

belajar dan mengenal tentang keris. “Yang penting datang saja ke sini, kita akan jelaskan panjang lebar tentang keris,” terangnya. (uul)

Bisnis

Emping dan Enting Jagung Khas Ngorok MELIHAT potensi jagung yang banyak terdapat di desanya, membuat pasangan Nazarudin dan Hidayanti memulai bisnis olahan jagung sejak tahun 2008 silam dengan merk Darelina dan Maiq Meres Food. “Mulanya pertama buatnya marning, tetapi karena banyak yang buat jadi kemudian fokus ke emping ini,” terang Nazarudin, saat ditemui di rumah sekaligus tempat produksinya yang bertempat di Dusun Ngorok, Desa Kopang Rembiga, Kopang Lombok Tengah. Pria pemilik UD Rukun ini mengatakan di desanya memang banyak pengusaha yang menjadikan olahan jagung sebagai pencaharian utamanya. “Kalau yang enting ini, baru di awal tahun ini saya mulai buatnya,” jelas Nazar. Ia menambahkan jika dalam pembuatan emping dan enting sebenarnya saling berkaitan satu sama lain. “Jagung yang kita gunakan untuk emping itu merupakan jagung kualitas terbaik, sedangkan sisa dari bahan emping itu yang kita jadikan enting,” terangnya. Bahan baku untuk olahan jagung ini diperoleh Nazar dari desa sekitar karena bahan baku yang melimpah. “Kita pakainya jagung hibrida, beda sama marning yang pakai jagung ketan,” tukasnya. Proses pembuatan emping sendiri membutuhkan proses yang cukup lama karena melalui beberapa proses, mulai dari perebusan, penggilingan sampai penggorengan. “Setiap hari kami bisa buat sampai 1 kuintal yang bisa menghasilkan 80-90 kg emping dengan 3 varian rasa, yaitu asin, pedas manis dan balado,” katanya. Sedangkan untuk enting jagung, Nazar menjelaskan bahan baku yang dibutuhkan berupa jagung serta buah anggur kering. “Pernah kita coba buat dengan dicampur buah yang lain tetapi ternyata yang paling bagus itu pakai anggur kering ini,” imbuhnya. Tetapi dirinya mengaku tidak setiap hari membuat enting jagung ini. “Kita buatnya saat ada pesanan saja, soalnya pasarannya masih terbatas,” ceritanya. Tetapi ia menjamin semua produk buatannya bebas dari bahan pengawet sehingga aman dikonsumsi. “Yang emping ini bisa bertahan paling lama sebulan saja, kalau belum laku kita tarik kembali produknya,” kata Nazar. Harga yang dibanderolnya untuk produk emping ini juga sangat terjangkau semua kalangan, mulai dari Rp 8.500 jika membeli langsung di dirinya. “Pasaran produk ini sudah di Lombok Tengah, Mataram, sama Lombok Barat. Soalnya kita juga punya sales sendiri untuk memasarkan produk kita,” akunya. Nazar mengaku melalui usahanya ini dirinya bisa mendapatkan keuntungan sampai Rp 1 juta setiap harinya. “Saya juga bisa membantu memberdayakan masyarakat di sekitar yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan agar mereka punya pendapatan tiap hari,” jelasnya. Ia berharap ke depannya usahanya bisa lebih dikenal luas. (uul)

(Ekbis NTB/uul)

Emping dan enting jagung khas Ngorok.

(Ekbis NTB/ist)

TINJAU -Tenaga Ahli Menteri Bidang Manajemen Strategis Kementerian Pariwisata Priyatno Rudito, bersama Wadir Poltekpar Negeri Lombok meninjau produk ide bisnis pada kompetisi ide bisnis di Mataram pekan kemarin.

Keripik ”Ningrat” Masuk 10 Besar Ide Bisnis Terbaik KEMENTERIAN Pariwisata untuk pertama kalinya meneggelar kompetisi nasional incubator/ide bisnis antar seluruh Pendidikan Tinggi Pariwisata (PTP) di Indonesia. Peserta ditantang memunculkan produk-produk lokal yang diunggulkan. Keripik Ningrat kreasi Mahasiswa Poltekpar Negeri Lombok melenggang masuk di antara 10 besar yang terpilih. Kripik ningrat ini menjadi produk biasa yang dibuat luar biasa oleh mahasiswa Poltekpar Negeri Lombok yang mewakili NTB. Keripik ini dibuat dengan berbagai cita rasa, masing-masing dengen level kepedasan yang berbeda. Dan memiliki kelebihan tidak mengakibatkan asam urat. Kompetisi nasional ini dilaksanakan di Hotel Golden Palace pada pekan kemarin. Ada 70 kelompok yang mengikuti kompetisi ini. Mereka datang dari PTP-PTP terkemuka di Indonesia. Dari 70 jenis kreativitas yang dimunculkan, 10 di antaranya yang dinyatakan sebagai yang terbaik. Di antaranya, selain ide keripik ningrat, ada juga casa de botetelas ide dari perwakilan STP Bandung (bisnis desa wisata, keliling desa sambil belajar mengenai pengolahan sampah dan botol plastik). Ditambah lagi ide bisnis color, yakni travel payment system. Home stay di Desa wisata Huta Tinggi, ide dari perwakilan Akpar Medan di mana desa wisata ini menjadi tujuan bagi orang-orang yang ingin mengenal lebih dalam tentang kehidupan masyarakat Samosir. Ada lagi ide bisnis trip on pocket dari dari STP Nusa Dua Bali, idenya berupa aplikasi informasi pariwisata. Selain itu tambahan dari STP Nusa Dua Bali adalah Krisna food service, yakni ide penyedia sarapan tradisional. Dan agrorange Kintamani Desa Catur, Banjar Katung, Bangli, Bali yakni ide desa wisata dan wisata pertanian. Lainnya, dari Akpar Medan memunculkan ide wisata desa, yakni paket tour wisata, ready made tour yang belum pernah ada di Sumatera sebelumnya. Sementara dari Poltekpar Palembang memunculkan keripik pempek, yakni pempek yang dijadikan kripik hingga tahan lama. Dan Poltekpar Makassar memunculkan hi housekeeping yakni layanan aplikasi bersih-bersih rumah. (bul)

