Edisi 18 September 2017 | Ekbis NTB

Page 1

Ekbis NTB

MINGGUAN TERBIT SEJAK 15 AGUSTUS 2016 E-mail: ekbisntb@gmail.com

SENIN, 18 SEPTEMBER 2017

4 HALAMAN NOMOR 5 TAHUN KE 2 TELEPON: Iklan/Redaksi/ Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257

Kekuatan Ekonomi dan Dunia Usaha NTB

KERAJINAN buah kering di Lombok belum banyak dikenal masyarakat awam. Mereka lebih cenderung mengetahui kegunaan buah untuk konsumsi bukan sebagai bahan baku kerajinan. Tetapi di tangan Ir. M. Ari Aditya, MM., buah-buah yang banyak dipandang sebelah mata, bisa diubah menjadi kerajinan buah kering bernilai ekonomi tinggi. Halaman 2

Ekonomi Lesu, Perbarindo Bidik Sektor Pertanian

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Mempercantik Interior Rumah dengan Buah Kering

PERHIMPUNAN Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) mencari cara lain untuk mensiasati masih belum optimalnya perekonomian nasional. Salah satu sektor yang dibidik adalah pertanian. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberi catatan khusus kepada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) untuk lebih berhati-hati, mengingat tingkat Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet BPR bahkan ada yang menembus angka dua digit (10 keatas). Halaman 4

Ketika Pengusaha Lokal Nasib para eksportir di NTB (lokal) secara teknis sepenuhnya masih sangat bergantung pada makelar – biasanya disebut vendor. Para pengusaha lokal belum mampu mengeksekusi penjualan produknya langsung ke buyer di luar negeri. Hal ini disebabkan, krisis jaringan pemasaran produk masih dialami para pengusaha lokal. NTB sebenarnya, memiliki banyak produk kerajinan yang layak dijual. Dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia, hasil kerajinan di NTB cukup beragam dan banyak diminati pecinta seni dalam dan luar negeri. Sayangnya, akibat keterbatasan infrastruktur, seperti pelabuhan ekspor dan impor, produk NTB tidak mampu berbicara banyak di luar negeri.

(Ekbis NTB/dok)

Bersambung ke hal 3

H. Rahmatullah Rahmatullah H.

MUTIARA - Mutiara asal NTB yang banyak dikirim ke luar negeri. Sayangnya, pengiriman mutiara banyak yang harus lewat makelar ekspor di luar daerah (foto kiri). Kerajinan gerabah juga masih mengandalkan makelar untuk bisa dijula di luar negeri.

Kuncinya Harus Kompak

Bing Gianto

BANYAK komoditas unggulan yang berasal dari wilayah NTB baik dari Lombok maupun Sumbawa diekspor ke luar negeri. Kegiatan ekspor memberi dampak pada meningkatnya uang yang masuk ke dalam daerah. Namun sayangnya, intervensi vendor dalam setiap transaksi penjualan ke luar negeri masih begitu mendominasi. Dampaknya tentu nilai tambah bagi pengusaha lokal menjadi sangat sedikit, karena yang untung adalah vendor yang biasanya berada di luar daerah. Pelaku usaha sekaligus pemerhati perdagangan Bing Gianto kepada Ekbis NTB mengatakan, ada sejumlah hambatan yang dihadapi untuk melakukan ekspor secara langsung dengan pembeli di luar negeri. Pertama adalah kendala produk. Kontinuitas produk yang dihasilkan pengusaha di NTB tidak pasti.” Selanjutnya jumlah barang juga tidak memenuhi kuota, sehingga vendor Bali mengumpulkan produk sejenis dari beberapa daerah untuk memenuhi kuota permintaan ke luar negeri,” katanya belum lama ini. Selanjutnya ekspor secara langsung oleh pengusaha dalam daerah terkendala oleh regulasi yang cukup ribet.

Bersambung ke hal 3

M. M. Ari Ari Aditya Aditya

Dinas Perdagangan Tak Bisa Larang

Pengusaha Lokal Belum Perindustrian Lakukan Standarisasi Produk Dipercaya DINAS Perindustrian Provinsi NTB juga memiliki keinginan yang besar untuk mengantarkan para pelaku Industri Kecil dan Menengah go international tanpa bergantung pada makelar ekspor. Salah satu terobosan yang diambil yakni melakukan standarisasi produkproduk lokal. Sisi itu harus diperkuat kata Kepala Dinas Perindustrian, Dra.Hj.Baiq Eva Nurcahyaningsih untuk memenuhi selera pasar. Sebab masing-masing tujuan pasar luar negeri memiliki selera yang berbeda-beda. “Itu kita fasilitasi, misalnya tenun. Sekarang banyak permintaan dari NTB. Tetapi ada catatan yang menggunakan pewarna alam, tidak lagi menggunakan bahan sintetis. Itu yang kita standarisasi,” paparnya pada Ekbis NTB, Selasa (12/9). Sebab belum semua perajin tenun di NTB bisa melakukan pewarnaan alam menggunakan bahan-bahan yang disediakan di sekitar. Karena itulah, instruktur lokal yang sudah ahli (M. Maliki dari Pringgasela Lombok Timur), dilibatkan untuk memberikan pelatihan-pelatihan kepada perajin di beberapa sentra produksi tenun di NTB. Melalui kegiatan road show yang dilakukan ke beberapa sentra, Kabupaten Sumbawa Barat, Lombok Timur, Kota Bima. “Dengan cara itu, produk lokal kita ingin mendunia dan pelakunya juga ikut mendunia,” imbuhnya. Di sentra industri tenun Pringgasela kepala dinas mengetahui sudah banyak permintaan masuk langsung dari Jepang.

