Edisi 16 April 2018 | Ekbis NTB

Page 1

MINGGUAN TERBIT SEJAK 15 AGUSTUS 2016 E-mail: ekbisntb@gmail.com

SENIN, 16 APRIL 2018

Ekbis NTB

4 HALAMAN NOMOR 28 TAHUN KE 2 TELEPON: Iklan/Redaksi/ Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257

Kekuatan Ekonomi dan Dunia Usaha NTB

BEBERAPA tahun lalu, masyarakat menjadi keranjingan akan pesona batu akik yang menjadi tren di tahun itu. Tidak heran kemudian bermunculan penjual batu akik serta pencinta batu akik musiman yang dengan mudah ditemukan di penjuru Kota Mataram. Tetapi setelah beberapa tahun berlalu, perlahan batu akik mulai ditinggalkan kecuali oleh pecinta setianya. Halaman 2

Literasi dan Inklusi Keuangan di NTB Masih Rendah ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Pesona Batu Akik yang Mulai Ditinggalkan

Banyak Masyarakat Simpan Uang di ”Bawah Bantal” HINGGA kini masih banyak dijumpai masyarakat NTB yang belum mengenal lembaga keuangan. Disamping pemahaman mereka terhadap lembaga keuangan yang sangat kurang, akses mereka terhadap industri keuangan juga masih terbatas. Tak heran banyak masyarakat yang masih menyimpan uangnya di “bawah bantal”. Artinya uang masih disimpan di dalam rumah seperti orang yang hidup di zaman lampau. Halaman 4

123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 POPULASI Rusa Timor yang mulai 123456789012345678901234567 berkurang setiap tahunnya memang menim123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 bulkan kondisi yang dilema bagi banyak pi123456789012345678901234567 hak. Seperti yang disampaikan Pengamat 123456789012345678901234567 Peternakan dari Fakultas Peternakan Univer123456789012345678901234567 sitas Mataram Dr. Ir. Lalu Ahmad Zainuri, 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 M.Rur.Sc, di tahun 1990-an masih banyak 123456789012345678901234567 rusa yang bisa ditemukan dengan mudah di 123456789012345678901234567 Pulau Sumbawa. Karena lingkungan alamn123456789012345678901234567 ya masih terjaga dengan baik. 123456789012345678901234567 Digambarkannya, saat orang melintasi 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 jalanan di Sumbawa akan sering ditemu123456789012345678901234567 kan rusa liar yang menyeberang jalan, kare123456789012345678901234567 na populasinya masih banyak, berbeda 123456789012345678901234567 dengan sekarang. ‘’Indonesia merupakan 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 negara nomor 1 untuk hewan yang teran123456789012345678901234567 cam punah karena hutan dibabat habis, 123456789012345678901234567 perburuan liar, perubahan iklim, dan akibat 123456789012345678901234567 lainnya,’’ jelasnya. 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 Zainuri menjelaskan Rusa Timor ini oleh 123456789012345678901234567 masyarakat belum dianggap sebagai harta 123456789012345678901234567 kekayaan, beda dengan kambing atau sapi. 123456789012345678901234567 Hal ini tentunya dikhawatirkan akan mem123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 buat populasi Rusa Timor berkurang teru123456789012345678901234567 tama adanya peralihan lahan menjadi ke123456789012345678901234567 bun ataupun tempat tinggal. Ia mencontoh123456789012345678901234567 kan, alih fungsi lahan di Dompu yang dulu123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 nya merupakan kawasan hutan, diubah 123456789012345678901234567 menjadi lahan jagung oleh masyarakat den123456789012345678901234567 gan alasan ekonomi. 123456789012345678901234567 Tentunya itu merupakan dilema, karena 123456789012345678901234567 di satu sisi masyarakat membutuhkan tem123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 pat untuk menanam sedangkan di satu sisi 123456789012345678901234567 rusa timor dan hewan lainnya juga membu123456789012345678901234567 tuhkan tempat untuk berkembang biak. 123456789012345678901234567 ‘’Sekarang untung ada penangkar yang 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 peduli akan rusa ini, karena meski pejabat 123456789012345678901234567 juga ikut memelihar tetapi berhenti sama 123456789012345678901234567 saja hilang,’’ kata Zainuri. 123456789012345678901234567 Ia menambahkan jika menginginkan 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 populasi rusa bertambah, selain dari pen123456789012345678901234567 angkar juga dibutuhkan suatu pengemban123456789012345678901234567 gan kawasan yang dihijaukan untuk pen123456789012345678901234567 angkaran rusa, sehingga tidak menggang123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 gu kebutuhan manusia dan lingkungan juga 123456789012345678901234567 bisa terkonservasi. 123456789012345678901234567 ‘’Tidak hanya rusa saja, tetapi juga ternak 123456789012345678901234567 atau hewan lainnya bisa berkembang biak 123456789012345678901234567 dengan banyak,’’ ujarnya. 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 Dalam hal ini, kawasan konservasi yang 123456789012345678901234567 ada di Gunung Rinjani bisa dimanfaatkan, 123456789012345678901234567 tetapi asal ada kemauan dari pemerintah 123456789012345678901234567 untuk membiayainya. Karena tidak hanya 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 dari masyarakat umum serta kalangan aka123456789012345678901234567 demisi saja, tetapi pemerintah juga memil123456789012345678901234567 iki komitmen juga. Kawasan yang diren123456789012345678901234567 canakan haruslah diperbaiki terlebih dahu123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 lu atau bisa saja dengan mencari pulau atau 123456789012345678901234567 gili yang tidak produktif sebagai kawasan 123456789012345678901234567 konservasi rusa timor ini. 123456789012345678901234567 Penangkar, kata Zainuri, memang tujuan123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 nya hanya untuk senang-senang saja kare123456789012345678901234567 na kepedulian mereka akan Rusa Timor. Ia 123456789012345678901234567 mengatakan, dulu Unram pernah melakukan 123456789012345678901234567 penangkaran Rusa Timor di Lingsar, tetapi 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 sering ditangkap oleh war123456789012345678901234567 ga jika ada rusa yang ke123456789012345678901234567 luar. ‘’Mereka senang 123456789012345678901234567 dong pas ada yang ke123456789012345678901234567 luar, karena masih 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 menganggap rusa itu 123456789012345678901234567 adalah hewan liar,’’ ter123456789012345678901234567 angnya. 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 Bersambung 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 ke hal 3 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567 Lalu Ahmad Zainuri 123456789012345678901234567 123456789012345678901234567

Siapkan Konservasi Khusus

Maskot NTB dan Populasi yang Terancam Punah Siapa yang tidak mengenal rusa. Atau orang Lombok menyebut, hewan yang menjadi maskot NTB ini dengan nama mayung. Populasinya setiap waktu terus menyusut. Perburuan liar, dan minimnya kegiatan penangkaran membuatnya yang tersisa sekitar seribuan ekor. Padahal, Mayung ini telah menjadi maskot NTB, bersamaan dengan lahirnya provinsi dengan dua pulau ini. DA) NTB banyak mencegah pengiriman rusa di pintu keluar dan masuk NTB Kepala Sub Bagian Tata Usaha BKSDA NTB Lugi Hartanto, menyebut, jumlah Rusa Timor di NTB di alam saat ini populasinya diperkirakan hanya sekitar 1000-an ekor dan populasi di penangkaran 500-an ekor. Populasi tersebut, tersebar di beberapa kawasan baik hutan konservasi maupun hutan lindung dan Hutan Produksi, Taman Nasional Gunung Rinjani,

Bersambung ke hal 3

DINAS Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) NTB sudah sejak lama berinisiatif mempertahankan populasi rusa, khususnya Rusa Timor. Tujuannya, agar maskot NTB ini tak terancam punah. Kendati begitu, Disnakeswan juga berhasrat mendukung pengembangbiakan rusa, sehingga mampu menghasilkan potensi ekonomi baru bagi masyarakat. ‘’Menarik ini, kita bisa mengkoordinasikannya dengan BKSDA sebagai leading sektornya. Kita juga bisa (Ekbis NTB/bul) mengkoordinasikannya ke Iskandar Zulkarnain Kementerian Pertanian Dirjen Perbibitan dan Produksi Ternak. Serta stakeholders terkait,’’ kata Sekretaris Dinas Nakeswan Provinsi NTB, Iskandar Zulkarnain, S. Pt., M. Si., mewakili Kepala Dinas Nakeswan Provinsi NTB, drh. H. Aminurrahman, M. Si. Didampingi Kepala Bidang Kesehatan Hewan, drh. Bima Priyatmaka, dikatakan Iskandar Zulkarnanin mengaku, sampai sekarang ini belum ada pengembangan ternak rusa. Kalaupun ada, masih sebatas penelitian-penelitian yang dilakukan oleh akademisi. ‘’Karena rusa ini memerlukan domestikasi. Kalau kita, kebijakannya, dari sisi ekonomi masih lebih menguntungkan mengembangkan sapi, kerbau dan kambing. Rasa pangsa pasarnya terbatas,’’ jelas Bima. Rusa masih dikembangkan sebatas hobi. Bagi yang menangkarkannya. Pengembangbiakan oleh peternakan sampai saat ini belum ada yang melakukannya. Iskandar menegaskan, ke depan Disnakeswan bisa mendorong masyarakat untuk mengembangbiakannya. Dalam rangka menyelamatkan populasinya. ‘’Ini tanggung jawab kita bersama. Bukan hanya BKSDA,’’ ujarnya. Disnakeswan berkeinginan akan mendorong penelitianpenelitian. Iskandar mengatakan, turut prihatin bila melihat statistik populasinya. Apalagi rusa adalah maskot NTB yang yang harus dipertahankan populasinya. Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) pernah mengusulkan, kalau NTB mengembangkan kuliner-kuliner daging rusa. Tapi tidak massif, hanya restoran-restoran tertentu yang bisa dengan catatan, daging rusa yang dikomersilkan adalah rusa hasil penangkaran.

