Edisi 18 September 2017 | Ekbis NTB

Page 1

Ekbis NTB

MINGGUAN TERBIT SEJAK 15 AGUSTUS 2016 E-mail: ekbisntb@gmail.com

SENIN, 18 SEPTEMBER 2017

4 HALAMAN NOMOR 5 TAHUN KE 2 TELEPON: Iklan/Redaksi/ Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257

Kekuatan Ekonomi dan Dunia Usaha NTB

KERAJINAN buah kering di Lombok belum banyak dikenal masyarakat awam. Mereka lebih cenderung mengetahui kegunaan buah untuk konsumsi bukan sebagai bahan baku kerajinan. Tetapi di tangan Ir. M. Ari Aditya, MM., buah-buah yang banyak dipandang sebelah mata, bisa diubah menjadi kerajinan buah kering bernilai ekonomi tinggi. Halaman 2

Ekonomi Lesu, Perbarindo Bidik Sektor Pertanian

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Mempercantik Interior Rumah dengan Buah Kering

PERHIMPUNAN Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) mencari cara lain untuk mensiasati masih belum optimalnya perekonomian nasional. Salah satu sektor yang dibidik adalah pertanian. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberi catatan khusus kepada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) untuk lebih berhati-hati, mengingat tingkat Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet BPR bahkan ada yang menembus angka dua digit (10 keatas). Halaman 4

Ketika Pengusaha Lokal Nasib para eksportir di NTB (lokal) secara teknis sepenuhnya masih sangat bergantung pada makelar – biasanya disebut vendor. Para pengusaha lokal belum mampu mengeksekusi penjualan produknya langsung ke buyer di luar negeri. Hal ini disebabkan, krisis jaringan pemasaran produk masih dialami para pengusaha lokal. NTB sebenarnya, memiliki banyak produk kerajinan yang layak dijual. Dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia, hasil kerajinan di NTB cukup beragam dan banyak diminati pecinta seni dalam dan luar negeri. Sayangnya, akibat keterbatasan infrastruktur, seperti pelabuhan ekspor dan impor, produk NTB tidak mampu berbicara banyak di luar negeri.

(Ekbis NTB/dok)

Bersambung ke hal 3

H. Rahmatullah Rahmatullah H.

MUTIARA - Mutiara asal NTB yang banyak dikirim ke luar negeri. Sayangnya, pengiriman mutiara banyak yang harus lewat makelar ekspor di luar daerah (foto kiri). Kerajinan gerabah juga masih mengandalkan makelar untuk bisa dijula di luar negeri.

Kuncinya Harus Kompak

Bing Gianto

BANYAK komoditas unggulan yang berasal dari wilayah NTB baik dari Lombok maupun Sumbawa diekspor ke luar negeri. Kegiatan ekspor memberi dampak pada meningkatnya uang yang masuk ke dalam daerah. Namun sayangnya, intervensi vendor dalam setiap transaksi penjualan ke luar negeri masih begitu mendominasi. Dampaknya tentu nilai tambah bagi pengusaha lokal menjadi sangat sedikit, karena yang untung adalah vendor yang biasanya berada di luar daerah. Pelaku usaha sekaligus pemerhati perdagangan Bing Gianto kepada Ekbis NTB mengatakan, ada sejumlah hambatan yang dihadapi untuk melakukan ekspor secara langsung dengan pembeli di luar negeri. Pertama adalah kendala produk. Kontinuitas produk yang dihasilkan pengusaha di NTB tidak pasti.” Selanjutnya jumlah barang juga tidak memenuhi kuota, sehingga vendor Bali mengumpulkan produk sejenis dari beberapa daerah untuk memenuhi kuota permintaan ke luar negeri,” katanya belum lama ini. Selanjutnya ekspor secara langsung oleh pengusaha dalam daerah terkendala oleh regulasi yang cukup ribet.

Bersambung ke hal 3

M. M. Ari Ari Aditya Aditya

Dinas Perdagangan Tak Bisa Larang

Pengusaha Lokal Belum Perindustrian Lakukan Standarisasi Produk Dipercaya DINAS Perindustrian Provinsi NTB juga memiliki keinginan yang besar untuk mengantarkan para pelaku Industri Kecil dan Menengah go international tanpa bergantung pada makelar ekspor. Salah satu terobosan yang diambil yakni melakukan standarisasi produkproduk lokal. Sisi itu harus diperkuat kata Kepala Dinas Perindustrian, Dra.Hj.Baiq Eva Nurcahyaningsih untuk memenuhi selera pasar. Sebab masing-masing tujuan pasar luar negeri memiliki selera yang berbeda-beda. “Itu kita fasilitasi, misalnya tenun. Sekarang banyak permintaan dari NTB. Tetapi ada catatan yang menggunakan pewarna alam, tidak lagi menggunakan bahan sintetis. Itu yang kita standarisasi,” paparnya pada Ekbis NTB, Selasa (12/9). Sebab belum semua perajin tenun di NTB bisa melakukan pewarnaan alam menggunakan bahan-bahan yang disediakan di sekitar. Karena itulah, instruktur lokal yang sudah ahli (M. Maliki dari Pringgasela Lombok Timur), dilibatkan untuk memberikan pelatihan-pelatihan kepada perajin di beberapa sentra produksi tenun di NTB. Melalui kegiatan road show yang dilakukan ke beberapa sentra, Kabupaten Sumbawa Barat, Lombok Timur, Kota Bima. “Dengan cara itu, produk lokal kita ingin mendunia dan pelakunya juga ikut mendunia,” imbuhnya. Di sentra industri tenun Pringgasela kepala dinas mengetahui sudah banyak permintaan masuk langsung dari Jepang.

Bersambung ke hal 3

KETUA Asosiasi Pengusah Eksportir (Apex) Provinsi NTB, H. Anhar Tohri meminta pemerintah daerah memberi perhatian, dengan memfasilitasi pelaku usaha untuk mengikuti kegiatan-kegiatan pameran yang bersifat nasional dan internasional. “Tidak bisa hanya dengan rapat, pertemuan, pelatihan. Fasilitasi untuk pameran nasional dan internasional agar produk lokal dikenal,” katanya pada media ini. Pengusaha luar negeri masih belum sepenuhnya percaya pada pengusaha lokal. Karena itulah, kerjasama dagang untuk produk-produk kerajinan, biasanya melibatkan vendor yang sebagian besar ada di Bali, maupun Yogyakarta menurutnya. Padahal, dari sisi produk, potensi ekspor produk hasil kerajinan dan industri dari

KEPALA Dinas Perdagangan (Disdag) NTB Dra. Hj. Putu Selly Andayani, MSi., mengaku masih banyak pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) di NTB yang menggunakan jasa makelar atau vendor dalam mengirim barang ke luar negeri. Banyaknya pengusaha lokal menggunakan makelar ini, karena ekspor NTB masih didominasi tambang mineral. “Kalau UKM tidak seberapa, karena dia belinya sedikit. Jadi pengepulnya dari luar daerah. Pelaku UKM di sini hanya mengumpulkan barang-barangnya saja kemudian nantinya makelarnya yang akan mengirimkan lewat kontainer. Jadi SKA (Surat Keterangan Asal)nya tidak ke luar dari sini,” terangnya pada Ekbis NTB belum lama ini. Hal inilah, yang membuat data ekspor produk dari NTB tidak terdeteksi. Adanya fakta ini, pemerintah tidak bisa melarang pelaku UKM mengirim barang menggunakan jasa vendor atau makelar, karena merupakan hak mereka. Mantan Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah NTB ini, mengaku, data ekspor NTB masih minim. Pihaknya masih kesulitan melakukan pendataan, karena banyak pelaku UKM mengirim barang lewat daerah lain. Seperti Bali, Jawa Timur atau daerah lain di Pulau Jawa. Atas dasar itulah, pihaknya mencoba meluncurkan program i-Shop bertepatan dengan 17 Agustus 2017. Adanya i-Shop ini, karena bisa memantau atau mendeteksi transaksi antara pemilik barang dengan konsumen.

Bersambung ke hal 3 NTB tidaklah lkecil. Dan sebagain besar dikirim menggunakan nama vendor yang ada di luar daerah. “Saya ke Bali, ke Yogya untuk melihat-lihat, ternyata temanteman yang nilai barangnya sampai Rp 400 juta, Rp 500 juta,

Bersambung ke hal 3

Hj. Putu Selly Andayani

Pelaku Usaha Butuh Standarisasi dan Perizinan Saat ini, sangat minim pelaku usaha asal NTB yang melakuan transaksi jual beli secara langsung dengan pelaku usaha di luar negeri. Sejumlah kendala memang masih dihadapi, seperti standarisasi produk serta perizinan. Karena itu di sinilah peran pemerintah daerah dalam membantu pelaku usaha lokal, terlebih para perajin lokal agar mereka bisa menjual secara langsung barang yang dihasilkan tanpa Raihan Anwar terlalu bergantung dengan vendor di luar daerah.

