Edisi 14 Agustus 2017 | Ekbis NTB

Page 1

Ekbis NTB

MINGGUAN TERBIT SEJAK 15 AGUSTUS 2016 E-mail: ekbisntb@gmail.com

SENIN, 14 AGUSTUS 2017

4 HALAMAN NOMOR 48 TAHUN KE 1 TELEPON: Iklan/Redaksi/ Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257

Kekuatan Ekonomi dan Dunia Usaha NTB

MEMASUKI Dusun Labuapi Utara, Desa Labuapi Lombok Barat (Lobar), terlihat aktivitas warga yang sedang mengukir kayu menjadi topeng. Ada juga yang bertugas mengamplas ukiran topeng tadi agar lebih halus yang biasanya dilakukan oleh kaum perempuan. Di Lombok, Labuapi sudah lama dikenal sebagai sentra pembuatan topeng terbaik. Halaman 2

Baru Capai Rp 479 Miliar, Penyaluran KUR Dinilai Lamban

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Menghidupkan Kembali Topeng Khas Lombok

PENYALURAN Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Provinsi NTB dinilai masih lamban. Data dari Sistem Informasi Kredit Program (SIKP) menunjukkan, penyaluran KUR di NTB sampai dengan tanggal 31 Juli 2017 bar u mencapai Rp 479,9 miliar. Jika dibandingkan dengan tahun lalu, penyaluran KUR dengan bunga 9 persen per tahun ini mencapai angka Rp 1,97 triliun. Halaman 4

Kemilau ’’Emas Hijau’’ Hijau’’

Antara Pesimisme dan Harapan BAWA Seorang buruh sedang membawatembakau yang baru dipanen di Jerowaru Lombok Timur beberapa waktu lalu.

(Ekbis NTB/yon)

(Ekbis NTB/uul)

Lalu Sukardi

Tembakau merupakan salah satu komoditas strategis dalam memajukan ekonomi ekonomi di di satu satu daerah. daerah. Sehingga Sehingga tidak tidak berlebihan berlebihan jika jika komoditas komoditas ini ini disebut disebut sebagai ‘’emas hijau’’. Dikatakan ‘’emas hijau’’, karena harganya yang mahal, seperti seperti halnya halnya harga harga emas. emas. Karena Karena harganya harganya yang yang mahal, mahal, petani petani di di Pulau Pulau LomLombok bok berlomba-lomba berlomba-lomba mengembangkan mengembangkan komoditas komoditas ini. ini. Namun, Namun, dalam dalam perjalanan perjalanan waktu waktu komoditas komoditas yang yang telah telah membumi membumi itu, itu, harganya harganya terkadang terkadang tak tak menentu. menentu. Diantara Diantara rasa rasa pesimisme pesimisme itu, itu, petani petani berharap berharap harga harga tembakau tembakau terjaga. terjaga. BULAN Juni hingga Desember merupakan masa menanam tembakau. Pada masa-masa inilah, ribuan petani tembakau mengadu peruntungan dengan menanam tembakau. Ada

petani yang beruntung, karena hasil panennya bagus. Ada juga yang kurang beruntung (rugi), karena tembakaunya gagal panen.

Bersambung ke hal 3

MASYARAKAT yang tetap memilih untuk menanam tembakau di tengah iklim dan harga yang tidak menentu, menurut pengamat pertanian, Dr. Ir. L. Sukardi, M.Si, tidak terlalu menguntungkan petani. “Dari segi ekonomi makro, memang ekonomi menjadi lebih dinamis karena menyerap tenaga kerja yang banyak,” ujar Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Dr. Ir. L. Sukardi, MSi., saat ditemui Ekbis NTB, Sabtu (12/8). Menurutnya, dari segi ekonomi mikro, bertanam tembakau tidak terlalu menguntungkan petani. “Yang untung itu pelaku bisnisnya seperti pengepul. Petani tembakau itu lebih banyak yang petani swadaya, hanya sedikit yang petani mitra,” jelasnya. Sukardi menerangkan jika petani mitra sudah pasti menjual kemana, sedangkan petani swadaya belum jelas dijual kemana hasil panennya.. Ia menambahkan jika resiko budidaya tembakau sangatlah tinggi. “Apalagi cuaca sekarang yang tidak tentu yang pasti berpengaruh ke budidaya tembakau,” ujarnya. Ia menjelaskan jika hujan turun saat masih kecil, petani pasti mengeluarkan banyak uang untuk mengganti tanaman yang rusak. Sedangkan jika hujan turun saat tanaman siap panen, petani dipastikan rugi.

Bersambung ke hal 3

(Ekbis NTB/yon/uul)

SIAP DIPOTONG - Baiq Muliati menunjukkan tembakau rajangan yang sudah diikat dan dipotong untuk dijemur. Jika cuaca sedang cerah, waktu penjemuran hanya membutuhkan waktu dua hari (foto kiri). Proses oven tembakau setelah dipanen di Jerowaru Lombok Timur. Petani tembakau mengklaim pada saat oven tembakau biaya yang dibutuhkan cukup besar.

Semua Harus Menghasilkan

Keuntungan

KONSEP kemitraaan yang dirancang dalam budidaya tembakau Virginia ditujukan agar sama-sama saling menguntungkan. Antara petani dengan perusahaan mitra sama-sama menikmati hasil. Jika terjadi ketimpangan, maka kegiatan bisnis di bidang tembakau ini tidak akan bisa berjalan dengan baik. Hal ini diungkapkan, Statiun Manajer PT Sadhana Arifnusa, Kuswanto Setiabudi. Menjawab Ekbis NTB, Kuswanto menguraikan, proses kemitraan harus tetap terjalin dengan baik. Petani dengan perusahaan harus samasama untung baru kemudian bisnis maju. Jika hanya petani yang untung, maka tidak bisa bisnis dijalankan. Begitupun jika perusahaan saja yang untung, aktivitas bisnis tidak akan bisa berlanjut. ‘’Kalau petani saja atau perusahaan saja yang untung, maka bisa bangkrut, tembakau pasti tutup,’’ paparnya. Dalam kegiatan bisnis tembakau ini konsepnya adalah kerelaan

dan selama ini tidak ada unsur pemaksaan dalam membangun mitra di tengah semakin peliknya persoalan tembakau. Kondisi pertembakauan saat ini diakui Kuswanto memang banyak pihak yang menyoroti. Termasuk pemerintah yang diketahui sedang melahirkan Rancangan UndangUndang Pertembakauan. Prinsip bagi perusahaan, siap untuk diatur. “Saya siap diatur,” ungkap Kuswanto. Adanya kecurigaan hanya pihak perusahaan saja yang meraup untung besar dinilai Kuswanto sah-sah saja. Katanya, dalam hal budidaya prinsip tidak ada paksaan bagi petani untuk menjalin mitra dengan perusahaan-perusahaan. Pilihan petani untuk melakukan budidaya adalah haknya. Perusahaan mitra kemudian hanya menjalankan tugas kemitraannya. Memang patut ditanyakan kata Station Manajer PT Sadhana Arifnusa soal bisnis tembakau beberapa tahun terakhir ini.

Bersambung ke hal 3

Tembakau Masih Menjanjikan DINAS Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB masih optimis tahun ini petani tembakau akan untung. Selama kualitas tembakaunya memenuhi standar grade atas. Apalagi kualitas tembakau asal NTB bersaing dengan kualitas tembakau Brazil. “Sepanjang kualitas tembakau petani bagus, saya yakin untung,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, Ir. Husnul Fauzi, M.Si., belum lama ini. Ada beberapa hal yang saat ini menjadi kekhawatiran besar bagi petani, terutama soal anomali cuaca. Husnul Fauzi mengatakan, hingga bulan Agustus ini, keadaan cuaca 0-20 mm, artinya tak terlalu ekstrem. Kendati demikian, petani juga harus melakukan antisipasi dengan membuat guludanguludan agar tak terjadi genangan. Kendati hujan, menurut kepala dinas, tak menjadi soal meskipun tembakaunya layu. Asalkan dipastikan air mengalir. Beberapa waktu lalu terjadi hujan lebat yang mengakibatkan tembakau petani layu di bagian selatan Lombok Tengah maupun Lombok Timur. Namun, hujan yang mengguyur ini diklaim tak ada persoalan bagi petani. ‘’Kuncinya jangan panik, pastikan ada saluran air. Kecuali yang menanam pada lahan yang rata, tidak ada guludan.