Bersambung ke hal 3

Jaga Populasi Rusa SATWA Rusa Timor (Cervus Timorensis) yang selama ini menjadi maskot resmi Pemerintah Provinsi NTB berstatus cukup rentan punah di wilayah NTB lantaran populasinya terus menurun. Salah satu upaya yang bisa dilakukan Dinas Kehutanan Provinsi NTB bersama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) NTB yaitu menjadikan satu zona khusus sebagai lokasi pemeliharaan Rusa Timor. Salah satu kawasan yang cocok adalah di Taman Nasional Gunung Tambora di Pulau Sumbawa. Anggota Komisi II Bidang Kehutanan DPRD NTB H Burhanudin, S.Sos, MM., kepada Ekbis NTB mengatakan, Yek Agil

di kawasan Taman Nasional Gunung Tambora masih banyak rusa timor yang hidup secara liar. Agar keberadaannya tidak terancam punah, Pemprov NTB bersama dengan pengelola taman wisata harus melakukan proteksi yang ketat agar tidak ada lagi aktivitas perburuan liar di daerah tersebut. “ Mungkin ada satu kawasan tersendiri. Katakanlah kawasan hutan tertentu yang kita jadikan budidaya rusa yang liar itu. Misalnya di salah satu kawasan taman nasional. Kalau kawasan Gunung Tambora itu cukup banyak hewan itu di sana. Mungkin bisa di sana dibuat. (Ekbis NTB/dok)

Disnakeswan akan Kembangkan Rusa

(Ekbis NTB/uul)

MENYUSUT - Rusa-rusa yang sedang dalam proses penangkaran BKSDA. Jumlah rusa di NTB, khususnya Rusa Timor semakin menyusut setiap tahunnya, karena perburuan dan perusakan alam tempat rusa berkembang biak.

(Ekbis NTB/dok)

JENIS rusa atau dengan nama latin (Cervus spp) merupakan satwa dilindungi. Hal ini sesuai dengan PP Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa, jenis rusa termasuk jenis satwa dilindungi. Jenis rusa di NTB adalah Rusa Timor (Cervus timorensis). Sebagai hewan yang menjadi konsumsi dan peliharaan masyarakat, Rusa Timor cukup banyak diminati, baik dari dalam daerah maupun luar daerah. Tak heran, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKS-

Bersambung ke hal 3

Burhanudin

(Ekbis NTB/uul)

Melihat dari Dekat Tempat Penangkaran Rusa KEBERADAAN Rusa Timor atau dalam bahas latin dikenal sebagai Rusa Timorensis merupakan salah satu hewan asli Indonesia yang banyak tercatat dalam fabel atau cerita rakyat Indonesia. Rusa Timor ini merupakan ikon fauna Provinsi NTB yang bisa dilihat dalam logo provinsi. Pada awalnya rusa merupakan satwa liar tetapi saat ini pemerintah telah menetapkan status rusa sebagai hewan liar yang dapat didomestikasi melalui SK Menteri Pertanian No 362/KPTS/TN/12/V/ 1990 pada tanggal 20 Mei 1990. Karena keberadaannya di alam liar yang setiap tahun mulai berkurang,terutama jumlah populasi dan persebarannya, Rusa Timor dimasukkan dalam status konservasi “vulnerable” (rentan)

oleh IUCN Red List. Tapi sejak beberapa tahun terakhir, sudah mulai banyak bermunculan penangkar yang peduli akan keberadaan rusa di alam bebas. Salah satu tempat penangkaran Rusa Timor yang cukup dikenal yaitu di PT Sadhana Arif Nusa yang terletak di Desa Puyung, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah yang sejak 10 terakhir dikembangkan. Posisinya yang terletak tepat di samping kampus Poltekpar Lombok memudahkan pengunjung mencari lokasi ini. Masuk ke tempat ini gratis alias tidak dikenakan biaya. Karena memang berada di tanah milik Pemda. Menempati area seluas 12 hektar, lokasi penangkaran terletak di tengah-tengah kandang pengembangbiakan

kambing yang menjadi hewan ternak utama di sini. Saat Ekbis NTB berkunjung bertepatan dengan waktu pemberian makan bagi para rusa yang berjumlah 25 ekor di kandang seluas 5 are ini. “Ada tiga bayi rusa yang baru lahir di sini. Terakhir tanggal 9 April lalu rusanya melahirkan. Mungkin minggu ini juga ada yang melahirkan, tiga induk,” terang Halipah, pengurus kandang di sela-sela memberi makan rusa. Pria yang tahun ini genap 3 tahun bekerja sebagai pengurus rusa mengatakan,

Bersambung ke hal 3

BERI MAKAN Petugas BKSDA memberi makan pada rusa yang berada di penangkaran. (Ekbis NTB/ist)


2

Ekbis NTB Senin, 16 April 2018

Gaya

Kreasi Miniatur dari Tripleks

Dari Hobi Menjadi Peluang Bisnis (Ekbis NTB/ist)

Intan Wedding Planner, salah satu WO yang siap memberikan solusi bagi calon pengantin dengan dana terbatas.

”Intan Wedding Planner”

Solusi bagi Calon Pengantin dengan Dana Terbatas BISNIS wedding organizer (WO) yang sejak beberapa waktu ini berkembang dengan pesat di Kota Mataram seolah menjawab keinginan masyarakat yang sibuk dalam menyiapkan acara pernikahannya.Tetapi kadang dana yang tersedia terbatas, sehingga mereka kesulitan dalam mencari WO yang tepat. Intan Wedding Planner mungkin bisa menjadi solusi bagi para calon pengantin yang menginginkan acara pernikahannya sukses dengan dana yang minim. Deni Fathul Aziz, pemilik Intan Wedding Planner yang berlokasi di Jalan Pemuda Nomor 30A, Gomong, menerangkan Intan Wedding Planner yang sudah berdiri sejak tahun 2016 ini berawal dari ide untuk mempermudah calon pengantin mendapatkan semua kebutuhan pernikahannya dalam satu tempat tanpa menghabiskan waktu. “Di Intan lebih fleksibel, karena pengantin tidak terpatok dengan paket yang kami tawarkan, namun yang utama adalah mereka berkonsultasi pada kami tentang acara yang diinginkan dengan budget mereka,” terangnya saat dihubungi Ekbis NTB. Ada beberapa paket yang ditawarkan Intan Wedding Planner seperti paket Intan, Mutiara dan Berlian yang sudah mencakup semuanya. “Kami punya semuanya sendiri sehingga harga bisa disesuaikan sendiri sesuai permintaan klien, karena yang lain sistemnya masih kerjasama dengan vendor,” kata Deni. Jadi meskipun ada paket, harga di paket bisa berubah sesuai keinginan klien serta budget yang tersedia. Dari ketiga paket itu, ia mengatakan paket Mutiara menjadi favorit klien sudah termasuk semuanya. “Serta ada bonus perawatan pra nikah dari kami mulai pijat, lulur, totok aura, dan lainnya serta free pre-wedding juga karena kami punya penata rias sendiri,” jelasnya. Untuk tahun ini, Deni mengatakan tren sekarang adalah dekorasi lebih modern dengan riasan yang glamor namun simpel yang memberi kesan natural pada wajah pengantin. Klien biasanya memesan jasa Intan Wedding Planner mulai 2-3 bulan sebelum hari-H, tetapi terkadang ada juga yang memesan seminggu sebelum hari-H. “Mungkin itu juga kelebihan kami, menerima orderan tanpa melihat waktu, karena tidak perlu konfirmasi vendor,” tukasnya. Karena tergolong baru, ia mengaku hanya mampu menangani 2 wedding dalam 1 hari. Tetapi dalam sebulan, rata-rata Intan Wedding Planner menerima 2-4 klien yang sudah tersebar di pulau Lombok. Meski banyak WO bermunculan di Mataram, Deni mengaku ia tidak merasa takut bersaing karena itu menambah semangat untuk meningkatkan kualitas layanan jasanya. “Kami mengutamakan pelayanan yang baik, sebelum atau sesudah acara serta selalu mengikuti perkembangan zaman yang modern,” ujarnya. Intan Wedding Planner juga mengembangkan aplikasi IWP yang mempermudah calon klien berkomunikasi, melihat produk serta jasa yang ditawarkan tanpa harus datang ke kantor. Selain itu, pihaknya siap jemput bola dengan mengunjungi calon pengantin yang ingin ditampilkan layanan jasa IWP. Ke depannya, Deni berharap Intan Wedding Planner bisa menjadi salah satu solusi untuk mempermudah calon pengantin dalam mempersiapkan pernikahannya dalam satu tempat. “Harapan kami adalah sebagai solusi bagi calon pengantin dengan budget yang minim, karena pernikahan itu merupakan ibadah,” pungkasnya. (uul)

Kuliner

Warung Wisco, Harga Kaki Lima Kualitas Bintang Lima JIKA ingin merasakan sensasi kuliner hotel berbintang tetapi dengan harga yang terjangkau, maka Warung Wisco bisa menjadi pilihan wisata kuliner. Tempat makan yang berlokasi di Jalan Airlangga Nomor 105 atau di timur Taman Budaya ini menawarkan menu makanan tradisional dan modern dengan rasa yang tidak kalah dengan kualitas hotel. Seperti yang dijelaskan I Made Darma Sugriwa, pemilik Warung Wisco menjelaskan jika tempat makannya ini memadukan konsep tradisional dan modern. “Suasana warung memang kita buat yang sederhana, karena kita melihat juga pangsa pasarnya ke mana,” terang Ikung, panggilan akrabnya saat ditemui Ekbis NTB, Jumat (13/4) lalu. Pemilihan nama warung bukan kafe dikarenakan ia sengaja untuk lebih dekat dengan telinga masyarakat. Maka tidak heran, menu makanan yang ditawarkan juga masih terkesan tradisional yang sangat ditonjolkan saat Warung Wisco pertama kali dibuka hampir 1,5 tahun yang lalu. Ikung mencontohkan seperti menu soto dan pelecing uleg Kampung Melayu yang menjadi ciri khas Warung Wisco. “Kedua menu itu kita tonjolkan dari tampilan serta rasanya yang berbeda dengan di tempat lainnya,” terangnya. Warung Wisco juga menyediakan varian pizza yang rasanya telah disesuaikan dengan lidah orang Lombok, karena ada tambahan rempah-rempah asli Indonesia. Pizza di Warung Wisco juga memiliki berbagai varian mulai dari Bolognese Pizza, Pizza Hawaiia, Meaty Pizza dengan Wisco style, sosis pizza atau isian pizza sesuai keinginan konsumen. Selain itu, Warung Wisco juga menampilkan menu minuman yang mungkin tidak akan ditemukan di tempat lain yaitu tuak manis. “Kami memang ingin mengangkat minuman tradisional di sini, apalagi tuak manis ini kan banyak manfaatnya dan juga baik untuk kesehatan,” jelas Ikung. Ia menjamin tuak manis yang disediakan di Warung Wisco tidak tercium bau anyir yang membuat banyak orang enggan mencicipinya. Tuak manis yang disediakan diambil langsung dari Pusuk, sehingga terjamin keasliannya. Ada 2 varian menu tuak manis yang disediakan di sini yaitu sweet palm lime dan sweet palm delight yang tampilannya seperti mocktail. “Dalam seminggu, saya bisa menghabiskan 4.5 liter tuak manis karena menjadi menu favorit pengunjung Warung Wisco,” terangnya. Selain itu, menu ketan durian juga menjadi ciri khas Warung Wisco yang populer di kalangan pengunjung. Tapi karena sifatnya musiman, jadi menu itu ada setiap musim durian tiba. Untuk harga, menu di Warung Wisco dibanderol mulai Rp 8-40 ribuan, sehingga terjangkau bagi semua kalangan. Maka tidak heran, pelanggan setia Warung Wisco datang dari seluruh penjuru Lombok bahkan sampai luar daerah yang penasaran mencoba menu yang ada. “Malahan sudah banyak yang menawarkan kerja sama untuk buka cabang di tempat lain, tetapi masih saya tahan dulu karena ingin mengembangkan yang disini dulu,” kata Ikung. Terlebih ia ingin fokus melihat sejauh mana perkembangan Warung Wisco ke depannya, sehingga saat semuanya sudah stabil barulah dirinya berencana akan membuka cabang. (uul)

