Edisi 11 September 2017 | Ekbis NTB

Page 1

MINGGUAN TERBIT SEJAK 15 AGUSTUS 2016 E-mail: ekbisntb@gmail.com

SENIN, 11 SEPTEMBER 2017

Ekbis NTB

4 HALAMAN NOMOR 51 TAHUN KE 1 TELEPON: Iklan/Redaksi/ Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257

Kekuatan Ekonomi dan Dunia Usaha NTB

Industri Kreatif Belum Diberi Ruang

Kredit Properti Masih Berisiko

INDUSTRI kreatif nyaris tak pernah disingung oleh pemerintah. Ia dibiarkan tumbuh secara mandiri, akhirnya pertumbuhannya sporadik. Padahal, industri kreatif menjanjikan peluang terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), menekan penganguran dan trend masa kini. Halaman 2

PPL Punya Peran Strategis Yek Agil PEREDARAN pupuk non subsidi jenis Phonska yang diduga palsu di Kabupaten Dompu kembali mencuat setelah sebelumnya di akhir tahun lalu ditemukan kasus yang serupa. Pupuk palsu jelas sangat merugikan para petani. Alih-alih mampu menyuburkan tanaman, pupuk palsu justru merusak tanaman. Belum lagi uang yang dikeluarkan untuk membeli pupuk tersebut tidaklah sedikit. Sekretaris Komisi II Bidang Pertanian DPRD NTB Yek Agil kepada Ekbis NTB mengatakan, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) memiliki peranan yang sangat strategis didalam melakukan pencegahan terhadap peredaran pupuk palsu di kalangan petani. Karena mereka sangat mengetahui kebutuhan dan persoalan yang dihadapi petani. “PPL juga mengetahui siapa distributor pupuk baik yang subsidi maupun non subsidi. Sehingga jika ada yang menyalurkan pupuk yang terindikasi palsu pasti dia tahu. Jika pupuk itu merugikan petani, silakan dilaporkan. Itu dari sisi pengawasan, jadi betul-betul PPL itu diberdayakan untuk membantu petani melakukan pengawasan peredaran pupuk ini,” kata Yek Agil.

Pupuk Palsu dan Kuota yang Tak Mencukupi

Bersambung ke hal 3

Distributor Lepas Tangan

Nasib petani kerap ditimpa ketidakberuntungan. Tidak jarang hasil panen mereka harganya jatuh, ketika panen raya tiba. Kerap juga hasil panennya dipermainkan tengkulak. Belum lagi mereka kesulitan memperoleh pupuk. Yang lebih memprihatinkan, selain pupuk mahal dan sulit diperoleh, ternyata suplemen yang masuk katagori saprodi itu ternyata palsu. PUPUK merupakan salah satu kebutuhan paling vital yang dibutuhkan tanaman untuk memenuhi kebutuhan haranya dalam membantu pertumbuhan dan perkembangannya. Pupuk kimia yang dibuat pabrik biasanya mengandung unsur hara makro yang langsung bisa diserap tanaman dan dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar. Teta-

pi dengan adanya peredaran pupuk palsu, membuat petani harus lebih hati-hati dalam membeli produk pupuk. Meski pupuk diduga palsu di NTB baru ditemukan di Dompu, bukan berarti di daerah lain belum ada. Patut diwaspadai bahwa di daerah lain, hal serupa (pupuk palsu juga ada).

Bersambung ke hal 3

(Ekbis NTB/ula)

PUPUK - UD Mori Sama penjual pupuk NPK Mitrophoska di simpang Cakre Kandai Dua. Pupuk jenis Phoska yang dijual diduga memiliki kandungan yang tidak sama dan dicurigai ada keterkaitan dengan temuan pupuk jenis Phoska palsu tahun 2016 lalu.

