Edisi 18 Desember 2017 | Ekbis NTB

Page 1

Ekbis NTB

MINGGUAN TERBIT SEJAK 15 AGUSTUS 2016 E-mail: ekbisntb@gmail.com

SENIN, 18 DESEMBER 2017

4 HALAMAN NOMOR 17 TAHUN KE 2 TELEPON: Iklan/Redaksi/ Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257

Kekuatan Ekonomi dan Dunia Usaha NTB

TENUN Lombok yang mulai dikenal sejak beberapa tahun belakangan ini terutama setelah Lombok populer menjadi destinasi wisata. Tidak heran permintaan akan tenun ini mulai meningkat, sehingga mulai muncul aneka kerajinan dari tenun seperti tas, baju, dan lainnya. Selain itu, dalam menjual tenun ini diharapkan memiliki desain-desain menarik, sehingga mampu menambah nilai jual pada pembeli. Halaman 2

Bunga Turun Jadi 7 Persen ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Tambah Nilai Jual Tenun dengan Desain Menarik

Debitur KUR Diprediksi Meningkat KREDIT Usaha Rakyat (KUR) yang memiliki bunga sebesar 9 persen di tahun 2017 ini akan turun menjadi 7 persen mulai tahun 2018 nanti. Penurunan bunga KUR ini diprediksi akan berdampak pada meningkatnya angka debitur yang akan mengakses dana bunga lunak ini. Halaman 3

PANEN - Produksi padi NTB hingga September 2017 sudah mencapai 2,3 juta ton dari target 2,4 juta ton. Tampak sejumlah buruh tani di Pulau Lombok sedang panen padi.

I Wayan Wangiyana

Perbaikan Manajemen dan Teknik Budidaya SEBUTAN NTB sebagai lumbung pangan dengan banyaknya produksi padi yang mencapai 2,3 juta ton, menurut pengamat pertanian Ir. I Wayan Wangiyana, M.Sc (Hons), Ph.D, bisa terjadi jika jumlah produktivitas dan luas areal tanam cukup dengan jumlah penduduk saat ini. ‘’Tapi saya meragukan data tersebut, karena di lapangan terutama di wilayah yang setiap tahunnya ditanami padi produktivitasnya hanya mencapai 4 ton/hektare,” jelasnya saat ditemui beberapa waktu lalu. Wangiyana mencontohkan petani di wilayah Narmada sudah mulai mengeluhkan hasil panen mereka yang setiap tahunnya selalu berkurang. ‘’Sampai mereka mengatakan kalau menanam padi harus dipupuk banyak baru bisa kelihatan hasilnya,’’ terangnya. Tetapi dengan adanya program pemerintah untuk membuka lahan baru dan penambahan luas areal tanam, menurutnya, target pemerintah 2,4 juta ton padi bisa tercapai. ‘’Hal ini karena lahan baru biasanya memiliki kandungan unsur hara yang lebih banyak sehingga lebih subur sehingga bisa menghasilkan produktivitas padi lebih tinggi dibandingkan yang dibudidayakan sejak lama,’’ kata Wangiyana. Apalagi lahan di NTB yang kebanyakan merupakan lahan kering dan ditanami padi saat musim hujan, produksinya juga termasuk tinggi. ‘’Yang menjadi persoalan adalah di tempat yang ketersediaan lainnya sepanjang tahun dan terus ditanami padi,’’ jelasnya.

Produksi Padi NTB Menembus 2,3 Juta Ton Pemerintah mencanangkan target produksi padi menembus 2,4 juta ton tahun 2017 ini. Target itu nyaris tercapai, di tengah banyaknya tantangan di sektor pertanian. Pemprov NTB melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB telah mengeksekusi amanat tersebut.

Husnul Fauzi

Perubahan Pola Tanam Bantu Pemenuhan Target Produksi KONTAK Tani Nelayan Andalan (KTNA) NTB optimis target produksi padi di NTB bisa tercapai sampai akhir tahun yaitu 2,4 juta ton, meski saat ini volume panen sudah menurun. Namun masih ada areal persawahan yang sedang dipanen, karena pola tanam yang sudah berubah. Pola tanam yang biasa yaitu dua

kali padi dan satu kali palawija, namun petani kini banyak yang mengubahnya menjadi tiga kali penanaman padi dalam setahun. ‘’Jadi yang berkecukupan air dia terus menanam padi. Kita persilakan saja dengan catatan nantinya para petugas agar mengawal, jangan sampai rugi petani,’’

Bersambung ke hal 3

Tetap Jadi Penyangga Beras Nasional

Padi Masih Jadi Komoditi Andalan Petani NTB padi di beberapa daerah di NTB masih cukup besar. Mereka menjadikan padi sebagai komoditas utama untuk ditanam setiap musim hujan mulai tiba. Saat awal musim hujan, rata-rata mereka menanam padi. Setelah panen, ada petani yang menanam padi dan banyak juga menanam tanaman palawija, seperti jagung, kacang panjang, cabai dan tanaman lainnya. Konsistensi para petani menanam padi ini

berbuah manis dengan capaian produksi padi 2,3 juta ton pada September 2017 lalu dari target 2,4 juta ton 2017. Konsistensi petani untuk tetap memilih menanam padi sebagai tanaman utama dikarenakan berbagai hal yang melatarbelakanginya. Seperti yang diungkapkan Mahfuz, Bendahara Kelom-

pok Tani Satu Tujuan, Desa Bagek Polak, Labuapi Lombok Barat. Menurutnya, di musim-musim hujan seperti sekarang ini, mereka memilih menanam padi dibandingkan budidaya tanaman lainnya.

Bersambung ke hal 3

KOMODITI - Areal pertanian di Bagik Polak Kecamatan Labuapi Lobar. Petani di desa ini masih mengandalkan tanaman padi sebagai komoditi utama untuk ditanam.

Bersambung ke hal 3 (Ekbis NTB/uul)

TAHUN 2017, NTB menargetkan 2,4 juta ton produksi padi. Itu artinya, NTB yang ditunjuk pemerintah pusat sebagai daerah penyandang pangan nasional harus mampu mewujudkannya. Dengan potensi lahan yang cukup luas, target besar ini optimis akan tercapai. Apalagi komitmen dari petani dalam menanam

PROVINSI NTB masih tetap menjadi penyangga beras secara nasional karena hasil produksinya yang tetap terjaga. Jika sampai bulan September tingkat produksi padi sudah mencapai angka 2,3 juta ton, maka target 2,4 juta ton di tahun 2017 ini kemungkinan besar akan tercapai. Hal itu disampaikan anggota Komisi II Bidang Pertanian DPRD NTB Raihan Anwar, SE, M.Si kepada Ekbis NTB. Menurutnya luas lahan pertanian di NTB bertambah seiring dengan adanya program cetak sawah baru di wilayah kabupaten. Namun di kawasan perkotaan terjadi penyusutan lahan pertanian setiap tahun karena alih fungsi untuk infrastruktur. Ia mengatakan, produktivitas padi selain disokong dari Pulau Sumbawa, produksi padi juga banyak disokong oleh produksi padi dari Pulau Lombok, terutama dari Lombok Timur dan Lombok Tengah. ‘’ Saya amati di Lombok bagian selatan yang dulunya kering, sekarang terjadi lonjakan hasil panen yang cukup bagus. Jadi, setidak-tidaknya dilakukan panen dua kali setahun,’’ katanya. Politisi Nasdem ini mengatakan, Harga Pembelian Pemerintah (HPP) saat ini juga sudah cukup bagus, hanya saja cukup terlambat serapannya. Sejak Agustus lalu, Bulog menetapkan kebijakan kenaikan harga pembelian gabah petani sebesar Rp 5,115 per Kg untuk gabah kering giling serta pembelian beras sebesar Rp 8.030 per Kg. Selain HPP gabah cukup baik, untuk komoditi jagung juga cukup bagus yaitu di atas Rp 3.200 per Kg yang dulunya di bawah Rp 2.700 per Kg. ‘’Makanya sekarang masyarakat berlombalomba menanam jagung terutama di Dompu dan Sumbawa. Tidak sampai di sana, di Bima juga kini banyak petani yang menanam jagung,’’ jelasnya.