Kreativitas manusia memang tidak ada batasnya, ide bisa bermunculan darimana saja. Siapa yang menyangka, bahan tripleks yang selama ini digunakan untuk pembuatan perabotan dan konstruksi rumah bisa diubah menjadi suatu kerajinan bernilai seni tinggi. Hal inilah yang dilakukan oleh Lalu Taufan Sanjaya Putra yang sejak 4 tahun belakangan ini mulai membuat kerajinan miniatur dan mainan dari tripleks. Usaha yang bermula dari iseng-iseng semata ini tidak disangka memiliki banyak peminat, karena keunikan bentuknya. “AWALNYA memang dari hobi, di mana mulanya saya hanya mencoba membuat miniatur mobil-mobilan dan pesawat. Itu murni untuk koleksi pribadi, bukan untuk dijual,” terang pria 34 tahun ini saat ditemui di galeri kerjanya yang sederhana di Lingkungan Karang Kelok, Monjok Barat, Mataram. Kemudian ia tertarik membuat bobor senapan angin yang saat itu sedang hits di tengah masyarakat. Ternyata banyak yang merespon positif akan mainan bobor senapan angin buatannya, sehingga pesanan pun mulai berdatangan. Tetapi seiring berjalannya waktu, Taufan menceritakan bahwa tren bobor senapan angin mulai kurang diminati masyarakat sehingga dirinya pun sempat vakum membuat. Dirinya pun kembali memutar otak untuk membuat kreasi lainnya dari tripleks yang sekiranya bisa diminati oleh orang. “Baru saya buat yang mainan seperti mobil-mobilan, pesawat dan kerangka dinosaurus yang mulanya untuk koleksi pribadi. Mulanya buat satu, tapi karena ketagihan jadinya buat banyak, eh ternyata banyak yang mau,” pungkas pria yang sebelumnya bergelut di dunia travel ini. Dari situlah usaha kerajinan tripleksnya dimulai sampai sekarang. Bahan baku yang digunakan Taufan merupakan tripleks biasa ukuran 6 mm yang membutuhkan 2 kali proses plitur. Tripleks dilapisi dengan pernis plitur yang kemudian dijemur kering baru kemudian dipernis lagi dan tripleks siap dipotong. “Waktunya bisa sampai 1 minggu untuk persiapannya,” ungkapnya. Baru kemudian tripleks digambar sesuai

bentuk yang diinginkan lalu dipotong sesuai ukurannya. Kerangka desain biasanya terdiri dari beberapa potongan tripleks yang disatukan menggunakan paku. Dulunya tripleks disatukan menggunakan lem, tetapi karena biaya yang dikeluarkan tinggi serta hasilnya yang tidak rapi, ia beralih menggunakan paku sehingga gampang saat dipotong. Setelah dipotong, rangkaian triplekss tersebut dilem dan diamplas baru kemudian dirakit yang semua proses ini membutuhkan waktu 3 hari lamanya. Selembar triples, kata Taufan, bisa menjadi 8 buah kerangka dinosaurus ukuran kecil atau 4 buah ukuran besar. Saat ditanyakan miniatur yang proses pembuatannya paling sulit, ia mengatakan pembuatan mobil dan motorlah yang paling sulit. “Kalau buat dinosaurus pas pemotongan kalau salah potong tidak masalah, tapi kalau motor dan mobil ini tidak boleh salah potong, lurus ya lurus, kelihatan kalau dipotong bengkok,” jelasnya. Ia mengakui proses pembuatan kerajinan tripleks ini masih dilakukan secara manual, sehingga produksinya juga masih terbatas. Dalam seminggu, Taufan bisa memproduksi 4 mainan berukuran kecil atau 2-3 mainan berukuran besar. “Kadang kita porsir tenaga sampai malam untuk ngerjainnya,” ujarnya. Harga yang dibanderolnya untuk karyanya ini terjangkau bagi semua kalangan, mulai dari Rp 35 ribu saja. Karena harganya yang terjangkau ini, tidak heran banyak pembeli yang tertarik untuk membeli bahkan sampai mengoleksi semua model kerajinannya. Ia menceritakan ada seorang pelanggan setianya memiliki hampir semua mod-

el miniatur yang dibuatnya, karena banyak pelanggan yang menilai harganya yang murah dan desainnya unik. Taufan masih mengandalkan pemasaran melalui mulut ke mulut serta memajang produknya di sebuah lapak sederhana persis di samping kantor Bawaslu Provinsi. “Kalau untuk pasarin lewat internet belum saya lakukan, karena lebih efektif lewat mulut ke mulut. Selain itu juga lurah saya sering bantu promo juga untuk dibawa p a m e r a n ,” imbuhnya. M e s k i produksinya masih terbatas, ia mengaku pesanan juga datang dari dunia pariwisata seperti hotel ataupun perkantoran dengan model sesuai keinginan mereka. Sekarang ini, ia sedang berupaya untuk membuat miniatur ikon Lombok seperti peresean yang masih dalam tahap ujicoba. “Sudah saya buat, tetapi jatuhnya seperti tentara Romawi, sehingga masih butuh banyak proses,” kata Taufan. Ia menginginkan ke depannya miniatur itu bisa menjadi oleh-oleh khas Lombok yang diminati KERAJINAN TRIPLEKS - L. Taufan Sanjaya Putra dengan oleh para wisatawan. kerajinan hasil karyanya berbahan baku tripleks. (uul) (Ekbis NTB/uul)

”Samalas Coffea”, Produk

Bisnis

Tren Kaos #2019 GantiPresiden, Usaha Sablon Panen Untung BEBERAPA minggu belakangan, di media sosial sedang dihebohkan oleh beredarnya kaos dengan tagar #2019GantiPresiden yang ramai dibicarakan masyarakat. Permintaan akan kaos ini pun mulai meningkat seiring tingginya permintaan dari masyarakat yang ingin memilikinya. Tidak heran, pesanan kepada para pengusaha konveksi terutama sablon meningkat drastis dengan adanya permintaan ini. Seperti yang disampaikan Ahmad Ritaudin Itok, pemilik UD Dhita Agnecy di Batu Kuta, Narmada, mengaku dalam 2 minggu ini pesanan akan kaos ini meningkat drastis. “Mulanya kan heboh itu di sosial media, terus saya coba-coba design dan promo ke sosmed, ternyata responnya bagus dan banyak yang pesan,” terangnya saat dijumpai di tempat usahanya, Rabu (11/4) lalu. Saat hari pertama dirinya mengunggah produk kaos ini, sudah ada yang memesan dengan jumlah yang cukup banyak. Ia menerangkan, pesanan mulai meningkat karena animo masyarakat tinggi serta momen pemilu yang semakin dekat.Trend kaos #2019GantiPresiden ini, kata Itok, saat pertama dikenal mulanya dipesan dari Jawa, karena kemarin belum ada yang menyetak di sini, sehingga dirinya mengambil peluang itu. “Dalam sekali produksi, kami bisa mencetak sampai 500 kaos setiap harinya karena kita memang tidak menargetkan produksinya berapa. Tergantung dari pesanan saja,” imbuhnya. Bahan yang digunakan Itok untuk kaos buatan-

nya bermacam-macam, mulai dari katun biasa sampai katun combat kualitas distro yang menentukan harga produk. “Kami ambil barangnya langsung di Surabaya karena pesanan yang di kami cukup banyak. Bahkan tim suksesnya TGB sudah beberapa kali pesan disini,” ceritanya. Ada 4 desain yang dibuatnya untuk tagar kaos #2019GantiPresiden ini, tetapi memang kata #2019GantiPresiden ini yang paling diminati masyarakat. Harga yang dipatoknya untuk kaos buatannya juga bervariasi mulai dari Rp 35 ribu untuk katun biasa dan Rp 60 ribu untuk katun combat. Meski terbilang baru, ia mengatakan bahwa keuntungan yang diperolehnya dari penjualan kaos #2019GantiPresiden ini sangat memuaskan. “Keuntungannya bisa 200% dari modal awal, karena memang ini kita menjual kreativitas,” terang Itok. Pembeli kaos #2019GantiPresiden buatannya, imbuhnya, banyak berdatangan dari sekitaran Lombok Barat, Mataram, bahkan sampai Lombok Timur sana untuk kemudian dijual kembali. Para pembeli tahu kaos buatannya ini lebih banyak melalui sosial media yang memudahkannya dalam menggaet konsumen. “Ordernya lebih banyak dari Facebook, mungkin ada 60% pesanan saya dari sana saja,” kata Itok. Pembeli juga tidak dikenakan minimum order dalam memesan karena alat yang dimiliki termasuk lengkap, sehingga dirinya tidak membatasi pembeli. Selain kaos, mug dan gantungan kunci bertagar #2019GantiPresiden juga banyak diminati masyarakat. (uul)