Pemimpin Umum: Agus Talino Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Raka Akriyani Redaktur Pelaksana: Marham Koordinator Liputan : Akhmad Bulkaini Redaktur : Marham, Zainudin Syafari, Akhmad Bulkaini Staf Redaksi Mataram : U'ul Efriyanti Prayoba Lombok Barat: M.Haeruzzubaidi, Lombok Tengah : Munakir. LombokTimur: Rusliadi, Yoni Ariadi. KLU : Johari. Sumbawa Barat : Heri Andi. Sumbawa : Arnan Jurami, Indra Jauhari. Dompu : Nasrullah. Bima : Rafiin. Tim Grafis : A.Aziz (koordinator), Didik Maryadi, Jamaludin, Mandri Wijaya Kantor Redaksi : Jalan Bangau No. 15 Cakranegara Telp. (0370) 639543, Facsimile: (0370) 628257. Tarif Iklan : Iklan Baris : Rp 20.000/baris Min 2 baris max 10 baris (1 baris 30 character). Display B/W (2 kolom/lebih): Rp 30.000/mmk. Display F/C : Rp 35.000/mmk. Iklan Keluarga : Rp 20.000./mmk. Iklan Advertorial : Rp 15.000/mmk. Iklan NTB Emas (1 X 50 mmk): Rp 500.000/bulan (25 X muat). Iklan Peristiwa : Rp 350.000/kavling. Alamat Bagian Langganan/Pengaduan Langganan: Jalan Bangau No. 15 Cakranegara Telp. (0370) 639543, Facsimile: (0370) 628257. Harga Langganan: Rp 85.000 sebulan (Pulau Lombok) Rp 90.000 sebulan (Pulau Sumbawa), Pembayaran di muka. Harga eceran Rp 5.000. Terbit 1 kali se-minggu. Penerbit: PT Suara NTB Pers. Percetakan: PT Bali Post.

Ekbis NTB

Wartawan

Ekbis NTB

selalu membawa tanda pengenal, dan tidak diperkenankan menerima/meminta apa pun dari nara sumber.


Ekbis NTB

Ekbis NTB Senin, 13 November 2017

3

Banyak Pekerja yang Belum Daftar BPJS Ketenagakerjaan PENTINGNYA pekerja memiliki BPJS Ketenagakerjaan tidak dibarengi dengan kesadaran pengusaha dalam mendaftarkan para pekerjanya. Diakui oleh Eko Darwanto selaku Dewan Pengawas Pekerja BPJS Ketenagakerjaan pusat, bahwa tingkat kesadaran pengusaha bervariasi, tetapi masih ada terjadi PDS (Perusahaan Daftar Sebagian). “Artinya perusahaan ini bisa daftar sebagian programnya, sebagian tenaga kerjanya yang didaftarkan dan sebagian dari gajinya. Faktanya masih banyak perusahaan yang PDS,” jelasnya saat ditemui Ekbis NTB be-

Usaha sol sepatu

Usaha Sol Sepatu Sandal di Kota Mataram Menjanjikan Usaha sol atau menjahit sepatu masih banyak digeluti oleh masyarakat baik di Kota Mataram maupun di kabupaten kota lainnya. Usaha ini dianggap menjanjikan bagi sebagian dari mereka yang memiliki keahlian. Karena dalam sehari, omzet yang diperoleh bisa mencapai Rp 200 - 300 ribu per hari. SALAH seorang tukang sol sepatu di Kelurahan Turida Kecamatan Sandubaya Kota Mataram, Sapri menuturkan, usaha ini sudah dilakoni cukup lama yaitu dari tahun 1984 silam. Dimana, tarif yang ditentukan yaitu berbeda antara laki-laki dan perempuan. Untuk jahit sepatu laki-laki antara Rp 15 - 20 ribu per pasang dan untuk ganti alas dari Rp 50 100 ribu per pasang, tergantung dari bahan yang digunakan. Sementara untuk jahit sepatu perempuan Rp 10 ribu per pasang dan untuk ganti alas dari Rp 40 - 50 ribu per pasang. Untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki, dia mengaku sering mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh pemerintah daerah. Hingga saat ini, pelatihan yang sudah diikuti tidak saja yang diadakan di NTB, me-

lainkan kegiatan di luar daerah seperti di Jogyakarta dan Bandung. “ Satu sepatu cewek 10 ribu, cowok 15 - 20 ribu. Dimanamana kita buka sol sepatu tetap ada yang datang memeperbaiki sepatunya. Kalau sepi Rp 100 - 150 per hari tapi, Kalau ramai 200 -300 per hari. Saya pernah kursus di Jogja di Balai Pengembangan Kulit Plastik dua bulan. Di Bandung juga saya pernah kursus disana,” ujarnya Dikatakan Sapri, modal yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha tersebut sekitar Rp 500 ribu - 1 juta. Keahlian yang diperoleh dari pelatihan yang sudah diikuti tidak saja menjahit sepatu sandal, melainkan bisa memproduksinya. Namun, kendala yang dihadapi untuk memulai usaha produksi sepatu sandal yaitu harus tersedia modal yang cukup besar. Terlebih lagi, bahan yang digunakan belum

Fasilitasi Angkatan Kerja Dapat Pekerjaan yang Layak Dari Hal. 1 Menurutnya, ada beberapa faktor yang berpengaruh langsung terhadap penurunan angka pengangguran. Untuk pekerjaan di luar negeri, NTB telah mengirim sebanyak 18.000 orang, didominasi ke Malaysia. Kemudian ditambah dengan pengiriman tenaga kerja magang ke Jepang, sudah lebih dari 100-an orang. Yang tak kalah berpengaruh program Antar Kerja Antar Daerah (AKAD). Beberapa provinsi penempatan, di antaranya Kalimantan Barat, Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Pekerjaannya untuk perkebunan sawit. ‘’Sudah hampir 1.500 kita kirim melalui kerjasama AKAD,’’ jelasnya. Dalam hal ini, yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah kegiatan job fair atau bursa kerja yang sudah dilaksanakan selama 7 kali kegiatan. Bahkan, katanya, dari puluhan perusahaan yang membuka lowongan. Sudah ditempatkan 5.000 karyawan di masing-masing perusahaan. ‘’Mereka yang terserap melalui fasilitas job fair ini kita awasi dan evaluasi sampai benar-benar dinyatakan telah bekerja,’’ jelasnya. Kegiatan lainnya yang juga cukup mendukung pengurangan angka pengangguran adalah penciptaan wirausaha baru. Tahun ini targetnya 200 wirausaha baru terbentuk dan diharapkan merekalah yang menjadi embrio penyedia lapangan pekerjaan bagi masyarakat lainnya. ‘’Ada juga pemberdayaan kepada tenaga kerja, mereka yang memiliki embrio usaha lalu diberikan bantuan fasilitas agar produksinya meningkat. Belum lagi pemberdayaan kepada eks buruh migran yang sudah memiliki