Bersambung ke hal 3

Cuaca Tak Menentu

Petani Tembakau Pilih Sewakan Lahan KONDISI cuaca yang tidak menentu pada musim kemarau tahun ini, membuat banyak petani tembakau di Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) urung menanam tembakau. Ada yang memilih menanam tanaman lain. Ada juga yang memilih menyewakan lahannya ke petani luar Loteng. ‘’Dari pada kosong, lebih baik disewakan saja. Itu lebih aman,’’ aku Salapudin, petani asal Mujur Praya Timur. Dikatakanya, para petani di wilayah ada sedikit keraguan-raguan untuk menanam

tembakau. Mengingat kondisi cuaca yang tidak menentu, sehingga petani takut merugi, jika kemudian memaksakan diri menanam tembakau. ‘’Kalau berhasil jelas akan menguntungkan. Tapi kalau dengan kondisi cuaca sekarang ini, potensi gagal jauh lebih besar. Jadi lebih baik disewakan. Petani tidak harus keluar biaya justru dapat uang dari hasil sewa lahan,’’ ujarnya. Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian Loteng, Ir. L. Iskandar, mengaku tahun

ini pemerintah menargetkan luas tanam tembakau sekitar 7.500 hektar. Namun dengan kondisi cuaca yang sekarang ini, pihaknya pesimis target luar lahan tersebut bisa tercapai. “Sampai bulan Juni kemarin, luas tanam tembakau kita baru sekitar 3 ribu hektar. Masih jauh dari target tanam kita tahun ini,” terangnya. Selain faktor cuaca, besarnya biaya tanam yang harus disiapkan menjadi pertimbangan lain kenapa kemudian banyak petani tembakau Loteng yang tidak menan-

am tembakau tahun ini. Petani sekarang banyak yang beralih menanam tanaman lain. Bahkan ada yang membiarkan lahan kosong tanpa ditanami apapun. Pemerintah dalam hal ini tidak bisa berbuat apa-apa. Karena pemerintah tidak punya kewenangan untuk mengatur petani harus menanam apa. ‘’Kita hanya memberikan gambaran kondisi cuaca. Masalah akan menanam apa itu sepenuhnya ada ditangan petani,’’ demikian Iskandar. (kir)

Petani Tembakau Tak Berhenti Menanam ANOMALI cuaca kerap kali menimbulkan kerugian bagi petani tembakau virginia di Lombok, seperti yang terjadi pertengahan Juli kemarin. Namun petani tembakau yang tangguh tidak pernah jera menanam komoditas “emas hijau” itu, karena selama puluhan tahun terakhir, para petani lebih sering menikmati keberhasilan. Wakil Ketua Komisi II Bidang Pertanian DPRD NTB H.M Nasihuddin Badri, M.AP kepada Ekbis NTB mengatakan, pihaknya pernah berdiskusi dengan Kepala Dinas Pertanian NTB perihal banyaknya tanaman tembakau yang layu akibat diterpa hujan selama berharihari pada bulan Juli lalu. Namun tanaman tembakau itu sebenarnya tidak mati, melainkan “pingsan” kemudian segar kembali setelah cuaca kembali membaik. ‘’Cuaca yang kemarin itu bukan menyebabkan kematian tanaman tembakau. Hanya saja petani kita kurang sabar, lebih dahulu takut melihat kerugiannya.Padahal jika dibiarkan, tanaman tembakau itu secara perlahan akan semakin segar dan sehat kembali,’’ kata Nasihuddin. Ia mengatakan, pada dasarnya petani tembakau lebih sering untung daripada rugi. Misalnya saja dalam 10 kali menanam, terdapat sekali atau dua kali mereka tergolong merugi karena tanaman tembakaunya gagal. Selebihnya petani tembakau tergolong lebih sering berhasil. “ Kalau hanya rugi sekali tidak mungkin membuat mereka lemah semangatnya,” ujar politisi Partai Demokrat ini. Nasihuddin mengatakan, keberhasilan menanam tembakau ikut mewarnai tradisi sosial di kalangan masyarakat Lombok. Misalnya, saat panen tembakau virginia berhasil, banyak petani yang berangkat haji karena keuntungan yang diraih cukup besar. “Tidak mungkin mereka kecut hanya karena sekali merasa rugi. Jadi ini menurut pendapat saya, mereka tetap bersemangat menanam tembakau,” tegasnya. Bentuk perhatian pemerintah terhadap petani tembakau selama ini, salah satunya dengan diberikannya pupuk bersubsidi. Selain itu ada pula pembangunan sarana dan prasarana ekonomi pertanian seperti pembangunan talud, pembangunan jalan usaha tani, juga program yang bersumber dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT). Program yang bersumber dari DBHCHT untuk petani tembakau virginia juga tidak tergolong kecil. Dana ini dimanfaatkan untuk beragam program yang arahnya untuk kebaikan petani tembakau di daerah ini, “ Kalau dana DBHCHT ini rinciannya panjang,” ujarnya.

Bersambung ke hal 3


2

Ekbis NTB Senin, 14 Agustus 2017

Menghidupkan Kembali Topeng Khas Lombok Memasuki Dusun Labuapi Utara, Desa Labuapi Lombok Barat (Lobar), terlihat aktivitas warga yang sedang mengukir kayu menjadi topeng. Ada juga yang bertugas mengamplas ukiran topeng tadi agar lebih halus yang biasanya dilakukan oleh kaum perempuan. Di Lombok, Labuapi sudah lama dikenal sebagai sentra pembuatan topeng terbaik.

TOPENG - Perajin di Labuapi sedang membuat topeng. Belakangan ini permintaan topeng mulai meningkat setelah sempat menurun akibat bom Bali beberapa waktu lalu.

SALAH satu pembuat topeng, Rubai’i, mengaku, kerajinan topeng di daerahnya berkembang sejak tahun 1990-an. “Awalnya saya kerja sama orang, baru kemudian buat usaha sendiri,” ujarnya saat ditemui Ekbis NTB beberapa waktu lalu. Ia menuturkan, jika dirinya termasuk yang paling akhir terjun membuat topeng. “Jadi pas saya mulai buat, orang-orang di sini memang sudah mahir buat,” akunya. Model topeng khas Lombok sendiri berbeda dengan topeng-topeng dari daerah lain. Kalau dari daerah lain, matanya terbuka tetapi kalau Lombok matanya tertutup dan mulutnya terbuka dengan ukuran yang

memanjang. Ia menambahkan jika ada konsumen yang meminta dibuatkan model lain, baru dibuat. “Ada juga topeng yang dibuat hanya sampai setengah mulutnya dan ditambahkan gigi. Itu untuk pementasan cupak gerantang, tapi sekarang sudah jarang,” tuturnya. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan topeng adalah kayu. Apalagi hasil pembuatan topeng ini untuk diekspor ke beberapa negara tujuan. “Di sini kita buat topeng yang kualitas super. Ukuran dan bentuk kayu menentukan kualitasnya,” kata Ruba’i. Perajin lainnya, Salman, menambahkan jika topeng biasanya terbuat dari kayu ma-

honi, kayu bajur dan kelapa. Menurutnya, yang paling bagus adalah kayu mahoni. ‘’Bajur juga bagus, yang beda hanya di seratnya saja,” ujarnya. Dalam menyelesaikan 1 buah topeng berukuran 100 cm, Salman mengaku bisa menyelesaikan dalam kurun waktu 1 jam saja. Sementara topeng yang dibuat hanya 3 buah per hari. Adapun topeng yang paling kecil ukurannya adalah topeng berukuran 8 x 25 cm, sedangkan ukuran paling besar bisa mencapai 2 meter. ‘’Tetapi yang paing banyak diminati di sini yang ukuran 35 cm x 2 meter,” jelasnya. Biasanya topeng buatannya digunakan sebagai pajangan rumah, kantor, maupun hotel. Harganya beragam, mulai dari Rp 12.500 – Rp 250.000 untuk topeng yang masih berbentuk setengah jadi. “Sedangkan kalau sudah jadi harganya bisa sampai Rp 1,5 juta,” katanya. Pemasaran topeng Labuapi sudah merambah skala nasional bahkan sampai luar

negeri. Setiap 3 bulan sekali mereka mengirim ke Bali dengan omzet Rp 80 juta – Rp 100 juta setiap kali pengiriman. Sementara untuk pasaran luar negeri, ia pernah mengirim ke Prancis bahkan sampai Jamaika. “Setelah bom Bali penjualan kita sempat menurun. Barubaru ini banyak yang cari kembali,” ujarnya. Ia menambahkan dulu setiap bulannya bisa mendapat keuntungan penjualan sampai Rp 25 juta. “Pasarnya masih ada, tetapi sekarang pengepulnya yang sedikit,” tukasnya. Ruba’i juga menambahkan permasalahan yang dihadapi sekarang adalah mahalnya harga kayu. “Dulu harga 1 truk kayu hanya Rp 1 juta, tetapi sekarang beli 2 carry harganya Rp 5 juta,” ujarnya. Apalagi sekarang kayu yang dijual harus memiliki izin jual baru bisa dikirim. “Biasanya kita dapat kayu dari Lombok Tengah atau Sesaot. Sekarang kayu sudah sedikit jumlahnya,” tukasnya. (uul)

(Ekbis NTB/uul)

Properti

Bisnis

Pengembang Harus Sediakan TPU ADA anekdot yang mengatakan, di Kota Mataram mati saja susah. Cukup beralasan, nyaris kita tidak menjumpai setiap kompleks-kompleks perumahan yang dibangun pengembang, tersedia TPU (Tempat Pemakaman Umum). Alhasil, bila ada penghuni kompleks yang terkena musibah (meninggal), keluarganya cukup kebingungan mencari kemana yang meninggal akan dimakamkan. Apalagi bagi mereka para perantau yang bukan asli penduduk Kota Mataram. Persoalan yang muncul kemudian, TPU Karang Medain Mataram dijejali. Ternyata tidak di Mataram saja, di beberapa kompleks perumahan yang dibangun di luar Kota Mataram, taruh saja di Lombok Barat, juga nyaris tak ada kompleks pemakaman yang disiapkan pengembang kepada pelanggannya. Persoalan inipun tidak jarang menjadi kebingungan tersendiri bagi para penghuni kompleks-kompleks perumahan. Karenanya, pemerintah daerah di masing-masing kabupaten/kota mestinya segera bersikap, di tengah menjamurnya pemukiman-pemukiman baru yang dikembangkan oleh para pengembang. Ketua Real Estate Indonesia (REI) Provinsi NTB, H. Miftahuddin Ma‘ruf juga tak memungkiri itu. Menurutnya pengembang juga cukup berkepentingan terhadap penyediaan lahan pemakaman umum di kompleks perumahan yang disediakan. Dan ada solusi yang diberikan pemerintah kabupaten/kota agar pengembang berkontribusi terhadap pemakaman yang ada di lingkungan terdekat. “Kalau sekarang dibuat satu pemakaman di setiap perumahan, apakah Kota Mataram ini mau dibuat jadi kota kuburan,” ujarnya. Karena itu, persoalan ini menjadi sangat penting untuk tegaskan. Pengembang sendiri menurut H. Ma‘ruf cukup siap berkontribusi pada pemakaman-pemakaman umum yang sudah ada. Apakah membantu mempeluas pemakaman terdekat yang sudah ada, atau dengan memberikan dukungan anggaran penembokan keliling pemakaman. Tinggal pemerintah daerah menekankan regulasinya. “Belum ada kebijakan seperti apa dari pemerintah daerah. Kalau kita ini (pengembang) kan di bawah perintah semua. Kalau beliau (pemerintah dareah) mengatakan buat pemakaman di lingkungan kompleks, siap kita buat,” imbuhnya. Atau teknis lain beberapa pengembang di komplek-komplek terdekat membuat pemakaman umum secara kolektif. “Kan bisa diatur. Tidak ada sesuatu yang tidak bisa diatur,” demikian penegasannya. Karena itulah, pengembang juga sangat berharap, kebijakan untuk penyediaan pemakaman umum ini tidak abu-abu. (bul)