Pesona Batu Akik yang Mulai Ditinggalkan BEBERAPA tahun lalu, masyarakat menjadi keranjingan akan pesona batu akik yang menjadi tren di tahun itu. Tidak heran kemudian bermunculan penjual batu akik serta pencinta batu akik musiman yang dengan mudah ditemukan di penjuru Kota Mataram. Tetapi setelah beberapa tahun berlalu, perlahan batu akik mulai ditinggalkan kecuali oleh pecinta setianya. Seperti yang disampaikan Ronny, pemilik Bangsing Lombok Stones di Jalan Panca Usaha Mataram. Diakuinya, sejak tren batu akik meredup, pasaran batu akik seketika ikut jatuh juga. “Sekarang ini pasaran batu akik itu sudah anjlok, sudah tidak ada peminat,” terangnya saat ditemui Ekbis NTB beberapa waktu lalu. Ia menceritakan, saat booming dulu walaupun bukan pecinta batu akik tetapi orang berbondong-bondong untuk membeli, karena mengikuti tren. Berbeda dengan sekarang di mana pembeli batu akik sekarang masih didominasi para pecinta setia batu akik. Ronny yang sudah memulai usaha sejak tahun 2011 silam memang sejatinya merupakan pecin-

ta batu akik, terlihat dari jejeran batu akik yang masih belum dihaluskan di depan tokonya. Rak pajangan tokonya pun dipenuhi oleh berbagai jenis batu akik yang sudah diubah menjadi mata cincin. “Ini saja masih banyak koleksi batu akik yang tersisa,” jelasnya seraya menunjukkan koleksi yang dimaksud. Batu akik biasanya diubah menjadi cincin dan kalung, tetapi kalau memang pecinta batu akik pasti juga membeli dalam membeli batu. “Kisaran harganya mulai Rp 350 – 500 ribu, itu harga sudah sama cincinnya,” kata Ronny. Ia menambahkan yang tetap menjadi primadona dari dulu sampai sekarang, tidak terpengaruh tren

adalah batu permata yang masih banyak diminati orang. “Kalau batu permata kan, harganya mahal serta langka. Selain itu, bisa diubah menjadi berbagai aksesoris,” terangnya. Ada berbagai jenis batu permata yang diminati, mulai batu safir, mirah, batu permata serta batu mulia lainnya. “Batu permata biasanya didatangkan dari luar negeri, beda dengan batu akik yang memang merupakan asli Indonesia,” kata Ronny. Ia mencontohkan seperti batu mirah yang dijualnya didatangkan langsung dari Kolombia. Pecinta batu mulia dan permata , imbuhnya, tetap mencari untuk menambah koleksi yang dimilikinya. (uul)

(Ekbis NTB/uul)

Koleksi batu akik yang pesonanya mulai ditinggalkan. Beberapa waktu lalu, batu akik menjadi tren dan banyak peminatnya.

Kopi Berkualitas dari Lantan MINUM kopi merupakan asli kopi Lantan. Dalam sekali salah satu tradisi masyarakat produksi, para ibu-ibu anggota yang tidak lekang oleh zaman. KWT bisa menghabiskan 10 kg Apalagi di Pulau Lombok, di kopi yang nantinya akan mengmana masyarakat memiliki ke- hasilkan 7,5 kg kopi siap jual. Ada biasaan meminum kopi yang 2 ukuran produk Samalas Coffea sayang untuk dilewatkan. Seh- yang dibuat oleh ibu-ibu KWT di ingga tidak heran kemudian ber- sini yaitu ukuran 100 dan 150 gram. munculan merk-merk kopi Lom- “Harganya cukup murah, hanya bok dengan kualitas tidak kalah Rp20 ribu saja,” kata Suhardi. dengan produk kopi dari daerMeski terbilang baru, produk ah lain di Indonesia. Salah satu- kopi ini sudah banyak diminati nya adalah Samalas Coffea, karena gencar dipromosikan produk kopi dari daerah Lantan, melalu sosial media serta dititipBatukliang Utara yang terletak di kan di tempat oleh-oleh. bawah kaki Gunung Rinjani. Ia mengaku meski kopi ini Ketua Koperasi Mele Maju sudah mulai dikenal, produksi Desa Lantan Suhardi, menga- kopi masih terkendala akan bahtakan Samalas Coffea ini ter- an baku dari petani sendiri. “Kopi buat dari kopi Robusta yang yang dihasilkan petani kualitasbanyak dihasilkan petani kopi nya masih rendah karena sistem di desa ini. “Rata-rata orang panennya sekaligus sehingga yang memiliki kebun di sini tercampur,” terangnya. pasti menanam kopi dan sePadahal untuk mendapatkan lama ini hanya dijual dalam kopi kualitas terbaik dibutuhkan bentuk bijinya saja, belum di- biji kopi dari buah yang sudah olah menjadi produk siap jual,” masak benar, tetapi para petani terangnya. enggan melakukannya. Alasan Oleh karena itu, sejak ribet dan takut dicuri jika tidak ditahun kemarin dirinya beserta panen sekaligus menjadi alasan anggota KWT tergerak untuk utama mereka, padahal koperamembuat produk kopi sebagai si siap membeli dengan harga produk unggulan desa sete- yang lebih mahal jika kopi yang lah mendapat bantuan pem- mereka dapat berkualitas bagus. binaan dari WWF. “Meski begitu, setidaknya ibuDinamakan Samalas Cof- ibu KWT di sini sudah mendapat fea, kata Suhardi, karena bany- keuntungan dengan adanya ak produk yang sudah meng- produk kopi ini, bisa membantu gunakan nama Rinjani untuk perekonomian keluarganya,” merk produknya, sehingga di- kata Suhardi. rinya mengambil nama lain dari Ke depannya, ia berencana Rinjani yaitu Gunung Samalas akan memanfaatkan sebuah outsebagai merk. “Samalas Coffea let di Aik Berik yang akan meini masih dibuat dengan cara nampilkan semua produk olahan tradisional menggunakan UKM binaan koperasi. Nantinya tungku serta wajan tanah agar juga akan dibuatkan warung kopi rasa yang dihasilkan berbeda yang menyajikan kopi dari dengan Batukliang k o p i Utara key a n g pada para dibuat wisatawan dengan yang beralat mokunjung ke d e r n ,” sana. “Apajelasnya. lagi di sana Kopi merupakan y a n g tempat wisadibuat ta yang selamerupalu ramai kan kopi dikunjungi murni wisatawan, tanpa sehingga campumenjadi poran, karetensi bagi (Ekbis NTB/uul) na me- Ketua Koperasi Mele Maju Desa kami untuk mang in- Lantan Suhardi menunjukkan kopi mengambil gin men- Samalas yang diproduksi di Desa pasar di g e n a l - Lantan Kecamatan Batukliang Utara situ,” imbuhkan rasa LombokTengah. nya. (uul)

Pemimpin Umum: Agus Talino Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Raka Akriyani Redaktur Pelaksana: Marham Koordinator Liputan : Akhmad Bulkaini Redaktur : Marham, Zainudin Syafari, Akhmad Bulkaini Staf Redaksi Mataram : U'ul Efriyanti Prayoba Lombok Barat: M.Haeruzzubaidi, Lombok Tengah : Munakir. LombokTimur: Rusliadi, Yoni Ariadi. KLU : Johari. Sumbawa Barat : Heri Andi. Sumbawa : Arnan Jurami, Indra Jauhari. Dompu : Nasrullah. Bima : Rafiin.Tim Grafis : A.Aziz (koordinator), Didik Maryadi, Jamaludin, Mandri Wijaya Kantor Redaksi : Jalan Bangau No. 15 Cakranegara Telp. (0370) 639543, Facsimile: (0370) 628257.Tarif Iklan : Iklan Baris : Rp 20.000/baris Min 2 baris max 10 baris (1 baris 30 character). Display B/W (2 kolom/lebih): Rp 30.000/mmk. Display F/C : Rp 35.000/mmk. Iklan Keluarga : Rp 20.000./mmk. Iklan Advertorial : Rp 15.000/mmk. Iklan NTB Emas (1 X 50 mmk): Rp 500.000/bulan (25 X muat). Iklan Peristiwa : Rp 350.000/kavling. Alamat Bagian Langganan/Pengaduan Langganan: Jalan Bangau No. 15 Cakranegara Telp. (0370) 639543, Facsimile: (0370) 628257. Harga Langganan: Rp 85.000 sebulan (Pulau Lombok) Rp 90.000 sebulan (Pulau Sumbawa), Pembayaran di muka. Harga eceran Rp 5.000. Terbit 1 kali se-minggu. Penerbit: PT Suara NTB Pers. Percetakan: PT Bali Post.

Ekbis NTB

 Wartawan Ekbis NTB selalu membawa tanda pengenal, dan tidak diperkenankan menerima/meminta apa pun dari nara sumber.


Ekbis NTB

Ekbis NTB Senin, 16 April 2018

Khawatir Lokasi Wisata Terancam

Warga Keluhkan Aktivitas Penebangan Pohon di Gunung Sasak WARGA di sekitar gunung Sasak Kecamatan Kuripan mengeluhkan aktivitas perambahan liar di sekitar kawasan hutan setempat. Pasalnya, pelaku perambahan liar menebang pohon berukuran besar, bahkan dengan leluasa memproses kayu itu menjadi balok langsung di lokasi. Warga berharap agar pihak Dinas Kehutanan segera melakukan tindakan, pasalnya jika dibiarkan dikhawatirkan mengancam keberlangsungan lokasi wisata Gunung Sasak yang telah dibangun Pemda. Sebab lokasi perambahan liar ini tak jauh dari lokasi wisata tersebut. Rupawan, seorang warga Desa Babussalam menuturkan, bahwa pohon-pohon tersebut telah lama ditebang sekitar enam bulan lalu. Namun pihak yang menebang pohon diketahui tidak mengikuti awik-awik aturan adat yang menjadi kesepakatan bersama. Dimana setiap kelompok masyarakat harus menjaga hutan, tidak boleh melakukan penebangan, dan merusak hutan. Rata-rata kelompok pengelola Hutan Kemasyarakatan (Hkm) dikawasan itu memiliki awik-awik. “Menurut awikawik tidak boleh dilakukan penebangan pohon, semua kelompok Hkm punya awik-awik itu,” jelas Rupawan. Lokasi tempat penebangan pohon tersebut berada di perbatasan antara kelompok Desa Babussalam dengan Kuripan Induk. Dikatakan, pohon ditebang menggunakan mesin Senso. Bahkan pelaku membuat kayu tersebut menjadi balok untuk memudahkan pengangkutan. Anggota kelompok merasa sangat jengkel lantaran penebang pohon menggunakan mesin. Warga juga keberatan lantaran lokasi perambahan hutan ini berada tak jauh dari destinasi Wisata Gunung Sasak yang telah dibangun Pemda Lobar. Lokasi pengambilan kayu-kayu ini berlokasi di beberapa Kelompok-kelompok pengelola hutan. Setelah penebangan pohon ini mencuat melalui media social, barulah tim Polhut turun ke lokasi. Namun setelah tiba di lokasi, tim Polhut tidak menemukan kayu yang ditebang tersebut. Sementara itu, Kades Babussalam M Zaini menyatakan, terkait persoalan keamanan hutan Gunung Sasak, pemerintah perlu memikirkan bentuk kelembagaan pengamanan di hutan dan Hkm. Perlu difasilitasi awik-awik yang dibuat desa bagaimana pengamanan Gunung Sasak kedepan. “Pemerintah perlu memikirkan kelembagaan pengamanan Gunung Sasak,”jelasnya. Perlu juga dilibatkan masyarakat di lima desa lingkaran Gunung Sasak yang sejauh ini masih minim. Pengamanan perlu diperkuat, sebab lokasi ini jadi lokasi wisata, apalagi kawasan ini rawan longsor. Disinilah ada kekeliruan pemda yang kurang membicarakan hal itu dengan masyarakat. Apalagi Gunung Sasak sebagai destinasi wisata bukan sekedar diluncurkan, namun perlu diisi dengan berbagai kegiatan masyarakat. Jangan sampai lokasi wisata ini untuk kepentingan yang berkaitan dengan politis. “Jadi hindarkan dari kepentingan politik itu,”tukasnya. (Her)