modal di latih untuk menjadi wirausaha. Tahun 2018 kegiatan-kegiatan serupa akan terus diperbanyak,” demikian H. Wildan. Wakil Gubernur (Wagub) NTB, H. Muh. Amin, SH, M.Si., usai membuka bursa kerja beberapa waktu lalu tidak memungkiri, pertumbuhan populasi penduduk memicu tingginya angkatan kerja. Tetapi tidak diimbangi oleh lapangan pekerjaan yang memadai. “Angkatan kerja kita masih tinggi, lapangan kerja masih jauh dari harapan,” ujarnya. Sumber daya alam NTB, menurutnya, berpotensi besar membutuhkan pengelolaan sumber daya manusia yang andal, baik dari sisi pendidikan, maupun skill. Karena itu, keterampilan harus terus ditingkatkan dengan memaksimalkan keberadaan balaibalai latihan kerja. “Memang harus didukung anggaran untuk melatih SDM-SDM kita di BLK agar berkualifikasi,” pesannya. Investasi di NTB juga diakui wagub tidak serta merta memberikan dampak luas langsung terhadap terbukanya lapangan pekerjaa. Karena itulah, sektorsektor potensial harus dimaksimalkan pengelolaannya. Misalnya sektor pertanian yang menyerap 42 persen angkatan kerja, sehingga harus dilakukan pengelolaan melalui alih teknologi. “Harus dikelola secara modern. Bukan dengan cara tradisional. Jasa hanya menyerap tenaga kerja 22 persen, industri hanya 7 persen. Inilah yang harus dilihat, harus bekerjasama lebih banyak dengan swasta untuk berinvestasi pada bidang-bidang yang diperlukan ini,” sarannya. (bul)

ada di daerah ini dan harus didatangkan dari luar daerah. Selama menjalankan usaha ini, Sapri meminjam dana di koperasi. Menurutnya, meminjam di koperasi lebih mudah jika dibandingkan dengan perbankan. (azm/kmb)

lum lama ini. Eko mengatakan bahwa para pekerja baik yang penerima upah dan mandiri merupakan sasaran dari BPJS Ketenagakerjaan. “Pekerja bukan penerima upah ini misalnya yang usaha mandiri seperti pedagang, termasuk juga sasaran kita,” jelasnya. Eko mengatakan berdasarkan data tahun lalu, pendaftar BPJS Ketenagakerjaan mandiri secara nasional baru tercatat sebanyak 1,5 juta orang. Sedangkan untuk BPJS penerima upah sudah mencapai 40 juta yang terdaftar,namun banyak diantara mereka yang tidak aktif. Pendaftar yang aktif sekitar 24

Penurunan TPAK disebabkan musim panen bergeser ke bulan September. Sehingga pekerja masih belum terserap dan tergolong sebagai bukan angkatan kerja. Kondisi ketenagakerjaan baik menyangkut tingkat pengangguran dan penduduk yang bekerja tidak terlepas dari kinerja sektor-sektor perekonomian yang ada. Jumlah penduduk yang bekerja pada tiap sektor menunjukkan kemampuan sektor tersebut dalam penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan lapangan pekerjaan utama pada Agustus 2017, penduduk NTB paling banyak bekerja pada sektor pertanian yaitu sebanyak 829.637 orang (35,81 persen). Disusul oleh sektor Perdagangan dan jasa kemasyarakatan masing-masing sebanyak 514.871 orang (22,22 persen) dan 363.364 orang (15,68 persen). Dilihat berdasarkan tren sektoral, hampir tidak ada lapangan pekerjaan yang konsisten naik atau turun kontribusinya dalam penyerapan

MESKIPUN kondisi ekonomi secara nasional di tahun 2017 dinilai masih lesu, namun sektor bisnis asuransi tetap tumbuh positif. Asuransi Jiwasraya Mataram misalnya, preminya tetap tumbuh sekitar 10 persen di tahun ini. Sebagai perusahaan asuransi milik negara, perusahaan ini tetap mendapat kepercayaan dari konsumen melalui produk-produk yang ditawarkan selama ini. Kepala Kantor Cabang Jiwasraya Mataram, Jariyanto, SH kepada Ekbis NTB belum lama ini mengatakan, salah satu produk asuransi yang paling laris adalah program asuransi pendidikan. Asuransi pendidikan di Jiwasraya adalah Js Prestasi yang merupakan produk yang menjamin kepastian jenjang pendidikan masa depan bagi putra-putri nasabah Jiwasraya. Dalam laman resmi Jiwasraya disebutkan, dengan pertambahan nilai sebesar 5 % secara majemuk selama masa pembayaran premi memberikemudahanpembayaran

yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan nasabah. Pembayaran manfaat tahapan pada saat anak masuk sekolahtingkatSD,SMP,SMAdan Perguruan Tinggi dengan uang asuransi naik sebesar 5% dari uang asuransi awal secara majemuk setiap tahun. Biaya kuliah setiap bulan dibayarkan selama 60 bulan. Selain itu, produk yang banyak dicari konsumen adalah produk Js DanaMultiProteksiPlus.Inimerupakan produk proteksi sekaligus investasi yang ditujukan bagi keluarga. Plan Asuransi Js Dana Multi Proteksi Plus memberikan proteksi tanpa mengabaikan keandalan investasi. Dijelaskan di laman resminya, 300 % uang asuransi dapat dinikmati tertanggung pada akhir masa pertanggungan atau dibayarkan biaya kelangsungan hidup keluarga apabila tertanggung meninggal dunia pada masa pertanggungan ditambah benefit bulanan sebesar 1 % x Uang Asuransi. Menurut Jariyanto, pihaknya melakukan pengenalan

tenaga kerja. Kontribusi penyerapan tenaga kerja bergerak fluktuatif antar semesternya. Selama Agustus 2016–Agustus 2017, sektor-sektor yang mengalami peningkatan persentase penduduk yang bekerja adalah sektor industri (2,91 persen poin). Sektor perdagangan (2,84 persen poin), sektor konstruksi (0,90 persen poin). Sedangkan sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor pertanian (3,09 persen poin). Sektor jasa kemasyarakatan (1,56 persen poin), sektor lainnya (listrik gas dan air minum, pertambangan dan penggalian) (0,98 persen poin). Sektor transportasi dan pergudangan dan komunikasi (0,88 persen poin) dan sektor keuangan (0,14 persen poin). Dari seluruh penduduk bekerja pada Agustus 2017, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/ karyawan/pegawai (23,91 persen). Diikuti berusaha dibantu buruh tidak tetap/ buruh tidak dibayar (21,82 persen), pekerja bebas (20 persen), status berusaha sendiri (17,23