Game House, Tempatnya Pecinta Game KEBERADAAN permainan game komputer seolah menjadi candu bagi para pecinta game. Mereka merasa tidak boleh ketinggalan jika game favoritnya mengeluarkan seri terbaru atau mencoba game terbaru. Di Mataram, para pecinta game bisa mengupdate game terbaru di Game House yang berlokasi di jalan Pendidikan Nomor 2 Gomong, Mataram. Eka Hariadi dan Yeni Harsono, pemilik Game House mengatakan usahanya sudah ada sejak tahun 2009 dan baru pada 2011 menempati lokasi yang sekarang. “Awalnya karena saya baru pindah dari Solo dan saya memang suka game, tetapi di sini belum ada tempat instal game makanya saya coba-coba buka,” jelasnya saat ditemui Ekbis NTB di sela-sela kesibukannya melayani pelanggan. Ada berbagai macam dan genre game yang tersedia di Game House tergantung dari keinginan konsumen. “Banyak yang request game bola PES, balap, perang, dan lainnya. Tetapi yang paling banyak sih yang PES,” kata Eka. Game yang tersedia pun terus diperbaharui setiap seri terbaru keluar. “Dulu instalnya pakai CD, tetapi sekarang pakai softcopy saja,” ujarnya. Game sendiri diperoleh Eka secara online yang kemudian diinstalkan kepada komputer atau laptop konsumen. “Lama install gamenya tergantung dari besaran file serta spesifikasi gamenya,” jelas Eka. Dirinya juga memberikan garansi jika terjadi masalah

Gaya

(Ekbis NTB/uul)

Pengelola Game House sedang melayani konsumen. saat game dimainkan pada komputer konsumen. “Untuk menghindari itu, biasanya kami melihat dulu spesifikasi komputernya agar tidak terjadi masalah,” ujarnya. Harga game di Game House sendiri hanya Rp 10 ribu/disk tergantung besaran file dan gamenya. “Ada diskon 50% untuk game dengan 10 disk ke atas, misalnya harga awalnya Rp 160 ribu maka konsumen cukup membayar Rp 80 ribu saja,” kata Yenni. Selain itu, jika memiliki kartu member, setiap memiliki 10 poin bisa ditukarkan dengan 1 disk game. “Poinnya bisa diakumulasikan jika ingin game tertentu sampai poinnya mencukupi,” jelasnya.

Konsumen Game House berasal dari semua kalangan, mulai dari anak-anak sampai orangtua. “Di Facebook, kita juga ada grupnya dengan nama Mataram PC Gamer,” kata Eka. Untuk anak-anak berprestasi dengan rangking 3 besar, Game House memberikan game gratis. “Agar game tidak terus disalahkan sebagai penyebab anak-anak malas belajar,” kata Yenni. Saat ditanyakan apakah Game House akan membuka cabang dalam waktu dekat, keduanya mengatakan belum ada rencana. “Di sini masih sulit tenaga kerja, takutnya nanti tidak bisa menangani konsumen,” kata Eka. (uul)

Mencoba Sensasi Telur Bebek Bingung TELUR bisa diolah menjadi berbagai makanan yang pastinya menggugah selera makan. Seperti misalnya telur asin yang kerap dijadikan lauk atau sebagai oleh-oleh. Salah satu telur asin yang cukup dikenal di Mataram adalah Telur Bebek Bingung yang berada di Dasan Cermen. Lokasinya yang berada di jalan besar dengan tulisan yang menarik perhatian membuatnya gampang ditemukan. Namun, telur asin ini diklaim tidak akan membingungkan orang yang mengonsumsinya. Menurut pemiliknya, Ahmad Elef, usaha telur asinnya mulai ada sejak tahun 2006 silam. “Ini memang usaha saya sendiri yang dulunya belajar sedikitsedikit buatnya, hanya 1-2 tray,” katanya saat ditemui beberapa waktu lalu. Saat pertama kali membuat, dirinya menitipkan telur asin buatannya ke warung-warung terdekat. “Alhamdulillah sambutannya bagus sampai

sekarang,” ujarnya. Resep telur asin sendiri diperoleh Ahmad melalui hasil coba-coba. “Yang membedakan telur asin saya dengan yang lainnya karena saya menggunakan rempah makanya beda rasanya,” jelasnya. Rempah sendiri dimasukkan saat telur bebek dibungkus dengan tanah, sehingga bumbunya meresap. “Tanah yang kita gunakan juga adalah tanah gunung, bukan tanah sawah,” ujarnya. Telur bebek sendiri didapat Ahmad dari Lombok Tengah seperti Praya dan Batujai. “Kalau sekarang juga ambil di Loang Baloq,” katanya. Dirinya sendiri membuat telur asin hanya 3 kali seminggu. “Seminggu itu bisa buat 4000-5000 telur asin yang butuh tanah liat sampai 2 ember,” jelasnya. Telur asinnya sendiri bisa bertahan sampai 1 bulan jika bersama dengan tanah liatnya. (uul)

(Ekbis NTB/uul)

Telur Asin Bingung yang sudah dikemas dan banyak dipesan untuk dijadikan oleh-oleh.

Jilbab dengan Teknologi Anti Bakteri

(Ekbis NTB/uul)

Seorang karyawan DeJilbab menunjukkan koleksi jilbab yang diklaim a nti bakteri dan jamur.

TREN jilbab yang sekarang banyak model dan ragamnya membuat pemakainya bisa mempunyai pilihan. Salah satunya adalah DeJilbab Lombok yang berlokasi di jalan Caturwarga, Mataram. Menurut pemilik DeJilbab Lombok, Aluh Nuraini Prananda, DeJilbab merupakan brand jilbab dari Bandung. “Brandnya sudah ada sejak tahun 2013, tetapi kalau di Lombok sendiri baru ada sejak 2014 kemarin,” ujarnya saat ditemui beberapa waktu lalu di tokonya. Dirinya sendiri merupakan reseller pertama DeJilbab di NTB, bahkan dia mulai menjual DeJilbab saat pertama kali keluar di pasaran. Eni, panggilan akrabnya, mengatakan DeJilbab sendiri bahannya menggunakan serat

mikrofiber. “Ini yang membuat hijab DeJilbab anti bakteri dan jamur sehingga menyerap keringat,” katanya. Dengan teknologi itu membuat pemakainya merasa nyaman dan membuat dingin di kepala. “Sampai seminggu pun kita pakai tetap nyaman,” ujarnya. Selain itu, hijabnya juga sangat mudah dibersihkan jika terkena kotoran atau noda. Selain itu, DeJilbab juga menggunakan ekstrak minyak buah alpukat pada permukaan jilbabnya. “Makanya teksturnya lebih berminyak. Kalau orang yang pertama kali lihat sering dikira dari bahan satin,” kata Eni. Hijab DeJilbab itu juga gampang diseterika dan membuatnya gampang dipa-

kai. “Ada juga jilbabnya yang dibuat dengan serat bambu yang halus sehingga berbeda dengan jilbab biasa,” jelasnya. Ada ratusan model jilbab bisa kita temukan di DeJilbab, mulai dari segiempat, jilbab jadi, sampai pashmina instan yang syari’i. “Yang paling banyak diminati jilbab jadi untuk berbagai keperluan. Seperti anak sekolah yang suka jilbab yang ada talinya,” kata Eni. Harga jilbab sendiri berkisar dari Rp 35 – 100an ribu tergantung modelnya. Selain jilbab, DeJilbab juga menyediakan gamis, mukena, serta ciput yang semuanya menggunakan teknologi anti bakteri. Tidak heran konsumen DeJilbab datang dari berbagai kalangan. “Pelanggan kita da-

tang dari anak sekolah sampai pejabat, bahkan yang di rumah sakit juga banyak yang pakai jilbab kita,” kata Eni. Bahkan sudah banyak agen DeJilbab yang sampai di Lombok dan Pulau Sumbawa. Perkembangan bisnis online sendiri, kata Eni, membuat penjualan DeJilbab meningkat. “Di Mataram sendiri, masih banyak konsumen yang membeli produk berdasar merknya saja bukan dari kualitasnya,” ujarnya. Ke depannya ia berharap DeJilbab bisa lebih dikenal oleh masyarakat NTB. “Kita juga membuka kesempatan bagi siapapun yang mau jadi agen kita,” ujarnya. (uul)