Disnakeswan akan Kembangkan Rusa Dari Hal. 1 Rusa termasuk aneka ternak. Potensinya memang bagus. Karena itulah, Iskandar memiliki tekad untuk mengkonsultasikannya langsung ke Dirjen Perbibitan dan Produksi Ternak Kementerian Pertanian. Pengembangan rusa tak jauh beda dengan

pengembangan populasi kambing, atau sapi. Karenanya, Iskandar menyatakan sepertinya tak sulit bagi masyarakat untuk mengembangbiakannya. Jika rencana ini berjalan. Dinas juga bisa melakukan pendampingan kepada masyarakat bersama dengan BKSDA.(bul)

Melihat dari Dekat Tempat Penangkaran Rusa Dari Hal. 1 mengurus Rusa Timor ini dibilang gampang-gampang susah. Gampangnya karena hewan pemakan segala, tidak pilih makanan, tidak seperti kambing atau sapi. Sedangkan susahnya karena termasuk hewan yang sulit untuk dijinakkan. “Yang susah saat ada yang luka, kita mau obatin tapi mereka susah sekali mau dipegang itu,” keluhnya. Meski begitu, Halipah mengaku senang-senang saja bekerja mengurus rusa ini. Meskipun sangat menguras tenaga. ‘’Bayangkan saja, kita mesti beri makan 5 kali sehari mulai pagi sampai sore. Jadinya tidak ada waktu libur,’’tuturnya. Makanan yang diberikan yaitu dedak untuk makan pagi, kemudian rumput atau daun turi untuk selanjutnya. Ia menambahkan selama bekerja, belum pernah dirinya libur kerja, karena jika libur saja, ia kasihan tidak ada yang memberi rusa-rusa ini makan. Bahkan saat hari raya pun, dirinya bergegas kembali ke kandang setelah beribadah, karena kewajiban ini. Rusa-rusa di sini tidak merasa terganggu meskipun pengunjung masuk ke dalam kandangnya dan menonton mereka dalam jarak dekat. Tetapi saat ingin disentuh, mereka langsung kabur mengikuti pimpinan mereka yang berukuran paling besar. “Ini mereka lagi dalam mode tenang, kalau lagi tanduknya lagi tumbuh, wah perang terus di sini. Soalnya gatal jadinya mereka saling tanduk yang sesama jantan,” cerita Halipah. Biasanya saat tanduk sudah tua, tanduk akan jatuh dan digantikan dengan yang baru. Ia menceritakan mengurus rusa ini hampir sama seperti memelihara kambing atau sapi, cuma bedanya mereka masih bersifat liar meski sudah lama di penangkaran. “Karena dilindungi, jadi saat ada yang mati mesti difoto dulu buat dikirim ke BKSDA,” jelasnya. Tetapi setidaknya, ia cukup senang jumlah rusa di sini bertambah cukup banyak. Hal ini karena Rusa Timor mengandung cukup lama bisa sampai 7,5-8 bulan lamanya.

Anak yang dilahirkan pun hanya berjumlah satu ekor saja, kelahiran kembar sangat jarang terjadi. Kebersihan kandang juga harus diperhatikan karena mempengaruhi kenyamanan rusa, minimal 3 hari sekali dan sekali seminggu pembersihan total. ‘’Saat musim hujan kemarin, berat badannya turun drastis karena dingin dan rambutnya rontok. Tetapi sekarang sudah normal,’’ bangga Halipah. Sementara Nyoman Ratnawa, penangkar rusa mengatakan dirinya sudah mulai menangkar sejak 10 tahun yang lalu. Mulanya ia hanya menangkarkan 2 ekor rusa yang didapat dari warga dan sekarang sudah mulai berkembang biak dengan baik. “Dulu awal 2000an rusa bisa temukan dengan mudah di sekitaran Aik Bukak Batukliang Utara, tetapi sekarang sudah hilang,” katanya. Menjadi penangkar rusa, imbuhnya, tidaklah mudah, karena memiliki banyak persyaratan yang mesti dimiliki untuk disetujui BKSDA. “Setahu saya ada 40 penangkar rusa, paling banyak di Sumbawa. Di Lombok Tengah juga banyak,’’ akunya. Diakuinya, dirinya ingin mengembangbiakkan rusa sebanyak-banyaknya agar tetap lestari. Malahan ia berencana akan membuat suatu tempat khusus di bagian Praya Barat sebagai tempat penangkaran rusa yang lebih luas, sehingga bisa menampung lebih banyak rusa. “Itu nanti akan kita jadikan tempat konservasi, biar rusanya juga lebih bebas,” jelasnya. Selama melakukan penangkaran, banyak pengunjung yang datang untuk melihat Rusa Timor secara lebih dekat. Ia mengaku tidak tahu berapa pasti pengunjung dalam sehari karena mereka selalu lewat pintu belakang. Yang pasti, pengunjung harus tetap didampingi oleh penangkar dan penjaga kandang agar tetap aman, karena para rusa merasa tenang saat melihat dia. (uul)

3

BLK NTB Diminta Jadi Tempat Uji Kompetensi Perhotelan KOMISI V Bidang Tenagakerja DPRD NTB mengusulkan agar Balai Latihan Kerja (BLK) Provinsi NTB dijadikan sebagai tempat khusus untuk uji kompetensi bidang perhotelan. Hal itu perlu dilakukan untuk memperpersiapkan tenaga kerja NTB agar bisa berdaya saing di Ka-

wasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika Lombok Tengah yang saat ini sedang bergeliat. Wakil Ketua Komisi V DPRD NTB, MNS Kasdiono menatakan, KEK Mandalika butuh tenaga kerja sebanyak 50 an ribu orang. Pemerintah tidak ingin warga NTB hanya menjadi penonton saja di objek wisata dunia tersebut. Namun, bagaimana

agar warga NTB bisa mendominasi tenaga kerja di kawasan pariwisata itu. Akan tetapi, butuh tempat khusus untuk mempersiapkan tenaga kerja ini. “Maka salah satunya adalah dengan pemberdayaan dan peningkatan BLK. Sehingga kami usulkan BLK jadi tempat uji kompetensi perhotelan. DPRD sudah dukung

dengan pembangunan mini perhotelan untuk persiapan menyambut KEK Mandalika. Itu untuk kepentingan di dalam daerah”,ujarnya. Kasdiono melanjutkan, dukungan dewan provinsi untuk pemanfaatan BLK sebagai tempat uji kompetensi bidang perhotelan ini dengan pembangunan mini hotel di BLK. Di samping

itu, sudah ada anggaran sebesar Rp 1 milyar dari pemerintah pusat untuk Penerang Lampu Jalan Umum (PJU) dan sanitasi air bersih di BLK. Selain peningkatan tenaga kerja untuk kerja penempatan di NTB, perlu juga dilakukan peningkatan tenaga kerja yang dikirim ke luar negeri. (dha/kmb)

Tenun Pringgasela Dipromosikan ke Jerman Kain tenun Pringgasela, Lombok Timur telah sukses dipasarkan di beberapa negara di Asia. Sebut saja Malaysia dan Jepang. Kain tradisional warisan leluhur ini potensi pasaranya berkembang ke Eropa, khususnya di Jerman. DUA universitas besar di Indonesia, Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Universitas Negeri Yogyakarta membantu mempromosikan kain tenun gedogan binaan kelompok Sentosa Sasak Tenun Pringgasela pada festival busana di Berlin. “Kainnya sudah saya kirim. Tinggal dibawa, 20 April ini berangkat, pameran busana rencananya digelar April 2018,” kata Maliki, Ketua Kelompok Pengrajin Tenun Sentosa Sasak Tenun Pringgasela. Jerman akan menambah referensi pasar bagi kain tenun Lombok. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jawa Tengah, dan Universitas Negeri Yogyakarta tertarik mempromosikan kain tenun gedogan Pringgasela karena memanfaatkan bahan pewarna alam. Kedua perguruan tinggi negeri itu mempunyai mitra di Berlin, yang tertarik dengan bahan busana ramah lingkungan dan hasil karya kaum perempuan. “Rencananya pihak dari Berlin akan memberikan bantuan berupa bimbingan dan peralatan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pewarnaan alami,” ujarnya. Di Pringgasela, kata Maliki,

(Ekbis NTB/bul)

MENENUN - Maliki sedang menenun menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) di kediamannya di Pringgasela beberapa waktu lalu. Permintaan tenun Pringgasela di pasaran trennya terus naik. Bahkan kewalahan dipenuhi. ada lima kelompok perajin kain tenun gedogan. Masing-masing kelompok ada yang beranggotakan 15 hingga 30 orang. Sebagian besar anggota kelompok dari kalangan perempuan, namun ada laki-laki. Akan tetapi tugasnya fokus pada penyediaan bahan baku pewarna. Sebab, untuk memperolehnya harus mencari tumbuhan ke pedalaman hutan dan tumbuhnya tidak sembarangan. Lebih lanjut, ia menambahkan volume produksi dari seluruh kelompok mencapai lebih dari 100 lembar per bulan. Motif yang lebih banyak dihasilkan

yakni sundawa, sari meranti, abayan, pucuk rebong, dan songket timbul. ”Motif ada 20 jenis, tapi yang sering ditenun hanya lima motif dan yang paling diminati konsumen adalah motif sundawa,” ujarnya. Maliki menyebutkan, harga kain tenun gedogan dari bahan katun dengan pewarna alam Rp500 ribu per lembar, sedangkan dari benang mistrais mulai dari Rp800 ribu hingga Rp1,2 juta per lembar.Pemasaran kain tenun yang dibuat menggunakan alat tradisional atau tanpa mesin tersebut tidak hanya di tingkat lokal, tapi skala nasion-