Bersambung ke hal 3

Bersambung ke hal 3

Bersambung ke hal 3

Petrokimia Siapkan Sanksi bagi Distributor dan Pengecer

(Ekbis NTB/bul)

KEPALA Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Dompu, H. Iskandar mengatakan, dari segi kemasan dan perbedaan komposisi pada pupuk jenis Phoska menguatkan dugaan pihaknya bahwa pupuk tersebut palsu, terlebih bukan dari produsen yang resmi. “Kalau dilihat dari kasat mata dari kemasan, penulisan dikarungnya itu kan sudah kita katakan bukan dari pabrik produsen yang resmi, dalam arti kata yang resmi itu belum diizinkan,” katanya kepada Ekbis NTB saat dihubungi, Minggu (10/9). Iskandar menjelaskan, dalam hal peredaran pupuk sudah ada ketentuan yang mengatur, dan rata-rata pabrik pupuk yang ada merupakan BUMN. Seperti halnya di NTB yang memiliki wilayah peredaran, yakni Petrokimia dan Pupuk Kaltim. “Di luar itukan belum ada yang resmi penyaluran pupuk itu, kalau memang ada pupuk lain yang masuk memang kita curigai dikatakan pupuk itu tidak melalui prosedur yang resmi,” ujarnya. Dari segi nama produk, kata Iskandar, juga terdapat perbedaan dengan pupuk yang dikeluarkan Petrokimia, dari Petrokimia jenis Phonska sedangkan pupuk diduga palsu itu jenis Phoska. Karenanya Disperindag bersama aparat penegak hukum kini melakukan penyelidikan guna memastikan tempat perusahaan tersebut beroperasi. Jika terbukti perusahaan ini ada dan beroperasi tegas Iskandar, maka APH wajib menyita dan menindak hukum mereka yang terlibat. “Karena tidak bisa melanggar wilayah peredaran itu, karena Petrokimia ini punya wilayah juga di NTB. Prosedur yang kita tempuh barang ini datang dari mana kalau orang Bima yang dagang dia ngambil di mana, umpamanya di Mataram kita akan komunikasi dengan teman lain di Mataram. Itu mekanisme yang kita tempuh sehinga menuhi secara hukum,” jelasnya.

MASIH ada saja terdengar pupuk diduga palsu beredar. Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB terakhir menerima laporan pada 2016 lalu, dan telah diproses aparat penegak hukum, meskipun sampai saat ini belum ada yang dikenai sanksi. Petani rupanya masih tergiur iming-iming harga pupuk yang murah. Baru-baru ini aparat menemukan peredaran pupuk diduga palsu di Kabupaten Dompu. Pupuknya jenis Phonska, produksi PT. Petrokimia. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB, Ir. Husnul Fauzi, M.Si., mengaku belum menerima laporan. Terkait adanya informasi peredaran pupuk diduga palsu beredar, Husnul Fauzi mengatakan pihaknya tak boleh mencegah peredarannya. Yang berhak mengambil tindakan tersebut adalah aparat.

(Ekbis NTB/bul)