persen),dan Pekerja keluarga (14,47 persen). Sementara penduduk yang bekerja dengan status berusaha dibantu buruh tetap memiliki persentase yang paling kecil yaitu sebesar 2,47 persen. Dalam setahun terakhir (Agustus 2016–Agustus 2017), persentase penduduk bekerja dengan status pekerja bebas meningkat cukup tinggi dari 16 persen menjadi 20 persen. Penurunan terjadi pada status berusaha sendiri dan pekerja keluarga. Yaitu masing-masing sebesar 1 persen poin dan 3 persen poin. Penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2017 masih didominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan rendah yaitu SMP ke bawah sebanyak 1.559.978 orang (67,34 persen). Sedangkan penduduk bekerja berpendidikan menengah (SMA sederajat) sebanyak 513.943 orang (22,18 persen). Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 242.799 orang (10,48 persen) mencakup 41.481 orang berpendidikan diploma dan 201.318 orang berpendidikan universitas.(bul)

Lulus Kuliah, Cari Kerja Susah Dari Hal. 1 ‘’ Baru sekali sih masukkan lamaran, tetapi rasanya susah. Karena sekali ada bukaan, saingannya banyak,’’ tuturnya. Okta mengetahui ada lowongan pekerjaan dari media sosiaI dan info dari teman. Sementara lowongan pekerjaan lain masih belum ada. Meski demikian, untuk mengisi waktu luang, ia sering mengikuti berbagai pelatihan agar ada kegiatan. ‘’Saya juga membantu adik saya jualan produk-produk kerajinan biar ada penghasilan,’’ katanya. Selain Okta, susahnya mendapat pekerjaan juga dikeluhkan oleh Rohani, yang sudah 3 tahun ini menganggur. Lulusan Fisipol Universitas Muhammadiyah Mataram (UMM) ini mengatakan, ia sudah berulangkali memasukkan lamaran jika ada lowongan pekerjaan di mana saja. ‘’Sudah puluhan instansi dan perusahaan tempat saya melamar tetapi tidak ada peluang,’’ ungkapnya. Rohani mengatakan, sulitnya mendapatkan pekerjaan karena tidak ada relasi di tempatnya melamar. Untuk mendapatkan penghasilan, ia menghabiskan waktunya dengan membantu orangtuanya menjadi petani. ‘’Lumayan penghasilannya. Walaupun dibilang cukup, tetapi harus dicukup-cukupin,’’ tambahnya. Baginya selesai kuliah mengharuskannya bisa mandiri. Namun, melihat kondisi dunia usaha atau instansi yang belum membuka lowongan membuat dirinya harus menunggu untuk mencari pekerjaan yang cocok untuknya. Hal yang sama juga dialami Mi’raz Nur Indraeni. Lulusan Magister Ilmu dan Teknologi Benih Institut Pertanian Bogor (IPB) ini juga

di desa atau kelurahan. Kita sudah bekerjasama dengan kepala desa atau lurah di seluruh Indonesia tetapi masih sedikit,” jelasnya. Di NTB sendiri, desa yang menjadi proyek percontohan adalah desa Gerung, Lombok Barat yang programnya baru berjalan tiga bulan yang lalu. Menurutnya, potensi di NTB masih besar dilihat dari jumlah angkatan kerja yang cukup banyak. Di akhir tahun ini dengan adanya program desa ini cukup bagus karena potensinya yang besar. “Di tahun depan nanti, kita akan berupaya untuk menguatkannya,” tambahnya. (uul)

Premi Jiwasraya Mataram Tumbuh 10 Persen

Pengangguran di NTB Menurun Dari Hal. 1

juta orang dan sisanya merupakan peserta tidak aktif. “Peserta tidak aktif ini misalnya pernah daftar kemudian membayar sebulan atau dua bulan tetapi kemudian dia tidak mendaftar lagi, tetapi dananya masih ada,” terangnya. Peserta tidak aktif ini tidak bisa melakukan klaim jika nantinya terkena kecelakaan kerja. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya BPJS Ketenagakerjaan, BPJSK membuat program desa sadar sosial jaminan ketenagakerjaan. “Karena sebagian besar penerima non upah ini banyak terdapat

mengeluhkan hal yang sama. ‘’Karena nyari kerjaan sekarang berat, pencari kerja semakin banyak,” terangnya. Dirinya pernah mengikuti tes CPNS di tahun ini tetapi ternyata tidak lulus. ‘’Sebenarnya saya ingin punya usaha sendiri tetapi terkendala modal,’’ jelasnya. Indri mengatakan, adanya upaya pemerintah yang ingin meningkatkan jumlah pengusaha baru itu sangat bagus. ‘’Tetapi itu harus tetap diawasi karena khawatir ada penyalahgunaan,’’ jelasnya. Titel Tidak Jadi Jaminan Ia mengatakan, pemerintah mestinya juga membuka lapangan pekerjaan yang luas karena jumlah lulusan PT semakin banyak setiap tahunnya. ‘’Kalau bukan lapangan kerja, bisa juga dengan memberikan modal usaha untuk membuka usaha,’’ harapnya. Sedangkan Ita Atul Anwar, yang sudah setahun ini menganggur mengatakan, ia juga merasa kesulitan dalam mencari kerja. ‘’Saya tetap cari, tetapi belum menemukan yang pas karena tidak semua menerima yang sudah menikah,’’ kata lulusan Fakultas Pertanian Universitas Mataram ini. Ia merasa kesulitan karena kebanyakan perusahaan swasta lebih banyak mencari yang masih lajang. ‘’Punya titel tidak menjamin kita untuk mendapat kerja karena banyaknya pelamar kerja sekarang ini,’’ kata Ita. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia mencoba untuk membuka online shop, meski hasilnya belum memenuhi kebutuhannya. ‘’Saya berharap kepada pemerintah agar lapangan kerja bisa diperbanyak. Juga kalau ada lowongan, jangan hanya keluarga