Siapkan Konservasi Khusus Dari Hal. 1 Mungkin masyarakat sudah tahu bahwa rusa itu adalah hewan dilindungi, tetapi saat dihadapkan dengan fakta di lapangan mereka masa bodoh dengan aturan itu. Tetapi jika memang ingin dikomersialkan, NTB bisa mencontoh pengembangan peternakan rusa yang ada di New Zealand atau Jepang, karena harga produk rusa

bernilai daya tinggi. “Tanduknya sebagai sumber obat-obatan, kulitnya juga, daging serta semua bagiannya bernilai komersial tinggi sebenarnya,” imbuhnya. Tetapi kembali dihadapkan dengan luas area di pulau Lombok khususnya yang tingkat kepadatannya tinggi sehingga persaingan manusia dan hewan cukup sengit. “Maka adanya kawasan konservasi khusus ini menja-

di salah satu solusi agar populasi rusa timor tetap terjaga, setidaknya tidak bersaing dengan manusia. Mungkin di sini tidak bisa meniru di luar negeri dengan tingkat kepemilikan lahan yang tinggi sehingga mampu beternak dalam jumlah banyak, tetapi jika dibuatkan tempat konservasi khusus tidak menutup kemungkinan akan berdampak ke hewan lain juga,’’ ujarnya. (uul)

Maskot NTB dan Populasi yang Terancam Punah Dari Hal. 1 Taman Nasional Tambora, Pulau Moyo, Beberapa kawasan hutan lindung Rinjani dan sekitarnya, cagar alam Sangiang dan beberapa kawasan hutan lainnya. Padahal berdasarkan survei rusa dan data di Pulay Moyo saja pada tahun 1985. Populasi rusa sangat melimpah diperkirakan sebanyak 6.000 ekor dan pada tahun 1995 atau 20 tahun kemudian jumlah populasinya di Pulau Moyo menurun drastis diperkirakan sebanyak 1.000 ekor, karena perburuan. Saat ini di Pulau Moyo, diperkirakan populasinya hanya sekitar 200-an ekor. Penyebab lainnya, selain perburuan liar adalah kerusakan habitat alami rusa yaitu kerusakan hutan akibat penebangan, kebakaran hutan dan konversi hutan menjadi lahan. Perburuan rusa atau perburuan satwa dilindungi jenis rusa merupakan tindak pidana. Hal ini dipertegas pada UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya pasal 21 ayat (2) jo pasal 40 ayat (2) bahwa setiap orang dilarang untuk menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa satwa dilindungi. Di mana, sanksi pidananya penjara paling lama 5 tahun dan denda Rp100 juta. “Upaya yang dapat dilaku-

kan untuk perlindungan rusa adalah perlindungan dan pengamanan habitat alam yaitu hutan,dengan menekan perburuan liar satwa tersebut, sosialisasi dan kampanye perlindungan jenis tersebut, dan upaya peningkatan populasi melalui penangkaran rusa sebagai upaya budidaya meningkatkan populasi rusa melibatkan masyarakat,” kata Lugi. BKSDA NTB telah memberikan izin penangkaran kepada 50 penangkar. Izin penangkaran diterbitkan oleh BKSDA dengan salah satu syarat, penangkar memiliki kewajiban mengembalikan ke alam sebesar 10 persen dari total peningkatan populasi. “10 persen inilah yang kami tagih ke penangkar. Salah satunya kepada PT. Sadhana Arifnusa,” kata Lugi. PT. Sadhana adalah salah satu penangkar besar rusa di NTB. dia termasuk yang sukses melakukan penangkaran. Karena itu, F2 dari hasil penangkarannya, ditarik untuk dilepasliarkan kembali ke alam. Demikian juga penangkar-penangkar lainnya dari sebanyak 50-an izin penangkaran diterbitkan BKSDA. “Kalau total 600 ekor populasi rusa di penangkaran, 10 persen kita tarik, lumayan itu untuk mendukung re-stoking,” imbuhnya. Ia juga mendukung pengembangan jumlah penangkar rusa di NTB. izin-izin akan dipermudah, cukup dengan biaya Rp500.000 untuk Penerimaan

Negara Bukan Pajak (PNBP), BKSDA akan menerbitkannya. Akan tetapi, syarat lain yang paling utama tentu kesediaan penangkar untuk pemeliharaan/ perawatan, mendapat izin-izin dari lingkungan. Rusa yang akan dipelihara harus berkelamin jantan dan betina. Satu jenis kelamin, izin tak diterbitkan. Karena tak mendukung pengembangbiakannya. “Selama dipelihara dengan baik, boleh dikembangbiakkan sendiri. Dan kita akan terbitkan izin penangkarannya,” imbuh Lugi. Membuka ruang bagi penangkaran rusa ini juga berpotensi secara ekonomis. Daging rusa bisa dijadikan kuliner khas NTB. pemerintah memberikan ruang bagi masyarakat/penangkar untuk memperjualbelikannya, atau untuk dipotong. “Setelah 10 persen dipenuhi, sisanya bisa dipotong, atau bisa diperjualbelikan, khusus untuk cucunya. Dan ini bisa menjadi kuliner khas NTB,” jelas Lugi. BKSDA juga melakukan evaluasi kepada penangkar rusa. Apakah pemeliharaan sudah dilakukan dengan baik, atau sebaliknya. Jika fakta di lapangan penangkaran dipandang tak dilakukan dengan baik, maka izin-izinnya akan dicabut. “Tahun 2017 lalu ada 7 izin penangkaran sudah kita cabut. Otomatis setelah izin dicabut, rusa yang dimilikinya sudah kategori ilegal dan berhak diambil untuk dilepasliarkan,” demikian Lugi. (bul)

al dan internasional. Bahkan, Wignyo Rahadi, salah seorang desainer busana ternama yang juga konsultan tenun Pringgasela, membantu mempromosikan pada fashion show di Plaza Perindustrian Jakarta pada Maret 2018. Pameran tersebut merupakan rangkaian kegiatan mengikuti pra pameran di Tokyo, Jepang, pada April 2018. “Kain tenun Pringgasela juga sudah dikenal di Selandia Baru. Kami juga punya mitra di Malaysia yang membantu mempromosikan, tapi dalam bentuk barang sudah jadi, seperti tas dan sepatu. Ada juga penjualan dalam bentuk kain, tapi jumlahnya tidak banyak,” kata Maliki.

Manager Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi NTB Ni Nyoman Sariani di lain pihak mengatakan, kelompok pengrajin kain tenun Pringgasela, merupakan salah satu binaannya. BI sudah memberikan pembinaan sejak beberapa tahun lalu dan akan terus melakukan pendampingan, terutama dari sisi perluasan pemasaran produk. ”Selain pemasaran, kelembagaaan juga perlu dibentuk. Kami mendorong agar kelompok mau membentuk koperasi dan dalam waktu dekat akan mengarah ke sana,” demikian Nyoman Sariani.(bul)

Jaga Populasi Rusa Dari Hal. 1 Di samping sebagai destinasi wisata, namun tetap bisa dibuat lokasi pengembangan rusa” kata Burhanudin. Ia menilai, satwa yang hidup di kawasan hutan di Pulau Lombok, habitatnya sudah banyak yang rusak akibat aktivitas perambahan dan pergeseran fungsi. Misalnya di kawasan Gunung Tunak Lombok Tengah. Dulunya sangat banyak rusa yang hidup, namun kini sangat jarang dijumpai, karena hewan itu sering diburu warga. Jika penangkaran rusa dilakukan di dalam kandang (sanctuary) di Taman Wisata Alam Gunung Tunak hal itu tidak menjadi masalah, bahkan bisa menjadi daya tarik wisata yang sangat potensial. Namun jika dipelihara di alam liar Gunung Tunak, rusa tak akan mampu berkembang biak, karena habitatnya yang sudah terganggu. “Ada kebiasaan masyarakat setempat pergi nyeran atau berburu rusa sejak dulu. Di tahun 1990 an di Hutan Gunung Tunak sering saya masuk, aya lihat sudah terjadi pergeseran fungsi,” katanya. Politisi Hanura ini mengatakan, jika hanya mengandalkan masyarakat untuk memelihara rusa dengan memberi izin penangkaran, akan sangat sulit. Terlebih banyak rusa yang hidup di penangkaran tidak berkembang secara bagus. Karena itu, sebaiknya rusa timor ini harus fokus menjadi program pemerintah. “ Intinya ini harus jadi desain pemerintah. Jangan sampai rusa timor tinggal cerita, karena ini adalah maskot NTB,” tambahnya. Sementara itu, Sekretaris Komisi II DPRD NTB, Yek Agil mengatakan, keberadaan rusa timor harus dijaga agar tidak mengalami kepunahan seperti halnya satwa-satwa yang langka lainnya. Terlebih

di dalam aturannya, satwa tidak boleh dilakukan perburuan karena dilindungi. “Butuh goodwill saja dari pemerintah dan betul-betul di konsen untuk memeliharanya. Kalau ini tidak dilakukan, maka sangat kita sayangkan. Satwa khas NTB di masa yang akan datang nanti kita tidak akan temukan, hanya dalam gambar saja,” ujarnya. Menjaga satwa khas NTB juga sangat penting untuk menunjang bisnis pariwisata dalam daerah. Apalagi dengan ditetapkannya Gunung Rinjani menjadi Geopark Dunia oleh UNESCO, tentu keanegaragaman hayati di dalamnya harus terjaga dengan baik. Karena pada dasarnya pemeliharaan rusa bisa menjadi daya tarik wisata yang potensial “Maka tentu penunjang Global Geopark itu juga mencari satwa yang khas. Sehingga bisa simultan antara Geopark Rinjani dengan mempertahankan satwa ikonik NTB,” tambahnya. Salah satu lokasi penangkaran rusa timor yang dijadikan wisata dan edukasi yaitu di Taman Wisata Alam Suranadi, Lombok Barat. Di lokasi ini terdapat enam ekor rusa yang sering menjadi objek penelitian mahasiswa NTB. Rusa Timor masuk ke dalam Red List International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) dengan status vulnerable yaitu rentan dari kepunahan. Status ini menandakan kondisi populasi rusa timor menurun di habitatnya, hal ini dikarenakan adanya perusakan habitat serta perburuan liar yang terjadi. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, Rusa Timor masuk ke dalam daftar satwa yang dilindungi di Indonesia, sehingga pemanfaatannya harus dibenarkan menurut undang-undang. (ris)


4

Industri Keuangan

Ekbis NTB Senin, 16 April 2018

Literasi dan Inklusi Keuangan Masih Rendah

Banyak Masyarakat Masih Simpan Uang di ”Bawah Bantal” (Ekbis NTB/dok)

MEMBAYAR - Konsumen SPBU membayar menggunakan kartu non tunai pada saat peluncuran program ini tanggal 27 Maret lalu di SPBU Pagesangan.

