MINGGUAN TERBIT SEJAK 15 AGUSTUS 2016 E-mail: ekbisntb@gmail.com
SENIN, 19 MARET 2018
Ekbis NTB
4 HALAMAN NOMOR 24 TAHUN KE 2 TELEPON: Iklan/Redaksi/ Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
Kekuatan Ekonomi dan Dunia Usaha NTB
H. Yudistira Capriyadi
SELAMA ini Kementerian Pertanian baru memprogramkan pemberian subsidi asuransi pertanian untuk tanaman padi melalui program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Sementara komoditas tanaman yang lain seperti jagung, bawang merah, kedelai bahkan tembakau belum ada skema pemberian subsidi pertanian. Padahal risiko pertanian untuk sejumlah komoditas tersebut sangat rentan mengalami kegagalan. Halaman 3
Pembentukan WUB Ibarat Membuang Garam ke Laut SULIT mengatakan program 100.000 Wira Usaha Baru (WUB) sukses. Belum ada indikator kesuksesan itu. Pemerintah daerah sendiri tak memiliki data yang jelas mengenai hasil evaluasinya. Seperti diketahui, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi NTB pernah memiliki program unggulan 100.000 WUB. APBN dan APBD mendukung program tersebut. Di mana rimbanya program ini? Ia nyaris tak berbekas. Usaka Mikro Kecil
Menengah (UMKM) tak banyak yang muncul, pedagang pinggir jalanpun banyak kita jumpai digeluti oleh pengusaha-pengusaha dari luar daerah. ‘’Jika kondisinya seperti itu, sama saja artinya membuang garam di laut,’’ kata Dewan Pembina Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Provinsi NTB, H. Yudistira Capriyadi. Menjadi pengusaha bukanlah perkara gampang. Ketua Kamar Dagang In-
donesia (Kadin) Provinsi NTB, Ir. Barry Djadid pun pernah mengkritik program penciptaan WUB ini. Sebab menjadi pengusaha bukan atas dasar target pemerintah, melainkan semangat yang datang dari individu. Yudistira Capriyadi yang biasa disapa H. Yadi, mengatakan, menjadi pengusaha sekarang tidak gampang, tetapi tidak juga sulit.
Bersambung ke hal 3
Ketika WUB Gulung Tikar karena Berorientasi Bantuan Terciptanya 100.000 Wira Usaha Baru (WUB) merupakan salah satu program unggulan Pemprov NTB. Penciptaan WUB ini juga salah satu upaya menekan agar lulusan sarjana tidak selalu berorientasi menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sementara di satu sisi, penerimaan CPNS saat itu hingga sekarang hanya untuk formasi tertentu.
ADANYA program WUB ini, lulusan perguruan tinggi diharapkan mampu berwirausaha dan menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi banyak orang. Dengan kebijakan ini, maka lulusan perguruan tinggi atau SMA/SMK tidak perlu mengandalkan jadi PNS atau ASN, karena sudah mendapatkan penghasilan dan usaha sendiri. Meski demikian, gaung dari program unggulan ini gaungnya kian meredup. Apakah program 100.000 WUB sudah tercapai atau justru banyak yang sudah gulung tikar, karena hanya mengandalkan bantuan pemerintah? Hari baru beranjak siang saat Ekbis NTB mendatangi sebuah rumah di Desa Kopang Rembiga, Kopang, Lombok Tengah. Suasana rumah yang sepi tanpa ada aktivitas seperti biasanya tampak terlihat dari luar. ‘’Mereka lagi libur. Soalnya baru kemarin dapat pesanan banyak, jadi lembur,”
ujar Halimah, pemilik UD Sasak Galih saat ditemui beberapa waktu lalu. Sembari bercerita, ia menjelaskan kalau kemarin mendapat pesanan jajan merungkung, produk andalannya, dengan nilai yang cukup tinggi. ‘’Berapa dus mungkin itu dari Mataram pesan,’’ jelasnya. Ia yang sudah belasan tahun menekuni usaha kuliner jajanan tradisional ini mengaku, sejak mendapatkan bantuan peralatan dari Dinas Koperasi Lombok Tengah produksinya bertambah. ‘’Saat awal mulai usaha, paling banyak buatnya hanya 3-4 Kg jajan saja. Sekarang alhamdulillah bisa 30 Kg/hari,’’ tutur Inaq Limah, panggilan akrabnya. Selain bantuan peralatan, ia juga sudah seringkali menerima pelatihan terkait manajemen usaha yang membantu kelancaran usahanya. ‘’Sebenarnya kalau usaha itu, yang penting jalan saja. Ada atau tidak adanya modal. Yang penting terus saja,’’ ujarnya.
Bersambung ke hal 3
(Ekbis NTB/ham)
MANGKRAK - Sebuah gerobak dorong bantuan Dinas Koperasi dan UMKM NTB dibiarkan mangkrak dan tidak difungsikan.
