Edisi 18 Desember 2017 | Ekbis NTB

Page 1

Ekbis NTB

MINGGUAN TERBIT SEJAK 15 AGUSTUS 2016 E-mail: ekbisntb@gmail.com

SENIN, 18 DESEMBER 2017

4 HALAMAN NOMOR 17 TAHUN KE 2 TELEPON: Iklan/Redaksi/ Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257

Kekuatan Ekonomi dan Dunia Usaha NTB

TENUN Lombok yang mulai dikenal sejak beberapa tahun belakangan ini terutama setelah Lombok populer menjadi destinasi wisata. Tidak heran permintaan akan tenun ini mulai meningkat, sehingga mulai muncul aneka kerajinan dari tenun seperti tas, baju, dan lainnya. Selain itu, dalam menjual tenun ini diharapkan memiliki desain-desain menarik, sehingga mampu menambah nilai jual pada pembeli. Halaman 2

Bunga Turun Jadi 7 Persen ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Tambah Nilai Jual Tenun dengan Desain Menarik

Debitur KUR Diprediksi Meningkat KREDIT Usaha Rakyat (KUR) yang memiliki bunga sebesar 9 persen di tahun 2017 ini akan turun menjadi 7 persen mulai tahun 2018 nanti. Penurunan bunga KUR ini diprediksi akan berdampak pada meningkatnya angka debitur yang akan mengakses dana bunga lunak ini. Halaman 3

PANEN - Produksi padi NTB hingga September 2017 sudah mencapai 2,3 juta ton dari target 2,4 juta ton. Tampak sejumlah buruh tani di Pulau Lombok sedang panen padi.

I Wayan Wangiyana

Perbaikan Manajemen dan Teknik Budidaya SEBUTAN NTB sebagai lumbung pangan dengan banyaknya produksi padi yang mencapai 2,3 juta ton, menurut pengamat pertanian Ir. I Wayan Wangiyana, M.Sc (Hons), Ph.D, bisa terjadi jika jumlah produktivitas dan luas areal tanam cukup dengan jumlah penduduk saat ini. ‘’Tapi saya meragukan data tersebut, karena di lapangan terutama di wilayah yang setiap tahunnya ditanami padi produktivitasnya hanya mencapai 4 ton/hektare,” jelasnya saat ditemui beberapa waktu lalu. Wangiyana mencontohkan petani di wilayah Narmada sudah mulai mengeluhkan hasil panen mereka yang setiap tahunnya selalu berkurang. ‘’Sampai mereka mengatakan kalau menanam padi harus dipupuk banyak baru bisa kelihatan hasilnya,’’ terangnya. Tetapi dengan adanya program pemerintah untuk membuka lahan baru dan penambahan luas areal tanam, menurutnya, target pemerintah 2,4 juta ton padi bisa tercapai. ‘’Hal ini karena lahan baru biasanya memiliki kandungan unsur hara yang lebih banyak sehingga lebih subur sehingga bisa menghasilkan produktivitas padi lebih tinggi dibandingkan yang dibudidayakan sejak lama,’’ kata Wangiyana. Apalagi lahan di NTB yang kebanyakan merupakan lahan kering dan ditanami padi saat musim hujan, produksinya juga termasuk tinggi. ‘’Yang menjadi persoalan adalah di tempat yang ketersediaan lainnya sepanjang tahun dan terus ditanami padi,’’ jelasnya.

Produksi Padi NTB Menembus 2,3 Juta Ton Pemerintah mencanangkan target produksi padi menembus 2,4 juta ton tahun 2017 ini. Target itu nyaris tercapai, di tengah banyaknya tantangan di sektor pertanian. Pemprov NTB melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB telah mengeksekusi amanat tersebut.

Husnul Fauzi

Perubahan Pola Tanam Bantu Pemenuhan Target Produksi KONTAK Tani Nelayan Andalan (KTNA) NTB optimis target produksi padi di NTB bisa tercapai sampai akhir tahun yaitu 2,4 juta ton, meski saat ini volume panen sudah menurun. Namun masih ada areal persawahan yang sedang dipanen, karena pola tanam yang sudah berubah. Pola tanam yang biasa yaitu dua

kali padi dan satu kali palawija, namun petani kini banyak yang mengubahnya menjadi tiga kali penanaman padi dalam setahun. ‘’Jadi yang berkecukupan air dia terus menanam padi. Kita persilakan saja dengan catatan nantinya para petugas agar mengawal, jangan sampai rugi petani,’’