zPemimpin Umum: Agus Talino zPemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Raka Akriyani zRedaktur Pelaksana: Marham zKoordinator Liputan : Akhmad Bulkaini zRedaktur : Marham, Zainudin Syafari, Akhmad Bulkaini zStaf Redaksi zMataram : U'ul Efriyanti Prayoba zLombok Barat: M.Haeruzzubaidi, zLombok Tengah : Munakir. zLombokTimur: Rusliadi, Yoni Ariadi. zKLU : Johari. zSumbawa Barat : Heri Andi. zSumbawa : Arnan Jurami, Indra Jauhari. zDompu : Nasrullah. Bima : Rafiin. zTim Grafis : A.Aziz (koordinator), Didik Maryadi, Jamaludin, Mandri Wijaya zKantor Redaksi : Jalan Bangau No. 15 Cakranegara Telp. (0370) 639543, zFacsimile: (0370) 628257. zTarif Iklan : Iklan Baris : Rp 20.000/baris Min 2 baris max 10 baris (1 baris 30 character). zDisplay B/W (2 kolom/lebih): Rp 30.000/mmk. zDisplay F/C : Rp 35.000/mmk. zIklan Keluarga : Rp 20.000./mmk. zIklan Advertorial : Rp 15.000/mmk. zIklan NTB Emas (1 X 50 mmk): Rp 500.000/bulan (25 X muat). Iklan Peristiwa : Rp 350.000/kavling. zAlamat Bagian Langganan/Pengaduan Langganan: Jalan Bangau No. 15 Cakranegara Telp. (0370) 639543, zFacsimile: (0370) 628257. zHarga Langganan: Rp 85.000 sebulan (Pulau Lombok) Rp 90.000 sebulan (Pulau Sumbawa), Pembayaran di muka. zHarga eceran Rp 5.000. Terbit 1 kali se-minggu. Penerbit: PT Suara NTB Pers. Percetakan: PT Bali Post.

Ekbis NTB

Wartawan Ekbis NTB selalu membawa tanda pengenal, dan tidak diperkenankan menerima/meminta apa pun dari nara sumber.


Ekbis NTB

Ekbis NTB Senin, 14 Agustus 2017

Semua Harus Menghasilkan Keuntungan Dari Hal. 1 Tergambar dari sejumlah perusahaan yang melakukan pembelian tembakau Virginia ini terus berkurang. Saat ini bisa dihitung jumlah perusahaan yang aktif. Kondisi ini kata Kuswanto menunjukkan adanya hal yang tidak bagus dalam dunia tembakau. ‘’Sekarang ini sedikit pengusahanya, mungkin tinggal 5-10 saja yang aktif, ini berarti bisnis tembakau ada yang tidak bagus. Padahal petani berharap baik, begitupun perusahaan,” ungkapnya. Aktivitas budidaya tembakau beberapa tahun terakhir ini diakui tidak seperti beberapa tahun lalu yang sempat menggebu-gebu. Pada musim tanam 2017 ini, target produksi PT Sadhana

sendiri 6. 000 ton krosok yang ditanam rencananya di atas lahan seluas 2.500 hektar dengan melibatkan 1000 petani mitra langsung dan sekitar 500-700 petani yang lainnya. Melihat musim tanam tahun 2017 ini diyakini cukup berpihak pada petani tembakau. Masih ada air hujan. Tidak dinafikan, tembakau juga membutuhkan air untuk melakukan budidaya. Masih adanya guyuran hujan diharapkan bisa menambah baik pertumbuhan tembakau. Soal harga pada musim tanam tahun ini diyakini akan tetap baik. Prinsip semua petani mitra dan non mitra juga tidak ada yang mau rugi. Semua menginginkan produksi dan nilai jual baik. Fakta juga menunjukkan selama ini tidak pernah ada tembakau yang tidak laku. Semua

tembakau yang diproduksi petani laku terjual. Ditambahkan, dari aktivitas budidaya tembakau sejauh ini telah memberikan sumbangan besar pada Negara. Melalui Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) . DBH CHT itu banyak dikembalikan kepada petani. Untuk Lotim diketahui besarannya Rp 17 miliar tiap tahunnya langsung diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten Lotim kepada seluruh petani. Secara nasional, share sektor tembakau ini bahkan jauh lebih besar dari sektor pertambangan. Share pertambangan jauh di bawah tembakau melalui DBHCHT. Fakta ini menunjukkan negara sudah mendapatkan hasil besar dari tembakau pun tanpa harus bekerja karena yang bekerja adalah para petani. (rus)

Petani Tembakau Tak Berhenti Menanam Dari Hal. 1 Program dana aspirasi yang dimiliki DPRD juga banyak diarahkan untuk pembangunan jalan usaha tani dan kebutuhan dasar pertanian, termasuk pertanian tembakau ini. “Program aspirasi dewan seperti saya lebih banyak mengarah kesana dan pembangunan sarana irigasi, karena itu merupakan kebutuhan dasar bagi

tusan tersendiri. Adapun RRU Pertembakauan yang sedang dibahas di DPR RI, asosiasi petani tembakau di NTB dikatakan Nasihuddin sedang berjuang agar regulasi yang akan disahkan oleh DPR tersebut memiliki substansi yang menguntungkan petani itu sendiri, bukan justru membuat petani tembakau semakin sulit mengembangkan diri di NTB. (ris)

petani,” tambahnya. Jika petani tembakau merugi, bisakah mereka diarahkan untuk alih komoditas? Menurut Nasihuddin, saat ini petani lebih memahami komoditas apa yang seharusnya ditanam. Dengan pengalaman yang begitu panjang, siklus untung rugi bagi petani tembakau sudah diperhitungkan dengan matang, sehingga petani tembakau bisa mengambil kepu-

Tidak Terlalu Untung Dari Hal. 1 “Kesalahan saat pengopenan tembakau juga bisa membawa risiko sehingga dibutuhkan keahlian untuk mengopen tembakau. Karena hal itulah yang menentukan kualitas tembakau yang akan dijual,” jelasnya. Selain risiko budidaya, Sukardi juga menambahkan risiko pasar tembakau. “Kalau untuk petani mitra, jika tidak sesuai dengan kualitas perusahaan maka tembakaunya akan ditolak, sedangkan untuk petani swadaya, dijual dengan harga pukul rata dimana mereka menjualnya sebelum disortir,” katanya. Untuk itulah, ia mengatakan bahwa tembakau itu penuh ketidakpastian dan penuh risiko. “Kalau secara ekonomi merugikan meskipun petani bilang itu menguntungkan karena belum dihitung pengeluaran

yang dikeluarkan,” kata Sukardi. Apalagi ada istilah di petani sendiri, jika rugi di tembakau maka mesti dibalas dengan tanam tembakau. “Banyak petani tembakau yang sebenarnya tidak punya lahan, dimana mereka sewa tanaha yang berkisar Rp 58 juta tergantung kualitas tanahnya,” jelasnya. Apalagi jumlah pekerja tembakau membutuhkan tenaga kerja yang banyak membuat pengeluaran semakin banyak. “Dari hasil kajian yang pernah saya lakukan, pekerja tembaku rata-rata mencapai 507,18 TOT. Dibandingkan dengan padi hanya 200,04 TOT, jagung 136,26 TOT, kacang tanah 393,51 TOT, dan kedelai 172,74 TOT,” jelas Sukardi. Selain itu, dari kajian lainnya yang pernah dilakukannya bahwa persaingan tembakau di pasaran sangatlah ketat. “Di Lombok sendiri kita sudah me-

ngalami penurunan kualitas tembakau,” katanya. Sukardi juga mengatakan bahwa dari segi lingkungan, tembakau bisa menyebabkan antagonisme. “Pengovenan tembakau membutuhkan kayu yang banyak, dimana ngomprong sendiri dilakukan selama 6-8 kali yang membutuhkan kayu sebanyak 45 meter kubik kayu,” ujarnya. Sebenarnya bahan bakar pengopenan bisa diganti dengan yang lain, sambungnya, tetapi tetap saja jatuhnya harga kayu memang yang paling murah. Oleh karena itu, Sukardi mengatakan pemerintah harusnya membuat kebijakan yang lebih komprehensif. “Agar petani lebih memilih budidaya tanaman yang lain. Dibuatkan saingan agar mereka beralih ke komoditi lain,” katanya. Tetapi pasar komoditas tersebut harus dijaga agar petani mau beralih. (uul)