dekat saja yang diambil. Harus terbuka, karena yang lain juga butuh kerjaan,’’ tukasnya. Tidak hanya lulusan perguruan tinggi umum yang kesulitan mencari lapangan pekerjaan. Lulusan perguruan tinggi kesehatan juga mengalami hal yang sama. Seperti dituturkan Nyan — salah satu lulusan akademi kebidanan swasta di Mataram yang sudah menganggur beberapa bulan setelah wisuda. Ia menyadari bagaimana besarnya biaya kuliah yang harus dibayarkan kedua orang tuanya, namun belum berhasil mengembalikan harapan orang tuanya (segera dapat pekerjaan). Sambil menunggu adanya lowongan di pusat layanan kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit atau klinik, Nyan harus membantu orang tuanya bekerja di sawah. Jika selama kuliah, ia jarang membantu orang tua di sawah. Tapi setelah wisuda mau tidak mau harus ke sawah. Ia merasa malu melihat orang tuanya panas-panasan bekerja di sawah. Sementara dirinya hanya menghabiskan-habiskan uang selama di rumah. Meski demikian, Nyan harus melanjutkan kuliah lagi ke luar daerah, jika ingin mendapatkan pengakuan atau buka praktik sendiri. Namun, melihat biaya yang dibutuhkan untuk melanjutkan kuliah cukup besar, ia akhirnya lebih memilih bekerja membantu orang tua sambil menunggu lowongan pekerjaan di NTB. Nyan berharap, ia bisa bekerja secepatnya. Karena malu pada orang tua dan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. ‘’Atau nanti menikah dulu. Kemudian cari pekerjaan sambil jalan. Mudahan ada buka di klinik atau rumah sakit. Kalau sudah jalan baru bisa lanjutkan kuliah,’’ ujarnya. (uul)

produk asuransi dengan berbagai cara. Tujuannya agar masyarakat semakin sadar akan pentingnya asuransi untuk memproteksi sejumlah risiko yang datang. “ Kami masuk di sejumlah acara untuk mengenalkan asuransi, misalnya dengan membuat program Gen Pintar dengan mata lomba mewarnai, lomba fesyen dan lainnya. Modelnya kami kerjasama dengan lembaga pendidikan TK dan Playgroup. Ada juga program pengenalan produk dengan membuat kegiatan open table untuk nasabah,” katanya.(ris)

(Ekbis NTB/ris)

Jariyanto

Tidak Bisa Sampai Nol Persen Dari Hal. 1 Namun kecenderungan secara nasional, angka pengangguran semakin tinggi. Salah satu penyebabnya karena proyek infrastruktur yang besar itu menyerap tenaga kerja lebih sedikit karena penggunaan teknologi. “ Misalnya pembangunan gedung, jambatan dan lain sebagainya, itu sekarang tidak ada yang mengecor sendiri, karena sudah ada beton atau tiang pancang yang sudah jadi, tinggal dipasang. Itu contohnya,” katanya. Melihat fenomena ini, pemerintah pusat saat ini memprogramkan dana desa bisa diperuntukkan bagi proyek padat karya yang melibatkan masyarakat agar penyerapan tenaga kerjanya lebih tinggi. “Ini kebijakan dalam RAPBN 2018 ya,” jelasnya. Kebijakan ini lahir karena melihat minimnya penyerapan tenaga kerja di proyek infrastruktur, karena meskipun anggarannya jumbo, namun proses pengerjaanya banyak digantikan oleh teknologi mesin. Menurut Mansur, program Wirausaha Baru (WUB) yang dijalankan oleh pemerintah daerah juga turut menyum-

bang penyerapan tenaga kerja baru. Program WUB menjadi salah satu solusi mengurangi pengangguran, karena pada dasarnya setiap saat selalu muncul pengangguran baru di dalam daerah seiring dengan bertambahnya angkatan kerja baru. “ Karena itulah mengapa kita harus mendorong ekonomi harus tumbuh agar investasi semakin besar. Karena dengan investasi itulah kita akan menciptakan kesempatan lapangan kerja. Kalau tidak ada investasi dan ekonomi tidak tumbuh, pasti pengangguran akan tambah besar,” katanya. Pekan kemarin, BPS NTB merilis, angkatan kerja pada bulan Agustus 2017 sebanyak 2,396,169 orang. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di NTB pada Bulan Agustus sebesar 3,32 persen. Sebesar 73,62 persen penduduk bekerja pada kegiatan informal dan persentase pekerja informal naik 0,51 poin dibanding Agustus 2016. Pada Agustus 2017 terdapat 36,93 persen penduduk bekerja tidak penuh mencakup 17,27 persen setengah penganggur dan 19,66 persen pekerja paruh waktu.(ris)

Investasi di Daerah Kurangi Pengangguran Dari Hal. 1 Konsep tersebut harus diubah dengan cara pelamar kerja menuntut gaji bulanan yang sesuai, tentunya sejalan dengan potensi yang dimilikinya. “ Konsep di persaingan global adalah konsep menjual potensi diri. Seseorang harus tahu potensi yang ada pada dirinya. Ini sudah dikembangkan di luar negeri. Kalau seseorang rela dibayar berapa saja, asalkan diterima bekerja, itu konsep yang salah,” ujarnya. Menurutnya, konsep menjual potensi diri seperti ini harus dikedepankan agar persaingan global dapat dihadapi dengan baik. Pola ini sebenarnya tak mengenal batas pendidikan angkatan kerja, asalkan mereka memiliki keterampilan yang memadai sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Misalnya tukang bangunan. Meskipun hanya lulusan SD, namun jika memiliki keterampilan yang hebat, dia berhak menentukan gaji atau besaran upah sesuai dengan keahliannya. Menurut politisi Partai Demokrat ini, kegiatan bursa kerja atau job fair yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi NTB bisa menjadi gambaran peluang pasar kerja di NTB. Namun apakah bursa kerja itu sudah menjadi gambaran pasar kerja dalam daerah? “ Media juga harus mempertanyakan itu. Bagaimana Disnaker mendorong perusahaan secara transparan mempublish kesempatan kerja,” katanya. Agenda bursa kerja yang rutin digelar ini bisa menjadi momentum untuk menyerap tenaga kerja baru. Namun jangan disembunyikan peluang kerja di satu perusahaan diluar kegiatan bursa kerja tersebut. Saat sebuah perusahaan memerlukan tenaga kerja, para tenaga kerja ini bisa mempersiapkan diri untuk bisa masuk kesana. Kurikulum Harus Berorientasi Kerja Sementara itu, berkaitan dengan masih tingginya lulu-

san Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di NTB dalam menyumbang angka pengangguran, Kasdiono mengkritik kurikulum SMK yang dinilai belum berorientasi pasar. Sehingga lulusannya masih banyak yang belum terserap dalam dunia kerja. Data Badan Pusat Statistik (BPS) NTB menunjukkan, pada bulan Agustus 2017, pengangguran lulusan SMK sebesar 9,67 persen. Angka ini paling tinggi jika dibandingkan dengan persentase lulusan yang lain. Misalnya pengangguran lulusan SMA sebanyak 6,43 persen, lulusan perguruan tinggi sebesar 2,73 persen, lulusan diploma sebesar 3 persen, serta pengangguran lulusan SD sebesar 1,33 persen. Jumlah pengangguran di NTB bulan Agustus 2017 lalu sebanyak 79,449 orang dari 2,3 juta angkatan kerja yang ada. Kasdiono mengatakan, materi pembelajaran SMK harus dievaluasi agar kedepannya mampu menghasilkan lulusan yang siap kerja. Praktek kerja industri atau praktik kerja lapangan bagi calon lulusan SMK juga harus mampu memberi nilai tambah yang besar agar mereka siap kerja setelah lulus. “ Maka satu-saatunya jalan adalah bagaimana kita membuat SMK itu berorientasi pasar. Makanya ada istilah SMK berwawasan lingkungan. Misalnya akan dibutuhkan di pariwisata, maka fokus pendidikan di pariwisata,” katanya. Kasdiono juga meminta agar dibuat bursa kerja khusus di lingkungan SMK untuk menjembatani para lulusan dengan perusahaan pencari kerja. Bursa kerja ini nantinya yang akan melakukan kajian terhadap para lulusannya agar hasilnya berkualitas. Yang tidak kalah pentingnya adalah pemerintah daerah harus mampu memonitor para lulusan SMK di NTB, sehingga nantinya bisa muncul data yang jelas berkaitan dengan penempatan mereka setelah lulus. (ris)


Ekbis NTB

Ekbis NTB Senin, 13 November 2017

Pertumbuhan Ekonomi Syariah di Provinsi NTB Melebihi Nasional Pertumbuhan ekonomi syariah di Provinsi NTB dinilai cukup bagus. Hal ini didukug oleh masyarakat yang mayoritas beragama Islam. Selain itu, ekonomi syariah juga mendapatkan dukungan dari pimpinan daerah untuk mensosialisasikan kehidupan syariah terutama dalam bidang ekonomi. Hal itu dikatakan Kepala Bidang Pelatihan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Pusat, Muhammad Yusuf Helmi Sabtu (11/11) di Mataram. Ia menyebutkan, pertumbuhkan ekonomi syariah di Provinsi NTB dalam sektor perbankan mencapai delapan persen. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan capaian ditingkat nasional yang baru mencapai lima persen. Menurut Helmi, jumlah ini bisa lebih meningkat jika PT Bank NTB sudah dikonversi menjadi bank syariah. “Prospeknya sangat luar biasa, kenapa? karena sebagian besar penduduknya adalah muslim. Yang kedua hal ini juga diamini oleh gubernur, yang sangat tinggi ghiroh-nya untuk mensosialisasikan tentang kehidupan bersyariah termasuk dalam bidan ekonomi. Jadi kalau bicara masalah potensi, luar biasa,”katanya. Sementara terkait dengan produk perbankan syariah yang paling diminati oleh masyarakat adalah pembiayaan multijasa (fee based service) syariah. Karena pembiayaan multijasa ini banyak digunakan untuk umrah, pendidikan, kesehatan dan travel. Multijasa di Bank Syariah mempunyai beragam layanan meliputi transaksi pengirimaan uang, Sharf (Jual Beli Valuta Asing), penerbitan Letter of Credit (L/C), gadai (rahn), take over pembiayaan (factoring), garansi bank, termasuk layanan transaksi kartu kredit syariah untuk dapat memenuhi kebutuhan gaya hidup modern yang serba cepat dan efisien. Apalagi saat ini katanya, Provinsi NTB mengembangkan wisata halal, sehingga pertumbuhan ekonomi syariah di NTB akan lebih meningkat lagi. Namun hal ini juga harus didukung dengan kerjasama antara pemerintah daerah dengan masyarakat ekonomi syariah serta industri keuangan syariah. Sementara terkait dengan program pemerintah daerah yang mendorong konversi koperasi konvensional menjadi koperasi syariah dinilai cukup bagus. Dorongan pemerintah daerah itu disertai dengan bantuan pembiayaan. Tentu hal ini akan mempermudah masyarakat mendapatkan layanan syariah. Untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat, koperasi syariah yang ada harus berkerjasama dengan perbankkan. Agar masyarakat bisa lebih mengetahui tentang perekonomian syariah tersebut harus diselipkan pada saat acara pengajian. “Jadi pengajian itu bentuknya, temanya jangan hanya ibadah mahdhah saja, tapi juga tema-tema yang sifatnya kepada muamalah maliyah al I’tisodiyah. Sehingga secara langsung dan tidak langsung, pas kiayinya bilang kita harus bersyariah maka jamaah ngikutin,”terangnya. Sebelumnya, Anto Prabowo, Plt. Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan, pihaknya terus mendorong kemajuan Industri Keuangan Syariah yang telah berkembang pesat dalam lima tahun terakhir baik dari sisi jumlah pelaku maupun aset keuangan syariah di perbankan, pasar modal dan IKNB. Data OJK hingga Agustus 2017, total aset keuangan syariah Indonesia (tidak termasuk Saham Syariah) mencapai Rp 1.048,8 triliun, yang terdiri aset Perbankan Syariah Rp 389,74 triliun, IKNB Syariah Rp 99,15 triliun, dan Pasar Modal Syariah Rp 559,59 triliun. Jumlah tersebut jika dibandingkan dengan total aset industri keuangan yang mencapai Rp 13.092 triliun, maka market share industri keuangan syariah sudah mencapai 8,01%. Industri perbankan syariah saat ini terdiri dari 13 bank umum syariah, 21 bank unit syariah, dan 167 BPR syariah, memiliki total aset Rp 389,7 triliun atau 5,44 persen dari total aset perbankan nasional. IKNB syariah terdiri dari 59 asuransi syariah, 38 pembiayaan syariah, 6 penjaminan syariah, 10 LKM syariah dan 10 IKNB syariah lainnya, memiliki aset Rp99,15 triliun atau 4,78 persen dari total aset IKNB nasional. (ris/azm/kmb)