Pupuk Jenis Phoska KP3 Harus Bergerak Cepat Diduga Bukan dari Produsen Resmi

DISTRIBUTOR pupuk non urea Kabupaten Dompu, CV. Utan Putri terkesan lepas tangan menyikapi masalah dugaan peredaran pupuk palsu. Mereka enggan ikut campur dengan alasan tak ingin dianggap mengintervensi dapur perusahaan lain. Karena erat Edison HD kaitannya dengan persaingan bisnis. Selaku penanggung jawab produk pupuk NPK, distributor tersebut juga menyerahkan sepenuhnya proses pengontrolan pada Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) Kabupaten Dompu. “Terkait peredaran pupuk palsu itu kewenangannya KP3 kabupaten, kita tidak ada kaitannya di situ,” kata Distiributor Pupuk CV. Utan Putri, Hermansyah kepada Ekbis NTB dihubungi, Sabtu (9/9). Hermansyah menegaskan, pihaknya tidak memiliki kewenangan sedikitpun dalam persoalan ini, sebab di luar tanggung jawabnya. CV Utan Putri lanjut dia, hanya tahu menyalurkan pupuk subsidi dan non subsidi pada konsumen. “Kalau di luar itu tidak ada sangkut pautnya dengan kita,” ujarnya. Selain itu pihaknya juga tidak berani menjustifikasi pupuk jenis Phoska milik CV. Dewi Sri Rama tersebut palsu, mengingat perusahaan itu memiliki izin usaha dan mengantongi hasil uji laboratorium. Apalagi CV. Dewi Sri Rama termasuk saingan bisnisnya dalam hal penjualan pupuk non subsidi. Herman juga membantah tudingan dirinya yang telah melaporkan persoalan ini. Kepala UPTD Kecamatan Woja, Edison HD, SP yang dikonfirmasi menyesalkan sikap distributor yang lepas tangan menyikapi persoalan ini. Hal ini buka persoalan saingan bisnis tetapi bagaimana serapan pupuk yang dialokasi pemerintah itu tidak terhambat karena munculnya pupuk palsu. “Tidak bisa lepas tangan maksud saya itu artinya mereka ini harus giat mensosialisasikan bagaimana pemanfaatan pupuk bersubsidi dan non subsidi itu. Itu yang paling utama. Berarti kan mereka ini (CV. Utan Putri, red) sekadar menghitung dari sisi bisnisnya saja. Mereka tidak peduli bagaimana teman-teman petani itu mendapatkan pupuk. Tidak boleh seperti itu,” jelasnya. Untuk menyerahkan sepenuhnya persoalan ini pada KP3, menurut Edison, ini merupakan urusan bersama yang menuntut semua pihak harus turun tangan

Isnan

PIHAK PT. Petrokimia Gresik (PKG) merasa bangga dan sedih, ketika pupuk produksinya dibuat-buat mirip (dipalsukan). Bangganya, pupuk tersebut artinya sangat dibutuhkan petani. Sedihnya di satu sisi akan merugian petani. Tetapi yang paling penting, masyarakat terutama petani, harus waspada dan lebih teliti. Pupuk jenis Phonska merknya sering dicatut oknum tak bertanggung jawab. Peredaran pupuk jenis itu, yang diduga palsu diketemukan di Dompu, sebenarnya bukan kali pertama. Tahun lalu juga disebutsebut pupuk jenis ini diduga palsu

beredar di Sumbawa. Di Petrokimia, pupuk palsu ini diistilahkan pupuk alternatif. Produksinya dimirip-miripkan dengan produk PT. Petrokimia. Untuk pupuk Phonska, dibuat tiruannya dengan pupuk merk Phoskah, Niphoska, dan Phoska. ‘’Karena itu, petani atau masyarakat harus lebih teliti, lihat detail merknya. Karena setiap huruf adalah unsur kandungan pupuk. Juga lihat logonya, kadang-kadang ada yang logonya yang dimirip-miripkan dan dibengkokbengkokkan, jangan asal beli dan pakai,” saran Isnan, Staf Penjualan Perwakilan Petrokimia Gresik Wilayah

NTB pada Ekbis NTB belum lama ini. Pengalaman tahun lalu, dari informasi yang didapat, pupuk alternatif diedarkan kepada petani dengan menawarkan dari pintu ke pintu. Karena itulah, beragam cara dilakukan untuk menekan peredaran pupuk alternatif ini. Di antaranya Petrokimia menyiapkan pupuk dalam jumlah banyak, di luar jatah subsidi. Harapannya agar petani tak kekurangan pupuk di lapangan. Selain itu, Petrokimia juga meminimalisir peredaran pupuk alternatif tersebut di pengecer resminya yang tersebar sebanyak 1.036 di NTB dan 22 distributor.

Bersambung ke hal 3

(Ekbis NTB/dok)

(Ekbis NTB/ula)

KANTOR Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB melihat masih ada risiko kredit macet untuk sektor properti berupa perumahan atau ruko. Hal ini diakibatkan oleh kondisi perekonomian yang belum terlalu menggembirakan. Halaman 4


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Edisi 11 September 2017 | Ekbis NTB by e-Paper KMB - Issuu