DJP Nusra Bekali Pemahaman Perpajakan untuk Pelajar SD,SMP dan SMA KEMENTERIAN Keuangan melalui Direktorat Jendral Pajak melaksanakan program “Pajak Bertutur” di seluruh sekolah-sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia, tak terkecuali dilaksanakan di Provinsi NTB oleh DJP Nusa Tenggara dan komponen di bawahnya. Kegiatan Pajak Bertutur dilaksanakan selama satu jam oleh pegawai pajak pada Jumat (11/8) akhir pekan kemarin. Hal ini juga dilakukan oleh Kantor Pajak Pratama (KPP) Mataram Timur. Dipimpin langsung oleh Kepala KPP-nya, Teguh Imam Basuki. KPP Mataram Timur melaksanakan kegiatan Pajak Bertutur ini di lima sekolah yaitu SMAN 1 Gerung, SMAN 1 Gunung Sari, SMPN1 Gerung, SMPN 1 Gunung Sari dan SDN 3 Narmada. Seluruhnya dilaksanakan di Kabupaten Lombok Barat. Kegiatan Pajak Bertutur ini salah satunya diikuti sangat antusias oleh siswa-siswi di SMPN 1 Gunung Sari. Selama satu jam, pegawai pajak KPP Mataram memberikan pemahaman secara garis besar tentang apa itu pajak, dari mana asalnya, dan kemana pajak dimanfaatkan. Kegiatan ini mendapat respon yang sangat baik dari pihak sekolah. Kepala Sekolah SMPN 1 Gunung Sari, H. Abdul Gani. S.Pd secara terbuka menyampaikan ucapan terimakasihnya, kepada KPP Mataram Timur yang memilih sekolahnya sebagai tempat berbagi ilmu tentang perpajakan. Dengan harapan, para siswa siswinya akan mendapat pemahaman tentang bagaimana pajak itu sesungguhnya. “Tanpa pajak, pembangunan Indonesia tak akan seperti ini. Karena itu, semua kita harus sadar, pajak itu dari kita, oleh kita dan untuk kita,” ujarnya. Kepala KPP Mataram Timur, Teguh Imam Basuki memaparkan betapa pentingnya pajak bagi kelangsungan pembangunan di Indonesia ini. Sebanyak 75 persen APBN dan APBN disumbang oleh pajak. Pajak kemudian didistribusikan dalam berbagai kegiatan di seluruh sektor, dana BOS untuk pendidikan, sarana dan prasarana kesehatan, infrastruktur. Karena itu, kewajiban bagi semua elemen masyarakat untuk sadar membayar pajak. Jika penerimaan pajak tak tercapai, Teguh mengatakan anggaran yang dikucurkan oleh pemerintahpun akan berkurang. Kegiatan Pajak bertutur merupakan kegiatan mengajar yang dilaksanakan oleh unit kerja DJP kepada sekolah SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Budaya pajak menurutnya harus ditanamkan sejak dini untuk membentuk karakter generasi bangsa yang cinta tanah air dan bela negara melalui kesadaran melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan. DJP Nusa Tenggara sudah mencanangkan program edukasi sadar pajak dengan menggandeng Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Inklusi Kesadaran Pajak dalam Kurikulum Pendidikan Dasar Menengah) serta Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Inklusi Kesadaran Pajak dalam Kurikulum Pendidikan Tinggi). Tujuan Pajak Berutur dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang peran dan manfaat pajak dalam pembangunan. Memberikan penyadaran kepada tenaga pendidik dan kependidikan tentang program edukasi kesadaran pajak dalam pendidikan yang akan dilakukan oleh Kementerian Keuangan melalui DJP bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kemenristek dan Pendidikan Tinggi. Selain itu memberikan penyadaran tentang program edukasi sadar pajak dalam pendidian kepada seluruh pegawai lingkungan DJP.(bul/*)

Kemilau ’’Emas Hijau’’ Antara Pesimisme dan Harapan Dari Hal. 1 Belum lagi, petani tembakau harus pasrah dengan harga beli yang sangat murah. Meski tembakau yang dihasilkan adalah tembakau virginia yang merupakan salah satu jenis tembakau dengan kualitas terbaik di dunia. Di akhir bulan Juli hingga awal Agustus 2017 lalu, petani tembakau di Pulau Lombok dihadapkan dengan cuaca yang tidak menentu. Jika seharusnya, cuaca antara bulan Juli atau Agustus sudah memasuki musim kemarau atau musim yang paling bagus untuk menanam tembakau. Namun, hujan mengguyur secara sporadis di beberapa daerah. Bahkan, daerah Lombok Selatan yang selama ini jarang diguyur hujan antara bulanbulan itu, juga mengalami hal yang sama. Sementara di kawasan ini adalah lokasi penanaman tembakau terbanyak. Akibat hujan yang mengguyur sempat menggenangi areal tanaman tembakau saat itu membuat bahan baku utama rokok yang baru tumbuh menjadi layu. Sementara, tanaman tembakau tidak bisa tumbuh dengan baik, saat ada genangan air. Meski demikian, kondisi ini tidak menyurutkan semangat petani tembakau untuk terus menanam dan memelihara tanaman tembakaunya dengan baik hingga waktunya panen tiba. Kondisi ini membuat Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Lombok Timur, L. Sahabuddin merasa pesimis. Ia mengaku tipis harapan petani sukses tahun ini, melihat kondisi alam yang sangat sulit diprediksi. Apalagi belakangan cuaca kerap mendung dan ini sangat mengkhawatirkan petani. Selain itu, perusahaan–perusahaan mitra tahun ini kecenderungannya tak menerima tembakau berwarna cokelat. Padahal, petani sudah berusaha melakukan produksi dengan hasil maksimal. ‘’ Nah kalau perusahaan rata-rata me-reject tembakau cokelat, ke mana petani akan menjualnya? Petani sudah mulai jual tembakaunya,’’ tanyanya pada Ekbis NTB, pekan lalu. Menurutnya, warna tembakau yang cokelat lebih dipengaruhi karena faktor alam. Tembakau adalah komoditas perkebunan yang sangat sensitif terhadap air dan genangan. Apalagi, sudah memasuki masa-mana panen. Akan berpengaruh langsung pada kuali-

tas hasil oven. Persoalan non teknis ini tidak bisa dihindari oleh petani. Karena itu perusahaan diharapkan tak menutup mata dengan tembakau-tembakau warna cokelat. Persoalannya memang pengetahuan petani terhadap situasi iklim sangat minim. Karenanya, pemerintah didorong untuk mengalokasikan DBHCHT untuk kepentingan pembelajaran tentang iklim kepada petani tembakau. Selain itu, penting juga dana-dana sosial perusahaan untuk meningkatkan pengetahuan petani tentang situasi alam. ‘’Itu ranah yang belum pernah disentuh. Kita juga siap mendukung kegiatan pelatihan, selain pelatihan teknis usaha tembakau virginia,’’ demikian L. Sahabuddin. Karena itu juga, APTI mengharapkan pemerintah daerah melalui dinas teknis untuk lebih intens membangun komunikasi dengan petani belum terlambat. Agar petani bisa menyesuaikan diri dengan perubahan alam. Di sisi lain, semua pihak harus mengawal pembelian tembakau oleh perusahaan-perusahaan mitra. Tahun lalu harga top grade pembelian Rp 42.000 per Kg. Atau jika dirata-ratakan pembelian dari daun bawah sampai daun atas Rp 32.000 per kilo atau Rp 3,2 juta/ton. Musim tanam tembakau tahun 2017 ini terjadi pembengkakan biaya produksi, akibat tingginya harga-harga kebutuhan dan kenaikan bayar upah. Disusul hujan yang tidak bisa diprediksi, biaya yang dikeluarkan oleh petani semakin membengkak untuk pembuatan guludan agar lahan tanam tak tergenang. ‘’Karena itu, harga yang paling ideal tahun ini Rp 45.000 per Kg sampai Rp 50.000 per Kg untuk harga top grade. Di bawah itu, tentu kita khawatir untuk, selain biaya membengkak, produksi menurun dari biasanya. Bisa sampai 1,4 ton per hektar,’’ demikian L. Sahabuddin. Ia mendorong, untuk produksi tembakau virginia Lombok tahun ini, tidak hanya Dinas Pertanian dan Perkebunan yang menjadi leading sector-nya. Dinas Perdagangan dan Dinas Perindustrian diminta ambil bagian untuk ikut serta dalam tata niaga tembakau virginia. ‘’Belum terlambat, semua harus mengawal,’’ sarannya. Sementara Inaq Rahab, petani tembakau di Desa Pejanggik, Kecamatan Praya Tengah, Lombok Tengah tidak terlalu mempermasalahkan kondisi cuaca yang tidak me-

nentu belakangan ini. Meski tembakau yang ditanamnya di lahan seluas 1 hektar sempat diguyur hujan dan menyebabkan layu tidak menyurutkan semangatnya untuk memelihara tanaman tembakau. Dengan ketekunan dan ketelatenan, ia bersama pekerja lainnya berusaha memelihara agar tanaman tembakaunya tidak layu. Inaq Rahab mulai menanam tembakau usai bulan Ramadhan lalu. Itu artinya, tanaman tembakaunya masih membutuhkan waktu panjang agar siap dipanen. Untuk itu, kerja keras memelihara dan menjaga tembakau yang layu tidak mati terus dilakukan. Kepada Ekbis NTB, Kamis (10/ 8) lalu, Inaq Rahab mengaku yakin, saat cuaca membaik dan tidak hujan, tanaman tembakaunya akan kembali segar. Ia berharap tanaman tembakau yang sempat layu akan kembali tumbuh dan bisa dipanen. Apalagi sekarang ini, harga jual tembakau cukup menjanjikan bagi petani tembakau. Nantinya setelah panen, tembakau ini akan dibawa ke salah satu gudang di Lombok Timur untuk diproses lebih lanjut. ‘’Saya nggak tahu di mana dibawa, menantu saya yang jual semuanya. Harganya bisa Rp 3,5 juta/ timbang (100 Kg) sekarang,’’ tambahnya, seraya mengaku optimis harga tembakau cukup menjanjikan, walau cuaca sedang tidak bersahabat. Sementara di Dusun Mungkik, Desa Pandanwangi, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur, sebagian besar warganya adalah petani tembakau. Warga di dusun ini sudah menanam tembakau sejak lama. Bahkan, dengan saat musim tanam tembakau seluruh warga tidak ada yang tinggal diam di rumah atau menganggur di jalan. Rata-rata warga berada di sawah mengerjakan tanaman tembakaunya dan saat panen mereka memanaskan tembakau atau proses oven yang sudah dipetik. Hujan yang turun secara sporadis tidak menyurutkan semangat mereka menanam tembakau. Saat hujan turun, mereka dengan segera merawat tananam tembakaunya agar tidak mati terendam air hujan. Mereka bersyukur, hujan yang turun tidak terlalu lama, sehingga tidak berpengaruh terhadap tanaman tembakaunya. Namun, terkadang kalau hujan lama dan membuat tanaman tembakau tergenang, petani tembakau harus siap-siap rugi. Seperti diakui Inaq Nurjan-