4

Sampai Oktober, Realisasi KUR di NTB Capai Rp 909 Miliar Sampai tanggal 31 Oktober 2017, realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) di wilayah Provinsi NTB sudah mencapai angka Rp 909 miliar yang disalurkan kepada 37,909 orang debitur. Dari 10 kabupaten/kota di NTB, masyarakat Kabupaten Lombok Timur (Lotim) paling banyak menerima KUR ini dengan jumlah Rp 158 miliar (7,130 debitur) disusul KUR untuk Kota Mataram sebesar Rp 143 miliar (4,777 debitur) “SELAMA Bulan Oktober saja, penyaluran KUR mampu mencapai Rp 327 miliar. Wah ini luar biasa besarnya. Ini yang tercatat di SIKP kita,” kata Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTB Taukhid, SE, M.Sc.IB., M.B.A. pekan kemarin. Ia mengatakan dari belasan bank penyalur KUR, BRI menjadi bank penyalur KUR terbesar di NTB dengan jumlah penyaluran per 31 Oktober sebanyak Rp 558 miliar dengan 29,288 orang debitur. Bank penyalur terbesar

kedua adalah Bank Mandiri dengan jumlah penyaluran sebesar Rp 218 miliar lebih dengan 5,047 orang debitur. Dalam rilis yang disampaikan Ditjen Perbendaharaan Wilayah NTB tanggal 9 November lalu, tidak dijabarkan realisasi KUR berdasarkan klasifikasi meliputi KUR ritel, mikro dan KUR TKI. Namun berdasarkan angka-angka penyaluran KUR bulan September lalu, KUR TKI jumlahnya masih sangat minim yaitu sekitar Rp 3,2 miliar.

Taukhid mengatakan, minimnya penyaluran KUR TKI di NTB dengan alasan pihak perbankan masih kesulitan menjamin pengembalian pinjaman dari TKI itu, lantaran tidak ada bank koresponden di negara tujuan bekerja. Namun alasan ini masih perlu dipertanyakan, mengingat banyak bank penyalur KUR yang sudah memiliki pelayanan cabang di luar negeri seperti di Malaysia, Singapura, Tiongkok dan sejumlah negara lainnya. “ Ini yang perlu kita

tanyakan lagi nanti,” katanya. Pada bulan-bulan sebelumnya, dalam SIKP termuat beberapa bank penyalur KUR TKI di NTB, termasuk diantaranya Maybank. Namun mulai Oktober, SIKP merevisi datanya lantaran Maybank di NTB tak menyalurkan KUR TKI. “Maybank tidak termasuk yang menyelenggarakan KUR di wilayah NTB, namun bank itu memiliki semacam koresponden bagi TKI yang ada di luar negeri. Makanya keluar dari data penyalur KUR TKI mulai bulan ini” katanya. Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi V DPRD NTB H. MNS Kasdiono mengatakan, KUR untuk calon TKI sangat membantu dalam rangka melancarkan proses pemberangkatan. Namun dengan syarat KUR untuk TKI tidak disamakan den-

gan skim kredit lainnya yang membutuhkan adanya agunan. KUR TKI diharapkan tidak menerapkan adanya jaminan agar tidak memberatkan mereka. “Programnya bagus, betul, namun kalau skim kreditnya sama dengan kredit lainnya perlu dilihat lagi, karena harus ada jaminan dan lain sebagainya kan. TKI ini dimana jaminannya?, berangkat saja susah, apalagi dia mau kasi jaminan,” katanya Kasdiono menilai KUR TKI pada dasarnya sangat positif untuk membantu proses pemberangkatan TKI serta untuk menghindari praktek rentenir. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah KUR TKI yang purna penempatan agar mereka bisa menciptakan peluang usaha sendiri setelah pulang dari negara tujuan bekerja. (ris)

Sejumlah SPBU Segera Terapkan Pembayaran Uang Elektronik GERAKAN Nasional Non Tunai (GNNT) secara nasional semakin gencar disuarakan. Sistem pembayaran dengan uang elektronik akan diberlakukan hingga ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Sembilan SPBU di Kota Mataram akan dijadikan percontohan dengan pembayaran menggunakan kartu. Sales Representative Pertamina Depo Ampenan, Reggi Senjang Pramagarjita mengatakan, rencananya sekitar enam hingga sembilan SPBU di Kota Mataram dijadikan proyek percontohan oleh Bank Indonesia. Pertamina mendukung sepenuhnya mendukung program tersebut. Lima perbankan yang ikut mendukung fasilitas untuk transaksi non tunai di sembilan SPBU percontohan itu adalah Bank NTB, BRI, BNI, Mandiri, dan BCA. Pertamina ikut memberikan dukungan karena melihat manfaatnya. Gerakan non tunai menurutnya sudah menjadi kebutuhan masyarakat karena lebih praktis dan efisien. Konsumen hanya menyiapkan saldo di masingmasing kartu bank yang dimilikinya. System pembayarannya cukup hanya dengan menggesek di mesin edisi yang disiapkan di SPBU. Sementara untuk SPBU, keuntungaSPBU – Seorang karyawan SPBU di Kota Mataram sedang melayani konsumen. Nantinya sembilan SPBU akan dijadikan percontohan dengan pembayaran menggunakan kartu.

nnnya dari sisi kecepatan pelayanan karena tak perlu menyiapkan uang kembalian. Sementara bagi operator, keamanannya lebih terjamin karena tak perlu lagi membawa yang cash dalam jumlah besar serta meminimalisir penggunaan uang palsu serta beragam keuntungan lainnya. “Karena itu Pertamina mendorong SPBU non tunai ini diperbanyak,” kata Reggi. Sebelumnya, Ketua Hiswana Migas Provinsi NTB, Komang Gandhi mengatakan, Hiswana Migas bekerjasama dengan perbankan untuk menempatkan teknologi pendukung pembayaran BBM di SPBU, tanpa menggunakan uang tunai. Baru beberapa SPBU yang saat ini sudah menggunakan pembayaran dengan gesek. Para pengusaha SPBU menurutnya sudah berencana menggalakkan SPBU non tunai ini. Terutama SPBU yang tersebar di dalam kota. Karena masyarakat mulai familiar menggunakan transaksi non tunai. Menggunakan transaksi non tunai untuk pembayaran BBM di SPBU ini menurutnya cukup praktis dan aman. Untuk pengusaha SPBU sendiri, pembayaran BBM menggunakan mesin ini dapat meminimalisir tingkat kejahatan di SPBU. Rencana memperbanyak SPBU non tunai ini harapannya didukung lebih massif oleh perbankan. Dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat, agar lebih banyak menggunakan fasilitas yang disiapkan oleh bank terkait. (bul)