Bersambung ke hal 3

KETUA Asosiasi Pengusah Eksportir (Apex) Provinsi NTB, H. Anhar Tohri meminta pemerintah daerah memberi perhatian, dengan memfasilitasi pelaku usaha untuk mengikuti kegiatan-kegiatan pameran yang bersifat nasional dan internasional. “Tidak bisa hanya dengan rapat, pertemuan, pelatihan. Fasilitasi untuk pameran nasional dan internasional agar produk lokal dikenal,” katanya pada media ini. Pengusaha luar negeri masih belum sepenuhnya percaya pada pengusaha lokal. Karena itulah, kerjasama dagang untuk produk-produk kerajinan, biasanya melibatkan vendor yang sebagian besar ada di Bali, maupun Yogyakarta menurutnya. Padahal, dari sisi produk, potensi ekspor produk hasil kerajinan dan industri dari

KEPALA Dinas Perdagangan (Disdag) NTB Dra. Hj. Putu Selly Andayani, MSi., mengaku masih banyak pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) di NTB yang menggunakan jasa makelar atau vendor dalam mengirim barang ke luar negeri. Banyaknya pengusaha lokal menggunakan makelar ini, karena ekspor NTB masih didominasi tambang mineral. “Kalau UKM tidak seberapa, karena dia belinya sedikit. Jadi pengepulnya dari luar daerah. Pelaku UKM di sini hanya mengumpulkan barang-barangnya saja kemudian nantinya makelarnya yang akan mengirimkan lewat kontainer. Jadi SKA (Surat Keterangan Asal)nya tidak ke luar dari sini,” terangnya pada Ekbis NTB belum lama ini. Hal inilah, yang membuat data ekspor produk dari NTB tidak terdeteksi. Adanya fakta ini, pemerintah tidak bisa melarang pelaku UKM mengirim barang menggunakan jasa vendor atau makelar, karena merupakan hak mereka. Mantan Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah NTB ini, mengaku, data ekspor NTB masih minim. Pihaknya masih kesulitan melakukan pendataan, karena banyak pelaku UKM mengirim barang lewat daerah lain. Seperti Bali, Jawa Timur atau daerah lain di Pulau Jawa. Atas dasar itulah, pihaknya mencoba meluncurkan program i-Shop bertepatan dengan 17 Agustus 2017. Adanya i-Shop ini, karena bisa memantau atau mendeteksi transaksi antara pemilik barang dengan konsumen.

Bersambung ke hal 3 NTB tidaklah lkecil. Dan sebagain besar dikirim menggunakan nama vendor yang ada di luar daerah. “Saya ke Bali, ke Yogya untuk melihat-lihat, ternyata temanteman yang nilai barangnya sampai Rp 400 juta, Rp 500 juta,

Bersambung ke hal 3

Hj. Putu Selly Andayani

Pelaku Usaha Butuh Standarisasi dan Perizinan Saat ini, sangat minim pelaku usaha asal NTB yang melakuan transaksi jual beli secara langsung dengan pelaku usaha di luar negeri. Sejumlah kendala memang masih dihadapi, seperti standarisasi produk serta perizinan. Karena itu di sinilah peran pemerintah daerah dalam membantu pelaku usaha lokal, terlebih para perajin lokal agar mereka bisa menjual secara langsung barang yang dihasilkan tanpa Raihan Anwar terlalu bergantung dengan vendor di luar daerah.

ANGGOTA Komisi II Bidang Perdagangan DPRD NTB Raihan Anwar, SE, M.Si., kepada Ekbis NTB mengatakan, banyak sektor yang memiliki potensi tinggi namun gagal memberikan nilai tambah bagi daerah lantaran terkendala oleh belum mampunya dilakukan kegiatan ekspor secara langsung. ‘’Kita pernah mengkritisi, ternyata untuk izin ekspor ikan olahan seperti ikan tuna, NTB belum bisa mengirim langsung ke negara tujuan, padahal potensi perdagangan ikan seperti tuna, kerapu, kakap dan lainnya besar sekali,’’ kata Raihan. Di sektor industri, hasil dari kerajinan tangan asli NTB juga tidak kalah potensial. Salah satu kendalanya kata Raihan yaitu NTB belum memiliki izin ekspor langsung terutama tujuan Eropa dan negara

Asia lainnya. Di sinilah peranan dari Dinas Perdagangan dan Dinas Perindustrian untuk meningkatkan standarisasi dan perizinan agar para pengusaha lokal ini, terutama di sektor industri bisa mengkspor secara langsung. “ Ini saya kira menjadi catatan penting bagaimana peranan pemda dan keseriusan mereka untuk melaksanakan hal itu. Rugi kita dalam hal efisiensi, dari segi waktu dan kerugian berupa pajak dan biaya-biaya ekspor impor. Jadi ada banyak kerugian dari tidak adanya izin ekpor langsung dari NTB,” katanya. Menurutnya, Provinsi NTB bukan lagi sebagai daerah terbelakang, apalagi sebagai daerah yang terisolir dari perdagangan internasional. Provinsi NTB secara

geografis menjadi daerah yang strategis yaitu menjadi jalur transportasi laut. Terlebih selat Lombok adalah jalur paling strategis pelayaran internasional. Transportasi udara juga demikian. Hadirnya Lombok International Aiport (LIA) juga sebenarnya bisa menjadi bandara pengangkut barang dengan tujuan mancanegara. “Tidak hanya mengangkut wisatawan asing, juga untuk kargo. Artinya di sana untuk perdagangan. Namun ini lamban direspons secara baik oleh aparatur pemerintah kita,” sesalnya. Raihan mengatakan, sebagain produk yang dihasilkan pengusaha dan perajin dalam daerah belum memiliki kualitas standar ekspor.

Bersambung ke hal 3

(Ekbis NTBdokl)

’’Digantung’’ Makelar


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.