3

nah dan Inaq Nurma, jika warga di dusun ini sibuk kerja di tempat oven tembakau atau di sawah. ‘’Tidak ada yang diam,’’ ujar Inaq Nurma. Apalagi proses peng-oven-an tembakau yang membutuhkan waktu sampai 1 minggu untuk membuat tembakau menjadi kering dan siap jual. Menurutnya, pekerjaan menanam tembakau tidak hanya digeluti oleh petani tembakau semata. Kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN) atau pekerja kantoran usai pulang kerja langsung mengurus tanaman tembakaunya. Belum lagi, anak-anak sekolah ikut membantu orang tua, meski hanya sekadar mengikat tembakau sebelum dimasukkan ke dalam oven. ‘’Mereka sudah pintar cari uang sendiri kalau musim tembakau. Mereka dibayar Rp 1.000 hingga 5 ribu setiap mengikat itu,” katanya. Jika tembakau sudah dipanen, tuturnya, bakal banyak pengepul dari mana-mana yang datang untuk beli. Para pengepul membeli tembakau petani dengan harga tergantung kelasnya. Jika kualitas tembakau tinggi, maka harga belinya juga tinggi. Sebaliknya, jika kualitas tembakau rendah, maka harganya juga lebih murah. ‘’Harganya bisa berkisar Rp 4 juta/timbang. Tapi itu belum dipilih kelasnya, kalau sudah dibedain nanti beda harganya tiap kelas,” tambahnya pada Ekbis NTB, Kamis (10/8) lalu. Meski demikian, risiko menanam tembakau cukup banyak. Selain masalah cuaca yang terkadang tidak menentu, biaya yang dibutuhkan banyak. Belum lagi, harga beli bibit, membayar upah pekerja, sewa lahan, biaya selama di-oven. Dalam hal ini, tambah Inaq Nurjannah, yang paling banyak membutuhkan pengeluaran adalah biaya oven tembakau. “Satu carry kayu sekarang harganya Rp 2-3 juta. Sedangkan kita butuh belasan carry untuk oven. Sementara selama proses di oven api harus tetap menyala agar panasnya merata. ‘’Kalau biaya merawat tembakau sih ndak banyak, tapi yang panen itu baru kita bayar orang. Sekarang bayarnya Rp 80 ribu/setengah hari untuk petik saja bagi yang laki-laki sampai pikul,’’ kata ujarnya. Ia menambahkan, jika petani tembakau harus mengeluarkan modal Rp 40 juta, mereka akan bisa mendatangkan keuntungan sebesar Rp 40 juta. Untuk itu, muncul anekdot di kalangan petani tem-

Serunya kegiatan Pajak Bertutur di SDN 3 Narmada

Foto bersama usai kegiatan Pajak Bertutur di SMPN 1 Gerung

Suasana kegiatan Pajak Bertutur di SMPN 1 Gunung Sari

Foto bersama usai kegiatan Pajak Bertutur di SMAN 1 Gunung Sari

Suasana kegiatan Pajak Bertutur di SMAN 1 Gerung

Tembakau Masih Menjanjikan bakau, jika ingin kaya, tanam tembakau, jika ingin miskin tanam tembakau. “Tetapi sekali kita untung dengan tembakau, kaya kita. Makanya dari tembakau ini saya bisa buat rumah, beli motor dan menyekolahkan anak,” ujarnya. Apalagi banyak warga desanya yang bisa naik haji, karena menanam tembakau. Namun, petani tembakau tidak selamanya hanya mendapat keuntungan. Kerugian justru didapat saat cuaca kurang bersahabat. Pihaknya bersyukur akibat hujan beberapa waktu lalu tidak menyebabkan tanaman tembakaunya rusak, karena hujan turun saat tembakaunya sudah besar. ‘’Kita rugi, kalau cuaca atau hujan yang mengguyur dalam jangka waktu cukup lama,’’ ujarnya. Tembakau Rajangan Mahal Di Lombok Timur, petani tidak hanya menanam tembakau untuk dijual ke perusahaan saja. Petani juga memproses tanaman tembakau dari jenis tertentu menjadi tembakau rajangan. Tembakau rajangan bagi petani tembakau cukup menjanjikan, karena harga jualnya lebih mahal. Belum lagi, petani bisa menjual langsung pada pembeli, karena bisa langsung digunakan untuk merokok. Baiq Muliati, salah satu petani tembakau rajangan di Gubuk Kecego Desa Waringin Kecamatan Suralaga, mengklaim, harga tembakau rajangan saat ini mengalami kenaikan. Di mana, dari sebelumnya harga per kuintal tembakau dijual seharga Rp 200.000. Namun, sekarang dapat dijual antara Rp 300.000 hingga Rp 325.000 per kuintal. Kurangnya petani tembakau rajangan menjadi penyebab meningkatnya harga “emas hijau” jenis tersebut. Hal senada disampaikan, Lalu Hatta. Untuk meraup keuntungan lebih besar lagi dari budidaya tembakau rajangan. Dirinya sering melakukan penjualan ketika harga tembakau rajangan mengalami kenaikan. Pasalnya, tembakau rajangan dapat disimpan hingga satu tahun lebih. Namun, ketika cuaca cerah, tembakau rajangan bisa kering setelah dijemur dua hari. Sementara kalau cuaca buruk, penjemuran tembakau membutuhkan waktu lama, yakni 4 hingga 5 hari. Selain itu, minimnya petani yang menanam tembakau jenis rajangan membuat ia tetap bersemangat menanam tembakau, karena tidak banyak pesaing. (uul/yon)

Dari Hal. 1 Karena tembakau sifatnya sensitif terhadap genangan. Apalagi kalau genangannya sampai berhari-hari,’’ ujarnya. Informasi cuaca ini, sebut kepala dinas, tetap dikoordinasikan dengan BMKG, selanjutnya diteruskan kepada para petani. penggunaan pupuk Urea juga dikurangi oleh petani. Pupuk jenis KNO3 yang diutamakan, sehingga saat hujan, tembakau diyakini lebih tahan. Lantas bagaimana soal harga pembelian? sampai saat ini belum dapat dijelaskan. Untuk penentuan harga pembelian ini, harus dilakukan terlebih dahulu rapat harga. Antara petani, perusahaan mitra, dan pemerintah daerah (Dinas Pertanian Perkebunan) sebagai pihak penengah. Tahun ini areal tanam tembakau Virginia mencapai 16.000 hektar, tak jauh beda dengan luas areal tanaman tahun 2016 lalu. Produksi juga diperkirakan tak jauh beda. Jika dirata-ratakan per hektar produksinya mencapai 2 ton, maka total produksi akan mencapai 32.000 ton. Atau jika dihitung produksi terendah selama lima tahun terakhir di bawah 2 ton per hektar rata-rata, perkiraannya produksi mencapai 27.000 ton. Seluruhnya akan diserap perusahaan. Tahun ini ada 17 perusahaan mitra yang siap menampung tembakau virginia produksi petani. Husnul Fauzi menguatkan keyakinan petani akan berhasil, selama petani mampu melakukan efisiensi produksi. Salah satu yang perlu ditekan adalah biaya sewa lahan. Maksimal disarankan Rp 5 juta per hektar. Lebih dari itu, apalagi sampai Rp 15 juta per hektar, tipis harapan keuntungan. Demikian juga untuk kegiatankegiatan lain diharapkan pengeluaran dapat ditekan. Berdasarkan sejarah yang dicatat oleh Dinas Perkebunan yang saat ini menjadi Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB, Pulau Lombok merupakan daerah penghasil tembakau, baik itu tembakau rajangan maupun tembakau Virginia Flue Cured. Tembakau rajangan ditanam oleh petani sejak zaman Belanda. Sedangkan penanaman dan pengembangan tembakau Virginia FC di Lombok dimulai akhir tahun 60-an oleh PT Faroka SA, secara berturutturut diikuti oleh PT BAT In-

donesia, PTP XXVII, PT GIEB, UD Tani Praya. Belakangan penanaman tembakau Virginia FC Lombok telah berkembang pesat, banyak diminati dan digunakan oleh sebagian besar industri rokok (kretek/putih). Rata-rata per tahun luas areal tembakau di Lombok berkisar antara 24-25 ribu hektar dengan produksi antara 35 – 45 ribu ton. Sejak awal pola pengembangan tembakau virginia FC di Lombok dilakukan melalui kerjasama antara petani dengan perusahaan, sedangkan model yang dikembangkan adalah Pola Basah (PT XXVII) dan Pola Kering (MGS=Master Growing Scheme). Sampai dengan tahun 1988 jumlah perusahaan yang beroperasi di Lombok baru 3 perusahaan yaitu PT BAT Indonesia, PTP XXVII dan PT Djarum. Selanjutnya pasca tahun 90-an mulai masuk perusahaan-perusahaan baru ( CV Trisno Adi, PT Tresno-Malang, PT Sadhana Arifnusa dan lainnya. Era Tahun 1990 sampai dengan tahun 2005 pelaksanaan Kemitraan berjalan cukup intensif dan efektif, namun pada perkembangannya (4-5 tahun terakhir) pelaksanaan kemitraan dirasa mulai mengalami kemunduran, dan hal ini dapat dilihat dari menurunnya Kualitas pembinaan (Pemda maupun pabrikan/ Pengusaha Tembakau). Dukungan permodalan baik oleh Lembaga Perbankan/ Perusahaan Mitra. Pengembangan tanaman tembakau pada lahan –lahan yang tidak sesuai untuk tanaman tembakau dan tidak terjamin pasarnya (dilematis). Menurunnya kualitas dan produktivitas secara umum. Diprediksi produksi tembakau bakal lebih meningkat dari tahun 2016 lalu. Menyusul adanya rencana perlakukan khusus untuk penanaman komoditas ‘’emas hijau’’ ini. Perlakukan khusus dimaksud, misalnya pemberian bantuan pupuk kepada kelompok tani yang diverifikasi, penggunaan benih khusus unggul yang dikembangkan di NTB. Potensi pengembangan tembakau di NTB mencapai seluas 50.000 hektar berdasarkan data BPS tahun 2007. Karena itulah menurut kepala dinas, diperlukan pengawalan yang dari hulu hingga hilir. Produksi tembakau tahun 2016 tercatat oleh 14 perusahaan mitra sekitar 30.000 ton, dengan luar panen 15.000 hektar.(bul)


