Edisi Senin,12 Maret 2018 | Ekbis NTB

Page 1

MINGGUAN TERBIT SEJAK 15 AGUSTUS 2016 E-mail: ekbisntb@gmail.com

SENIN, 12 MARET 2018

Ekbis NTB

4 HALAMAN NOMOR 24 TAHUN KE 2 TELEPON: Iklan/Redaksi/ Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257

Kekuatan Ekonomi dan Dunia Usaha NTB ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Mantan TKI Jadi Eksportir Kopi DARI TKI Korea, kini ia menjadi bos kopi. Pemahamannya tentang kopi sepertinya tak dangkal. Walhasil, tinggal menunggu sepucuk kertas, jadilah ia eksportir kopi pertama di NTB. Ini kisah tentang Lalu Thoriq. Ia adalah cermin dari mantan TKI yang pandai melihat peluang. Merintis karir hingga ia ketemu titik nadir, menikmati perannya kini sebagai bos kopi. Halaman 2

Bersama Membangun Negeri Melalui Kampung KB di Inspiratif Expo KEPALA Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) NTB Dr. Drs. Lalu Makripuddin terus berusaha optimal agar masalah Keluarga Berencana (KB) menjadi prioritas banyak pihak di NTB, mulai dari instansi pemerintah provinsi, kabupaten, kecamatan hingga pemerintah desa. Adanya dukungan dari Pemprov NTB berupa Peraturan Gubernur (Pergub) Tentang Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), khususnya Kampung KB membuat jajaran Perwakilan BKKBN NTB mudah dalam melaksanakan tugas di lapangan. Termasuk dari pemerintah kabupaten hingga pemerintah desa. Halaman 4

(Ekbis NTB/uul) (Ekbis NTB/bul)

Disumbang Pengangguran Terdidik PELATIHAN - Selesai sekolah, banyak lulusan SMA/SMK atau perguruan tinggi mengikuti pendidikan dan pelatihan di BLK. Mereka mengambil jurusan atau keterampilan sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Selesai di BLK mereka kemudian membuka usaha atau mendaftar di perusahaan yang sesuai dengan keterampilan yang dimiliki.Sementara nampak para pencari kerja mencari kerja di Bursa Kerja yang digelar oleh pemerintah bersama perusahaan yang membuka lowongan di Mataram Mall (kanan).

Angka Setengah Pengangguran yang Mengkhawatirkan Angka Pengangguran Masih Tinggi, Apa Kabar Program WUB? JUMLAH pengangguran di Provinsi NTB masih fluktuatif atau turun naik di bulanbulan tertentu. Pada tahun 2017 lalu, jumlah pengangguran di NTB tercatat sebanyak lebih dari 97 ribu orang. Turun naiknya jumlah pengangguran di NTB turut dipengaruhi oleh banyaknya masyarakat yang bekerja musiman. Selain itu, munculnya angkatan kerja baru tak seluruhnya mampu terserap di pasar kerja. Sekretaris Komisi V Bidang Tenaga Kerja DPRD NTB M Hadi Sulthon kepada Ekbis NTB mengatakan, untuk mengatasi pengangguran ini, ada sejumlah upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah. Selain menggelar bursa kerja secara rutin, pemerintah daerah juga harus mendorong masyarakat untuk berwirausaha. Karena itu program penciptaan wirausaha baru (WUB) yang dicetuskan Pemprov NTB mestinya dilakukan dengan serius dan tepat sasaran. “ Program puluhan ribu wirausaha baru yang digaungkan Pemprov NTB masih jauh dari harapan,” katanya. Program penciptaan wirausaha baru sesungguhnya memiliki dampak yang signifikan untuk menurunkan angka pengangguran jika program ini dilakukan dengan terukur dan tepat sasaran. Selain memberikan pelatihan kepada angkatan kerja, mereka juga diberikan peralatan untuk melanjutkan usahanya. Tak cukup sampai di sana,

Bersambung ke hal 3

M Hadi Sulthon (Ekbis NTB/dok)

Klaim Pemprov NTB melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) NTB yang berhasil menekan jumlah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) masih dipertanyakan. Pasalnya dari posisi angka terakhir 79.000 TPT pada Agustus 2017 sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS), nyatanya pekerja setengah menganggur justru trennya naik. Pemerintah daerah tak boleh abai. TPT memang bergerak turun dari 3,94 persen pada Agustus 2016 menjadi 3,32 persen pada Agustus 2017. Di mana, TPT di perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding TPT di perdesaan. Pada Agustus 2017, TPT di perkotaan sebesar 4,52 persen, sedangkan TPT di perdesaan hanya 2,32 persen. ‘’Dibandingkan setahun yang lalu, terjadi penurunan tingkat pengangguran TPT di perdesaan sebesar 1,50 persen poin sedangkan di perkotaan TPT naik sebesar 0,42 persen poin,’’’ ungkap Kepala BPS NTB, Endang Tri Wahyuningsih pada Ekbis NTB pekan kemarin. Menurutnya, jumlah Angkatan Kerja NTB pada Agustus 2017 sebanyak 2.396.169 orang, turun 124.505 orang dibanding Februari 2017 (semester lalu) dan turun 68.162 orang dibanding Agustus 2016 (setahun yang lalu).