ANGGOTA Komisi II Bidang Perdagangan DPRD NTB Raihan Anwar, SE, M.Si., kepada Ekbis NTB mengatakan, banyak sektor yang memiliki potensi tinggi namun gagal memberikan nilai tambah bagi daerah lantaran terkendala oleh belum mampunya dilakukan kegiatan ekspor secara langsung. ‘’Kita pernah mengkritisi, ternyata untuk izin ekspor ikan olahan seperti ikan tuna, NTB belum bisa mengirim langsung ke negara tujuan, padahal potensi perdagangan ikan seperti tuna, kerapu, kakap dan lainnya besar sekali,’’ kata Raihan. Di sektor industri, hasil dari kerajinan tangan asli NTB juga tidak kalah potensial. Salah satu kendalanya kata Raihan yaitu NTB belum memiliki izin ekspor langsung terutama tujuan Eropa dan negara

Asia lainnya. Di sinilah peranan dari Dinas Perdagangan dan Dinas Perindustrian untuk meningkatkan standarisasi dan perizinan agar para pengusaha lokal ini, terutama di sektor industri bisa mengkspor secara langsung. “ Ini saya kira menjadi catatan penting bagaimana peranan pemda dan keseriusan mereka untuk melaksanakan hal itu. Rugi kita dalam hal efisiensi, dari segi waktu dan kerugian berupa pajak dan biaya-biaya ekspor impor. Jadi ada banyak kerugian dari tidak adanya izin ekpor langsung dari NTB,” katanya. Menurutnya, Provinsi NTB bukan lagi sebagai daerah terbelakang, apalagi sebagai daerah yang terisolir dari perdagangan internasional. Provinsi NTB secara

geografis menjadi daerah yang strategis yaitu menjadi jalur transportasi laut. Terlebih selat Lombok adalah jalur paling strategis pelayaran internasional. Transportasi udara juga demikian. Hadirnya Lombok International Aiport (LIA) juga sebenarnya bisa menjadi bandara pengangkut barang dengan tujuan mancanegara. “Tidak hanya mengangkut wisatawan asing, juga untuk kargo. Artinya di sana untuk perdagangan. Namun ini lamban direspons secara baik oleh aparatur pemerintah kita,” sesalnya. Raihan mengatakan, sebagain produk yang dihasilkan pengusaha dan perajin dalam daerah belum memiliki kualitas standar ekspor.

Bersambung ke hal 3

(Ekbis NTBdokl)

’’Digantung’’ Makelar


2

Ekbis NTB Senin, 18 September 2017

Mempercantik Interior Rumah dengan Buah Kering Kerajinan buah kering di Lombok belum banyak dikenal masyarakat awam. Mereka lebih cenderung mengetahui kegunaan buah untuk konsumsi bukan sebagai bahan baku kerajinan. Tetapi di tangan Ir. M. Ari Aditya, MM., buah-buah yang banyak dipandang sebelah mata diubah menjadi kerajinan buah kering bernilai ekonomi tinggi.

Bisnis

nar-benar kering. “Prosesnya hanya begitu tanpa ditambahkan bahan apapun,” ujarnya. Setelah dikeringkan, barulah kemudian buah-buah tersebut dirangkai menjadi berbagai bentuk yang diinginkan. “Untuk tangkainya, kami menggunakan ketak yang di sini juga banyak tersedia,” kata Ari. Proses dried fruit sampai ke tangan konsumen membutuhkan waktu yang cukup lama karena banyak proses yang mesti dilalui. “Jadi pembeli yang memesan membutuhkan sampai 1 bulan untuk mengambil pesanannya,” jelas pria yang juga memiliki usaha travel ini. Jadi tidak heran, harga per tangkai untuk kerajinan buah kering ini mencapai Rp 50 ribuan/buah. “Bengkel produksi kami adanya di Petebon, Karang Rundun, Bertais tetapi beberapa waktu ini belum berproduksi lagi,” kata Ari. Buah kering ini banyak digunakan oleh pelaku pariwisata

(Ekbis NTB/uul)

BUAH KERING - Kerajinan buah kering khas Lombok yang banyak dikirim ke Amerika dan Eropa. Buah kering ini bisa menambah cantik interior rumah. seperti hotel untuk mempercantik ruangan. “Dried fruit ini bisa disewa, seperti Hotel Santika yang pernah bekerja sama dengan kami,” ujarnya. Untuk itu, dirinya selalu men-

(Ekbis NTB/uul)

ARI – sapaan akrabnya mulai membuat kerajinan ini sejak tahun 2008 silam. “Kebetulan saya dulu pernah bekerja di perusahaan milik asing yang membuat produk dried fruit ini, kemudian saya mencoba membuat sendiri,” jelasnya saat ditemui Ekbis NTB beberapa waktu lalu. Dried fruit ini, tambahnya, biasa digunakan oleh para flowerist dalam membuat buket bunga yang menambah keunikan tampilannya. “Selain itu, biasanya digunakan untuk mempercantik interior ruangan karena sifatnya yang tahan lama,” ujarnya. Untuk membuat kerajinan buah kering ini, Ari menggunakan bahan-bahan lokal yang banyak ditemukan di daerah ini. “Kami membuat dried fruit ini dari buah lontar, buah aren, dan lainnya yang kemudian dikeringkan secara tradisional,” terangnya. Buah-buah ini dikeringkan selama 1-3 minggu dengan bantuan sinar matahari sampai be-

Keripik tempe Safwan Hadi yang dipesan hingga Pulau Sumbawa.

pasar luar negeri seperti ke Amerika dan Eropa. “Kalau untuk pasaran lokal, belum banyak yang tertarik karena peruntukannya yang terbatas untuk interior saja,” ter-

Mengenal Serbat Jahe Instan Khas Lombok LOMBOK memiliki berbagai makanan serta mi- tuk membuat serbat ini, tambahnya, hanya jahe, numan khas yang dikenal karena rasanya yang jahe merah, gula merah, sereh serta rempah lainenak. Selain itu, minuman khas Lombok memiliki nya. “Semuanya dimasak selama 1 jam sampai berbagai manfaat, karena terbuat dari bahan ala- menjadi bubuk,” tukas Kepala Dusun Longseran mi berupa rempah-rempah, seperti serbat. ini. Dalam sekali produksi, ia bisa menghabiskan 10 Tetapi sangat sulit menemukan produk siap kg gula merah dan 10-15 kg jahe. pakai dari minuman serbat ini, karena tidak se“1 kg adonan itu bisa menjadi 9 pack yang 1 mua orang mengetahuinya. Hal itulah yang me- pack berisi 6 sachet yang bisa bertahan samlatarbelakangai Abdul Hadi membuat produk pai 3 bulan,” kata Hadi. Di mana, 1 pack serbat serbat instan yang siap seduh. instan ini dihargai Rp 10 ribu saja. Dalam mem“Mulanya saya hanya menanam jahe saja, teta- buat serbat, dirinya mempekerjakan ibu rumah pi karena harganya yang murah makanya saya tangga di sekitarnya. membuat produk olahan jahe seperti serbat ini,” Segmen pasarnya sendiri adalah semua katerang ketua LBS Mandiri ini saat ditemui di rumah langan agar bisa memperkenalkan minuman sekaligus tempat produksinya di Dusun Longse- khas Lombok. “Tetapi yang paling banyak pemran Barat, Desa Langko, Lingsar. inatnya berasal dari kalangan atas karena manLokasi rumah faat minuman ini,” yang terletak di kata Hadi. Walaupinggiran hutan pun produknya dan banyak termasuk baru, dimasyarakat yang rinya mengatamembuat gula kan sudah banymerah membuatak diberikan bannya memberanituan oleh dinas. kan diri membuat “Kita diberikan usaha serbat ini. bantuan alat untuk Untuk itu, dirinya produksi dari dibaru memulai nas, serta sekarang pembuatan serbat termasuk binaan ini sejak Januari Bank Indonesia,” 2016 silam. ujarnya. Ia beren“Serbat ini mecana, ke depanmiliki manfaat unnya akan mematuk antibodi serta sukkan produknya menghangatkan ke retail modern badan karena untuk memperluas adanya kandunpasaran. “Agar gan jahe serta produk lokal ini lebjahe merah ini,” ih banyak dikenal (Ekbis NTB/uul) terang Hadi. Abdul Hadi menunjukkan produk serbat khas Lom- oleh masyarakat Bahan baku un- bok yang cukup banyak diminati. luas,” ujarnya. (uul)

Keripik Tempe, Berawal dari Banyak Sisa Berawal dari usaha tahu tempenya yang banyak tersisa setiap harinya, membuat Safwan Hadi berpikir untuk membuat produk olahan lainnya yang bisa bertahan lama. Jangan sampai usaha yang digeluti ternyata memberikan dampak buruk bagi usahanya. Untuk itu, melihat banyaknya sisa tahu dan tempe, Safwan kemudian mencoba peruntungan dengan membuat usaha keripik tempe. “Saya memulai usaha keripik tempe ini sejak 4 tahun lalu karena tempe tahu yang saya buat banyak tersisa,” jelasnya saat ditemui di rumah sekaligus tempat produksinya di Dusun Sangiang, Desa Langko, Lingsar Lombok Barat belum lama ini. Produksi keripik tempe buatan Safwan ini menggunakan tempe yang dibuatnya sendiri. Setiap pembuatan tempe membutuhkan sampai 100 kg kedelai, sehingga tidak setiap hari kita produksi keripiknya. Hal ini karena proses sampai menjadi tempe memakan waktu sampai 3 hari dan baru kemudian diproses menjadi keripik. “Resep keripiknya juga resep sendiri setelah mencoba-coba sampai menemukan takaran yang pas,” jelasnya. Pria yang juga Kepala Dusun Sangiang ini mengatakan dalam sekali produksi bisa memproduksi sampai ratusan pack keripik tempe yang berisi 10 bungkus keripik. “Harganya saya jual ke pengecer Rp 8 ribu/pack dan mereka menjual Rp 10 ribu ke warung-warung,” ujarnya. Safwan mempekerjakan para tetangganya untuk produksi maupun menjadi sales produknya. “Di sini masyarakat kebanyakan menjadi kuli bangunan karena tidak ada sawah atau kebun yang bisa digarap,” katanya, sehari mereka dibayar Rp 30 ribu untuk bekerja memproduksi keripik tempenya. Dengan usaha produknya, Safwan bisa mendapatkan keuntungan bersih mencapai Rp 300 ribu/hari. “Pemasaran produknya sudah sampai Pulau Sumbawa, kalau di sini sudah ke seluruh Lombok,” ujarnya. Dirinya masih terjun langsung ke dalam pemasaran produknya, karena telah memiliki pelanggan tetap. “Tetapi ada juga saya mengajak sales saya ikut agar mereka tahu bagaimana cara kerjanya,” ujarnya. Selain memproduksi keripik tempe, Safwan juga memproduksi keripik singkong. Melihat usahanya yang berhasil, banyak warga di dusunnya tertarik. “Di dusun ini juga banyak yang buat keripik karena melimpahnya bahan baku. Itu semua pasarannya sekitar sini saja,” ujarnya seraya menunjukkan beberapa warga yang memiliki usaha keripik. Ia mengatakan mensyukuri hal itu, karena mengurangi tingkat pengangguran di dusunnya. (uul)