Bersambung ke hal 3

Tetap Jadi Penyangga Beras Nasional

Padi Masih Jadi Komoditi Andalan Petani NTB padi di beberapa daerah di NTB masih cukup besar. Mereka menjadikan padi sebagai komoditas utama untuk ditanam setiap musim hujan mulai tiba. Saat awal musim hujan, rata-rata mereka menanam padi. Setelah panen, ada petani yang menanam padi dan banyak juga menanam tanaman palawija, seperti jagung, kacang panjang, cabai dan tanaman lainnya. Konsistensi para petani menanam padi ini

berbuah manis dengan capaian produksi padi 2,3 juta ton pada September 2017 lalu dari target 2,4 juta ton 2017. Konsistensi petani untuk tetap memilih menanam padi sebagai tanaman utama dikarenakan berbagai hal yang melatarbelakanginya. Seperti yang diungkapkan Mahfuz, Bendahara Kelom-

pok Tani Satu Tujuan, Desa Bagek Polak, Labuapi Lombok Barat. Menurutnya, di musim-musim hujan seperti sekarang ini, mereka memilih menanam padi dibandingkan budidaya tanaman lainnya.

Bersambung ke hal 3

KOMODITI - Areal pertanian di Bagik Polak Kecamatan Labuapi Lobar. Petani di desa ini masih mengandalkan tanaman padi sebagai komoditi utama untuk ditanam.

Bersambung ke hal 3 (Ekbis NTB/uul)

TAHUN 2017, NTB menargetkan 2,4 juta ton produksi padi. Itu artinya, NTB yang ditunjuk pemerintah pusat sebagai daerah penyandang pangan nasional harus mampu mewujudkannya. Dengan potensi lahan yang cukup luas, target besar ini optimis akan tercapai. Apalagi komitmen dari petani dalam menanam

PROVINSI NTB masih tetap menjadi penyangga beras secara nasional karena hasil produksinya yang tetap terjaga. Jika sampai bulan September tingkat produksi padi sudah mencapai angka 2,3 juta ton, maka target 2,4 juta ton di tahun 2017 ini kemungkinan besar akan tercapai. Hal itu disampaikan anggota Komisi II Bidang Pertanian DPRD NTB Raihan Anwar, SE, M.Si kepada Ekbis NTB. Menurutnya luas lahan pertanian di NTB bertambah seiring dengan adanya program cetak sawah baru di wilayah kabupaten. Namun di kawasan perkotaan terjadi penyusutan lahan pertanian setiap tahun karena alih fungsi untuk infrastruktur. Ia mengatakan, produktivitas padi selain disokong dari Pulau Sumbawa, produksi padi juga banyak disokong oleh produksi padi dari Pulau Lombok, terutama dari Lombok Timur dan Lombok Tengah. ‘’ Saya amati di Lombok bagian selatan yang dulunya kering, sekarang terjadi lonjakan hasil panen yang cukup bagus. Jadi, setidak-tidaknya dilakukan panen dua kali setahun,’’ katanya. Politisi Nasdem ini mengatakan, Harga Pembelian Pemerintah (HPP) saat ini juga sudah cukup bagus, hanya saja cukup terlambat serapannya. Sejak Agustus lalu, Bulog menetapkan kebijakan kenaikan harga pembelian gabah petani sebesar Rp 5,115 per Kg untuk gabah kering giling serta pembelian beras sebesar Rp 8.030 per Kg. Selain HPP gabah cukup baik, untuk komoditi jagung juga cukup bagus yaitu di atas Rp 3.200 per Kg yang dulunya di bawah Rp 2.700 per Kg. ‘’Makanya sekarang masyarakat berlombalomba menanam jagung terutama di Dompu dan Sumbawa. Tidak sampai di sana, di Bima juga kini banyak petani yang menanam jagung,’’ jelasnya.

Raihan Anwar

(Ekbis NTB/dok)

Bersambung ke hal 3

Bersambung ke hal 3

(Ekbis NTB/ris)

Endang Tri Wahyuningsih

M.Si., tegas , NTB masih cukup optimis menyumbang produksi untuk kebutuhan beras nasional. NTB masih kuat sebagai lumbung pangan nasional. Produksi tahun ini menurutnya meningat 11 sampai 12 persen dibanding dengan produksi yang dihasilkan tahun 2016 lalu. Tahun ini pemerintah provinsi mencanangkan target tanam di areal seluas 475.000 hektar. Sementara pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian menargetkan Provinsi NTB mencapai areal tanam seluas 503.000 hektar.

(Ekbis NTB/dok)

DARI target itu, hingga September 2017, produksinya telah mencapai 2,3 juta ton berdasarkan data Angka Ramalan II Badan Pusat Statistik (BPS). Hasil tersebut dengan sampel yang digunakan sebagai sistem yang sudah diakui internasional. Produksi itu berhasil dicapai dengan tantangan yang paling besar adalah sikap apatis masyarakat untuk bertani. Kemudian cuaca yang tidak menentu hingga alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan beton. Tetapi Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Provinsi NTB, Ir. Husnul Fauzi,


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Edisi 18 Desember 2017 | Ekbis NTB by e-Paper KMB - Issuu