Transaksi Non Tunai di SPBU Dinilai Masih Belum Praktis PROGRAM Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang digalakkan oleh Bank Indonesia (BI) sejak beberapa tahun terakhir dinilai memiliki perkembangan yang positif. Maret kemarin, BI NTB bersama dengan perbankan, Pertamina dan pengusaha SPBU di Kota Mataram meluncurkan transaksi non tunai di SPBU. Sebanyak sembilan SPBU di Kota Mataram dan Lombok Barat sudah menerima pembayaran dengan cara non tunai. Tujuan transaksi non tunai salah satunya agar proses transaksi tidak ribet, efisien dari segi waktu serta lebih praktis. Namun faktanya, transaksi dengan cara non tunai di SPBU biasanya memakan waktu lebih lama daripada transaksi menggunakan uang cash. Hal ini tidak dibantah oleh Deputi Kepala Perwakilan BI NTB Wahyu Yuwana Hidayat. Menurutnya, belum cepatnya proses pembayaran dengan sistem non tunai di sejumlah tempat harus menjadi bahan evaluasi bank dan penyedia layanan. “Ini bagian dari proses untuk merubah minset kebiasaan. Teman-teman di SPBU mungkin sebelumnya belum pernah pegang alat EDC, adalagi teklonogi terbaru scan QR code, tinggal discan terus selesai. Ini sedang dalam proses penyesuaian teman-teman SPBU. Kita sebagai konsumen juga harus memastikan saldo e-money kita tersedia, memastikan kalau menggunakan kartu debet juga bisa digunakan,” katanya. Wahyu menyebut, penyedia layanan bersama dengan konsumen saat ini sedang dalam masa transisi dalam hal transaksi keuangan. Proses edukasi yang panjang diyakini akan mampu meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada konsumen. “Dalam masa transisi seperti ini harus mematikan ada perbaikan agar lebih cepat. Mungkin juga keterbatasan mesin EDC, karena perbankan disini sangat tergantung dengan kantor pusat. Jika mesin EDC terbatas, ini memang memakan waktu untuk transaksi non tunai,” katanya. Khusus di SPBU, banyak konsumen yang mengeluhkan tidak adanya uang kembalian jika jumlahnya dalam ratusan rupiah atau uang receh. Petugas SPBU terkadang membulatkan nilai belanja konsumen. Untuk mengantisipasi hal itu, pembelian BBM dengan menggunakan kartu kredit, kartu debit atau e-money bisa menjadi salah satu solusi. “Dalam proses perbaikan, penyesuaian, kita tetap yakin banyak nilai positif yang bisa didapat, baik SPBU sebagai pengelola maupun kita sebagai konsumen. Membawa uang tunai dalam jumlah besar sering berisiko, karena itu butuh yang non tunai. Sebelumnya Ekbis NTB, beberapa kali mencoba menggunakan e-money untuk membeli BBM di sejumlah SPBU di Kota Mataram. Waktu yang dibutuhkan untuk membayar ke petugas selalu lebih lama daripada menggunakan uang tunai yang cenderung lebih cepat. Sepertinya petugas belum semuanya memahami cara kerja mesin EDC yang tersedia di SPBU, sehingga prosesnya menjadi sedikit lebih lambat dalam pembayaran. (ris)

Ditinggal ITDC

RMI Dikonsep jadi Rumah Edukasi dan Bisnis RUMAH Mutiara Indonesia (RMI) yang berdiri di sebelah Lombok International Airport (LIA) kembali sepi setelah Indonesian Tourism Developmen Corportaion (ITDC) tak lagi berkantor disana. RMIpun dikonsep menjadi rumah edukasi, sekaligus sentra bisnis bagi produkproduk kelautan perikanan. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB, Ir. L. Hamdi, M. Si yang langsung merancang konsep ini. Bahkan, kepala dinas telah berkoordinasi dengan pihak ketiga yang memungkinkan dapat melaksanakan konsepnya. (Ekbis NTB/dok) RMI yang berdiri megah di L. Hamdi jalan by pass bandara, tepatnya di desa Tanak Awu, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah merupakan tempat pelelangan mutiara ke enam di dunia dan pertama di Indonesia. Pengoperasian RMI di Pulau Lombok itu diresmikan pada tanggal 19 Februari 2014 oleh Menteri Kelautan dan Perikanan ketika itu dijabat oleh Sharif Cicip Sutarjo. RMI itu juga berfungsi sebagai wadah informasi dan edukasi mengenai mutiara Indonesia bagi masyarakat, selain tujuan promosi ke pasar dunia. Pembangunan rumah lelang mutiara bertaraf internasional itu dibiayai dari dana dekonsentrasi tahun anggaran 2012 pada pos anggaran KKP sebesar Rp 5 miliar. Sejak diresmikan, RMI ini dihuni oleh pedagang-pedagang mutiara dari Mataram. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB menyediakan kendaraan khusus untuk antar jemput. Dalam perjalanannya, satu persatu penjualnya angkat kaki, sampai ITDC memanfaatkannya menjadi kantor. Namun ITDC kembali meninggalkan gedung RMI setelah memiliki kantor mandiri di KEK Mandalika. L. Hamdi menjelaskan, RMI akan dijadikan media edukasi publik. Nantinya, kegiatan edukasi bukan hanya bicara mutiara. Tetapi berbicara tentang produk-produk hasil dari inovasi UMKM, produk rumput laut, mutiara, pengolahan ikan dan lainnya. Sekaligus sebagai showroom yang bisa diakses orang banyak yang dari dan menuju bandara. “Akan coba kita sajikan informasi menyeluruh tentang produk kelautan perikanan disana,” jelasnya. Karena itulah, tentu pemerintah daerah akan mencari pihak-pihak yang memiliki kemampuan bisnis untuk memanfaatkan dan mengelola RMI. “Kalau kita tidak bisa ngurus. Kita ‘lempar’. Tentunya nanti dengan pola-pola kerjasama yang mendukung program pemerintah daerah yaitu memberikan konstribusi. Siapa yang ngisi, nanti kita akan cari,” imbuhnya. L. Hamdi telah melakukan komunikasikan dengan Balai Besar Pengolahan dan Penerepan Hasil Perikanan Kementerian Kelautan Perikanan di Jakarta yang satkernya ada di Mataram. RMI ditawarkan kesana, mengingat bali besar ini mengelola sejenis inkubasi bisnis produk olahan berbahan baku hasil kelautan perikanan. Jika terjalin kerjasama. Balai ini nantinya yang akan mengkoordinir dan mengelolanya. Pemprov NTB akan memberikan support mengkomunikasikannya dengan para pelaku UMKM. “Kita akan coba dorong UMKM bergabung disana, produkproduk kelautan perikanan bisa dititip disana. Pengelola yang akan menjualnya,” demikian L . Hamdi. (bul)

Hingga kini masih banyak dijumpai masyarakat NTB yang belum mengenal lembaga keuangan. Disamping pemahaman mereka terhadap lembaga keuangan yang sangat kurang, akses mereka terhadap industri keuangan juga masih terbatas.Tak heran banyak masyarakat yang masih menyimpan uangnya di “bawah bantal”. Artinya uang masih disimpan di dalam rumah seperti orang yang hidup di zaman lampau. HAL itu disampaikan Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi NTB Farid Faletehan dalam acara sosialisasi yang digelar Kamis (12/4) lalu dengan tema” Memperkuat stabilitas sistem keuangan dan kesejehteraan masyarakat melalui literasi dan inklusi keuangan serta layanan pengaduan konsumen”. Acara tersebut dihadiri oleh seluruh pimpinan industri keuangan di NTB, mahasiswa dan para pihak lainnya. Farid menyebut, berdasarkan hasil Survey Nasional Literasi Keuangan Indonesia tahun 2016, indeks literasi dan inklusi keuangan di NTB berada di bawah rata-rata nasional. Di NTB, indeks literasi sebesar 21,5 persen, sementara tingkat

nasional sudah berada di angka 29,7 persen. Sedangkan indeks inklusi keuangan di NTB hanya 63,3 persen, sementara nasional sebesar 67,8 persen. Menutnya, Bank Dunia pernah membuat film pendek soal perilaku masyarakat di pedesaan yang masih menyimpan uang di dalam rumah. Mereka menyimpan uang di dalam tanah, kemudian ditimbun lagi dengan tanah agar aman. Namun cara klasik ini sangat berisiko terhadap kualitas uang serta keamanan uang itu sendiri. “Di pedesaan itu, uang disimpan dibawah tanah. Itu sudah dibikin videonya. Jadi uang di simpan di bawah tanah di salah satu bagian dapur, kemudian

ditutup dengan tanah lagi. Kalau hilang, wassalam ya. Ini adalah PR kita semuanya. Di wilayah pedesaan itu masih banyak sekali ditemukan seperti itu,” katanya. Farid mengatakan, banyaknya masyarakat yang belum mengenal produk lembaga keuangan membuat mereka gampang terjerat dengan rayuan investasi bodong. Entitas perusahaan investasi yang tak memiliki izin banyak melakukan aktifitas di desadesa, namun hanya segelintir warga yang membuat pelaporan. Petani banyak yang menjual sawahnya untuk ikut dalam bisnis investasi yang ilegal tersebut. Sehingga pihaknya

terus melakukan edukasi kepada masyaralat agar tingkat literasi terus meningkat. Sementara itu, Ketua Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) NTB Yanuar Alfan mengatakan, aspek pemahaman masyarakat terhadap produk perbankan memang harus terus ditingkatkan. Ia pun menceritakan salah seorang nasabahnya yang resah setelah menyimpan uangnya di bank karena mengira harta bendanya akan hilang. “Saya punya nasabah, setelah dia nabung hari ini. Besok pagi-paginya dia nongol di bank saya, dia tanya apakah uang yang saya tabung kemarin masih ada. Karena ternyata semalaman dia tidak bisa tidur lantaran memikirkan uangnya,” tutur Yanuar sambil tertawa. Dari cerita itu bisa dimbil kesimpulan bahwa masyarakat kita banyak yang belum memahami lembaga keuangan dengan benar.

(Ekbis NTB/dok)

Farid Faletehan Yanuar juga mengatakan, selama ini masyarakat juga masih banyak yang menilai Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sama dengan koperasi. Sehingga anggapan itu harus diubah untuk literasi keuangan yang lebih baik. (ris)

Pemanfaatan Remitansi TKI, Tantangannya di Sektor Konsumtif

(Ekbis NTB/dok)

LAKU PANDAI - Iklan Laku Pandai milik Bank NTB dipasang di pintu kedatangan Lombok International Airport (LIA). Produk Laku Pandai di perbankan menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan yang masih rendah di NTB.