geluarkan desain baru setiap beberapa bulan agar pembeli bisa bebas memilih. Pasaran produk buah kering buatan Ari ini diminati sampai

angnya. Walaupun pariwisata di NTB yang sedang menggeliat, tidak membuat pesanan dari pembeli lokal meningkat. “Karena untuk hotel atau villa juga tergantung

dari tema yang mereka pakai, serta mereka lebih cenderung menggunakan produk dari luar karena harganya yang lebih murah,” jelasnya. (uul)

Inspirasi

Prakarsai Kampung Cokelat COKELAT merupakan makanan yang banyak memiliki penggemar karena rasanya yang enak. Di Lombok, Kabupaten Lombok Utara (KLU) memiliki potensi kebun kakao sebagai bahan baku utama coklat yang sangat luas.Tidak heran, KLU memprakarsai dibentuknya kampung cokelat yang berada di Desa Genggelang, Gangga. “Potensi kampung cokelat ini ada di sana, di mana satu kawasan seluruh masyarakat bertanam coklat yang sekarang sedang kita galakkan,” ujar Bupati KLU Dr. H. Najmul Akhyar, SH, MH., saat ditemui di Mataram beberapa waktu lalu. Menurutnya, pemerintah berupaya agar kampung cokelat tersebut tidak hanya memproduksi kakao saja, tetapi juga ada produksi pasca panen cokelat. “Misalnya dengan membuat produk olahan yang bisa memberikan nilai tambah,” tambahnya. Dipilihnya Desa Genggelang sebagai kampung cokelat, selain terdapat areal perkebunan kakao yang luas juga karena rasa khas cokelat yang dihasilkan. “Luas lahan yang ada di sana 80,4 hektar tapi akan dikembangkan terus,” kata Najmul. Apalagi Gubernur NTB mencanangkan KLU sebagai sentra penghasil cokelat nusantara. “Ini karena kualitas cokelat yang dihasilkan sangat bagus serta kuantitas barang yang melimpah,” jelasnya.

Cokelat di KLU sudah banyak dikirim sampai ke luar negeri. “Cokelat dari KLU dikirim sampai India yang disana diproses kembali dan dijual ke sini,” kata Najmul. Untuk itulah, pemerintah serta PT Gerbang Emas NTB membangun pabrik cokelat di KLU untuk memproduksi aneka olahan cokelat. “Untuk itu kami menginginkan adanya proses produksi di KLU, sehingga nantinya masyarakat bisa menjual dengan harga yang lebih tinggi,” tukasnya. Di Desa Genggelang nantinya Pemerintah KLU akan memfasilitasi produk olahan cokelat yang dikombinasikan dengan jambu mete. “Sudah ada yang datang untuk investasi seluas 1.000 hektar untuk jambu mete ini. Nantinya akan kita buat produk cokelat dan jambu mete sebagai produk khas KLU,” kata Najmul. Pabrik cokelat yang ada disana juga sekarang ini masih dalam tahap konstruksi. (uul)

H. Najmul Akhyar (Ekbis NTB/dok)

Golden Palace Hotel Gelar Donor Darah SEBAGAI bentuk kepedulian terhadap sesama, Golden Palace Hotel mengadakan kegiatan donor darah, Sabtu (16/9). Menurut Public Relations Golden Palace Hotel Lombok, Ida Ayu Nyoman Sri Utami, kegiatan ini merupakan salah satu bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. “Acara ini baru diadakan pertama kali di tahun ini, sebelumnya pernah dilakukan 2 tahun yang lalu,” terangnya. Kegiatan donor darah ini, kata Dayu, merupakan rangkaian

kegiatan HUT RI ke-72. “Tetapi baru bisa diadakan sekarang karena dari pihak PMI baru ada waktu sekarang,” ujarnya. Kegiatan CSR yang dilakukan Golden Palace Hotel Lombok, kata Dayu, selalu rutin diadakan. “Tapi bentuknya bermacam-macam, dan salah satu bentuknya adalah dengan donor darah ini. Biasanya kegiatan CSR dilakukan setiap 2-3 bulan sekali,’’ ujarnya. Kegiatan donor darah yang dilakukan di lobi Golden Palace Hotel Lombok ini mengundang berbagai instansi untuk mendonorkan darahnya. “Kami men-

gundang Korem, Kodim,serta Denpal untuk berpartisipasi dalam acara ini selain karyawan serta tamu hotel sendiri,” kata Dayu. “Banyak juga masyarakat dari lingkungan sini yang sengaja datang untuk mendonorkan darahnya. Apalagi melalui promosi yang dilakukan melalui brosur serta di sosial media efektif mengajak masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan donor darah tersebut,’’ terangnya. Golden Palace Hotel Lombok berencana mengadakan kegiatan donor darah ini rutin setiap tahunnya. (uul)

(Ekbis NTB/uul)

DONOR DARAH - Kegiatan donor darah yang dilakukan Golden Palace Hotel, Sabtu (16/9). Kegiatan ini diikuti dari Korem, Kodim dan masyarakat sekitar hotel serta tamu yang menginap.

Memperindah Rumah dengan Tirai dan Lantai Bambu BAMBU memang dikenal sebagai salah satu tanaman yang banyak dimanfatkan sebagai bahan baku kerajinan tan-

gan. Seperti kerajinan tirai atau kere (bahasa Sasak) dan lantai bambu yang banyak digunakan untuk interior rumah atau kebu-

tuhan pariwisata. Tirai dan lantai dari bambu ini banyak ditemui dibuat di Dusun Merce Barat, Desa Narmada, Nar-

(Ekbis NTB/uul)

TIRAI - Perajin tirai dan lantai bambu di Narmada yang banyak dipesan untuk interior rumah dan kebutuhan pariwisata.

mada Lombok Barat. Di daerah ini, kita akan melihat banyak lantai di pinggir jalan sedang dijemur warga. Menurut salah satu pembuat tirai atau kere dalam bahasa Sasak, Inaq Rapiah, pembuatan tirai dan lantai sudah dilakukan masyarakat di sana sejak zaman dahulu. “Kalau saya mulai buat sejak tahun 1992 karena sudah turunan dari zaman nenek moyang,” terangnya saat ditemui beberapa waktu lalu di rumahnya. Tirai bambu banyak digunakan sebagai penutup agar tidak terkena sinar matahari. Ia biasanya dibantu anaknya dalam membantu tirai bambu. Inaq Rapiah mengatakan untuk membuat 1 buah tirai membutu-

hkan ratusan bilah bambu yang sudah dipotong. “Biasanya kita beli 300 bilah bambu seharga Rp 50 ribu,” ujarnya. Ia menggunakan peralatan sederhana dalam membuat tirai itu. “Untuk ukurannya, kita punya modelnya nanti panjang tirainya disesuaikan sesuai pesanan,” tukasnya.Tirai bambu ini bisa bertahan bertahun-tahun tergantung penempatannya. Inaq Rapiah menambahkan ukuran tirai bambu yang banyak dipesan berukuran 2x2 meter. “Tetapi ada banyak ukuran lain tergantung keinginan si pemesan,” katanya. Dalam sehari, ia bisa membuat sampai 3 buah tirai tergantung ketekunan si pembuat. “Ka-

lau butuh uang cepat, biasanya banyak kita buat,” ujarnya. Tirai buatannya biasanya dijual langsung ke pengepul yang ada di dusunnya. “1 buah tirai kita dapat Rp 10 ribu” jelasnya. Dirinya mengaku tidak membuat lantai, karena prosesnya lebih sulit dibandingkan dengan membuat tirai. “Lantai itu butuh proses yang lama, jadinya lebih banyak yang laki-laki buatnya,” katanya. Sedangkan Hj. Laela, pengepul tirai dan lantai di dusun yang sama mengaku tirai dan lantai bambu ini masih tetap diminati masyarakat walaupun sekarang sudah banyak produk sejenis dengan bahan yang bervarian. “Kalau di sini, lantai bambu masih banyak digunakan untuk

kebutuhan orang-orang begawe,” terangnya. Untuk itu, selain menjual lantai dan tirai bambu, dirinya juga menyewakan lantai bagi yang membutuhkan. “Lantai bisa disewa dengan harga Rp 6 ribu/buah selama 3 hari,” tukas Hj Laela. Si penyewa juga wajib mencuci kembali lantai yang disewa agar kebersihannya tetap terjaga. Penyewa lantai bambu ini berasal dari Narmada dan Lombok Tengah. Untuk harga jual lantai bambu, dirinya mematok harga Rp 125 ribu untuk ukuran 1,5x2 meter dan Rp 250 ribu dengan ukuran sama untuk lantai rotan.Tirai bambu dihargai Rp 80 ribu dengan ukuran 2x2 meter dan Rp 40 ribu untuk ukuran 1,5x2 meter. (uul)