Ekbis NTB Senin, 14 Agustus 2017

4

Industri Keuangan

Astra Group Konsisten Dukung Kelurahan Dasan Cermen Jadi Percontohan ASTRA Group pada 2020 mendatang bertekad akan menjadi perusahaan kebanggaan bangsa. Dedikasinya untuk negeri salah satunya diwujudkan melalui program “Kampung Berseri Astra”. Program ini dilaksanakan di beberapa provinsi di Indonesia, salah satunya di Provinsi NTB. Kelurahan Dasan Cermen Mataram terpilih untuk dibina dan didampingi menjadi kelurahan percontohan. Kampung Berseri Astra (KBA) pembinaannya mencakup empat pilar utama, Lingkungan (Bersih), Kesehatan (Sehat), Pendidikan (Cerdas) dan Pemberdayaan Ekonomi (Produktif). Astra Group ini terdiri dari gabungan delapan perusahaan, Asuransi Astra, United Tractors, FIF Group, Astra Motor, Permata Bank, ACC Finance, Trac, dan Astragraphia. Program KBA, telah dilaksanakan sejak 2016 lalu di 9 provinsi terpilih di Indonesia yaitu Sumut, Sumbar, Kalbar, Kaltim, DIY, NTB, Sulut, Sulsel dan Papua. Di Provinsi NTB, beberapa kegiatan KBA yang telah dilaksanakan di Dasan Cermen diantaranya, kegiatan awal mapping sosial, kick off & komitmen bersama pemangku kepentin-

gan, pembinaan pendidikan anak usia dini, pelaksanaan program melek baca tulis, peningkatan pendidikan muatan lokal. Membangun kegiatan penghijauan dalam pemukiman warga kelurahan dan pembinaan kader lingkungan, sanitasi lingkungan, pelatihan manajemen pengelolaan sampah serta pelatihan UMKM kelompok usaha kampung. Tahun 2017 ini, dilanjutkan dengan kegiatan di bidang pendidikan berupa pemberian beasiswa SD-SMA kepada 35 orang siswa (SD 15 orang, SMP 15 orang dan SMA 5 orang). Dengan rincian beasiswa SD Rp 480.000/ semester / orang, SMP Rp 630.000/semester/orang, dan SMA Rp 700.000/semester/orang. Kegiatan renovasi PAUD dan alat peraga serta perpustakaan, pengembangan budaya lokal. Sementara itu di bidang kewirausahaan, dilaksanakan pengembangan produk lokal, pelatihan UMKM Kelompok (bank sampah) dan pengembangan kampung industri. Di bidang lingkungan, dilakukan pengembangan bank sampah, sanitasi lingkungan, dan penghijauan (kebun mini).

Cicil Buku dan Stationery dengan Bunga Nol Persen BANYAK strategi pasar yang dilakukan toko buku dan stationery untuk mendongkrak penjualan. Misalnya Gramedia yang memberlakukan program cicilan bunga nol persen untuk pembelian buku dan stationery mulai Mei – Oktober 2017. Program cicilan bunga nol persen ini dengan menggunakan kartu kredit dari bank tertentu seperti BCA, Mandiri, BRI dan CIMB Niaga. Selain program cicilan bunga nol persen, ada pula promo diskon dengan menggunakan kartu kredit bank tertentu. Store Manager Gramedia Lombok Rochmat Sugiarto kepada Ekbis NTB mengatakan, pembelian barang dengan cicilan bunga nol persen dengan pilihan tenor 3, 6 atau 12 bulan. Respon pasar terhadap program ini dinilai cukup bagus, “ Ada sejumlah konsumen yang membeli buku atau stationery dengan kartu kredit dan mencicil,” ujarnya. Saat ini, jumlah penjualan buku di Gramedia Mataram cukup bagus terutama di bulan Juli dan Agustus karena merupakan tahun ajaran baru. Tidak hanya buku tulis dan buku sekolah yang banyak dibeli, namun sejumlah buku dengan tema anak-anak, buku agama dan buku fiksi masih terus menempati rangking pertama dalam pencarian konsumen. Peningkatan penjualan di Gramedia selama dua bulan ini sekitar 15 persen. “Namun sekarang ini yang tidak kalah larisnya adalah bukubuku terkait dengan kisi-kisi menjawab soal tes CPNS 2017. Mengingat beberapa Kementerian sedang membuka lowongan CPNS, maka buku yang berkaitan dengan soal tes CPNS juga banyak dicari,” kata Rochmat. Di Gramedia Mataram, jumlah buku yang terjual bisa mencapai 500 pcs per hari, begitu pula dengan penjualan stationery yang jumlahnya rata-rata 500 pcs per hari. Dari angka penjualan buku tersebut bisa terlihat bahwa minat baca masyarakat NTB secara perlahan mulai terjadi peningkatan. Selain karena kebutuhan, pembelian buku dan aneka stationery juga tergantung daya beli masyarakat. Dalam siklus satu tahunan, dari Januari sampai Maret biasanya penjualan barang tidak terlalu tinggi, karena kemungkinan dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang masih rendah di awal tahun. Setelah melewati awal tahun, penjualan buku biasanya terus naik seiring dengan naiknya daya beli masyarakat dan perputaran uang di dalam daerah lebih besar. Selain promo yang bersifat nasional, Gramedia juga memiliki promo yang bersifat lokal. Misalnya Gramedia Mataram memberlakukan program setiap pembelian barang senilai Rp 500 ribu, secara otomatis konsumen sudah menyumbang untuk program buku tulis yang akan diberikan kepada siswa kurang mampu yang membutuhkan buku tulis. Untuk memenuhi permintaan konsumen di Lombok Timur, Gramedia membuka cabang penjualan di Lombok Timur. Namun cabang disana tidak sebesar gerai yang ada di Mataram.” Kami sewa ruko disana untuk memenuhi permintaan pasar. Disana juga kami terima pesanan. Konsumen bisa membeli judul buku yang tidak ada disana, nanti akan dicarikan stok di Gramedia Mataram,” ujarnya.(ris)

Konsumen sedang memilih buku-buku baru di Gramedia Mataram

KUR TKI Harus Ditingkatkan PROVINSI NTB adalah salah satu daerah pengirim TKI terbesar di Indonesia. Kalangan perbankan terutama Bank Pembangunan Daerah (BPD) juga diharapkan ikut andil dalam mempermudah akses modal untuk keberangkatan ke negara tujuan dengan memberikan skema kredit bunga rendah. Salah satu yang bisa dilakukan dengan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) TKI. Wakil Ketua Komisi V Bidang Ketenagakerjaan DPRD NTB H.MNS Kasdiono kepada Ekbis NTB mengatakan, KUR TKI memang dibutuhkan oleh TKI untuk keberangkatannya ke negara tujuan atau setelah mereka kembali di kampung halaman untuk membangun usaha. KUR bagi TKI purna tugas sangat dibutuhkan agar mereka tidak lagi bergantung pada sektor kerja di luar negeri. “ Harus dong KUR TKI itu. Sekarang ini tahu tidak, apa kebanggaan yang kita wujudkan kepada mereka yang telah menghasilkan remitansi Rp 1,7 triliun.Bagaimana agar kita tidak terlena dengan volume kuantitas pengiriman yang besar, bagaimana agar pengriman TKI ini ditekan, bagaimana caranya ya dengan menciptakan lapangan usaha baru,” kata Kasdiono. Menurut Kasdiono, salah satu cara untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru yaitu dengan memanfaatkan dana remitansi. Namun sayangnya pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Koperasi dan UMKM NTB tidak memiliki database terkait TKI purna tugas yang memiliki usaha produktif kemudian membutuhkan suntikan dana. Padahal jika ada database itu, pemerintah daerah bersama perbankan akan lebih gampang mengarahkan kebijakan kredit bunga lunak untuk pengembangan usaha mereka. Sementara itu, Direktur Utama PT. Bank NTB H Komari Subakir mengatakan, Bank NTB belum memperoleh jatah KUR TKI dari pemerintah. Bank milik daerah ini baru mendapat KUR dari pemerintah untuk pembiayaan di sektor pertanian, peternakan dan kelautan. (ris)

Sedangkan di bidang kesehatan, ada Posyandu (perbaikan sarpras, pengembangan), program keluarga sehat, penyuluhan gizi, pelatihan kader kesehatan, promosi kesehatan, informasi bahaya HIV-AIDS. Kegiatan lainnya berupa kegiatan “Beriuk Mancing” yang akan dijadikan sebagai festival tahunan di Kelurahan Dasan Cermen. Astra Group menebar ikan di aliranaliran air sawah berlumpur, selanjutnya ditangkap menggunakan tangan beramai-ramai. Kelurahan Dasan Cermen terpilih di NTB, setelah dilakukan verfikasi secara profesional oleh tim pusat. Karena dianggap memenuhi ketentuan, memiliki lokasi yang strategis untuk pelaksanaan program CSR, memiliki potensi sosial yang baik (kemauan warga untuk maju dan memiliki tokoh penggerak), memiliki riwayat prestasi sebelumnya (lingkungan, budaya, pemberdayaan). Selain itu sudah ada program dari Astra Group yang telah terimplementasi di wilayah tersebut. Pada Minggu (13/8) kemarin, pelaksanaan program KBA, dilakukan peresmian renovasi PAUD Edelweiss di Kelurahan Dasan Cermen dan penyerah-

Penyerahan simbolis beasiswa Lestari Astra oleh Wakil Walikota Mataram, H. Mohan Roliskana (batik), di dampingi Korwil Astra Group NTB, Thomy Arga Budhi Pratomo (paling kiri).

