MINGGUAN TERBIT SEJAK 15 AGUSTUS 2016 E-mail: ekbisntb@gmail.com
SENIN, 14 MEI 2018
Ekbis NTB
4 HALAMAN NOMOR 32 TAHUN KE 2 TELEPON: Iklan/Redaksi/ Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
Kekuatan Ekonomi dan Dunia Usaha NTB
Sheraton Sediakan Menu Timur Tengah di Bulan Ramadhan
Hingga April, KUR dan UMI Baru Tersalur Rp 234 Miliar
TERINSPIRASI oleh suasana Ramadhan di Timur Tengah, tahun ini, Sheraton Senggigi Beach Resort menawarkan pengalaman berbuka puasa yang berbeda. Disediakan tempat di Bawang Putih Restaurant, para pengunjung dapat menikmati beragam sajian khas Timur Tengah seperti Arabic Fattoush Salad, Matbucha, Biryani Avdijaj, Arabian Chicken Kabsa serta makanan penutup seperti Qudrat Qadir atau Om Ali. Halaman 2
REALISASI penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Ultra Mikro (UMI) di Provinsi NTB hingga 30 April 2018 sebesar Rp 234,3 miliar dengan 8.874 orang debitur. Dari seluruh kabupaten kota di NTB, Kabupaten Lombok Tengah yang paling besar menerima KUR dan UMI mencapai Rp 48,3 miliar dengan 1.786 orang debitur. Halaman 4
CARI KERJA Sejumlah lulusan perguruan tinggi sedang melamar kerja di bursa kerja yang digelar BLK NTB akhir pekan kemarin.
Dilema Sarjana, Sulitnya Mencari Pekerjaan
Di tengah zaman yang semakin canggih, persaingan mendapatkan pekerjaan pun menjadi semakin ketat. Para penyedia (user) juga semakin selektif dalam mencari pekerja. Sehingga tidak jarang mereka mencantumkan pengalaman sebagai salah satu persyaratan dalam menjaring calon pekerja. Hal ini membuat lulusan perguruan tinggi tidak berdaya. Akibatnya, lulusan perguruan tinggi, baik S1, D I dan D II tercatat sebagai banyak jumlah pengangguran di NTB. SULITNYA mencari pekerjaan di NTB dirasakan Riza Laksitadevi, lulusan Biologi Murni Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah. Riza yang baru pindah 2 bulan ke Mataram mengikuti suami mengaku lapangan pekerjaan di NTB sulit diperoleh terutama bagi jurusannya. “Mungkin karena di sini tidak ada pabrik ya. Makan-
ya sulit sekali mencari kerja. Soalnya di Jawa, jurusan saya ini kebanyakan bekerja di pabrik terutama untuk laboratoriumnya,’’ terang Riza pada Ekbis NTB, Jumat (11/5). Sebelum pindah dan menikah, dulunya dia sempat bekerja di kota kelahirannya, Kudus yang memang dikenal sebagai kota rokok dengan pabrik-pabrik rokok tersebar di kotanya. Sedangkan saat pindah ke Lombok, ia sudah berusaha mencari pekerjaan di sini, tetapi nasib baik belum datang padanya. ‘’Padahal jurusan saya bisa bekerja di berbagai bidang, tetapi memang di sini sulit sekali. Kalau ada lowongan, mereka sudah menuliskan spesifik jurusan apa yang dicari,’’ tuturnya. Berbekal pengalaman kerja yang dimilikinya dulu, ia yakin nantinya akan menemukan pekerjaan yang cocok, sesuai dengan minatnya. Keputusannya untuk bekerja juga didukung oleh suami dan mertuanya yang menyarankan dirinya mengikuti job fair beberapa waktu lalu. “Malahan mereka yang kasih tahu infonya. Semoga di sini ada yang diterima dari lamaran yang saya masukkan,” harap Riza.