Raihan Anwar

(Ekbis NTB/dok)

Bersambung ke hal 3

Bersambung ke hal 3

(Ekbis NTB/ris)

Endang Tri Wahyuningsih

M.Si., tegas , NTB masih cukup optimis menyumbang produksi untuk kebutuhan beras nasional. NTB masih kuat sebagai lumbung pangan nasional. Produksi tahun ini menurutnya meningat 11 sampai 12 persen dibanding dengan produksi yang dihasilkan tahun 2016 lalu. Tahun ini pemerintah provinsi mencanangkan target tanam di areal seluas 475.000 hektar. Sementara pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian menargetkan Provinsi NTB mencapai areal tanam seluas 503.000 hektar.

(Ekbis NTB/dok)

DARI target itu, hingga September 2017, produksinya telah mencapai 2,3 juta ton berdasarkan data Angka Ramalan II Badan Pusat Statistik (BPS). Hasil tersebut dengan sampel yang digunakan sebagai sistem yang sudah diakui internasional. Produksi itu berhasil dicapai dengan tantangan yang paling besar adalah sikap apatis masyarakat untuk bertani. Kemudian cuaca yang tidak menentu hingga alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan beton. Tetapi Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Provinsi NTB, Ir. Husnul Fauzi,


2

Ekbis NTB Senin, 18 Desember 2017

Tambah Nilai Jual Tenun dengan Desain Menarik Tenun Lombok yang mulai dikenal sejak beberapa tahun belakangan ini terutama setelah Lombok populer menjadi destinasi wisata.Tidak heran permintaan akan tenun ini mulai meningkat, sehingga mulai muncul aneka kerajinan dari tenun seperti tas, baju, dan lainnya. Selain itu, dalam menjual tenun ini diharapkan memiliki desaindesain menarik, sehingga mampu menambah nilai jual pada pembeli. OLEH karenanya, penenun di Bale Tenun Alam Tenar Desa Pelambik, Praya Barat Lombok Tengah diberikan pelatihan untuk mempelajari desain. Menurut Jelita Sukrama, pembina kelompok tenun, pelatihan dilakukan agar penenun tidak hanya menenun saja, tetapi juga agar mereka bisa menambah nilai jual kain tenunnya. “Pelatihannya dilakukan selama 2 hari diikuti oleh 31 penenun binaan kita,” terangnya saat ditemui Ekbis NTB belum lama ini. Pelatihan ini, tambahnya, diadakan oleh Maybank dan memasuki tahun ke-2 pembinaan. Pelatihan desain ini dilaku-

penenun, karena menambah pengetahuan mereka. “Dari pelatihan itu, ada 3 orang penenun yang memiliki bakat untuk membuat motif tenunan, itu nantinya yang akan kita kembangkan,” terangnya. Penenun di Pelambik sendiri, selama ini menenun kain hasilnya dijual ke pengepul. Tetapi sekarang, karena ada kelompoknya, jadi kelompok yang langsung membeli kain penenun, sehingga tidak terlalu merugikan penenun. Apalagi kain tenun yang dibuat penenun di Pelambik menggunakan kain dengan pewarna alami. “Penenun sendiri yang membuat warna

kan dengan mengundang desainer dari Jakarta, Yurita Puji, untuk mengajarkan penenun tentang motif tenun serta design tenunan. “Beliau mengajarkan ke penenun bagaimana motif tenun agar semua bagian tenun bisa digunakan,” kata Jelita. Biasanya kain tenun Lombok yang full motif membuat perancang kesulitan saat mengaplikasinya menjadi berbagai kerajinan, karena jika dipotong motif menjadi pecah. “Ia meminta penenun agar memberi ruang untuk motif agar bisa dijahit jika dijadikan baju,” terangnya. Jelita mengatakan pelatihan itu direspon dengan baik oleh

MELIHAT respons teman-temannya yang tertarik membeli setelah mencicipi brownies buatannya, membuat Rima Rahmaniah dan suaminya, Muh. Syarief, memulai bisnis brownies sejak September 2017. Rima yang beralamat di BTN Mavilla, Labuapi Lombok Barat ini membuat produk brownies yang diberi nama Macaru atau enak dalam bahasa Mbojo ini. Brownies ini, kata Rima, tergolong produk baru, tetapi sudah mulai banyak yang kenal terutama di sekitaran wilayah kampusnya. “Pertamanya dulu, saya sering bawa saat mengajar, kemudian banyak yang mau beli, mulai dari dosen sampai mahasiswa,” terang perempuan yang juga dosen di Universitas Muhammadiyah Mataram ini. Rima mengatakan resep brownies buatannya didapat setelah ber-

(Ekbis NTB/ist)

Latifa Production Berikan Layanan Gratis bagi Penghafal Qur’an

(Ekbis NTB/uul)

PELATIHAN - Penenun di Bale Tenun Alam Tenar Desa Pelambik, Praya Barat Lombok Tengah diberikan pelatihan terkait masalah desain tenun, sehingga mampu menambah nilai jual dari tenun yang dibuat.

Menikmati Sensasi Brownies Khas Mbojo

Bisnis

AMBIL GAMBAR - Salah satu kru sedang mengambil gambar di salah satu acara pernikahan di Mataram beberapa waktu lalu.

untuk benangnya, sehingga warna-warna yang dihasilkan lebih lembut dibandingkan yang lain,” kata Jelita. Pewarnaan dengan bahan alami ini ternyata lebih disukai oleh konsumen terutama dari luar daerah karena sesuai dengan trend yang diminati. “Harganya pun lebih mahal dibandingkan dengan kain tenun dengan benang buatan,” tukasnya. Harga untuk kain dengan pewarna alami mencapai Rp 350 ribu – Rp 1 jutaan tergantung kain dan motif yang diminta. Untuk itu, dengan adanya pelatihan ini, Jelita berharap penenun nantinya bisa memproduksi sendiri berbagai kerajinan tenun untuk menambah daya saing mereka. “Apalagi sekarang kita juga bersaingnya dengan kain tenun print yang harganya lebih murah, sehingga dengan adanya produk tambahan ini, penenun kita bisa bersaing,” kata Jelita. (uul)

ulangkali mencoba, sehingga menemukan resep yang pas. “Banyak juga konsumen yang memberikan saran dan kritik, sehingga saya terus berinovasi agar bisa diterima semua lidah,” terangnya. Meskipun terbilang baru, produksi Brownies Macaru milik Rima ini sudah termasuk cukup banyak. “Dalam sehari, saya bisa membuat kurang lebih 10 loyang brownies kukus ini,” terangnya. Ia memilih membuat brownies kukus dibandingkan brownies panggang, karena tekstur brownies kukus lebih lembut dibandingkan brownies panggang. Meskipun usaha brownies di Mataram sudah banyak, ia mengaku tidak terlalu mengkhawatirkan hal tersebut. “Brownies buatan saya ini menggunakan bahan-bahan terbaik, terutama untuk coklatnya. Kita lebih menonjolkan rasa coklatnya, misalnya untuk topingnya kita me-

makai coklat terbaik,” kata Rima. Selain itu, ukuran brownies yang dibuatnya juga cukup besar dan dibanderol dengan harga yang cukup terjangkau, hanya Rp 35 ribu saja. “Mungkin itu juga yang membuat banyak konsumen tertarik dengan produk kita,” ujarnya seraya mengatakan semua persyaratan produk sudah dimiliki Brownies Macaru. Meskipun terbilang baru, peminat browniesnya sudah sampai di Pulau Sumbawa. “Banyak yang pesan dari Sumbawa dan Bima untuk brownies ini, jadi kalau ada yang pesan kita kirim lewat ekspedisi,” ujar Rima. Ia mengatakan browniesnya ini jika disimpan di dalam kulkas bisa tahan sampai 1-2 minggu sehingga cocok dijadikan oleh-oleh. “Sebenarnya sudah banyak yang pesan, tetapi karena masih terkendala produksi dan tenaga kerja, bany-