Peresmian PAUD Edelweiss, oleh Wakil Walikota Mataram, H. Mohan Roliskana (tengah) didampingi Korwil Astra Group NTB, Thomy Arga Budhi Pratomo dan Lurah Dasan Cermen

an beasiswa Lestari Astra. Kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Walikota Mataram, H. Mohan Roliskana, dan jajaran di tingkat kecamatan dan kelurahan setempat. Kegiatan ini disambut antusias oleh lapisan masyarakat. Koordinator Wilayah Astra Group NTB, Thomy Arga Budhi Pratomo memimpin langsung kegiatan tersebut. Thomy dalam kesempatan itu tetap mengharapkan dukungan semua pihak, agar Dasan Cermen suk-

na mewakili pemerintah daerah menyampaikan rasa terimakasihnya, Astra Group melakukan berbagai kegiatan CSR yang berhubungan langsung dengan upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat, khususnya di Dasan Cermen. Kegiatan-kegiatan semacam itu juga berkontribusi besar mendukung pemerintah melakukan efisiensi anggaran dalam melaksanakan pembangunan. Sehingga kelurahan tak

ses menjadi kelurahan percontohan bagi kelurahan dan desa lainnya di provinsi NTB, bahkan di Indonesia. Kegiatan pendukung KBA, dilaksanakan festival “Beriuk Mancing Ikan” yang diharapkan tetap lestari sebagai kearifan lokal. Harapannya, festival ini dapat dijual sebagai paket wisata dan menjadi sumber pendapatan baru bagi kelurahan. Sementara itu Wakil Walikota Mataram, H. Mohan Roliska-

bergantung kepada anggarananggaran daerah dalam membangun manusianya. Ia menyampaikan ucapan terimakasihnya, Astra Group memperhatikan pendidikan anakanak usia dini untuk membentuk dasar-dasar manusia yang berkualitas di usia emasnya. “Terimakasih kepada Astra Group. Apa yg dilakukan tidak bisa dinilai secara kuantitatif. Saya pikir Astra memang benarbenar hadir di masyarakat,” demikian H. Mohan.(bul)

Baru Capai Rp 479 Miliar, Penyaluran KUR Dinilai Lamban PENYALURAN Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Provinsi NTB dinilai masih lamban. Data dari Sistem Informasi Kredit Program (SIKP) menunjukkan, penyaluran KUR di NTB sampai dengan tanggal 31 Juli 2017 baru mencapai Rp 479,9 miliar. Jika dibandingkan dengan tahun lalu, penyaluran KUR dengan bunga 9 persen per tahun ini mencapai angka Rp 1,97 triliun. “ Dihitung lamban karena ini sangat berbeda jauh dengan angka yang bisa kita realisasikan di tahun yang lalu yang mencapai angka Rp 1,97 triliun. SIKP memperlihatkan itu,sedangkan KUR tahun ini baru terealisasi Rp 479 miliar. Ini sudah pertengahan Agustus, saya boleh beropini bahwa penyaluran KUR tahun ini terlalu lamban,” kata Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTB, Taukhid, SE, M.Sc. IB, MBA kepada Ekbis NTB pekan kemarin. Dari data SIKP terlihat, ada 12 bank penyalur KUR di NTB baik penyalur KUR mikro, ritel serta KUR TKI. Ke 12 bank tersebut yaitu BRI, Bank Mandiri, BNI, Bank NTB, BRI Syariah, BCA, BPD Bali, BPD NTT, Mybank, Bank Arta Graha Int, Bank

Sinarmas dan CTBC Bank. KUR mikro yang sudah tersalurkan sebanyak Rp 298 miliar, KUR ritel sebesar Rp 179 miliar serta KUR TKI sebesar Rp 2 miliar. Jumlah debitur KUR di NTB saat ini sebanyak 18,851 debitur. Jika dilihat dari realisasi KUR per wilayah, Kabupaten Lombok Timur menjadi kabupaten yang paling banyak menerima KUR dengan jumlah realisasi sebesar Rp 100 miliar hingga akhir Juli kemarin. Selanjutnya Kabupaten Lombok Tengah dengan jumlah Rp 80,5 miliar dan daerah yang paling sedikit menerima KUR adalah Kota Bima dengan jumlah Rp 10,7 miliar. Data realisasi KUR per wilayah sesuai dengan jumlah penduduk satu kabupaten kota. Sedangkan realisasi KUR berdasarkan sektor hingga 31

Bank NTB Kembangkan Agen Laku Pandai PT Bank NTB terus mengembangkan program Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif atau Laku Pandai dengan menambah jumlah agen di seluruh wilayah NTB. Saat ini BPD NTB ini memiliki lebih dari 60 agen yang melayani nasabah dengan beragam fitur yang menarik. Tak hanya menambah jumlah agen, keahlian mereka juga ditingkatkan melalui pelatihan. Direktur Utama PT. Bank NTB H Komari Subakir kepada Ekbis NTB pekan kemarin mengatakan, Bank NTB berupaya meningkatkan tabungan masyarakat melalui sejumlah strategi pasar, salah satunya melalui Laku Pandai ini. Fasilitas yang ada di bank milik daerah ini tidak boleh tertinggal dari fasilitas dan teknologi yang dimiliki perbankan lainnya. “Itu semua strateginya kaitannya untuk meningkatkan tabungan seperti yang kami utarakan, kami akan terus meningkatkan DPK (Dana Pihak Ketiga) ritel, disitu ada tabungan dan deposito ritel. Jadi orang yang mau nabung, tentunya fasilitas tidak boleh ketinggalan dengan bank lain. Kami sebagai BPD terus berupaya, apa yang dimiliki oleh bankbank di Jakarta kami harus punya,” kata Komari. Awalnya, program Laku Pandai ini memiliki kendala dalam hal teknologi jaringan berupa masih banyaknya wilayah di NTB yang blank spot atau wilayah tanpa jaringan selular. Namun sekarang kendala tersebut sudah bisa teratasi. Kemampuan agen Laku Pandai tidak sama karena latar belakang mereka bermacam-macam. Karena itu kegiatan edukasi terus dilakukan agar mereka bisa melayani nasabah dengan baik dan sesuai dengan standar yang ada. “Kaitannya dengan pengetahuan dan skil agen terus kita ajarkan. Tidak ada masalah, kalau belum familier dengan teknologi kan susah, namun lama-lama bisa,” katanya. Fitur Laku Pandai Bank NTB pada dasarnya sama dengan Laku Pandai milik perbankan yang lain seperti setor tunai, tarik tunai, transfer dan lainnya. Produk Laku Pandai di Bank NTB sudah dimulai akhir tahun 2016 lalu dengan meluncurkan produk ini pertama kali di Desa Keru, Kabupaten Lombok Barat. Laku Pandai adalah inisiasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memperluas layanan keuangan perbankan melalui agen di desadesa. Masyarakat yang ingin menjadi nasabah Laku Pandai Bank NTB cukup memberikan informasi ke agen berupa informasi di TKP dan nomor telepon genggam. Selaku Ketua Umum Forum Komunikasi Lembaga Jasa Keuangan Daerah untuk wilayah NTB, Komari Subakir memiliki program yang kaitannya dengan literasi keuangan pada semester II tahun 2017 ini. Bersama dengan bank, asuransi dan lembaga keuangan lainnya, forum ini membuat program untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. (ris)

Juli 2017 terlihat sektor perdagangan besar dan eceran menjadi penerima KUR terbesar dengan angka Rp 308 miliar dengan jumlah debitur sebanyak 11,584 debitur. Selanjutnya KUR paling banyak mengalir ke sektor pertanian, perburuan dan kehutanan dengan jumlah akad Rp 83 miliar dengan jumlah dibitur sebanyak 4,316 debitur. Sementara sektor industri pengolahan dengan jumlah akad sebesar Rp 34 miliar dengan jumlah debitur sebanyak 1,162 debitur. Selanjutnya Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan NTB mencatat terjadi perbedaan data realisasi KUR antara data SIKP dengan data yang disodorkan oleh perbankan. Versi perbankan dari hasil rekonsiliasi per tanggal 6 Juli 2017 menunjukkan, realiasasi KUR di perban-

kan mencapai angka Rp 972,9 miliar. Sedangkan versi SIKP per tanggal 6 Juli, realisasi KUR di wilayah NTB baru mencapai angka Rp 410 miliar. Misalnya di BRI, realisasi KUR versi SIKP sebesar Rp 256,9 miliar per 30 Juli, namun di data bank tersebut menunjukkan angka yang jauh lebih tinggi yaitu Rp 744,5 miliar. Begitu pula di BPD Bali, versi SIKP data realisasi KUR sebesar Rp 5,4 miliar, sementara versi BPD Bali sebesar Rp 10 miliar lebih. Mengapa terjadi perbedaan data yang cukup signifikan? Taukhid mengatakan, versi SIKP tidak semua KUR yang disalurkan oleh perbankan itu masuk dalam kategori KUR sesuai dengan kreteria dalam SIKP. Untuk menyelesaikan perbedaan data ini akan dilakukan komunikasi lebih lanjut dengan pihak perbankan selaku penyalur KUR. “ Jadi kelihatannya ada penyaluran-penyaluran yang sea-

Taukhid kan-akan menggunakan skema KUR, padahal itu tidak memenuhi syarat untuk KUR. Nah ini mungkin implikasinya, makanya nanti kami akan konfirmasi lebih lanjut, bunganya apakah mau ditanggung atau tidak oleh negara, kalau ternyata itu tidak dianggap KUR oleh SIKP. Ini mungkin yang akan menjadi masalah,” katanya.(ris)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.