Bersambung ke hal 2
ADA sejumlah faktor yang menyebabkan banyaknya lulusan pendidikan diploma dan sarjana strata satu (S1) yang masih nganggur. Salah satunya adalah masih tingginya orientasi lulusan perguruan tinggi untuk bekerja di lingkungan pemerintahan dan menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) atau Pegawai Negeri Sipil (PNS). Selain itu, kurikulum di perguruan tinggi masih banyak yang belum membekali mahasiswanya dengan skill yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Hal itu disampaikan Sekretaris Komisi V Bidang Tenaga Kerja DPRD NTB, M. Hadi Sulthon, S.Sos., kepada Ekbis NTB mengomentari masih tingginya jumlah pengangguran terdidik di NTB. Karena berdasarkan data BPS NTB, berdasarkan tingkat pendidikan pada bulan Februari 2018, jumlah lulusan diploma yang menganggur menduduki peringkat tertinggi yaitu 9,13 persen, sementara lulusan perguruan tinggi sebesar 7,55 persen.
Bersambung ke hal 2
(Suara NTB/ris)
Jangan hanya Berorientasi Jadi PNS
Perguruan Tinggi Jadi Pencetak Pengangguran Tertinggi CATATAN rutin Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi NTB biasanya didominasi oleh mereka jebolan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Terakhir keadaannya berbeda, justru lulusan Perguruan Tinggi menjadi penyumbang terbesar pengangguran di NTB. BPS Provinsi NTB baru-baru ini merilis, jumlah angkatan kerja NTB pada Februari 2018 sebanyak 2.459.021 orang, meningkat 62.852 orang dibanding Agustus 2017 (semester lalu) dan turun 61.653 orang dibanding Februari 2017 (setahun yang lalu). Penduduk yang bekerja pada Februari 2018 sebanyak 2.375.811 orang, naik 59.091 orang dibanding keadaan semester lalu dan berkurang 47.639 orang dibanding keadaan setahun yang lalu.
Endang Tri Wahyuningsih
(Ekbis NTB/dok)
Disnakertrans akan Koordinasi dengan Perguruan Tinggi
H. Wildan
TINGGINYA angka pengangguran yang berasal dari lulusan diploma maupun sarjana (S1) pada sekarang ini tidak terbantahkan. Menurut Pemerhati Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram, Syafril, M.Pd., masih tingginya pengangguran dari kalangan terdidik ini diakibatkan berbagai hal. Salah satunya berdasarkan riset, se(Ekbis NTB/uul) Syafril makin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin rendah tingkat kemandiriannya. Hal ini disebabkan orientasi alumni perguruan tinggi maupun diploma yang cenderung hanya pada satu pilihan saja, yaitu PNS. “Seakan-akan PNS itu merupakan suatu pekerjaan yang diakui negara dan menjanjikan. Padahal itu merupakan pola pikir yang membuat alumni ini pikirannya terpenjara dan akhirnya menjadi pengangguran,” jelasnya pada Ekbis NTB, Kamis (10/5). Pola pikir inilah yang membuat perguruan tinggi mengubah mindset pembinaan mahasiswanya dengan tidak lagi diarahkan untuk menjadi PNS semata, tetapi ada juga kompetensi pendukung. Yakni bakat dan minat yang dimiliki mahasiswa tersebut yang disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja. Sehingga saat mereka lulus nanti mereka bisa mandiri dan tidak tergantung lagi dengan negara. Syafril mengatakan, jika lulusan ini hanya bergantung menjadi PNS semata, negara tidak akan mungkin menyediakan lapangan pekerjaan sebanyak jumlah angkatan kerja yang muncul di tiap tahunnya. Sulitnya mencari lapangan pekerjaan yang sesuai dengan jurusan yang diambil saat kuliah,
Lulusan Sarjana Banyak Ditolak Ikut Pelatihan
M. Hadi Sulthon