(Ekbis NTB/uul)

TUNJUKKAN - Rima Rahmaniah menunjukkan produk brownies yang mulai banyak pemesan, terutama ke Pulau Sumbawa. ak yang tidak kita sanggupi pesan- melalui mulut ke mulut. “Kita berenannya,” jelasnya. Ia mengaku masih cana untuk memiliki toko kue sendiri memasarkan produknya lebih ba- agar memudahkan pemasaran,” nyak melalui sosial media maupun tambahnya. (uul)

Stik Pakis, Cemilan Unik dari Prian

(Ekbis NTB/uul)

BERGERAK di jasa usaha fotografi dan videograsi, Latifa Production mulai menunjukkan eksistensinya. Usaha yang digawangi Syamsul Bahri, MM., ini tidak hanya berorientasi pada bisnis semata, tapi juga siap memberikan pelayanan gratis pada para penghafal Alquran. Layanan gratis pada penghafal Alquran ini merupakan salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan pada masyarakat. ‘’Kami ingin memberikan pelayanan dokumentasi pernikahan foto dan video mulai dari akad nikah sampai resepsi bagi mereka yang hafiz maupun hafizah secara gratis. Sementara bagi masyarakat umum mendapat diskon 50% . Kegiatan ini mulai dari tanggal 20 Desember 2017 sampai dengan 20 Juni 2018,’’ tuturnya pada Ekbis NTB, Kamis (14/12). Menurutnya, layanan gratis bagi para penghafal Alquran ini, merupakan bentuk kecintaannya atau rasa hormat perusahaan pada para penghafal Alquran. Dalam hal ini, jika para penghafal Alquran butuh jasa fotografi atau videografi saat menikah, bisa menghubungi dirinya atau tempat usahanya. ‘’Kalau di luar itu (penghafal Alquran, red) kami tetapkan biaya antara Rp 4 sampai 5 juta. Tapi kalau kami sekedar makan saja, insya Allah,’’ ujarnya. Selain bergerak di bidang usaha fotografi dan videografi di pernikahan atau wedding, Latifa Production, tambahnya, juga melayani permintaan di acara gathering, seminar, reuni, jasa pembuatan video profil, iklan pemerintahan, iklan komersial. Tidak hanya itu, pihaknya juga membuka jasa kursus bagi generasi muda yang tertarik belajar fotografi selama 3 bulan. Diakuinya, selama ini banyak orang yang belum memahami bagaimana cara memegang kamera dan handy cam. Kebanyakan di antara mereka asal ambil gambar dan tidak mengetahui keberadaan atau fungsi alat yang ada di kamera itu. ‘’Untuk itu, bagi yang mau belajar, kami buka kursus dan diajar sama tenaga profesional dan berpengalaman. Bagi yang masuk ada diskonnya,’’ ujarnya berpromosi. (ham)

SIAPA sangka, pakis yang selama ini hanya digunakan sebagai sayuran saja bisa diolah menjadi cemilan. Di tangan Lailatul Mardiana dan KWT Ingin Maju Prian, Montong Gading, Mataram, mereka mengolah pakis menjadi stik pakis yang rasanya enak dan unik. “Kami terpikir untuk membuat stik ini karena di daerah saya, pakis keberadaannya melimpah dan hanya digunakan untuk sayur saja,” terangnya saat ditemui beberapa lalu. Laila mengatakan, dirinya dan KWT baru mulai membuat stik pakis ini sejak akhir tahun 2016. “Setelah kita dapat CSR dari sebuah NGR yang melihat potensi kami di olahan makanan,” terangnya. Apala-

gi harga pakis di desanya dihargai cukup murah, karena ketersediaanya yang berlimpah. “Daripada hanya menjadi sayur, lebih baik baik olah menjadi olahan lain yang bernilai ekonomi tinggi,” jelasnya. Resep untuk membuat stik pakis ini dilakukannya setelah mencoba baru kemudian menemukan resep yang pas. “Awalnya pakis kami blender tetapi kalau begitu hanya warna hijaunya saja yang kelihatan, bukan pakisnya,” kata Laila. Jadi, ia membuat stik ini dengan memotong pakis kecil-kecil agar bentuknya masih kelihatan saat dinikmati oleh konsumen. “Biar orang yakin kalau ini memang memakai pakis asli,” tambahnya. Produksi pembuatan stik pakis ini, diakui Laila, masih tergolong kecil karena masih pemula. “Sehari kami bisa buat 2-3 kg stik pakis ini karena pasarannya juga masih terbatas,” terangnya. Ia mengaku pasaran stik pakis ini masih terbatas berada di sekitar desanya dan orang yang tahu kemudian memesan padanya.

“Sekarang ini, kami sedang mulai merambah ke sosial media untuk lebih memperkenalkan produk kami ke khalayak ramai,” ujarnya. Harga untuk 1 bungkus stik pakis ini dibanderol Laila hanya Rp 5 ribu/bungkus. “Produksi juga tidak

terlalu banyak, tetapi alhamdulillah usaha ini sudah bisa memberikan dampak ekonomi bagi para anggota kami,” jelasnya. Ia mengatakan, nantinya produknya ini akan dipasarkan ke Malaysia setelah ada tekong

yang berminat membuka toko di sana dan memasarkan produk Lombok ke sana. “Semoga saja produk kami banyak dikenal orang,sehingga produksi terus meningkat,” tambahnya. (uul)

Lailatul Mardiana dengan produk stik dari pakis.

Dapur Sayur, Tempat Makan Asyik bagi Vegan SALAH satu tempat yang menjadi rekomendasi bagi pecinta sayuran atau makanan dari nabati, patut mencoba sajian menu di Dapur Sayur. Tempat makan yang berlokasi di jalan Selaparang no 154/36C, Cakranegara ini menyediakan berbagai olahan menu yang terbuat dari sayuran dengan rasa yang tidak kalah dari olahan daging. Menurut Wenfu, chef Dapur Sayur, tempat makan ini hadir untuk menjawab kebutuhan konsumen. “Banyak pembeli dari luar daerah yang vegan atau vegetarian kesulitan mencari tempat makan yang full menu sayur,” terangnya saat ditemui. Vegan sendiri adalah orang yang sudah mengonsumsi tumbuhan tanpa tambahan olahan hewani, sedangkan vegetarian masih mengkonsumsi olahan hewani. Dapur Sayur yang baru berdiri sejak 9 bulan yang lalu ini menyediakan berbagai menu dengan menggunakan bahan yang terbuat dari tumbuhan. “Semua bahan yang kita pakai 100% adalah sayuran atau nabati, karena sayur ini banyak mengandung vitamin dan gizi yang dibutuhkan tubuh,” ujar Wenfu.