Permintaan Kredit Sektor Pariwisata Masih Lesu PEMBIAYAAN di sektor pariwisata, khususnya untuk modal kerja nampaknya masih wait and see. Keadaannya justru berbeda dengan pembiayaan di sektor perdagangan yang sedang melejit. Pembiayaan modal kerja untuk mendukung berbagai kegiatan dibidang kepariwisataan, permintaan kreditnya cenderung lesu. Meskipun, saat ini telah memasuki bulan keempat tahun baru. Pemimpin BNI Mataram, Akhmad Indra memberikan gambaran lesunya pembiayaan di sektor pariwisata. Mungkin ada kaitannya pemaparan yang disampaikan Indra. Baru-baru ini, sebuah penerbangan langsung sebuah maskapai dari Bandara Ngurah Rai Bali ke Bandara Internasional Lombok terlihat lengang Bisa dibayangkan, satu pesawat hanya memuat 12 penumpang. Padahal, Bali adalah destinasi utama bagi wisatawan mancanegara. Bandara internasional Lombok yang ada di Praya, Lombok Tengah okupansinya juga terlihat sangat jauh dibanding bandara-bandara yang ada di daerah lain yang jumlah kunjungannya selalu ramai. Untuk awal tahun ini, papar

Indra, permintaan pembiayaan sektor pariwisata khususnya untuk pembiayaan hotel dan restoran angkanya mendekati Rp 10 miliar. Padahal, tahun lalu untuk pembiayaan yang sama, permintaannya cukup tinggi.”Gua gak tau persoalannya apa. Permintaannya sepi,” demikian Indra. Padahal, seperti diketahui bahwa BNI adalah bank pelat merah yang fokus mendukung pembiayaan di sektor pariwisata. Baik untuk pembiayaan pembangunan hotel dan restoran, ataupun usaha-usaha yang merupakan efek tetes pariwisata. “Tidak tau juga kalau untuk pembangunan hotel dan restoran yang nilainya di atas Rp 15 miliar sampai ratusan miliar. Itu sudah dipegang langsung oleh Sentra Kredit Midle, dibawah BNI Denpasar langsung. Tidak tau kalau di sana gambaran kreditnya seperti apa,” jelasnya. Yang pasti, sektor pariwisata dalam kacamatan bankir, masih cenderung sepi pembiayaannya. Situasi ini terbalik dengan sektor perdagangan. Indra menyebut permintaan kreditnya cukup tinggi. Bahkan peningkatannya mencapai puluhan miliar dari keadaan pem-

(Ekbis NTB/dok)

Akhmad Indra biayaan sejenis sebelumnya. Pembiayaan di sektor perdagangan ini, lebih kepada penguatan stok barang oleh pedagang-pedagang besar untuk mengantisipasi kebutuhan puasa hingga lebaran. Keadaan ini biasanya berlaku tiga bulan sebelum lebaran, setiap bulan Ramadhan. “Kan pedagang lagi pada nyiapin stok tuh menjelang puasa dan lebaran. Kalau pembiayaan sektor perdagangan ini lagi toptopnya,” demikian Indra. (bul)

REMITANSI atau uang kiriman TKI yang bekerja di luar negeri jumlahnya fluktuatif setiap tahun. Provinsi NTB yang masuk menjadi salah satu provinsi terbanyak mengirim TKI ke luar negeri memiliki jumlah remitansi yang tak sedikit. Tahun 2017 saja, jumlah total remitansi yang berhasil dihitung oleh Badan Pusat Statistik (BPS) NTB lebih dari Rp 1,5 triliun. Marzuki, warga Kecamatan Pringgarata, Lombok Tengah kepada Ekbis NTB menuturkan, banyak TKI yang berhasil membangun ekonominya setelah bekerja di luar negeri. Namun tak sedikit yang gagal memanfaatkan uang hasil jerih payahnya di rantauan untuk hal-hal yang produktif. Menurutnya, salah satu indikator seorang TKI berhasil dalam bidang ekonomi yaitu ketika mereka mampu membangun rumah, membeli sawah atau membeli hewan ternak dari remitansi yang dikirim ke kampung halaman. “ Kalau dia bisa membeli sapi atau membangun rumah dari hasil kerjanya, dia termasuk yang berhasil,” katanya. Marzuki sendiri sudah dua kali menjadi TKI ke Malaysia. Kini ia sudah mampu membangun rumah, memiliki sepetak sawah dan membangun usaha berdagang di kampung halaman. Menurutnya, meskipun gaji yang diperoleh di tempat berkerja minim, namun jika dikelola dengan baik, hasil usaha akan berkembang. Dari pengamatannya selama ini, pemanfaatan remitansi TKI cukup beragam. Pada pengiriman yang pertama, biasanya remitansi dimanfaatkan untuk membayar hutang,” Bayar utang dulu hasil pinjaman yang digunakan saat berangkat ke luar negeri,” ujarnya. Selanjutnya, remitansi berikutnya digunakan untuk konsumsi sehari-hari keluarga di kampung halaman. Disinilah tantangannya selama ini. Jika mereka mampu mengelola uang

dengan baik, maka remitansi rutin itu bisa disimpan sebagiannya untuk keperluan produktif.” Namun jika tak bisa pegang uang, sebanyak apapun remintansi itu akan habis untuk konsumsi sehari-hari,” ujarnya. Saat ini, penghasilan bulanan TKI yang bekerja di Malaysia tergolong sudah cukup baik. Berbeda dengan menjadi TKI di tahun-tahun sebelumnya yang gajinya tidak begitu besar. Karena penghasilan bulanan TKI cukup tinggi, potensi untuk mengembangkan usaha di kampung halaman menjadi semakin besar,” Misalnya gajinya 2.500 ringgit Malaysia, dia bisa mengirim ke kampung sebanyak 5 juta lebih sebulan,”jelasnya. Berdasarkan data BPS NTB, remitansi TKI asal NTB bulan Februari 2018 sebesar Rp 230 miliar. Sedangkan sepanjang 2017 lalu, jumlah remitansi yang behasil dihitung BPS sebanyak Rp 1,56 triliun. Angka itu muncul dari dua lembaga yaitu PT Pos (western union) dan Bank Indonesia. Kepala BPS Provinsi NTB Endang Tri Wahyuningsih mengatakan, dari angka Rp 230 miliar itu, yang dikirim melalui perbankan sebanyak Rp 57 miliar, sementara melalui PT Pos sebanyak Rp 172,9 miliar. “Kalau melihat remitansi dari Bank Indonesia, asal uang itu kebanyakan dari Arab Saudi sebesar Rp 32 miliar atau 57 persen. Ini hanya di bulan Februari saja,” katanya. Sementara itu, remitansi berasal dari negara Uni Emirate Arab sebesar Rp 2,2 miliar (3,86%), sedangkan dari Malaysia sebesar Rp 1,8 miliar (3,32%). Sedangkan jika dilihat dari tujuan remitansi menurut perhitungan PT Pos, Kabupaten Lombok Timur tercatat menerima remitansi yang paling besar yaitu Rp 43,9 miliar (25%), disusul Kabupaten Lombok Tengah Rp 40 miliar (23%), Kabupaten Sumbawa sebesar Rp 18,3 miliar (10,62%). (ris)

Kenaikan Rating Moody’s Dorong Pertumbuhan Industri Jasa Keuangan OTORITAS Jasa Keuangan menilai kenaikan peringkat utang Indonesia oleh Moody’s dari Baa3/outlook positif menjadi Baa2/outlook stabil akan berdampak positif mendorong pertumbuhan industri jasa keuangan dan stabilitas perekonomian Indonesia. “Peningkatan rating Moody’s akan meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia termasuk di industri jasa keuangan khususnya di pasar modal,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso di Jakarta, Sabtu (14/4) Wimboh juga meyakini perbaikan rating Moody’s ini juga menunjukkan kepercayaan

akan stabilitas sistem keuangan nasional yang tetap terjaga, di tengah dinamika ekonomi global dan risiko geopolitik yang terjadi saat ini dan ke depan. Lembaga Pemeringkat Moody’s Investor Service pada 13 April lalu menilai bahwa kenaikan rating utang Indonesia didasarkan pada penilaian atas kerangka kebijakan Pemerintah Indonesia yang kredibel dan efektif yang kondusif bagi stabilitas makroekonomi. Fokus kebijakan yang kredibel pada kebijakan makroekonomi yang didukung oleh penyangga keuangan yang substansial mengurangi risiko depresiasi mata uang yang

tajam dan berkelanjutan. Kerangka kebijakan dan penyangga keuangan melengkapi ukuran ekonomi Indonesia yang besar, kuat dan stabil dengan sasaran pertumbuhan PDB sekitar 5,05,3% dan sistem perbankan yang sehat dalam mendorong kapasitas negara untuk menyerap guncangan ekonomi atau keuangan. Catatan OJK, kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan pada Februari 2018 masih sejalan dengan siklus awal tahun serta laju pertumbuhan ekonomi. Kredit perbankan Februari 2018 tumbuh sebesar 8,22% yoy (Jan’18: 7,40% yoy) dan piutang pembiayaan tum-

buh sebesar 7,70% yoy (Jan’18: 6,92% yoy). Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh sebesar 8,44% yoy (Des’17: 8,36% yoy). Sementara, premi asuransi jiwa dan asuransi umum/reasuransi masing-masing tumbuh sebesar 53,47% yoy (Jan’18: 44,78% yoy) dan 22,19% yoy (Jan’18: 22,93% yoy). Di tengah perkembangan intermediasi keuangan tersebut, risiko LJK (risiko kredit, pasar, dan likuiditas) Januari 2018 berada pada level yang manageable. Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankanpada Februari tercatat sebesar 2,88% (Jan’18: 2,86%)

dan rasio Non-Performing Financing (NPF) perusahaan pembiayaan tercatat sebesar 3,05% (Jan’18: 2,95%). Sementara itu, permodalan lembaga jasa keuangan masih relatif kuat dengan CAR perbankan sebesar 23,5% dan RBC asuransi umum dan asuransi jiwa masing-masing sebesar 327% dan 499%. Ke depan, OJK akan terus memantau dinamika perekonomian global dan dampaknya terhadap likuiditas pasar keuangan dan kinerja sektor jasa keuangan nasional, khususnya laju kenaikan Fed Fund Rate dan tren kenaikan suku bunga di pasar keuangan global. (ris)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.