Pemimpin Umum: Agus Talino Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Raka Akriyani Redaktur Pelaksana: Marham Koordinator Liputan : Akhmad Bulkaini Redaktur : Marham, Zainudin Syafari, Akhmad Bulkaini Staf Redaksi Mataram : U'ul Efriyanti Prayoba Lombok Barat: M.Haeruzzubaidi, Lombok Tengah : Munakir. LombokTimur: Rusliadi, Yoni Ariadi. KLU : Johari. Sumbawa Barat : Heri Andi. Sumbawa : Arnan Jurami, Indra Jauhari. Dompu : Nasrullah. Bima : Rafiin. Tim Grafis : A.Aziz (koordinator), Didik Maryadi, Jamaludin, Mandri Wijaya Kantor Redaksi : Jalan Bangau No. 15 Cakranegara Telp. (0370) 639543, Facsimile: (0370) 628257. Tarif Iklan : Iklan Baris : Rp 20.000/baris Min 2 baris max 10 baris (1 baris 30 character). Display B/W (2 kolom/lebih): Rp 30.000/mmk. Display F/C : Rp 35.000/mmk. Iklan Keluarga : Rp 20.000./mmk. Iklan Advertorial : Rp 15.000/mmk. Iklan NTB Emas (1 X 50 mmk): Rp 500.000/bulan (25 X muat). Iklan Peristiwa : Rp 350.000/kavling. Alamat Bagian Langganan/Pengaduan Langganan: Jalan Bangau No. 15 Cakranegara Telp. (0370) 639543, Facsimile: (0370) 628257. Harga Langganan: Rp 85.000 sebulan (Pulau Lombok) Rp 90.000 sebulan (Pulau Sumbawa), Pembayaran di muka. Harga eceran Rp 5.000. Terbit 1 kali se-minggu. Penerbit: PT Suara NTB Pers. Percetakan: PT Bali Post.

Ekbis NTB

Wartawan

Ekbis NTB

selalu membawa tanda pengenal, dan tidak diperkenankan menerima/meminta apa pun dari nara sumber.


Ekbis NTB

Ekbis NTB Senin, 18 September 2017

Ketika Pengusaha Lokal ’’Digantung’’ Makelar Kondisi itu mengakibatkan, produk kerajinan yang dibuat di NTB, cita rasa daerah lain. Kenapa ? Karena yang NTB punya barang, daerah lain punya nama. Ketergantungan pada makelar ekspor atau vendor di luar daerah masih sulit untuk dilepas. Inilah yang menjadi persoalan besar pemerintah daerah untuk dituntaskan. Pengakuan Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) NTB Dra. Hj. Putu Selly Andayani, MSi., tentang produk NTB di luar daerah yang tidak punya daya harus dijadikan pelajaran. Bagaimana tidak, produk-produk asal NTB ini harus membawa nama daerah lain saat dipasarkan. Seperti saat produk asal NTB dikirim ke Mesir. Produkproduk yang selama ini menjadi identitas NTB, justru jadi produk daerah lain. Hal inilah yang dipertanyakan Duta Besar Indonesia untuk Mesir Helmy Fauzi. Kenapa produk NTB diklaim daerah lain dan belum mampu membawa identitas sendiri. Inilah yang menjadi tantangan besar pemerintah daerah dan pengusaha lokal dalam upaya menginternasionalkan nama NTB, khususnya untuk pasar ekspor. Sulitnya produk asal NTB menembus pasar luar negeri, bukannya tanpa alasan. Meski produk dari NTB memiliki kualitas yang tidak kalah dengan produk dari daerah lain. Para pelaku UKM kesulitan dalam memasarkan produknya. Hal inilah yang membuat pengusaha lokal sangat bergantung dari makelar luar daerah yang memasarkan produk mereka ke luar negeri. Seperti penuturan H. Rahmatullah, pemilik Asmunika Astuti Artshop di Desa Lelede Kecamatan Kediri Lombok Barat. Selama ini, dirinya mengirim produk gerabah yang dibuatnya melalui makelar yang ada di luar daerah dan telah lama bekerjasama dengannya. Nantinya, makelar itulah yang akan mengirimnya ke luar negeri. “Biasanya saya kirim ke bos saya di Bali, nanti dia yang kirim ke luar negeri,” tuturnya pada Ekbis NTB belum lama ini. Dirinya melakukan hal itu, karena pengiriman barang ke luar menggunakan kontainer barang. Di mana, ketika kontainer mencapai jumlah tertentu baru bisa dikirim ke beberapa negara, seperti ke benua Eropa dan Asia. Pengiriman gerabah dilakukannya setiap bulan atau 3 bulan sekali tergantung permintaan makelar. Dalam mengirim barang dari NTB menggunakan 1 mobil boks atau truk besar yang berisi berbagai macam jenis gerabah khas Lombok. Nantinya, gerabah yang dikirim ke luar daerah ini akan diekspor ke luar negeri menggunakan daerah asal makelar. Diakuinya, jika hanya mengandalkan artshop untuk menjual gerabahnya tidak memberikan keuntungan yang banyak. Sementara tamu yang datang berkunjung ke artshopnya tidak semuanya berbelanja. “Tamu memang ada yang datang, tetapi tidak semua dari mereka membeli gerabah,” akunya. Saat ditanyakan apakah dirinya mengikuti i-Shop yang merupakan terobosan pemerintah daerah untuk memasarkan produk UKM sampai ke luar negeri? Rahmat mengaku tidak tertarik mengikutinya. Bahkan, ia sering menolak ajak dari perwakilan dinas agar mengikuti i-shop. “Tapi saya belum ada waktu untuk mengurusnya karena kesibukan sehari-hari,’’ akunya. Hal senada disampaikan Ir. M. Ari Aditya, MM, pemilik UD Natural Lombok. Pengusaha yang bergerak pada produk kerajinan dried fruit atau buah kering, mengaku, dalam memasarkan barangnya ke luar negeri, ada dilakukan sendiri dan lebih sering melalui trading company. “Trading company ini semacam perusahaan yang nantinya mengambil produk di pengusaha dengan target barang sekian, setelah terkumpul baru dikirim,” jelasnya. Ketergantungan pelaku UKM dengan makelar ini, jelasnya, karena kesempatan pengusaha di NTB belum ada. Yang lebih dikenal pengusaha luar negeri itu adalah pengusaha Bali. Sehingga mereka di sana melihat peluang itu dan mengambil barang dari berbagai daerah kemudian dipajang. Hal inilah, katanya, yang membuat banyak pelaku UKM di NTB mengirimkan barang ke Bali atau daerah lain di Indonesia, meski dengan profit atau keuntungan yang jauh lebih kecil. ‘’Memang kalau dari segi profit lebih banyak kalau kita jual langsung. Tetapi selama ada kesempatan kenapa tidak. Karena kalau menunggu pembeli, kapan bisanya,’’ katanya. Terkait produk buah kering yang ada di tempatnya, dikirim ke Eropa dan Amerika lewat jasa makelar . Meski demikian, ia juga ingin idealis dengan cara menjual sendiri, tetapi melihat pekerjanya yang membutuhkan uang jadi ia mengambil kesempatan itu agar usahanya tetap jalan. “Walaupun kita pakai trading company tetap ada keuntungannya walau tidak sebesar jual sendiri,” kata Ari. Diakuinya, produk dari NTB kualitasnya bagus tetapi kesempatan dan akses yang belum maksimal seperti yang lain, membuat produk NTB masih harus dijual menggunakan merek dagang daerah lain. Pada bagian lain, Ari mengaku, bekerjasama dengan trading company bisa meminimalkan kerugian yang dialami saat mengirim produk ke luar negeri. Dalam arti, ketika terjadi apa-apa saat pengiriman barang, trading company yang menanggung risikonya. “Kalau trading company ada yang tidak mau berhubungan langsung dengan perajin. Tetapi jika terjadi apa-apa, mereka yang menanggung kerugiannya,” kata Ari. Hal lain, yang menjadi kendala dalam memasarkan produk-produknya adalah masalah bahasa. Dalam mengatasi masalah ini, pengusaha menggunakan penerjemah dalam memperlancar jual belinya. Untuk itu, pemerintah diharap memfasilitasi pelaku UKM dalam memasarkan produk mereka serta memberikan akses pasar ke luar negeri Dari banyak persoalan yang masih dihadapi pengusaha lokal inilah yang mengakibatkan mereka masih ‘’digantung’’ makelar. Pengusaha lokal masih menggantungkan harapannya secara penuh kepada vendor-vendor di luar NTB yang memiliki fasilitas pendukung yang sangat memadai. (uul)