dari lulusan SMK, menurut kepala dinas, tidak lepas dari banyaknya kegiatan-kegiatan fasilitasi dunia kerja dengan pencari kerja oleh pemerintah, dan stakeholders. Salah satunya, melalui kegiatan bursa kerja/job fair yang rutin dilaksanakan setiap tahun. Bahkan, tahun ini akan dilaksanakan tiga kali, dua kali bursa kerja ini telah dilaksanakan. Bursa kerja juga diharapkan pemerintah kabupaten/kota melaksanakannya, sehingga kesempatan kerja dibuka merata untuk pencari kerja yang tinggal di desa-desa. Yang dikatakan kepala dinas ini ada berkorelasi langsung dengan pelaksanaan bursa kerja yang dilaksanakan selama dua hari pekan kemarin di BLK NTB di Dasan Cermen, Mataram. Sebanyak 40 perusahaan ambil bagian, menyediakan lowongan untuk 2000-an karyawan. Terdiri dari perusahaan penyedia berbagai jenis
Harus Berpikir Kreatif
Bersambung ke hal 2
Bersambung ke hal 2
KEADAAN berbalik, lulusan Perguruan Tinggi (PT) mencetak sejarah mendominasi pengangguran terbuka di Provinsi NTB berdasarkan rilis terbaru Badan Pusat Statistik (BPS). Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi NTB pun berencana akan berkoordinasi dengan Perguruan Tinggi. Rilis terbaru BPS menunjukkan, pengangguran terbuka NTB dari lulusan SMK mengalami penurunan. Ada apa? Kenapa justru lulusan perguruan tinggi yang notabene adalah lulusan-lulusan siap kerja, justru dikalahkan oleh lulusan sekolah setingkat SMA? Kepala Dinas Nakertrans Provinsi NTB, Drs. H. Wildan juga mempertanyakan, mengapa bisa demikian? “Karena itulah kita akan berkoordinasi dengan perguruan tinggi, mau dikemanakan lulusannya,’’ tanya Wildan. Berkurangnya jumlah pengangguran
(Ekbis NTB/bul)
jasa, industri keuangan, pariwisata (perhotelan) , telekomedia dan transportasi. Mereka yang datang melamar, dominan adalah lulusan SMK. ‘’Termasuk kegiatan LKS yang dilaksanakan di LCC (Lombok City Center) juga bagian dari upaya menekan angka pengangguran bagi lulusan SMK. Mereka yang unggul ini nantinya akan diserap langsung oleh dunia kerja,’’kata Wildan. Sementara, lulusan Peguruan Tinggi, yang dilihatnya banyak jurusan yang justru tidak sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Karena itulah, H. Wildan mengatakan, selain melakukan koordinasi dengan perguruan tinggi, bahkan akan mengkoordinasikannya dengan pemerintah pusat, Disnakertrans menyediakan fasilitas pelatihan dan sertifikasi kepada semua lulusan.
Bersambung ke hal 2
TINGGINYA minat sarjana lulusan perguruan tinggi yang mendaftar di Balai Latihan Kerja (BLK) NTB diakui Kepala BLK NTB, Hj. Wilujeng. Menurutnya, setiap BLK membuka pendaftaran, banyak di antaranya merupakan lulusan S1 dan Diploma. “Banyak di antara mereka yang kita tolak, karena kita memang memprioritaskan untuk lulusan yang belum bisa IT. S1 kan pasti sudah paham komputer,” terangnya kepada Ekbis NTB, Jumat (11/5). Pelatihan di BLK, imbuh Wilujeng, memang diprioritaskan bagi peserta kurang mampu. Artinya peserta yang pengangguran dengan tingkat pendidikan SMA/SMK dan berasal dari keluarga kurang mampu itu yang menjadi pilihan BLK untuk dilatih. “Yang lulusan S1 kita tolak bahkan sampai 20% dari peserta pelatihan yang mendaftar,” terangnya. Dari segi tes, ujarnya, mereka lulus tetapi melihat persyaratan yang berasal dari keluarga kurang mampu di situ juga menjadi pertimbangan. Sebab pemerintah memberikan fasilitas gratis untuk pelatihan, konsumsi dan sertifikasi. Selama menjalani proses pelatihan di BLK NTB, seluruhnya ditanggung pemerintah. Bahkan dialokasikan untuk biaya transportnya. “Kemudahan yang disediakan pemerintah ini, untuk memperkuat SDM-SDM lokal menghadapi persaingan,” demikian Hj. Wilujeng. Ia menambahkan setelah peserta mengikuti pelatihan di BLK, maka akan langsung mengikuti uji kompetensi, karena BLK sudah memiliki tempat uji kompetensi sendiri. Uji kompetensi ini penting untuk membekali para peserta dengan kompetensi yang memadai. Tahun 2018 ini, BLK NTB akan melatih sebanyak 1.008 yang tergabung di 63 paket pelatihan. 1.008 orang ini mencakup lebih dari 10 jurusan yang tersedia di BLK NTB. Ada menjahit, otomotif, perkantoran,
Bersambung ke hal 2