K o mponen pembentuk angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran. Penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 sebanyak 2.316.720 orang, turun 106.720 orang dibanding keadaan semester lalu dan berkurang 50.590 orang dibanding keadaan setahun yang lalu. Sementara itu, jumlah pengangguran sebanyak 79.449 orang, mengalami penurunan sekitar 17.775 orang dibanding semester lalu dan berkurang sebanyak 17.572 orang dibanding setahun yang lalu. Masih menurut Endang, berdasarkan rekam datanya. Berdasarkan lapangan pekerjaan utama pada Agustus 2017, penduduk NTB paling banyak bekerja pada sektor pertanian yaitu sebanyak 829.637 orang (35,81 persen).

Endang Tri Wahyuningsih (Ekbis NTB/dok)

Bersambung ke hal 3

Disnakertrans Klaim Indikator Menekan Pengangguran Tercapai BICARA pengangguran tak akan ada habisnya. Selama populasi penduduk terus naik. Saat ini jumlah pengangguran di NTB tersisa sebanyak 79.000 berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB pada Agustus 2017. Angka pengangguran menurut klaim pemerintah daerah, khususnya Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) NTB telah memenuhi target. Bahkan sebelum waktu yang ditentukan. Hingga berakhirnya masa kepemimpinan Dr. TGH. M. Zainul Majdi bersama H. Muh. Amin, SH., MSi., akhir 2018 ini, pengangguran ditargetkan tersisa 4,6 persen. Nyatanya, saat ini pengangguran sudah ditekan sampai 3.32 persen, sesuai data BPS. H. Wildan ‘’Semoga angka pengangguran tidak bertambah lagi. Semoga tak

terjadi gejolak cuaca dan persoalan ekonomi,” kata Kepala Disnakertrans Provinsi NTB, Drs. H. Wildan pada Ekbis NTB belum lama ini. “Tapi target sudah dilampaui dari waktu yang direncanakan sampai berakhirnya masa kepemimpinan bapak gubernur,” klaimnya. Dalam menekan pengangguran, khususnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) ada beberapa upaya yang dilakukan. Di antaranya, melalui dukungan anggaran APBN dan APBD 2018 ini, dilaksanakan program langsung misalnya, mempekerjakan langsung masyarakat dengan memberikan pelatihan menjadi pekerja mandiri. Misalnya pelatihan untuk ibu rumah tangga agar menjadi produktif. (Ekbis NTB/dok)

Bersambung ke hal 3

Tamat Kuliah, Sulitnya Mencari Kerja MALU, itulah perasaan banyak lulusan sekolah kejuruan atau kuliah di perguruan tinggi bergengsi, jika harus menganggur. Belum lagi harus melihat besarnya biaya yang dikeluarkan orang tua untuk biaya kuliah. Tapi, begitu tamat kuliah ternyata pekerjaan begitu sulit diperoleh. Tak heran, jika melihat data Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Agustus 2017, jumlah pengangguran di NTB tersisa sebanyak 79.000. Jumlah ini terus bertambah, karena setiap tahun banyak perguruan tinggi baik ngeri dan swasta di NTB dan luar daerah yang meluluskan ribuan sarjana baru. Sementara pasangan Dr. TGH. M. Zainul Majdi bersama H. Muh. Amin, SH., MSi., akhir 2018 ini, menar-

getkan pengangguran tersisa 4,6 persen. Sementara, saat ini pengangguran konon sudah ditekan sampai 3,32 persen. Di satu sisi, harus diakui tingginya angka angkatan kerja di NTB yang mencapai puluhan ribu merupakan dilema bagi para pencari kerja memperebutkan lowongan kerja di perusahaan maupun instansi. Banyaknya pesaing, membuat calon penarcari kerja yang mulai berpikir untuk mengasah kemampuan diri atau mencoba berusaha sendiri agar bisa mendapatkan penghasilan setiap harinya. Seperti yang diungkapkan oleh Wilia Agustiani yang sudah beberapa tahun ini berkutat mencari pekerjaan. Perempuan 23 tahun ini mengatakan setelah

lulus SMA beberapa tahun lalu, ia memang langsung bekerja di salah satu retail modern di Kota Mataram tetapi setelah 3 bulan bekerja ia memutuskan berhenti. ‘’Saya merasa tidak betah kerja di sana karena bebannya yang berat, juga kontrak saya yang selesai jadinya saya tidak lanjutkan,’’ terangnya. Perempuan asal Karang Pule, Kota Mataram ini menjelaskan setelah berhenti bekerja, otomatis ia hanya diam di rumah. Namun, Wili sering ikut pelatihan dari dinas-dinas misalnya ada pelatihan atau seminar-seminar. Ia mengaku tidak tertarik untuk mencari kerja meskipun tahu ada lowongan. ‘’Tidak enak diperintah itu, lebih baik