Dari Hal. 1

Lobar Dinilai Berhasil Kembangkan Ekonomi Warga Pesisir MEREFLEKSI perjalanan Palang Merah Indonesia (PMI) ke-72, satuan relawan yang dibentuk tepat sebulan sesudah proklamasi itu memberikan apresiasi kepada lebih dari dua puluh lima pemerintah kabupaten/ kota atas dukungannya terhadap pembangunan, utamanya terhadap penanggulangan bencana. Di NTB, Lombok Timur dan Lombok Barat dipilih oleh PMI. Dari beberapa kota ini, PMI memilih lima kabupaten/ kota sebagai Kampiun Utama dalam lima kategori. Lobar didaulat sebagai Kampiun Utama dalam kategori kabupaten dengan Pengembangan Ekonomi Pesisir Terbaik. Empat kategori selain itu diraih oleh Kabupaten Wonogiri, Kota Surakarta, Demak dan Bogor. Prestasi tersebut sangat prestisius dalam ajang Temu Nasional Sibat ke II yang diselenggarakan oleh PMI sejak tanggal 17-22 September 2017. Penganugerahan diberikan langsung Pelaksana Harian Ketua Umum PB PMI Ginandjar Kartasasmita kepada Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid selaku Ketua Umum PMI Kabupaten Lobar. Organisasi kemanusiaan yang dipimpin Fauzan Khalid dinilai berhasil dalam

mengembangkan potensi mangrove di wilayah Dusun Cemara di Desa Lembar Selatan. Penanaman mangrove yang dilakukan oleh PMI Lobar tidak sekedar mampu mengantisipasi bencana akibat air laut pasang (rob), namun juga memberikan potensi ekonomi bagi warga sekitar. Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT) yang menghimpun relawan tangguh bencana di Dusun Cemara bahkan telah mampu menghasilkan madu yang khas dari lebah dan bunga mangrove. “Rasanya berbeda dan lebih berkhasiat dari madu-madu lainnya,” ujar Atun, salah satu pendamping Sibat lobar di hadapan Fauzan saat dikunjungi di stand pameran. Fauzan Khalid sangat antusias dengan pengakuan pusat atas PMI yang dipimpinnya di daerah. “Ini capaian luar biasa. Kita telah mampu menanami 60 hektar area dengan potensi magrove dapat berkembang sampai 80%. Terlebih lagi kalau kita mampu mengembangkan potensi ekonomi dari area mangrove itu,” ujar Fauzan menyemangati anggota utusan dari SIBAT lobar di area Temu Nasional SIBAT ke II yang dibuka Minggu (17/9) di Bumi Perkemahan Gunung Pancar Sentul Bogor. (her)

Pembukaan Pesona Senggigi Dianggarkan Rp 500 Juta FESTIVAL Pesona Senggigi resmi dibuka oleh Wakil Gubernur NTB, H.M Amin Sabtu malam (16/9) kemarin di Pantai Duduk Senggigi, Lombok Barat (Lobar). Pembukaan even pariwisata tahunan tertua di NTB ini, nimbrung dengan penutupan Bulan Pesona Lombok Sumbawa (BPLS) yang digelar Dinas Parwisata NTB. Hampir tiap tahun acara Festival Senggigi ini bersamaam pembukaannya dengan penutupan BPLS, padahal untuk kegiatan festival ini selalu dianggarkan besar. Tahun ini saja mencapai Rp 500 juta rupiah. Menjawab hal ini, Kepala Dinas Pariwisata Lobar, Ispan Junaidi menyatakan bahwa pembukaan Pesona Senggigi bersamaan dengan penutupan BPLS hasil koordinasi antara Dinas Parwisata pemda Lobar dengan Pemprov NTB. “Ini koordinasi antara kami dengan Pemprov NTB bahwa pembukaan even Festival Pesona Senggigi diadakan bersamaan dengan penutupan BPLS,”jelas Ispan menjawab isu terkait Pesona Senggigi yang nimbrung di BPLS. Pada Festival Pesona Senggigi sendiri, terdapat core inti dari kegiatan Pesona Senggigi dimulai Tanggal 18 -19 September. Pihaknya

akan menampilkan 31 tarian tradisional dari Lobar. Selain itu ada juga beberapa kabupaten yang hadir meramaikan kegiatan ini yakni Kabupaten Bima, Kabupaten Sumbawa, Sumbawa Barat, Loteng dan Kota Bandung. Pelaksanaan core event ini terdapat di lima tempat yakni di Sasaku, Aruna Hotel, Senggigi Square, Pasific dan Pantai Senggigi di Santosa. Ada juga penampilan band serta permainan tradisional yang akan disuguhkan. Termausk dance yang diadakan dari pihak hotel. Selanjutnya core event diadakan tanggal 22-23 September akan digelar festvial jazz yang sudah dua kali digelar. Untuk kali ini festival jazz diikuti 25 grup band, diantaranya dari 3 dari luar negeri antara lain Jepang, Venezuela dan Amerika. Ada juga band nasional yang ikut serta lokal. Kegiatan ini digelar dalam rangka untuk meningkatkan angka kunjungan ke Lombok-Sumbawa khususnya Lobar. Sementara itu,Kepala Dispar NTB, H. L Moh Faozal mengatakan, bahwa Festival Pesona Senggigi 2017 ini termasuk even tertua di NTB dibandingkan event lain. Karena itu kehadiran peserta dalam upaya kongkret dapat memajukan Senggigi sebagai destinasi domestik dan internasional. (her)

Perindustrian Lakukan Standarisasi Produk Dari Hal. 1 Karena keunggulannya sudah memenuhi standar pasar luar negeri, salah satunya dari sisi pewarnaan. “Inginnya ada Maliki-Maliki lain. Makanya kita di beberapa lokasi sentra kita lakukan pembinaan. Sementara ini, Pak Maliki siap menjadi pengumpul hasil perajin kita dan dia yang memasarkannya sendiri ke jaringannya di luar negeri,” demikian Baiq Eva. Demikian juga untuk hasil industri lainnya. Gerabah disinggung kepala dinas. Dilakukan standarisasi dari ukuran, campuran tanah, dan tingkat kekeringan. Selain itu, menurutnya perlu dilakukan desain

produk dan permukaan gerabah. Dengan demikian, ekspor sendiri sudah dapat diterima pasar luar negeri tanpa dipoles dan dijual lagi oleh tangan ketiga di luar daerah sebelum di ekspor. Untuk produk-produk olahan, Baiq Eva mengatakan, beberapa syarat penting yang harus dipenuhi adalah PIRT, label halal, kandungan nutirsi, merk. Kemudian masa kedaluwarsa, kemasannya, dilakukan standarisasi agar pasar internasional kepincut langsung. Apakah dinas sudah mempelajari selera pasar luar negeri? Baiq Eva menegaskan, hal itu salah satunya informasi diperkuat dari para eksportireksportir lokal. Apa-apa yang

menjadi kendalanya, selanjutnya menjadi masukan ke dinas untuk dilakukan pelatihan dan pendampingan di sisi-sisi kelemahannya itu. ‘’Disampaikan kepada kami, dan kami lakukan pelatihan,’’ terangnya. Tetapi kepala dinas juga menggaris bawahi, apa yang dilakukan tidak bisa dilaksanakan sendiri. Butuh dukungan pihak-pihak lain. Salah satunya seperti pembinaan yang dilakukan Bank Indonesia. Harapannya diperluas kepada sektor-sektor lain. Keterbatasan pemerintah daerah untuk berbuat ini juga disampaikan kepada beberapa BUMN, namun sampai saat ini belum dilihat ada aksi.(bul)

Dinas Perdagangan Tak Bisa Larang Dari Hal. 1 Apalagi dasar dibentuknya iShop ini, karena pihaknya melihat data UKM tidak terdeteksi berapa yang jumlah pengiriman produknya ke luar. “Sehingga buyer mengambil sedikitsedikit langsung kirim ke daerah tetangga. Sehingga SKA-nya ke luar dari sana. Kita mengalami kerugian karena tidak dapat apa-apa, kita dapat rupiah mereka dapat dolar,’’ ujarnya. Selain itu, i-Shop ini, dibentuk untuk jangka panjang bukan jangka pendek. “Kita tidak punya datanya berapa yang dikirim ke luar. Kalau kirimnya hanya satu mobil, tidak terdeteksi di sini, tidak ada kewajiban mereka lapor di sini,” tambahnya. Terkait adanya

eksportir kopi yang ingin berinvestasi di i-Shop tetapi hilang, bisa disebabkan jumlah yang dikirim masih sedikit. ‘’Jadi dikumpulkan jadi satu di luar daerah baru kemudian dikirim lewat kontainer. Itulah yang menjadi masalah kita sekarang,’’ ujarnya. Hal lainnya, NTB tidak memiliki pelabuhan ekspor impor. Sehingga semua barang yang dikirim ke luar negeri mesti melalui Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. ‘’Tetapi yang penting itu kan SKA-nya, sehingga data yang ada jelas,’’ harapnya. Apalagi banyak produk kerajinan dari NTB yang diklaim oleh daerah luar sebagai miliknya. “Kemarin saya juga pernah ditanya oleh Duta Besar Indonesia di Mesir kenapa produk

dari NTB diklaim daerah lain. Kita kecolongan jadinya dan itu yang membuat banyak produk kita hancur,” jelasnya. Untuk itu, para pelaku UKM harus bisa terdaftar di i-Shop jika ingin membantu daerah. Mereka harus datang langsung ke dinas di mana mereka harus punya SOP, itu harus standarisasi yang harus mereka ikuti. Apalagi sekarang ada program gratis dari dinas. Apalagi untuk pengusaha produk olahan makanan yang harus memiliki PIRT dan label halal agar bisa tampil. “Para pengusaha sendiri yang harus aktif, mindset mereka harus berubah. Apalagi untuk ekspor ke luar. Mereka bisa datang langsung ke Dinas Perdagangan dan akan dibimbing tanpa ada biaya,’’ ujarnya. (uul)