Pelaku Usaha Tumbuh 9,9 Persen PELAKU usaha di NTB selama 10 tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang positif. Angka dunia usaha dipotret oleh Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 tahun melalui Sensus Ekonomi (SE). Data terakhir yang disajikan oleh BPS adalah SE 2016. Dilihat dari data terbaru itu, jumlah pelaku usaha di NTB sebesar 598.709 pelaku. Artinya terjadi pertumbuhan sebesar 9,9 persen dari data SE 2006 dengan jumlah 544.600. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB Ir. Endang Tri Wahyuningsih, MM kepada Ekbis NTB mengatakan, BPS NTB tak memiliki data secara rinci terkait dengan pertumbuhan Wira Usaha Baru (WUB) selama 2008 hingga 2018. Namun secara umum, BPS menyajikan data perusahaan baik yang skala kecil maupun besar. Dari jumlah 598.709 usaha di NTB tahun 2016 itu, sebanyak 99,2 di antaranya adalah pelaku Usaha Mikro Kecil (UKM), hanya 0,8 persen di antaranya adalah Usaha Menengah Besar (UMB). ‘’Usaha Mikro Kecil (UMK) mendominasi aktivitas ekonomi dengan proporsi sekitar 99,2 persen dan terkonsentrasi di Pulau Lombok sebesar 73,58 persen. Begitu pula untuk Usaha Menengah Besar (UMB) sebesar 68,73 persen,’’ kata Endang. Endang mengatakan, perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda
motor (Kategori G) merupakan aktivitas ekonomi yang paling banyak dijalankan (47,64%). Sementara industri pengolahan (Kategori C) sebesar 21,74 persen dan penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum (Kategori I) sebesar 9,49 persen merupakan aktivitas ekonomi terbesar kedua dan ketiga yang dijalankan penduduk NTB. Ketiga kategori lapangan usaha tersebut menjadi tempat mata pencaharian lebih dari separuh tenaga kerja di NTB yang sebesar 1,42 juta orang.
Bersambung ke hal 3
Endang Tri Wahyuningsih
(Ekbis NTB/dok)
(Ekbis NTB/uul)
(Ekbis NTB/bul)
SINAR matahari yang panas tidak membuat sebuah rumah yang terletak di pojok perumahan baru di sekitaran Gang Taman Rinjani, Karang Baru Mataram itu sepi. Beberapa pembeli tampak sedang memilih beraneka jenis kaktus hias di galeri sederhana rumah itu sembari mendengarkan penjelasan dari sang penjual kaktus yang merupakan 1 keluarga ini. Halaman 2
Petani Tembakau, Bawang Merah dan Jagung Butuh Subsidi Asuransi Pertanian
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
Bisnis Kaktus Mini yang Lagi Tren
(Ekbis NTB/uul)
TUNJUKKAN - Inaq Limah, pengusaha kecil di Desa Kopang Rembiga Lombok Tengah yang merupakan binaan pemerintah masih bertahan dengan usaha jajan tradisionalnya.
Abdul Aziz Bagis
Harus Ada Pencerahan PENGAMAT Ekonomi Universitas Mataram (Unram) Dr. Abdul Aziz Bagis, MS., meragukan data 100.000 wirausaha baru (WUB) yang diklaim oleh pemerintah daerah. Dalam hal ini, Aziz Bagis meminta pemerintah harus bisa menjelaskan, bagaimana kriteria pengusaha baru itu apa dan apa entitas usahanya. ‘’Ini harus dijelaskan. Harus jelas kriterianya,’’ terang dosen Fakultas Ekonomi Unram ini saat dihubungi beberapa waktu lalu. Ia khawatir jika dinas terkait hanya melihat jumlah pengusaha baru yang terdaftar, padahal kriteria itu tidak cukup menjadi patokan. Jika ada WUB yang tenggelam dalam waktu singkat, dirinya menanyakan apakah itu masih masuk dalam kategori pengusaha baru atau seperti apa? Ia mencontohkan jika pengusaha itu membuka UD lalu beberapa bulan kemudian tidak aktif. Apakah akan dikategorikan sebagai WUB baru? Itulah yang sangat disayangkan karena tidak ada keterbukaan terkait kriteria WUB baru. Apakah yang mempunyai identitas secara fisik, memiliki izin, atau lainnya. ‘’Apakah termasuk pedagang kaki lima yang informal itu, harus jelas kriterianya,’’ katanya. Selain kriteria, indikator dari keberhasilan program ini, imbuh Azis juga harus jelas. Kalau memang berhasil program tersebut, ukuran apa yang dipakai untuk mengukur keberhasilan penciptaan WUB. Dalam ketidakjelasan kriteria itu, dinas terkait hanya memperhitungkan WUB yang baru terdaftar hanya untuk mendapat bantuan. Padahal belum tentu mereka mendaftar, di