Ia mencontohkan salah satu menunya di Dapur Sayur adalah bakso yang seluruhnya terbuat dari nabati. “Seperti mienya kita buat sendiri, sehingga lebih sehat, terus baksonya kita buat dari sari kedelai atau jamur,” jelasnya. Walaupun terbuat dari nabati, ia menjamin rasanya tidak kalah dengan bakso daging yang biasa dijual. Bakso malang yang ada di Dapur Sayur tampilannya seperti bakso yang biasa kita kenal, bahkan rasanya jua familiar. Tetapi penggunaan kedelai sebagai bahan bakso serta tambahan kol goreng sebagai taburan membuat baksonya menjadi lebih istimewa.”Kita menjami semua menu yang ada disini semuanya bebas dari bahan pegawet serta penyedap,” kata Wenfu. Ia menambahkan semua bahan yang digunakan merupakan bahan yang didapat baik secara lokal atau ada yang khusus dipesan dari luar daerah. Mie yang dibuat sendiri, imbuhnya, dibuat di hari itu dan habis pada hari yang sama juga. “Menu kita tidak menggunakan bawang sebagai bumbu karena bawang biasanya digunakan untuk sajian daging,” jelasnya.

Untuk harga, menu yang ditawarkan di Dapur Sayur tidak terlalu mahal, berkisar mulai Rp 3 – 15 ribu saja. “Kalau di sini yang paling banyak disukai adalah menu cap caynya, karena rasanya beda dengan yang biasa dijual, kita tidak menggunakan kecap untuk capcaynya,” kata Wenfu. Tidak heran, konsumen Dapur Sayur datang dari berbagai kalangan yang datang dari

berbagai wilayah. “Konsumen kita kebanyakan dari luar, misalnya dari Jakarta atau Surabaya saat datang berkunjung ke Lombok, dari Mataram juga cukup banyak,” terangnya. Ia berharap Dapur Sayur bisa dikenal masyarakat agar lebih menikmati menu dari nabati, tidak hanya olahan daging saja. Dapur Sayur buka setiap hari mulai dari jam 09.00 – 20.00 wita. (uul)

(Ekbis NTB/uul)

NIKMATI - Salah satu pecinta kuliner sedang memesan menu makanan dari nabati di Dapur Sayur beberapa waktu lalu.

Pemimpin Umum: Agus Talino Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Raka Akriyani Redaktur Pelaksana: Marham Koordinator Liputan : Akhmad Bulkaini Redaktur : Marham, Zainudin Syafari, Akhmad Bulkaini Staf Redaksi Mataram : U'ul Efriyanti Prayoba Lombok Barat: M.Haeruzzubaidi, Lombok Tengah : Munakir. LombokTimur: Rusliadi, Yoni Ariadi. KLU : Johari. Sumbawa Barat : Heri Andi. Sumbawa : Arnan Jurami, Indra Jauhari. Dompu : Nasrullah. Bima : Rafiin. Tim Grafis : A.Aziz (koordinator), Didik Maryadi, Jamaludin, Mandri Wijaya Kantor Redaksi : Jalan Bangau No. 15 Cakranegara Telp. (0370) 639543, Facsimile: (0370) 628257. Tarif Iklan : Iklan Baris : Rp 20.000/baris Min 2 baris max 10 baris (1 baris 30 character). Display B/W (2 kolom/lebih): Rp 30.000/mmk. Display F/C : Rp 35.000/mmk. Iklan Keluarga : Rp 20.000./mmk. Iklan Advertorial : Rp 15.000/mmk. Iklan NTB Emas (1 X 50 mmk): Rp 500.000/bulan (25 X muat). Iklan Peristiwa : Rp 350.000/kavling. Alamat Bagian Langganan/Pengaduan Langganan: Jalan Bangau No. 15 Cakranegara Telp. (0370) 639543, Facsimile: (0370) 628257. Harga Langganan: Rp 85.000 sebulan (Pulau Lombok) Rp 90.000 sebulan (Pulau Sumbawa), Pembayaran di muka. Harga eceran Rp 5.000. Terbit 1 kali se-minggu. Penerbit: PT Suara NTB Pers. Percetakan: PT Bali Post.

Ekbis NTB

Wartawan

Ekbis NTB

selalu membawa tanda pengenal, dan tidak diperkenankan menerima/meminta apa pun dari nara sumber.


Ekbis NTB

Ekbis NTB Senin, 18 Desember 2017

3

Selama 2017, Bisnis Penukaran UangAsing Tak Menggembirakan BISNIS penukaran mata uang asing terguncang. Disebut-sebut tahun ini menjadi tahun paling buruk bagi pelaku usaha money changer dalam lima tahun terakhir. Krisis global menjadi salah satu pemicu, ditambah dengan kebijakan makro dalam negeri, hingga terjadinya gangguan alam. Ketua Asosiasi Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA) Provinsi NTB, Darda Subarda menguatkan informasi ini. Ditemui di money changer miliknya, PT. Tri Putra Darma Valuta di Jalan Langko Mataram, Sabtu (16/12) kemarin, Darda menjelaskan bahwa krisis global yang menyebabkan penurunan daya beli, penurunan transaksi hampir di berbagai lini bisnis, tidak saja secara khusus di satu entitas bisnis. Penurunan jual beli valuta asing mulai terasa sejak tahun

2015. Bisnis money changer mengalami masa paling bagus pada tahun 2015 lalu. Setelahnya, berangsur-angsur menurun hingga saat ini di 2017 dianggap paling parah. Darda menggambarkannya secara statistik, terjadi penurunan jual beli valuta asing rata-rata 70 persen. “Sebelum-sebelumnya, wisatawan datang ke Lombok dan melakukan penukaran 1.000, sekarang cuma nuker 50,” katanya tanpa menyebut mata uang. Darda sendiri memiliki unit bisnis money changer di tiga titik. Di kawasan wisata Senggigi, Lombok Barat, di Pemenang Lombok Utara, dan di Jalan Langko Mataram. Jika dihitung secara keseluruhan, sebelum-sebelumnya transaksi jual beli valuta asing di PT. Tri Putra Darma Valuta mencapai Rp 300 juta, belakangan transaksinya

menurut menjadi Rp 100 juta hingga Rp 150 juta. Menurutnya, unit bisnis valuta asing di pusat wisata mengalami penurunan sampai 80 persen, sementara money changer yang ada di kota mengalami penurunan tak signifikan, hanya 20 persen. Darda mengatakan, mata uang Dolar Amerika paling mendominasi penukaran, sampai kisaran 60 persen. Didukung mata uang asing lainnya, euro, riyal, ringgit dan mata uang asing dari lain di beberapa negara di Asia. Bisnis penukaran valuta asing sedang memasuki masa tak menggairahkan. Karena itulah, perusahaan pelaksana KUPVA menyiasatinya dengan melakukan efisiensi. Meski demikian kondisi ini tak sampai dilakukan pemangkasan karyawan. Lemahnya daya beli termasuk akibat dampak kebijakan

Bank Indonesia yang menggalakkan transaksi non tunai menjadi salah satu penyebab bisnis valuta asing menurun. Selain itu, khusus untuk wisata NTB, belakangan berkembang informasi erupsi Gunung Agung di Bali. Baik langsung maupun tidak langsung, Lombok ikut menerima dampaknya. Wisawatan masih was-was akan terjadinya erupsi secara tiba-tiba dan memungkinkan terjadinya pembatalalan layanan jasa transportasi udara. “Kekhawatiran wisatawan, jangan sampai pas dia di atas pesawat, terjadi letusan tibatiba. Atau setelah mereka di sini, terjadi letusan, otomatis terganggu kepulangannya. Ini juga menjadi pertimbangan besar wisatawan,” paparnya. Pelaku usaha KUPVA juga masih wait and see. Harapannya, fenomena ini tak terjadi berkepanjangan.(bul)