3 Pelaku Usaha Butuh Standarisasi dan Perizinan Dari Hal. 1 Standarisasi aneka produk yang banyak permintaan pasar luar negeri memang harus dilakukan. Terlebih di era pasar bebas ini, jangan sampai barang yang masuk ke NTB lebih besar daripada barang yang keluar. “Standarisasi produk itu yang perlu ditingkatkan, artinya perlu keterlibatan teknologi yang lebih canggih. Kualitas SDM tenaga teknis yang harus didatangkan dari Jawa. Mungkin awal-awalnya perlu keterlibatan BUMN untuk mendampingi UMKM dan IKM ini untuk alih teknologi,” katanya. Untuk meningkatkan kualitas produk lokal, pemerintah daerah bisa melakukan kerjasama dengan pengusaha dari luar daerah dalam hal edukasi dan alih teknologi. Proses belajar dengan pelaku usaha di pulau Jawa misalnya menjadi sangat penting, mengingat disana terdapat banyak pengusaha yang sudah sukses

membangun jaringan di luar negeri dan memiliki standar yang baik. Bagi Raihan, hal ini menjadi kewenangan pemerintah daerah melalui SKPD teknis terkait. Asalkan mereka memiliki kemauan, gagasan, dan semangat kerja yang lebih tinggi, maka hal itu bisa terwujud. Birokrasi saat ini memang harus memiliki visi sebagai birokrasi modern yang berorientasi pada manajemen wirausaha. Membangun birokrasi yang efektif dan efisien dan lebih produktif. “Visi besar TGB-Amin adalah membangun NTB yang berdaya saing. Karena daya saing daerah itu adalah dibentuk dari daya saing per sektor. Misalnya sektor perikanan kelautan, sektor perdagangan, sektor insdustri. Itu yang kemudian membantuk daya saing daerah. Semangat ini yang harus menjadi mindset birokrasi kita. Visi misi berdaya saing itu yang harus diterjemahkan dalam program SKPDSKPD teknis,” katanya.(ris)

Kuncinya Harus Kompak Dari Hal. 1 Pajak ekspor yang masih tinggi juga menjadi kendala kegiatan ekspor selama ini, ditambah lagi dengan biaya mengirim atau transportasi juga masih terlalu tinggi. “Saya pernah mencoba kirim, waduh gila-gilaan. Harga barang yang saya jual dengan transportasinya hampir sama, itu contoh barang seni. Hambatan selanjutnya kemungkinan masih ada (dugaan) pungli di pelabuhan,” ujarnya. Menurutnya,terkadang pengusaha dalam daerah kurang kompak. Jika menjaga kekompakan, sangat mungkin untuk melakukan hubungan langsung dengan pembeli. Misalnya ada lima orang pengusaha dengan produk yang sama, setelah barang-barang terkumpul dan memenuhi kuota, mereka bisa melakukan ekspor. “Namun terkadang tidak kompak, mau diadu-domba oleh vendorvendor,”katanya. Selama ini hanya sedikit komoditas yang dijual secara langsung dengan pembeli di luar negeri, misalnya produk mutiara. Mutiara itu cukup gampang mengirim ke luar negeri, karena pengemasannya tidak besar dan tidak memakan tempat. Karena pengiriman mutiara tidak memerlukan kargo khusus, sehingga biaya pengiriman ke luar negeri juga tidak besar. Selain mutiara, komoditas rumput laut juga sangat berpotensi untuk diekspor oleh pengusaha lokal secara langsung. Terlebih kebutuhan bahan baku rumput laut untuk aneka industri sangat besar. Hanya saja rumput laut sudah banyak dikuasai oleh perusahaan asing. Misalnya perusahaan dari Korea memegang bisnis rumput lait di wilayah Plampang, Kabupaten Sumbawa. “Sekarang perusahaan asing

sudah banyak masuk di sana, melalui pinjam nama. Sehingga sisanya saja yang diperoleh oleh perusahaan lokal. Yang dari Surabaya saja sulit masuk. Luar biasa rumput lautnya NTB, kualitasnya bagus, hasilnya bagus. Namun sudah dikuasai oleh beberapa perusahaan asing,” katanya. Sedangkan tenun khas NTB yang memiliki potensi yang bagus juga pada dasarnya berpotensi melakukan transaksi bisnis secara langsung dengan pembeli di luar negeri. Namun saat ini kondisinya belum memungkinkan. Jika tenun dilakukan pembinaan dengan baik, maka kuota ekspor akan bisa dipenuhi. “Kalau kompak, di Bima luar biasa songket, Lombok Tengah juga demikian. Jika ada perusahaan yang membina atau asosiasi tertentu dengan memenuhi produk yang sama, saya yakin bisa memenuhi kuota,” terangnya. Bagaimana dengan intervensi pemerintah? Menurut penilaiannya hanya Pemerintah Provinsi NTB yang selama ini melakukan upaya untuk melakukan pembinaan secara maksimal kepada para produsen atau perajin dalam daerah.” Misalnya Dekranas Provinsi babak belur, namun di kabupaten/kota adem ayem. Tidak ada seiring sejalan,” ujarnya. Yang terakhir, salah satu tantangan untuk langsung berhubungan dengan pembeli di luar negeri tanpa melalui jasa vendor yaitu kemampuan pendanaan yang masih kecil. Mestinya perbankan juga melakukan intervensi terhadap pembiayaan seperti ini. Misalnya ada pengusaha ingin menjadi vendor untuk dirinya sendiri. “ karena tidak bisa sekali kirim, paling tidak, tiga kali modal. Pengiriman pertama, pengiriman kedua harus siap dan pengiriman ketiga menjadi cadangan,” tutupnya. (ris)

Pengusaha Lokal Belum Dipercaya Dari Hal. 1 masih menggunakan nama vendornya sebagai tujuan pertama pengusaha luar negeri. Dan pengusaha NTB juga belum bisa menarik diri dari vendonya (ketergantungan),” imbuhnya. Karena komunikasi dan jaringan yang terbatas inilah, pemerintah diminta memotori eksportir-eksportir lokal. Agar manfaat lebih dari kegiatan

ekspor tersebut tidak direbut terus menerus oleh pengusaha-pengusaha luar. Sampai saat ini, industri kerajinan hanya mengambil porsi satu persen dari total ekspor NTB selama setahun. Karena itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mendorong pemerintah daerah memberikan perhatian lebih, agar produk lokal di luar komoditas tambang ekspornya dapat digenjot. (bul)


Ekbis NTB Senin, 18 September 2017

Investasi di KoinWorks Dilindungi oleh Dana Proteksi KOINWORKS yang merupakan satu-satunya perusahaan P2P Fintech Lending yang menyediakan inisiatif perlindungan berupa dana proteksi, menyalurkan dana proteksi tersebut dalam rangka mengganti rugi dana investor yang tersalur setelah adanya NPL untuk pertama kalinya. Dana Proteksi diciptakan untuk meminimalisir kerugian modal investor apabila ada pinjaman yang gagal bayar. Jumlah kompensasi yang diterima investor bergantung pada grade pinjaman yang diinvestasikan. Menurut Benedicto Hary(Ekbis NTB/dok) ono, Co-Founder dan Chief Benedicto Haryono Executive Officer (CEO) KoinWorks, keberadaan kredit bermasalah tidak bisa dihindari, meskipun perusahaan sudah menerapkan sistem penyaringan berlapis untuk calon peminjam dan calon investor. “Sebagai perusahaan bidang keuangan kami selalu fokus kepada perlindungan pengguna. Maka dari itu kami berinisiatif menyediakan fitur dana proteksi yang memberikan perlindungan untuk menutup sebagian kerugian investor,” kata Benedicto dalam keterangan tertulisnya kepada media ini. Terhitung per Bulan Juli, KoinWorks mencatatkan dana proteksi senilai Rp 1,2 milyar yang dikumpulkan dari sebagian keuntungan yang diterima perusahaan. Jumlah tersebut merupakan nilai bersih sejak perusahaan mulai berjalan pada pertengahan 2016. Saat ini KoinWorks memiliki catatan impresif terkait kredit bermasalah non-performing loan atau NPL 0,2%. Dimana perusahaan mampu menjaga rasio NPL 0% selama satu tahun lebih beroperasi. Ia mengatakan, sebuah pinjaman dikategorikan sebagai gagal bayar ketika peminjam (debitur) sudah 90 hari terlambat membayar angsuran, dan tidak memberikan informasi terkait keterlambatan mereka. Dalam waktu 30 hari sejak pengumuman pinjaman sebagai gagal bayar, KoinWorks akan mengambil dana proteksi untuk dibayarkan ke akun pendana, guna mengurangi kerugian modal. Kerugian modal merupakan selisih antara jumlah modal awal dan total pembayaran yang telah diterima dari pengangsuran pinjaman. Dalam rentang waktu yang sama, KoinWorks akan segera menghapus pinjaman tersebut setelah pengumuman gagal bayar. Perusahaan yang bergerak di industri peer to peer lending (P2P) ini telah terdaftar secara resmi di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada April lalu. Keberadaan Dana Proteksi merupakan inisiatif murni KoinWorks untuk melindungi dana investasi hingga 100%. KoinWorks menetapkan lima tingkatan kompensasi atas mengurangi kerugian dana investasi, dalam kategori pinjaman yang berbeda-beda melalui Grade A-E. Grade ditentukkan berdasarkan hasil dari tingkat risiko peminjam yang dianalisis oleh tim KoinWorks. Dengan menimbang jumlah Dana Proteksi, rentang kompensasi yang diberikan kepada investor bervariasi, mulai dari 20% untuk investor yang memberikan kepada grade E, hingga 100% bagi investor grade A. Bernard Arifin, Chief Operating Officer (COO) KoinWorks mengatakan KoinWorks memberikan surat peringatan dan penagihan melalui telefon juga media komunikasi lainnya pada saat peminjam tidak membayar selama 90 hari. Kemudian, jika tidak ada jawaban akan mengunjungi kediaman peminjam dilanjuti dengan proses tindakan secara hukum. “Bahwa pemilik usaha yang terdaftar, ada banyak di antara mereka yang juga bekerja sebagai seorang karyawan. Kesibukannya sebagai karyawan akan membuat fokus antara pekerjaan dengan perkembangan bisnis menjadi terkendala. Banyak di antaranya yang menitikberatkan fokus kepada pekerjaannya sehingga membuat bisnisnya menjadi terbengkalai. Hal-hal seperti itulah yang membuat penjualan bisnis menurun dan tak ada lagi kemajuan di tubuh bisnisnya, sehingga pada akhirnya membuat pinjamannya default,”tambah Bernard. Kini KoinWorks telah mencatatkan kenaikan jumlah investor. Hingga akhir Agustus 2017 ini, KoinWorks memiliki lebih dari 17.000 investor. (bul)