bulan berikutnya apakah usahanya masih bertahan. ‘’Menjadi pengusaha itu, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bukan hal yang instan butuh proses yang panjang,’’ jelasnya. Untuk menumbuhkan pengusaha baru, hal pertama yang harus dilakukan adalah memberikan pencerahan kepada masyarakat agar berminat menjadi pengusaha. ‘’Harus ditumbuhkan minat mereka dari hati yang terdalam akan keinginan menjadi pengusaha itu. Bukan hanya karena mengharap bantuan saja,’’ kata Aziz. Proses motivasi ini atau yang disebutnya pencerahan bisa diperoleh secara informal maupun formal dengan waktu yang berbeda-beda masing-masing individu. ‘’Bisa lama atau sebentar tergantung kemantapan tekad dari orang itu sendiri,’’ jelasnya. Pencerahan secara formal bisa diperoleh melalui lembaga-lembaga pendidikan yang diberikan oleh para akademisi. ‘’Sedangkan melalui informal,
Bersambung ke hal 3
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
Lemah pada Proses Pembinaan PROGRAM penciptaan Wisarausaha Baru (WUB) sudah dijalankan oleh Pemprov NTB selama hampir 10 tahun. Pada periode pertama pemerintahan Dr. TGH. M. Zainul Majdi, diluncurkan program 100 ribu WUB selama lima tahun oleh SKPD terkait. Namun pada periode kedua ini, target penciptaan WUB menurun menjadi hanya 5000 usaha saja. Namun terlepas dari target-target kuantitatif tersebut, aspek pembinaan pascapelatihan dan pemberian modal usaha menjadi sesuatu yang disorot. Wakil Ketua DPRD NTB H Abdul Hadi, SE, MM., kepada Ekbis NTB mengatakan, yang perlu diperhatikan oleh Dinas Koperasi dan UMKM adalah pemantauan dan pembinaan setelah diH. Abdul Hadi lakukan pelatihan, pemberi-
an alat dan modal kerja. Jika lepas dari pembinaan, terkadang calon wirausaha baru tersebut tak mampu mengembangkan diri dengan baik. Akibatnya semua pengetahuan dan modal kerja yang telah diberikan tak berlanjut. Karena itulah, dinas terkait diminta tak hanya mengejar kuantitas semata. Melainkan memastikan bahwa wirausaha yang dibentuk itu sudah mampu melanjutkan usaha sesuai dengan target. Bisa saja jika dinas bisa mengangkat tenaga khusus untuk melakukan pemantauan dan pembinaan kepada wirausaha tersebut. ‘’Karena kalau sudah lepas dari pemantauan, biasanya tidak ada semangat untuk berusaha sesuai dengan target. Karena itu, penting ada tim untuk melakukan pembinaan. Atau bisa disinergikan dengan Dinas Sosial karena mereka memiliki PKH di lapangan,’’ kata politisi PKS ini. (Ekbis NTB/dok)
Bersambung ke hal 3
100.000 WUB Dilanjutkan ke 1.000 UMKM PROGRAM unggulan, 100.000 Wira Usaha Baru (WUB) telah diklaim oleh pemerintah daerah sukses dalam pencapaiannya. Bahkan hingga akhir waktu program unggulan ini, 2015-2016 lalu, 100.000 terlampaui. Bagi Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi NTB yang menjadi leading sector-nya. Setelah dianggap sukses, di atas kertas. Program tersebut telah direvisi kembali menjadi program 1.000 pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Tahun 2017 lalu, dari 1.000 yang dicanangkan setiap tahun ini, telah tercapai 980 UMKM.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi NTB, H. Muh. Imran menyebut hingga lima tahun setelahnya, diharapkan akan berkembang 5.000 UMKM di NTB. WUB dilanjutkan dengan melakukan evaluasi. Tetapi evaluasi tidak dilakukan untuk WUB sebanyak yang sudah diprogramkan, karena terbatasnya tenaga. Namun, dinas juga belum memberikan gambaran hasil evaluasinya. Program 1.000 UMKM setahun ini, klaimnya, merupakan lanjutan. Pemerintah cukup selektif memilih siapa saja WUB
yang berpotensi menjadi UMKM. Selanjutnya akan dilakukan kluster mana saja UMKM di masing-masing kategori, mikro, kecil dan mana yang sudah menengah. Program ini juga disokong oleh Kementerian Koperasi dan UKM RI. Bantuan diberikan dalam bentuk uang tunai, maksimal Rp13 juta. Masingmasing wirausaha diharuskan membuat proposal. Selanjutnya, Kemenkop akan melakukan verifikasi. Apakah proposal yang diajukan, sesuai dengan kebutuhan,
Bersambung ke hal 3
H. Muh. Imran (Ekbis NTB/bul)