Bunga Turun Jadi 7 Persen

Debitur KUR Diprediksi Meningkat KREDIT Usaha Rakyat (KUR) yang memiliki bunga sebesar 9 persen di tahun 2017 ini akan turun menjadi 7 persen mulai tahun 2018 nanti. Penurunan bunga KUR ini diprediksi akan berdampak pada meningkatnya angka debitur yang akan mengakses dana bunga lunak ini. “Saya kira akan semakin meningkat pengakses dana KUR ini, karena memang harapannya seperti itu KUR ini. Sekarang pun harapannya begitu dan Alhamdulillah dari tahun ke tahun sudah mengalami peningkatan. Harapan saya akan lebih dari 2 triliun dana KUR yang tersalur di NTB hingga akhir tahun,” kata Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTB Taukhid, SE, M.Sc. IB, kepada Ekbis NTB. Taukhid mengatakan, perbankan akan memberlakukan

KUR dengan bunga 7 persen mulai awal tahun depan secara otomatis setelah turunnya kebijakan dari pemerintah pusat itu. “Perbankan tetap menyalurkan kreditnya , kemudian pada saat mereka mengklaim pembayaran subsidi bunganya, dia akan mengklaim sebesar suku bunga dikurangi 7 persen” katanya. Ia yakin pemerintah daerah juga sudah siap mengawal KUR ini, setidaknya dari hasil pertemuannya dengan pemerintah daerah beberapa waktu lalu. Taukhid juga dijadwalkan memberikan materi di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) pekan ini untuk memberikan penjelasan bagaimana keharusan seluruh dinas terkait bisa bekerjasama untuk mendukung KUR ini. Dari data SIKP Ditjen Perbendaharaan menunjukkan, realisasi KUR di wilayah Provinsi NTB sampai dengan

Perubahan Pola Tanam Bantu Pemenuhan Target Produksi Dari Hal. 1 kata Ketua KTNA NTB Sabri M. Yasin pada Ekbis NTB belum lama ini. Pola tanam yang berubah dengan mengedepankan pertanian padi sepanjang tahun banyak terlihat di sejumlah kecamatan di Lombok Barat seperti di Lingsar, Narmada, Gunung Sari bahkan di Gerung. Pola tanam yang seperti ini turut mendongkrak target produksi padi sebesar 2,4 juta ton tersebut. KTNA beberapa kali mengadakan rapat dengan komisi irigasi, tim koordinasi sumber daya air serta para pihak terkait lainnya untuk mengoptimalkan pertanian. Setelah mencoba melihat di lapangan, lahan sawah yang kekeringan sudah semakin sedikit dengan bantuan program pompa air, ditambah lagi dengan turunnya hujan. ‘’Tanpa diduga sudah teratasi teman-teman yang menanam padi,’’ katanya. Ia menuturkan, sudah banyak bantuan peralatan pertanian yang diberikan oleh pemerintah kepada kelompok tani seperti program pompanisasi. Namun demikian para petani juga harus berlatih untuk mengoperasikan alat tanam yang membutuhkan keahlian khusus. ‘’Alat pertanian tersebut juga mengurangi tingkat pengangguran anak muda,’’ katanya. Terkait dengan program cetak sawah baru, Sabri menilai program tersebut pada dasarnya sudah mampu memberi hasil dan turut berkontribusi pada pencapaian target produksi padi dalam daerah. Meski demikian muncul laporan dari para petani di beberapa kabupaten bahwa sejumlah lokasi sawah baru yang dicetak tersebut adalah sawah tadah hujan. ‘’Karena itu sawah baru ini harus dipersiapkan irigasinya, program pembuatan embung dan lainnya,’’ tambahnya. Salah satu hambatan pertanian padi di NTB kata Sabri adalah serangan hama burung yang semakin mengkhawatirkan. Populasi burung sawah dinilai semakin banyak seiring dengan perubahan pola tanam padi. Para petani membutuhkan waktu dan tenaga ekstra untuk menghalau burung sawah yang hinggap di tanaman padi yang mulai berbuah. Petani berupaya melindungi padi yang baru berbuah dengan memasang jaring dan

alat pengusir burung secara tradisional berupa rumbairumbai dari plastik. Bahkan ada yang menggunakan suara dari ledakan mercon. Menurutnya, hingga saat ini belum muncul teknologi yang efektif untuk mengusir hama burung yang secara terus menerus menganggu padi milik petani. Namun dari hasil diskusinya dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, sudah ada alat bertenaga surya yang mengeluarkan suara dengan radius 700 meter, sehingga burung tidak berani turun. ‘’Alat itu kabarnya ada di Sulawesi Selatan, namun KTNA di sana juga belum mengetahui adanya teknologi baru ini. Jika memang itu ada, tentu sangat efektif,’’ katanya. Penggunaan jaring untuk menghindari burung harganya cukup mahal. Misalnya kalau membeli jaring baru harganya sekitar Rp 2,5 juta untuk menutupi areal satu hektar sawah. Jika sawah milik petani lebih dari satu hektar, tentu mengharuskan petani membeli jaring lebih banyak lagi jika tidak ingin hasil panennya buruk. ‘’Kalau hama wereng, walang sangit itu bisa diatasi dengan penyemprotan, tapi kalau burung ini memang merepotkan,’’ ujarnya. Menurut Sabri, ancaman penurunan hasil produksi dari hama burung ini cukup serius. Jika burung tidak dihalau secara rutin, penurunan produksi bisa sampai 70 persen. ‘’Saya pernah ada pengalaman, tenaga tak bisa terjangkau karena luas areal 2,5 hektar. Sekitar 50 are di antaranya saya hanya dapat tidak sampai 1 ton, habis sama burung.’’ Selain hama, salah satu tantangan pertanian saat ini adalah minimnya tenaga kerja yang mau bekerja di sawah. Meskipun sudah tersedia aneka mesin untuk menanam dan memanen padi, tetap saja butuh tenaga manusia untuk mengontrol alat-alat tersebut. ‘’Ini anak muda masih enggan mau ikut bertani, makanya kita melakukan pendekatan lewat mesin itu. Sehingga memacu mereka untuk ikut, karena yang kita hadapi sekarang tenaga berkurang,’’ tutupnya. (ris)

KUR : Pedagang di Pasar Kebon Roek, Ampenan. Sektor yang paling banyak menyerap KUR di NTB adalah sektor perdagangan besar dan eceran dengan jumlah Rp 794 miliar. 12 Desember 2017 sebesar Rp 1,3 triliun dengan jumlah debitur sebanyak 63 ribu orang. Adapun sektor yang paling banyak menyerap KUR di NTB adalah sektor perdagangan besar dan eceran dengan jumlah Rp 794 miliar, disusul sektor pertanian dengan jumlah Rp 404 miliar. Sementara itu, Direktur Utama PT Bank NTB H Komari Subakir mengaku sudah siap dengan kebijakan penurunan suku bunga KUR menjadi 7 persen tahun depan. Bank NTB selama ini fokus pada penyaluran KUR ke tiga sektor yaitu pertanian, peternakan dan kelautan dengan target Rp 100 miliar tahun ini. “KUR 7 persen tahun, itu kebijakan yang sangat baik dari pemerintah pusat. Tentunya kami akan ikuti kebijakan yang

ditetapkan oleh kemeterian. Kami sebagai bank pelaksana KUR selama ini ditugaskan menyalurkan ke sektor pertanian, peternakan,dan kelautan. Kami akan laksanakn sesuai dengan regulasi,” ujarnya. Komari berpandangan, turunnya suku bunga KUR menjadi 7 persen tahun depan tidak serta merta akan membuat jumlah debitur semakin tinggi, karena memang penyaluran kredit ini menyasar masyarakat atau kelompok masyarakat yang sudah memenuhi syarat tertentu. “ Karena itu kan sudah diatur ketentuannya melalui SIKP. Menurut saya tidak terlalu signifikan penambahan pengakses KUR nanti. Karena kredit ini kan bagi yang sudah memenuhi kreteriakreteria,” kata Komari.(ris)