Konsumen Rumah Komersil Masih ”Wait and See” KONSUMEN kini lebih banyak mengajukan pembiayaan perumahan ke perbankan untuk sektor rumah bersubsidi. Sementara pengajuan pembiayaan untuk rumah komersil sedikit mengalami perlambatan di tahun ini. Konsumen sepertinya masih wait and see atau menunggu kondisi ekonomi membaik baru kemudian mengambil keputusan. Pimpinan BNI Syariah Cabang Mataram Zulfahmi AR kepada Ekbis NTB mengatakan, produk pembiayaan untuk rumah atau ruko dan sejenisnya di BNI Syariah bernama Griya iB Hasanah. Produk ini adalah fasilitas pembiayaan konsumtif untuk masyarakat guna membeli atau merenovasi bangunannya. Meski pembiayaan rumah komersil terjadi perlambatan, namun secara umum pembiayaan di sektor ini tetap tumbuh. “ Kami di BNI Syariah tumbuh, target yang dibebankan kantor pusat sudah terpenuhi bahkan sudah diatas 180 persen. Meskipun tahun ini rumah-rumah komersil terjadi penurunan, yang tumbuh pesat itu kan rumah subsidi, sementara BNI Syariah tidak masuk disitu,” katanya. Menurutnya, target pembiayaan KPR di BNI Syariah Mataram tahun ini harus tumbuh sebesar Rp 100 miliar, belum termasuk kantor mikro di sejumlah tempat. Pembiayaan secara umum di BNI Syariah Mataram membaik cukup signifikan. Walaupun di lapangan, banyak keluhan dari konsumen bahwa cukup berat perekonomian sekarang ini. Perbankan biasanya akan mengubah pola pemberian kredit pembiayaan yang disertai dengan pembinaan. Untuk pembiayaan di sektor mikro, salah satu pola yang bisa diterapkan untuk memperluas pasar diantaranya dengan memberlakukan cicil harian atau mingguan. Karena ada kecenderungan di masyarakat bahwa cicil bulanan dianggap memberatkan, namun cicil harian tidak menjadi masalah karena nilainnya dianggap kecil. “Misalnya berat kalau cicil sekaligus, bisa dilakukan dengan cara bertahap. Terkadang masyarakat kita terutama padagang sanggup arisan Rp 100 ribu sehari, namun untuk cicilan bank 1 juta sebulan mereka berat. Pola-pola ini yang kita ubah. Pinjaman yang sifatnya mikro, cicilannya bisa harian atau mingguan,” katanya. (ris)

Zulfahmi

Ekbis NTB

4

Ekonomi Lesu

Perbarindo Bidik Sektor Pertanian PERHIMPUNAN Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) mencari cara lain untuk mensiasati masih belum optimalnya perekonomian nasional. Salah satu sektor yang dibidik adalah pertanian. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberi catatan khusus kepada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) untuk lebih berhati-hati, mengingat tingkat Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet BPR bahkan ada yang menembus angka dua digit (10 keatas). Ketua Perbarindo Provinsi NTB, Yanuar Alfan tidak memungkiri daya beli masyarakat belum begitu membaik, atau masih lesu dalam beberapa waktu terakhir. Karena itu, ia tak menginginkan persoalan ini ikut berdampak pada BPR. “Persoalan ini sudah sering saya sampaikan kepada teman-teman BPR untuk mencari cara, masih banyak peluang (sektor) lain yang bisa digarap,” katanya pada Ekbis NTB. Yanuar Alfan mengatakan, BPR harus cermat menangkap peluang, disaat kondisi

ekonomi masih seperti saat ini. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang 90 persennya menjadi pangsa pasar BPR keadaannya relatif belum terlalu menggembirakan sejak 2016 lalu.”Sektor ini (UMKM) ini yang melonjak NPLnya,” tegas Yanuar Alfan. Terutama untuk kredit lama yang cenderung mengalami persoalan saat ini. Pembayaran kredit mulai seret. Melihat keadaan itu, Yanuar mengatakan, para pelaku perbankan di BPR cukup berhati-

hati menyalurkan kreditnya. Meski demikian, keadaan seperti ini tidak saja terjadi di Provinsi NTB, bahkan di provinsi tetangga seperti di Bali misalnya, kredit sektor properti yang disalurkan oleh BPR keadaannya tidak menggembirakan. Bahkan banyak agunan yang sudah diambil alih oleh BPR.”Kita belum ada agunan yang diambil alih,” ujarnya. Menyikapi persoalan lesunya ekonomi ini, Yanuar Alfan mengatakan baru-baru ini pihaknya telah melakukan Rapat Kerja Daerah (Rakerda) den-

gan mengundang perbankan lainnya dalam rangka memetakan potensi-potensi kerjasama dan sharing knowledge. Pertemuan BPR akan dilanjutkan dengan membahas potensi sektor pertanian. BPR-BPR yang sudah menggeluti sektor pertanian ini akan diundang dan saling bertukar pengalaman terhadap bisnis pembiayaan di sektor pertanian dimaksud.”Kita ingin tau juga bagaimana skemanya,” ujar Yanuar Alfan. Selama ini pelaku perbankan masih berhati-hati menyalurkan pembiayaan di sektor pertanian karena ketidakpastian harga saat panen berlangsung. Keadaannya selalu bergantung pada situasi pasar. Padahal seharusnya pasarlah yang mengikuti. “Karena itu kita ingin mendorong sektor pertanian ini

(Ekbis NTB/dok)

Yanuar Alfan memberikan kepastian pasar, didukung lembaga penjamin agar kredit kepada petani tidak bermasalah,” katanya. (bul)

(Ekbis NTB/dok)

MEMANEN - Sejumlah buruh tani di Lombok Barat sedang memanen padi di sawah. Perbarindo NTB sedang membidik sektor pertanian dalam hal pembiayaan. Meski demikian pelaku perbankan masih berhati-hati menyalurkan pembiayaan di sektor pertanian karena ketidakpastian harga saat panen berlangsung.

LPS Pangkas Suku Bunga Penjaminan Jadi 6 Persen LEMBAGA Penjamin Simpanan (LPS) telah melakukan evaluasi tingkat bunga penjaminan untuk simpanan dalam rupiah dan valuta asing (valas) di Bank Umum serta untuk simpanan dalam rupiah di Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sekretaris LPS Samsu Adi Nugroho dalam siaran persnya mengatakan, tingkat bunga penjaminan untuk periode 15 September 2017 sampai dengan 15 Januari 2018 untuk simpanan dalam bentuk rupiah di Bank

Umum dan BPR turun sebesar 25 basis poin. Sedangkan tingkat bunga penjaminan untuk simpanan dalam valuta asing tetap dengan rincian; bank umum sebesar 6,00 persen untuk simpanan rupiah, sementara 0,75 persen untuk valas. Sedangkan BPR sebesar 8,50 persen. Tingkat bunga penjaminan simpanan dalam rupiah di Bank Umum dan BPR diturunkan dengan pertimbangan terutama pada perkembangan suku bunga simpanan bank benchmark

LPS. Hal tersebut menunjukkan penurunan serta adanya pelonggaran kebijakan moneter oleh Bank Indonesia (BI) untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan. Sementara itu stabilitas sistem keuangan juga menunjukkan kondisi yang terpelihara dengan baik. Menurut Samsu, sesuai ketentuan LPS, apabila suku bunga simpanan yang diperjanjikan antara bank dengan nasabah penyimpan melebihi tingkat bunga penjaminan simpanan, maka (Ekbis NTB/dok)

LOMBOK TAKSI - Manajer Pool Lombok Taksi, Amir Muslim (dua dari kiri) bersama manajemen Lombok Elephant Park melakukan MoU