(Ekbis NTB/dok)

Inspiratif Expo Diskominfotik NTB

Indonesia Sehat Bermula dari Keluarga Dengan mengusung tema “Sehat Keluargaku Sehat Indonesiaku” peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN)

ingin menyampaikan pesan bahwa sehat Indonesia bermula dari sehatnya keluarga. Dikomandoi Kepala Dinas

(Ekbis NTB/dok)

MEMUKAU - Jingga dan Biru, dua pelajar bersaudara ini memukau penonton dengan gitar dan biolanya pada Panggung Inspiratif Expo Diskominfotik NTB, Minggu (12/11)

Kata Mereka Tentang Inspiratif Expo

ANTUSIASME publik semakin terlihat di event Inspiratif Expo yang sudah Saya senang memasuki pekan ke 12. Masyarakat semakin medi Inspiratif madati jalan ruas jalan Expo, saya suka depan Kantor Dinas Kominfotik NTB di Jalan Udayana. nonton atraksi Publikasi Jalanan ini pelajar itu” mendapat respons positif dari berbagai kalangan. Setiap pekan diisi dengan berbagai informasi yang dikemas inspiratif dengan memadukan atraksi seni modern dan tradisional dari pelajar Kota Mataram dan Lombok Barat. “Saya senang di Inspiratif Expo, saya suka nonton atraksi pelajar itu,” ungkap Alona salah seorang warga Dasan Agung Mataram. Setiap pekan event inspiratif expo berhasil menyuguhkan atraksi yang mengundang decak kagum masyarakat. Beberapa masyarakat yang memadati panggung inspiratif expo mengaku tertarik dengan atraksi yang disuguhkan. “Saya terharu melihat penampilan dua anak yang main biola dan gitar itu” kata Aisah dari Karang Kelok. Inspiratif Expo yang diinisiasi Dinas Kominfotik Prov NTB memang dihajatkan untuk menyampaikan informasi pembangunan daerah dengan kemasan yang menarik dan atraktif. Diharapkan antara masyarakat dan pemerintah dapat saling memberi inspirasi, sehingga kegiatan pemerintah dapat dirasakan manfaatnya serta informasi bisa didapat secara langsung oleh masyarakat. “Kegiatan ini memang harus saling memberi inspirasi,” jelas Drs. Tri Budiprayitno, Kadis Kominfotik Provinsi NTB. Kali ini panitia Hari Kesehatan Nasional (HKN) NTB membagikan doorprize yang menarik atas sumbangan dari berbagai OPD Pemprov NTB. Warga masyarakat semakin senang membawa pulang hadiah. Masyarakat juga berburu makanan dan sembako murah. “Dia acara ini saya mengenal pejabat.” Kata Farah Bunga Nurani, pengisi stan kuliner rakyat saat Sekda Provinsi NTB Rosiady Sayuti mengunjungi stannya. (*)

Kesehatan Provinsi NTB, dr. Nurhandini Eka Dewi, SpA., peringatan HKN ke 53 digelar di keramaian Jalan Udayana Saat Car Free Day bekerjasama dengan Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik (Diskominfotik) NTB dalam Inspiratif Expo. Dengan seragam biru dongker bertuliskan HKN-53, seribuan peserta memadati jalanan. Sejumlah pejabat berbaur dengan masyarakat yang diawali senam pagi. “Kami melibatkan sekitar 1500 orang dalam peringatan HKN ini,” jelas dr. Eka – sapaan akrabnya. Wakil Gubernur (Wagub) Provinsi NTB, H. Muh Amin, yang hadir sejak pagi mengajak seluruh masyarakat untuk membiasakan diri menanamkan gerakan hidup sehat. “Melakukan gerakan fisik selama 30 menit, makan buah dan sayur dan sering mengontrol kesehatan secara rutin,” ujar Wagub. Selain menjalin silaturrahim, peringatan HKN di NTB ini sekaligus mengawali peringatan hari lahir NTB yang ke 59 yang puncaknya pada 17 Desember 2017 mendatang. “Kita berkumpul di sini bukan saja meningkatkan silaturahmi, ini merupakan momentum memperingati hari lahir NTB yang ke 59 pada 17 Desember 2017 mendatang,” kata Wagub. Semua OPD jajaran Pemrov NTB turut meramaikan HKN. Dinas Perdagangan mengisi sejumlah stan dengan menggelar pasar murah. Dinas Perikanan dan Kelautan menampilkan ikan segar dalam aquarium. Dinas Pertanian dan Perkebunan menyediakan berbagai jenis sayur dan buah. Pemeriksaan mata dan kesehatan gratis dari RSUD Provinsi NTB. Pengenalan produk bermacam obat dari BBPOM Mataram. Seperti juga gelaran Inspiratif Expo sebelumnya, di pekan ke 12 ini dimeriahkan sejumlah atraksi. Perpaduan peralatan perkusi dengan gamelan dari SMAN 3 Mataram mengisi segarnya udara pagi. Dua musisi cilik Jingga dan Biru memainkan biola dan gitar yang me-

Dokumentasi IKP Diskominfotik NTB

Wagub NTB H. Muh. Amin didampingi Ketua Yayasan Jantung Provinsi NTB H. M. Nur melepas balon pada peringatan HKN di Panggung Inspiratif Expo Diskominfotik NTB, Minggu (12/11) Wagub NTB H. Muh. Amin bersama beberapa pimpinan OPD lingkup Pemprov NTB hadir pada HKN Tahun 2017 di Panggung Inspiratif Diskominfotik NTB. Tidak hanya itu, animo masyarakat yang menonton acara ini cukup besar.

Wagub NTB H. Muh. Amin bertanya pada salah satu pengunjung Inspiratif Expo Diskominfotik NTB

mukau penononton. Keunikan kali ini, diisi oleh atraksi Waras Band. Pemainnya adalah mantan pasien Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma

Mataram serta atraksi band dari Mahasiswa Kedokteran Universitas Al Azhar Mataram. Warga masyarakat yang hadir memperoleh bermacam

Penampilan grup perkusi dan gamelan SMAN 3 Mataram di Panggung Inspiratif Expo.

hadiah, seperti sepeda gayung, lemari es dan sejumlah alat elektronik lainnya. Peringatan HKN ini ditandai dengan pelepasan balon udara

oleh Wakil Gubernur, H. Muh. Amin, Sekda Provinsi NTB Rosiady Sayuti dan H. M. Nur Ketua Yayasan Jantung Provinsi NTB. (*)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.