Perbaikan Manajemen dan Teknik Budidaya Dari Hal. 1 Menurutnya, tanah di sana sudah jenuh karena banyak unsur hara yang hilang serta biota tanah yang berada di sekitarnya juga banyak yang menghilang. “Sekarang sulit kita dapat cacing di sawah, tidak seperti yang dulu karena tanah sudah jenuh dengan pupuk yang dipakai petani,” kata Wangiyana. Hal ini diperparah dengan kebiasaan petani membakar jerami padi setelah dipanen. “Padahal kalau dikembalikan, itu bisa menambah kesuburan tanah yang berpengaruh terhadap produktivitas tanaman,” jelasnya. Pembakaran jerami padi ini, tukasnya, merupakan hal yang sangat disayangkan karena misalnya dalam 1 hektar sawah bisa menghasilkan sampai 12 ton limbah jerami. “Kalau memakai pupuk kandang atau kompos, membutuhkan jumlah sampai 30 ton, darimana petani dapat sama mahal di biayanya,” kata Wangiyana. Sehingga diperlukan perbaikan manajemen pengolahan limbah, dimana petani bisa menggunakan limbah jerami sebagai pupuk kompos. “Memang kalau pakai organ-

ik, membutuhkan waktu yang lama tetapi setelah lama produktivitas akan meningkat seperti di Sri Langka yang sudah menerapkan inovasi tersebut,” jelasnya. Di Sri Langka, petani padi bisa panen sampai 20 ton/ ha dengan melakukan perbaikan lahan menggunakan bahan organik. “Selain itu juga ada perbaikan teknik budidaya, misalnya dengan menggunakan teknik SRI di mana padi tidak sepanjang waktu digenangi,” kata Wangiyana. Dari hasil penelitian yang pernah dilakukannya juga dengan menggunakan teknik SRI, rumpun padi yang dihasilkan dengan juga lebih banyak dibandingkan dengan digenangi sepanjang waktu. “Juga dengan melakukan pergiliran tanaman, misalnya dengan menanam padi-palawija-padi, untuk memperbaiki kualitas tanah,” kata Wangiyana. Namun, karena adanya perundang-undangan yang membebaskan petani untuk menanam sesuai keinginannya, jadi hal tersebut sulit dilakukan. “Makanya harus ada perbaikan manajemen, teknik budidaya, serta melakukan pergiliran tanaman agar produktivitas lahan bisa kembali lagi,” jelasnya. (uul)

Tetap Jadi Penyangga Beras Nasional Dari Hal. 1 Adapun penjualan beras dari NTB ke daerah lain di Indonesia dipandang sudah sesuai dengan proporsi yang seharusnya. Cadangan dari stok kebutuhan daerah sudah banyak dan mencukupi, sehingga sebagian hasil produksi

dalam daerah dijual ke provinsi tetangga, seperti NTT maupun ke Pulau Jawa. ‘’Dari kebutuhan konsumsi masyarakat kita sendiri, kemudian ditambah dengan cadangan kalau tidak salah sebanyak 70 ribu ton. Kalaupun terjadi perdagangan antardaerah tidak masalah. (ris)

Warga meninting hadiri festival bekele tongkol

Angkat Pantai Meninting

Digelar Festival ’’Bekele’’ Tongkol dan Lomba Kano PEMERINTAH Desa Meninting menggelar festival bekele ikan tongkol. Kegiatan yang merupakan acara tasyukuran setahun jabatan Kades Meninting Iskandar Zulkarnain tersebut dijejali pengunjung. Sebab disamping mengadakan festival bekele tongkol, pemdes juga mengadakan lomba dayung kano. Pantauan Ekbis NTB, Minggu (17/12) pagi kemarin, ratusan warga Desa Meninting Kecamatan Batu Layar berjubel di Pantai Meninting. Mereka ikut meramaikan festival bekele tongkol di pinggir pantai Meninting tersebut. Sementara untuk acara lomba kano, tidak hanya orang dewasa, melainkan juga diramaikan oleh kalangan anakanak kecil yang memang sudah mahir bermain kano. Kepala Desa Meninting H. Iskandar Zulkarnain dalam kesempatan itu mengatakan bahwa digelarnya festival

bekele tongkol ini merupakan bentuk rasa syukur dirinya dan pemerintah Desa Meninting. “Acara ini adalah bentuk syukur kami di desa, bahwa saat ini sudah satu tahun kami menjadi kepala desa,” katanya. Namun syukuran masa jabatannya itu bukanlah hal yang utama. Justru menurut dia, festival tersebut merupakan pesta rakyat yang nampaknya sangat cocok untuk dilakukan. Bahkan kedepan, dia berencana akan menjadikan festival ini menjadi agenda rutin pemerintah Desa Meninting. “Tahun depan kita akan adakan kembali dengan lebih tertata dan meriah, sehingga bisa juga dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar,” katanya. Untuk itu, dia pun berpesan kepada masyarakatnya untuk tetap menjaga kebersihan pantai. Menurutnya, jika pantai bersih, maka wisatawan akan sangat senang berkun-

jung baik itu wisatawan lokal maupun mancanegara. “Dan lagi-lagi hasilnya bisa kita nikmati bersama. Kami akan upayakan ini menjadi agenda tahunan Desa Meninting,” tegasnya kemudian. Sementara itu warga yang hadir dalam acara tersebut merasa sangat senang. Bahkan warga berharap agar kegiatan semacam itu bisa diadakan setiap pekan, sehingga Pantai Meninting selalu ramai. Dengan begitu, pantai Meninting bisa menjadi objek wisata baru selain Senggigi. “Kalau bisa diadakan setiap minggu, jadi warga bisa menikmati liburan dan tentunya ikan tongkol gratis,” kata salah seorang warga. Selain acara bekele 500 ekor ikan tongkol dan lomba kano, warga juga dihibur oleh artis lokal yang sudah cukup dikenal yaitu Arie Juliant yang merupakan warga Meninting. Ia sudah cukup malang melintang di dunia musik. (her)

Padi Masih Jadi Komoditi Andalan Petani NTB Dari Hal. 1 ‘’Soalnya menanam padi ini lebih mudah dibandingkan menanam tanaman yang lain, juga perawatannya lebih mudah,’’ terangnya. Ia mencontohkan jika dibandingkan dengan menanam kedelai, hasil padi yang lebih menjanjikan. Mahfuz mencontohkan di lahannya seluas 30 are ketika ditanami kedelai, dirinya bisa mendapatkan hasil panen sebesar Rp 1 juta. Baginya, jumlah ini sudah cukup bagus. ‘’Sedangkan kalau menanam padi, bisa dapat sampai Rp 2 jutaan, karena bisa mendapatkan hasil panen sampai 1-2 ton padi, tergantung dari kondisi lahan,’’ tambahnya. Selain itu, harga jual gabah di pasaran tetap konsisten, apalagi sekarang harga gabah sedang mahal bisa mencapai Rp 500 ribu/timbang (kwintal). Menurutnya harga yang cukup mahal ini disebabkan musim panen yang belum merata, sehingga harganya mahal. Tetapi jika sudah panen raya besok,maka harga akan kembali stabil. ‘’Karena di sini anggota kelompok banyakan jualnya ke pengepul, apalagi sekarang banyak bertebaran pemborong,’’ jelasnya. Di mana, pemborong sanggup memborong padi dengan hitungan sawah.