Pakai Lombok Taksi

Pelanggan Dimanjakan Aneka Diskon di Banyak Tempat LOMBOK Taksi (Blue Bird) Group memperluas jaringan kerjasamanya untuk memanjakan pelanggan. Setelah sebelumnya dilakukan penandatanganan kerjasama dengan Lombok Epicentrum Mal (LEM) dan tujuh tenant di dalamnya, giliran rumah makan, pusat oleh-oleh hingga wahana wisata kebun binatang yang sudah siap memberikan diskon spesial. Tujuh tenant di LEM yang sudah menyepakati MoU dengan Lombok Taksi diantaranya, My Kopi O, Quali, Burger King, Omah Cobek, Excelso, RM Ikan Goreng Cianjur, serta diskon 5 time games di Timezone pada 28 Agustus lalu. Terakhir berturut-turut 13,14 dan 15 September 2017 ini, Lombok Taksi menandatangani MoU dengan owner Taliwang Irama, pusat oleh-oleh Sasaku, dan pengelola kebun binatang, Lombok Elephant Park di Lombok Utara. Dari kerjasama tersebut, pengguna jasa transportasi Lombok Taksi, akan mendapat untung diskon sebesar 10 persen dari setiap pembelian produk dan jasa yang disiapkan oleh mitra kerjasamanya Lombok Taksi. Kecuali untuk wahana berwisata kebun binatang Lombok Elephant Park di Sire, Sigar Penjalin, Lombok Utara, pelanggan mendapatkan diskon setiap produk dan jasanya sebesar 15 persen. Untuk mendapatkan

diskon tersebut, pelanggan cukup hanya menunjukkan riwayat penggunaan Lombok Taksi melalui pemesanan taksi yang ada di aplikasi My Blue Bird. Kerjasama Lombok Taksi dengan para pihak ini ditandatangani langsung oleh Manager Pool Lombok Taksi, Amir Muslim dan owner masing-masing perusahaan. Terakhir kerjasama tersbut juga disaksikan langsung oleh General Manager Blue Bird BaliLombok, dr. Panca Wiadnyana. Kerjasama dengan Lombok Taksi ini disambut baik oleh masingmasing mitra, semuanya menyatakan siap memberikan diskon bagi pengguna taksi ini. dr. Panca Wiadnyana dalam satu kesempatan mengatakan, kerjasama yang dilakukan dengan beberapa perusahaan ini memberikan keuntungan bagi konsumen dan kepada mitranya. “Kerjasama seperti ini bagi kami sebagai persembahan kepada konsumen, juga cara Blue Bird untuk mendukung pengusaha-pengusaha lokal,” ujarnya. Sementara Amir Muslim menambahkan, kepada mitra kerjasama Lombok Taksi, akan mendapatkan keuntungan lebih. Blue Bird memiliki komunitas di facebook, line yang tidak mudah dimasuki. Ditambah lagi majalah Mutiara Biru yang terbit sebulan sekali, didukung oleh system yang men-

girim promo kepada email pelanggan sebanyak 500.000 sebulan. Seluruh media asset Blue Bird yang konsumennya adalah nasional dan internasional tersebut, dapat dimanfaatkan oleh mitra untuk berpromosi produk dan jasa yang disediakannya. Belum lagi terdapat sebanyak 670 pengemudi yang mengoperasikan 380 unit kendaraan milik Lombok Taksi. Pengemudi ini akan berperan sebagai corong untuk ikut mempromosikan produk-produk dan jasa yang disediakan mitranya. “Dengan kerjasama ini, mitranya dapat menempatkan brosurnya di taksi kami semampunya mencetak. Dalam sehari ratarata 13 penumpang naik di satu taksi. Semuanya bisa dimanfaatkan. Dan tujuan yang paling penting adalah kepuasan pelanggan,” demikian Amir Muslim. Untuk memudahkan pelanggan mendapat diskon dan berbagai jenis promo lainnya, Blue Bird sejak akhir tahun lalu telah meluncurkan aplikasi My Blue Bird yang dapat diunduh di Play Store secara gratis. Aplikasi My Blue Bird merupakan penyempurnaan dari Blue Bird Taxi Mobile Reservation yang sudah dioperasikan sejak 2011.Dengan aplikasi ini, hanya melalui ponsel pintar, masyarakat semakin mudah mendapatkan layanan taksi. (bul)

simpanan nasabah dimaksud menjadi tidak dijamin. Berkenaan dengan hal tersebut, bank diharuskan untuk memberitahukan kepada nasabah penyimpan mengenai tingkat bunga penjaminan simpanan yang berlaku dengan menempatkan informasi dimaksud pada tempat yang mudah diketahui oleh nasabah penyimpan. Sejalan dengan tujuan untuk melindungi nasabah dan memperluas cakupan penjaminan, LPS menghimbau agar perban-

kan lebih memperhatikan ketentuan tingkat bunga penjaminan simpanan dalam rangka penghimpunan dana. “Dalam menjalankan usahanya, bank hendaknya memperhatikan kondisi likuiditas ke depan. Dengan demikian, bank diharapkan dapat mematuhi ketentuan pengelolaan likuiditas perekonomian oleh Bank Indonesia, serta pengaturan dan pengawasan perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan,” kata Samsu menutup siarannya. (ris)

Provider Seluler Turut Dongkrak Pengguna Uang Digital SEMAKIN banyak perusahaan dalam negeri yang menyediakan layanan transaksi dengan konsep cashless atau transaksi tanpa uang tunai. Selain karena semakin mudahnya bertransaksi secara elektonik, program yang dikeluarkan oleh perusahaan juga untuk meningkatkan layanan kepada konsumen. Perusahaan yang mengeluarkan produk uang digital tak melulu dari kalangan lembaga keuangan, namun perusahaan provider seluler juga sudah beberapa tahun terakhir mengeluarkan produk uang digital. Perusahaan provider seluler seperti PT. XL Axiata maupun Telkomsel sudah mengeluarkan produk uang digital untuk memanjakan pelanggannya. XL mengeluarkan produk XL Tunai, sementara Telkomsel dengan layanan T-Cash. Supervisor BDSTelkomsel NTB Megakartika W Rosetyajati kepada Ekbis NTB mengatakan, pertumbuhan pengguna T-Cash untuk pelanggan di wilayah NTB setiap tahun terus meningkat. Saat ini saja jumlah pengguna uang digital dari Telkomsel ini sudah mencapai seratus ribuan di NTB. Tumbuhnya pengguna produk ini tidak terlepas dari kegiatan sosialisasi yang dilakukan, terutama di kalangan pelajar dan mahasiswa. “ Dengan dilakukannya sosialisasi ke kalangan pelajar dan mahasiswa, ya Alhamdulillah setiap tahun tumbuh,” ujarnya. Tumbuhnya pengguna TCash tidak terlepas dari semakin banyaknya merchant yang menjadi mitra kerjasama. Tentunya konsumen juga akan semakin diuntungkan dengan banyaknya pilihan merchant tempat berbelanja. Di Mataram, merchant yang sudah bekerjasama untuk layanan T-Cash ini antara lain, Coffee Bean, KFC, McD, Wendys dan beberapa tempat lainnya dengan beragam diskon pembelian yang sangat menarik.” Diskon sampai 50 persen” katanya. T-Cash sendiri berbeda dengan pulsa. Karena di T-Cash,

konsumen bisa menyimpan uang dan menggunakannya untuk semua transaksi. Telkomsel telah memiliki izin dari Bank Indonesia sebagai penyedia layanan uang elektronik atau emoney. Produk keuangan digital ini bisa digunakan oleh semua pelanggan Telkomsel, baik pascabayar ataupun prabayar. Konsumen bisa melakukan pengisian saldo kas melalui rekening bank, di GraPARI dan tempat lainnya. Layanan yang dicakup oleh T-Cash di antaranya adalah pengiriman uang, isi pulsa, belanja daring (online), pembayaran tagihan, transaksi jual-beli, dan penarikan uang. Sementara itu layanan uang digital yang disediakan oleh provider seluler XL yaitu XL Tunai juga diklaim mengalami pertumbuhan. Account Manager XL Tunai Lombok, Wiriawan mengatakan, perkembangan XL Tunai di Lombok saat ini cukup bagus. Pengguna XL Tunai sudah mencapai angka 80 ribu pelanggan dan terus mengalami pertumbuhan. Salah satu pasar yang sedang dibidik di program ini adalah pengiriman uang atau remitansi dari TKI asal Lombok di luar negeri. Seperti diketahui bahwa jumlah TKI asal NTB, terutama Lombok yang bekerja di Timur Tengah, Malaysia dan negaranegara Asia lainnya sangat besar. Mereka bisa memanfaatkan produk dari provider seluler ini sebagai sarana transfer uang. “Untuk program yang sedang kita jalankan adalah bekerjasama dengan Bank Dunia untuk program pengiriman uang dari luar negeri menyasar TKI asal Lombok,” kata Wiriawan. Sejumlah inovasi lain untuk memanjakan pengguna uang elektronik terus dilakukan. Pengguna XL Tunai bisa melakukan transaksi pembelian pulsa telepon, pulsa listrik melalui HP. “Disamping itu juga dengan XL Tunai kita bisa melakukan pengiriman uang dengan sangat mudah dan murah,serta pengambilanya dapat dilakukan di seluruh cabang Indomaret, Alfamart dan XL Center/Xplore seluruh Indonesia,” terangnya. (ris)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.