saya punya usaha sendiri saja lebih enak, fleksibel,’’ akunya. Untuk itu, sejak sebulan terakhir dirinya mengikuti pelatihan di BLK NTB untuk mendapatkan pelatihan di bidang olahan hasil pertanian. ‘’Kalau sudah selesai di sini, saya ingin punya usaha sendiri karena sekarang kan sudah ada ilmu yang kita punya. Setidaknya bisa jadi bos, meski masih kecil-kecilan,” senyum Wili. Hal senada disampaikan oleh Marniani asal Labulia, Lombok Tengah, yang mengatakan jika mencari pekerjaan di zaman sekarang ini sangat sulit. “Yang gampang membuat kerja tapi kalau ada modalnya,” jelasnya.

Bersambung ke hal 3

ANGKA pengangguran di NTB yang mencapai 97 ribu orang masih di bawah rata-rata nasional yang mencapai 5 persen. Sementara angkatan kerja di NTB sebanyak 2,5 juta orang atau di kisaran 3 persen, di bawah rata-rata nasional. Meski demikian, kondisi ini tidak boleh dibiarkan pemerintah daerah. Pemerintah daerah harus mencari cara atau strategi agar pengangguran, khususnya pengangguran terdidik bisa diminimalisir. Jika dilihat dari tingkat pendidikan para pencari kerja ini sebagian besar merupakan pengangguran terdidik yang disumbang lulusan SMK dan D3, baru kemudian lulusan universitas. “Justru yang menyumbang tenaga kerja terbanyak adalah lulusan SMP ke bawah dengan persentase mencapai 60%. Ini kan mengkhawatirkan menurut kita, walaupun angka pengangguran kecil tapi angka kemiskinan cukup tinggi,” terang akademisi dari Universitas Mataram, Dr. Ihsan Rois, M.Si., pada Ekbis NTB belum lama ini. Menurutnya, angka kemiskinan yang tinggi, tambahnya, disebabkan meski bekerja ternyata gajinya tidak sesuai dan SDM yang pendidikannya rendah. Hal itulah yang menjadi masalah karena pengangguran terdidik dari lulusan SMK dan D3 ini justru seharusnya disiapkan untuk mengatasi pengangguran. Ketersediaan lapangan pekerjaan, imbuh Ihsan, tergantung pada supply and demand menurut teori ekonomi. “Dari segi penawaran, tenaga kerja dan kualitas yang tidak sesuai apalagi di jaman modern seperti ini. Mereka butuhnya pekerja yang kualitasnya mumpuni, yang standarnya baik sesuai tuntutan zaman,” ungkapnya.

Bersambung ke hal 3

Ihsan Rois (Ekbis NTB/dok)

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

’’Skill’’ dan Kompetensi Penting untuk Bersaing MASIH tingginya angka pencari kerja di NTB menjadikan para pencari kerja ini haruslah kreatif terutama dengan menambah kemampuan serta kompetensinya dalam bersaing memperebutkan pekerjaan. Untuk itu, setiap bulannya Balai Latihan Kerja (BLK) NTB yang berada di jalan TGH Saleh Hambali Nomor 2 Dasan Cermen membuka kelas pelatihan yang selalu dibanjiri peminat. Menurut Kasubbag TU BLK NTB Sri Utami, pembelajaran yang ada di BLK ini dibagi menjadi dua bagian yaitu, pembelajaran di kelas dan On Job Training (OJT). Saat OJT nanti, peserta pelatihan akan ditempatkan di berbagai perusahaan mitra BLK. ‘’Di sini delapan kejuruan yang ada di sini dengan sub kejuruan yang bisa dipilih mulai dari administrasi perkantoran sampai sepeda motor,’’ jelasnya. Dari semua kejuruan yang ada, ujarnya, paling banyak peminatnya adalah administrasi perkantoran, pengolahan pertanian serta perhotelan. Ia menjelaskan untuk tahun ini, UPTD BLK NTB yang berada di bawah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi NTB ini menerima 47 paket untuk dana APBN dan 16 paket dari APBD yang sudah dibagi jadwalnya. ‘’Yang sudah kita lakukan 14 paket, dari APBD sebanyak 1 paket dan 13 paket dari APBN. Sudah selesai sekarang angkatan pertamanya dan di pertengahan bulan ini akan kita terima pendaftaran lagi,’’ terangnya. Selain itu, ujarnya, peserta di BLK ini kebanyakan merupakan lulusan SMK yang mungkin selama masa pendidikan tidak mendapatkan praktik yang mencukupi.

Bersambung ke hal 3

Sri Utami (Ekbis NTB/uul)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.