Selain harga dan musim yang cocok, Mahfuz mengatakan budidaya padi bisa dilakukan bersama dengan keluarganya. ‘’Paling butuh buruhnya saat bajak atau nanam saja, sedangkan kalau lainnya mengandalkan keluarga,’’ terangnya. Tidak hanya itu, jika menanam padi, anggota kelompok tani sering mendapatkan bantuan dari pemerintah melalui Dinas Pertanian, terutama dengan adanya program Upsus Pajale. ‘’Padi yang saya tanam sekarang dapat benihnya dari bantuan Dinas Pertanian melalui kelompok tani,” kata Mahfuz. Meski demikian, pihaknya sering dihadapkan dengan masalah yang dihadapi petani adalah serangan hama dan penyakit padi yang menurunkan produktivitas. Mahfuz mencontohkan, penyakit yang disebabkan kutu, rumpun padi seperti terbakar, selain juga serangan hama tikus yang cukup mengkhawatirkan. Hal senada juga disampaikan salah satu petani di Labuapi, Muzaiyin. Baginya, menanam padi tetap dilakukan setiap tahun. Artinya, selain menanam jagung, brokoli, terong dan tanaman palawija lainnya, ia harus menanam padi untuk kebutuhan konsumsi dan dijual ke pasar. Meski luas lahan yang ditan-

ami padi tidak cukup luas, setidaknya cukup untuk persediaan gabah atau beras selama beberapa bulan. Diakuinya, lokasi penanaman yang ada sekarang ini merupakan lahan sewa pada pamannya dan sangat cocok untuk ditanami padi. ‘’Kalau ditanami jagung hasilnya lumayan. Tapi capek menjaga airnya, karena letaknya di bawah. Semua airnya yang ada di hulu ke sini. Jadi kalau tanam padi, tidak capek jaga air,’’ ujarnya. Begitu juga Mahzan, petani di Dusun Mapong Praya Tengah Lombok Tengah. Sebagai petani, ia harus mengakui, jika selama ini dirinya selalu menjadikan tananam padi sebagai prioritas. Sementara tanaman palawija atau jenis tanaman lainnya, diakuinya kurang begitu tumbuh dan memberikan keuntungan. Areal persawahan yang merupakan tanah liat dan tadah hujan setidaknya sangat menguntungkan untuk menanam padi. Di lahan sekitar 20 are, jika beruntung setiap panen mampu menghasilkan 1,8 ton hingga 2 ton. Baginya, jumlah ini sudah cukup bagus untuk areal pertanian tempatnya menanam. ‘’Kalau tanam cabai atau tomat dan jagung butuh biaya besar. Lagi pula tanahnya di sini adalah tanah liat dan cocok untuk padi,’’ terangnya. (uul)

Produksi Padi NTB Menembus 2,3 Juta Ton Dari Hal. 1 ‘’Target pusat ini realisasinya menjadi 92 persen dan untuk target provinsi tercapai 98 persen target tanam,’’ ujarnya. Husnul Fauzi menyebutkan, target 2,4 juta ton belum terpenuhi 100 persen karena terjadinya perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi. Tercapai peningkatan produksi 12 persen dibanding tahun lalu menurutnya sudah cukup baik. Dengan tingkat produktivitas lahan rata-rata 5,1 ton/hektare. Apakah produksi masih bisa bisa meningkat? Ia menegaskan, hasil perhitungan produk sebesar 2,3 juta ton, adalah hasil produksi di masa tanam Oktober-Desember 2016 lalu, dengan masa panen pada April-September 2017. Dengan demikian, masa tanam Oktober-Desember 2017 ini, akan dihitung pada panen tahun 2018 mendatang. Untuk mengejar target tersebut, beberapa strategi yang dilakukan menurut kepala dinas, selaku penanggung jawab teknis, dilakukan edukasi mulai kalender tanam. Penyuluh mendampingi petani menyusun pola tanam,

skenario tanam di tingkat desa, kecamatan, kabupaten hingga provinsi dan ke nasional. Selain edukasi, kata kepala dinas, sentuhan regulasi subsidi pupuk, asuransi perbaikan irigasi embung rakyat. Pemanfaatan alat mesin pertanian pra dan pascapanen, penerapan teknis penanaman dengan sistem jajar legowo 2:1 : 4, 1 6:1 dan berbagai sistem penanaman rekomendasi teknis Balai Penelitian Pengembangan Pertanian. Hasil produksinya, dengan harga eceran tertinggi gabah dan beras dan distribusi dipastikan merata di wilayah NTB, dan surplusnya sebagian di kirim ke NTT, Bali, Kalimantan ‘’Tugas Bulog dan DKP ke seluruh stakeholder saling menunjang satu dengan lainnya termasuk TNI di tanam serempak brigade tanam. Yang dikawal Kepolisian dan optimalisasi TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah),’’ demikian Husnul Fauzi. Sementara, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB, Endang Tri Wahyuningsih juga membenarkan produksi tersebut. Berdasarkan hasil yang dikumpulkan, bahwa produksi padi di NTB

sudah mencapai 2.344.692 ton. Di mana angka yang dihasilkan pada Janurai hingga Agustus disebut angka pasti produksi. Sementara pada September hingga Desember, masih menggunakan angka ramalan. BPS dalam hal ini melakukan penghitungan atas produksi hasil pertanian. Hasil produksi tersebut didapat dari luas panen dan ubinan. BPS dalam hal ini hanya melakukan sample berdasarkan hasil ubinan. Sementara luas panen, menggunakan data yang dimiliki oleh Dinas Pertanian. Karena itulah, tahun depan BPS akan melakukan penyempurnaan metode untuk menghitung luas panen dan produksinya melalui metodologi Kerangka Sampling Area (KSA). Bekerjasama dengan BPTP dan diakui oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). ‘’Kami akan melakukan perbaikan metodologi mulai tahun depan. Januari sudah dilakukan pelatihan kepada petugas,’’ katanya. Dengan metodologi baru yang akan di pakai, hasil angka ramalan dipastikan akan lebih akurat.(bul/*)


Ekbis NTB

Ekbis NTB Senin, 18 Desember 2017

4

Inspiratif Expo

59 Tahun NTB, Seluruh OPD Tumpah Ruah di Jalan TIDAK ada nyongkolan pagi itu. Meski ada gendang beleq dan banyak orang yang terlihat mengenakan lambung, kebaya, rimbu dan beragam pakaian tradisional lainnya. Minggu kemarin tanggal 17 Desember 2017, Provinsi NTB tepat berusia 59 tahun. Sementara di Eks Bandara Selaparang Rembiga upacara bendera yang diikuti Gubernur Dr. TGH. M. Zainul Majdi dan Wakil Gubernur NTB H. Muh. Amin, SH., MSi. Seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) seNTB tampak tumpah ruah di sepanjang Jalan Udayana membuka stan untuk masyarakat yang lebih ramai dari biasanya. Seluruh OPD sibuk menyapa masyarakat

melaui stan-stan yang dibuka. Mulai dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) yang mempresentasikan seluruh programnya dalam beberapa stan dan photo boot. Selain itu, Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) NTB dengan edukasi makanan, kosmetik dan jamu berbahaya, Bapedda dengan gerakan masyarakat sehatnya, Dinas Kesehatan dengan Cek Kesehatan Gratisnya dan tentu saja Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik (Diskominfotik) NTB dengan Inspiratif Exponya. Setelah selesai mengikuti upacara, arak-arakan gubernur bersama Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara kemudian terus berjalan menyusuri sepanjang Jalan Udayana diiringi gendang beleq dan

marching band yang meriah. Gubernur NTB TGH. Zainul Majdi, kemudian hadir di panggung Inspiratif Expo untuk menandatangani prangko pahlawan dan HUT NTB dengan seremonial pelepasan balon. Masyarakat yang hadir tampak antusias mengikuti acara, mereka mampir dari satu stan ke stan yang lain untuk mendengarkan presentasi dari OPD yang membuat mereka tertarik atau membeli barangbarang yang dijajakan. Hj. Susilawati yang jauh-jauh datang dari Bima juga tak kalah antusias, bersama putrinya ia mampir ke stan buku Inspiratif Expo. “Semoga NTB makin maju, kondusif dan lebih mementingkan kesejahteraan masyarakatnya ya. Maju terus untuk NTB!,” ujarnya dengan semangat. (*)

NTB di Usia 59 Tahun

Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat NTB Terus Meningkat

BERJALAN Menkominfo Rudiantara, Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi dan Ketua TP PKK NTB Hj. Erica Zainul Majdi berjalan bersama usai memperingati HUT NTB ke 59 di Jalan Udayana Mataram, Minggu (17/12).

TANGGAL 17 Desember merupakan hari bersejarah bagi masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB). 59 tahun yang lalu, daerah yang dijuluki pulau seribu mesjid ini resmi dideklarasikan. Mulai saat itu daerah NTB ditata rapi dari infastruktur hingga sektor ekonomi. Para pemimpin dari masa ke masa berjuang bersama rakyat untuk bisa meloloskan diri dari segala hal, tak terkecuali sektor ekonomi. Tak heran, jika di tahun 2015 NTB mendapat peringkat terbaik dari segi pertumbuhan ekonomi. Di bawah kepemimpinan alumnus pesantren itu, NTB mengalahkan pertumbuhan ekonomi nasional. Di tahun 2015, NTB pernah mencatat sebagai daerah dengan laju pertumbuhan ekonomi terbaik mencapai 9,9% melampaui pertumbuhan nasional. Inilah yang disampaikan Gubernur NTB Dr. TGH. M. Zainul Majdi saat menjadi Inspektur Upacara pada Peringatan HUT NTB ke 59 di Eks Bandara Selaparang, Minggu (17/12). Di bawah kepemimpinan TGB — sapaan akrab gubernur, ekonomi masyarakat NTB selalu meningkat bahkan NTB konsisten mempertahankan pertumbuhan ekonomi secara berturut-turut selama tiga tahun. Mulai dari tahun 2014 hingga 2016, tiga tahun berturut-turut pertumbuhan ekonomi

BERSAMA - Menkominfo Rudiantara, Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi dan Kepala Diskominfotik NTB Tri Budiprayitno pada peringatan HUT NTB ke 59.

SAMBUTAN - Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi memberikan sambutan.

GENDANG BELEQ - persembahan gendang beleq pada peringatan HUT NTB ke 59 di eks Bandara Selaparang.

Dicanangkan, Pembayaran Non-Tunai di SPBU dan Peluncuran Buku KPJU SEBAGAI bagian dari serangkaian kegiatan HUT NTB yang ke-59, Bank Indonesia bersama Pemerintah Provinsi NTB, Perbankan dan Pertamina mencanangkan sistem pembayaran non-tunai di SPBU. Bertempat di Islamic Center, pencanangan ditandai dengan penandatanganan lembar pencanangan oleh Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi, Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB Prijono, dan General Manajer MOR V Pertamina Ibnu Chouldum. Sistem pembayaran non-tunai di SPBU merupakan implementasi dari Gerakan Nasional Non-Tunai (GNNT) yang telah dicanangkan oleh Bank Indonesia sejak tahun 2014. Pencanangan sistem pembayaran non-tunai di SPBU NTB ini merupakan implementasi dari GNNT tersebut, yang disinergikan dengan berbagai pihak yaitu Pemerintah Provinsi NTB, Perbankan, PT. Pertamina, Hiswana Migas, serta Telkomsel, Indosat, dan XL sebagai provider. Dalam implementasinya, sistem pembayaran non-tunai di SPBU akan dapat mendorong efisiensi

dalam bertransaksi sehingga memudahkan konsumen. Implementasi pembayaran nontunai di SPBU akan dilakukan secara bertahap. Tahap awal akan dilaksanakan di sembilan SPBU yang berlokasi di Kota Mataram dan sekitarnya. Kesembilan SPBU tersebut yakni, SPBU Karang Jangkong, SPBU Selagalas, SPBU Rintamnutaraya, SPBU Lembar, SPBU Dasan Cermen, SPBU Pagesangan, SPBU Kekalik, SPBU Meninting, dan SPBU Adisucipto. Dalam pelaksanaannya, pembayaran non-tunai di SPBU melibatkan enam bank yaitu Bank NTB, BRI, BNI, Mandiri, BTN dan BCA. Transaksi non-tunai dapat menggunakan kartu debit, kartu ATM, maupun uang elektronik dari perbankan yang terlibat. Selain pencanangan gerakan non-tunai di SPBU, Bank Indonesia Provinsi NTB juga meluncurkan hasil penelitian terkait Komoditas Produk Jenis Usaha (KPJU) Unggulan Provinsi NTB, yang mengulas terkait komoditas potensial yang dapat dikembangkan per masing-masing kabupaten/kota di NTB.

Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian memiliki peran yang penting dan strategis. UMKM di Indonesia tercatat menyerap 114,14 juta tenaga kerja, dan berkontribusi terhadap 60,34% dari total perekonomian. Besarnya potensi UMKM tersebut, menurut Prijono, mendorong Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB melakukan riset untuk memetakan Komoditas Produk Jenis Usaha (KPJU) Unggulan di masing – masing Kabupaten/Kota di sepanjang tahun 2017. Hasil KPJU ini diharapkan dapat memberikan informasi pengenai KPJU unggulan yang perlu diprioritaskan untuk dikembangkan. Hasil riset juga mengulas berbagai permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan UMKM, hingga rekomendasi kebijakan yang dibutuhkan dalam pengembangan komoditas unggulan dimaksdud. Dengan demikian, hasil KPJU diharapkan menjadi kado istimewa dari Bank Indonesia kepada Provinsi NTB yang tengah memperingati jadi yang ke59. (bul)

mampu konsisten berada di atas rata-rata nasional, jelasnya. TGB menyakini bahwa dengan mempertahankan pertumbuhan ekomoni tersebut, dapat membawa berkah bagi warganya. Kinerja ekonomi yang baik ini berimplikasi terhadap meningkatnya kemampuan pelaku ekonomi untuk menyerap tenaga kerja, sehingga berkontribusi penting dalam penurunan tingkat pengganguran dan kemiskinan. Semua tokoh-tokoh penting turut menghadiri perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) NTB yang ke 59. Antara lain, Menkominfo RI (Rudiantara), Mantan Gubernur NTB 1998 - 2003 (H. Harun Alrasyid), Mantan Gubernur 2003 2008 (H. L. Serinata), Mantan Wakil Gubernur NTB 2003-2008 (H. Bonyo Thamrin Rayes), Mantan Wakil Gubernur 2008 - 2013 (H. Badrul Munir), Wakil Gubernur NTB (H. Muh. Amin), Sekda NTB H. Rosiady H. Sayuti dan para OPD hadir dalam upacara perayaan tersebut. Setelah selesai mengikuti upacara, para peserta upacara melakukan antraksi yang dilakukan oleh berbagai etnis yang mendiami NTB, yang lebih menariknya lagi beberapa personel dari TNI Angkatan Udara terjun di atas udara dengan membawa bendera merah putih, kemudian bendera tersebut diserahkan ke Gubernur NTB. (*)

SELAMAT - Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi memberikan ucapan selamat pada mantan Gubernur NTB Drs. H. Lalu Serinata usai penganugerahan Putra NTB Utama di eks Bandara Selaparang, Minggu (17/12).

NIKMATI - Menkominfo Rudiantara dan Wakil Gubernur NTB H. Muh. Amin saat meninjau stan pameran dan menikmati kuliner yang dipamerkan.

TINJAU - Menkominfo Rudiantara dan Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi serta Ketua TP PKK Hj. Erika Zainul Majdi meninjau stan salah satu OPD.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.