Edisi 05 Maret 2018 | Ekbis NTB

Page 1

MINGGUAN TERBIT SEJAK 15 AGUSTUS 2016 E-mail: ekbisntb@gmail.com

SENIN, 5 MARET 2018

Ekbis NTB

4 HALAMAN NOMOR 24 TAHUN KE 2 TELEPON: Iklan/Redaksi/ Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257

Kekuatan Ekonomi dan Dunia Usaha NTB

SIAPA yang menyangka ternyata rempah-rempah bisa diubah menjadi kerajinan yang bernilai seni tinggi. Di tangan Agus Suhaili, rempah-rempah diubah diolah menjadi hiasan dekorasi rumah dan pengharum ruangan yang unik dan tidak biasa. Halaman 2

BANK Indonesia (BI) terus memantau pergerakan pertumbuhan pembangunan di Provinsi NTB. Ada potensi pertumbuhan yang cukup besar, bahkan bisa melebihi ekspektasi saat ini. Karena itu, pemerintah harus menyiapkan seluruh aspek pendukungnya sejak dini. Terutama soal kapasitas bandara. Halaman 4

Ketika Jagal Kesulitan Ternak di Bumi Sejuta Sapi

TERWUJUDNYA NTB sebagai Provinsi BSS diharapkan mampu menjadikan NTB sebagai daerah penghasil sapi. Tidak saja untuk memenuhi kebutuhan daging bagi warga NTB. Tetapi juga untuk pemenuhan kebutuhan daging nasional. Dengan predikat NTB BSS, tidak saja kebutuhan daging bisa dipenuhi, harapan masyarakat harga daging dan stok sapi untuk dipotong tidak ada masalah. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Harga daging sapi di NTB justru lebih mahal dibandingkan daerah yang mendatangkan sapi dari NTB. Misalnya, di DKI Jakarta yang notabene mendapat pasokan ternak sapi dari NTB, justru harga daging di daerah lebih murah dari daerah pemasoknya (NTB). Harga daging sapi di NTB, khususnya Pulau Lombok di atas Rp100.000 per kilogram. Lebih ironis lagi, jagal di NTB, khususnya di Pulau Lombok justru kesulitan mencari stok sapi untuk dipotong. Para jagal yang sebelumnya menggantungkan harapannya terhadap pemerintah dengan kebijakan yang dilakukan hanya bisa menghela nafas. Banyak di antara usaha jagal yang harus menutup tempat usahanya, karena pasokan sapi jantan yang akan dipotong kekurangan stok. Sulitnya mendapat pasokan sapi jantan potong berimbas pada tingginya harga beli sapi hidup. Bagi yang tidak kuat modal, harus bersiap-siap tutup usaha. Para jagal harus bersaing mendapatkan sapi jantan atau sapi yang berada dalam kondisi tidak menguntungkan bagi peternak untuk dipotong. Kita bisa melihat aktivitas Rumah Potong Hewan (RPH) Banyumulek, Lombok Barat. RPH yang difasilitasi oleh Pemprov NTB dan dikelola PT. Gerbang NTB Emas ini juga mengalami permasalahan yang sama. Perusahaan ini kesulitan memperoleh pasokan ternak sapi yang akan dipotong. Belakangan RPH bertaraf internasional ini ditutup. Alasannya, karena mahalnya harga sapi potong dan terbatasnya biaya operasional.

Dahlanuddin

Perlu Perhatian Pemerintah

Bersambung ke hal 3

Disnakeswan Klaim Stok Sapi Potong Surplus

H. Aminurrahman (Ekbis NTB/dok)

DINAS Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi NTB memiliki data cukup lengkap soal ketersediaan ternak. Data ini didapat dari pendataan yang dilakukan oleh Dinas Nakeswan di kabupaten/kota. Data ini juga yang kemudian menjadi acuan program, dan rekomendasi pemotongan hingga pengiriman ternak keluar daerah. Soal sapi potong, Disnakeswan Provinsi NTB memastikan NTB tak kekurangan. Atas dasar itu juga, pemerintah daerah merekomendasikan pengiriman ternak keluar daerah sebanyak 45.000 ekor tahun 2018 ini. Kepala Disnakeswan Provinsi NTB, drh. H. Aminurrahman, M. Si menying-

gung perihal kekurangan sapi potong di dalam daerah. Sehingga para pejagal memilih menutup usahanya karena mahalnya harga beli sapi. Menurutnya, setiap tahun, Disnakeswan duduk semeja dengan dinas terkait di kabupaten/kota. Di sinilah dibahas potensi kebutuhan dalam daerah, potensi potong dan potensi kirim. Saat ini jumlah populasi sapi di NTB mencapai 1.149.719 ekor dengan komposisi 65 persen berita dan 35 persen jantan. Jumlah ini naik dari populasi tahun sebelumnya sebanyak 1.092.719 ekor. Populasi sebanyak 1.149.719 itu,

Bersambung ke hal 3

Saat Harga Sapi Ditentukan Saudagar PILIHAN beternak sapi yang masih menjadi primadona bagi peternak. Pasalnya, harganya mahal. Terkadang peternak bisa mendapatkan keuntungan cukup besar dari sapi yang dipelihara. Namun, tidak sedikit para peternak yang harus membagi keuntungan penjualan sapi, karena yang memiliki sapi adalah pengusaha. Hal inilah yang dialami sejumlah peternak di kandang kolektif Desa Bagek Nunggal, Lingsar, Lombok Barat. Ada puluhan sapi pedaging siap jual dipelihara di kandang yang sudah berusia puluhan tahun itu. Posisinya yang berada di pinggir jalan memudahkan siapapun melihat-lihat koleksi sapi di dalamnya. ‘’Di sini kandangnya untuk penggemukan sapi,’’ kata Khaerudin,anggota kelompok ternak Pade Angen Desa Bagek Nunggal. Pria yang pernah menjadi ketua kelompok ternak hampir 15 tahun ini mengatakan

Busairi (Ekbis NTB/uul)

(Ekbis NTB/uul)

Tahun 2013 merupakan tahun bersejarah bagi pasangan Dr. TGH. M. Zainul Majdi memimpin NTB. Di tengah pesimisme dan pandangan sebelah mata dari banyak pihak terkait rencana mewujudkan NTB sebagai daerah Bumi Sejuta Sapi (BSS), TGB – sapaan akrab Gubernur NTB yang waktu itu berpasangan dengan Ir. H. Badrul Munir, MM, mampu merealisasikannya.

BI Dorong Percepatan Penambahan Kapasitas Bandara

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Ketika Rempah-rempah Diolah Jadi Kerajinan Bernilai Tinggi

bahwa sapi-sapi yang dipelihara merupakan milik para saudagar sapi yang menitipkan sapinya di sana. ‘’Kita cuma bagian pelihara saja dan jaga kandangnya,’’ tambahnya. Saat ditanya apakah selama dia menjabat ketua kelompok, apa pernah menerima menerima bantuan program BSS, ia menjawab, tidak pernah. Bantuanbantuan lainnya pun, kelompoknya hanya pernah didata saja tetapi tidak ada kelanjutan program. Harga sapi, imbuhnya, sekarang ini berkisar antara Rp 8 jutaan per ekor. Di mana, harga jual ditentukan oleh yang punya sapi. Sementara para peternak hanya memelihara saja. Khaeruddin mengaku tidak memiliki pekerjaan lain dari beternak sapi ini. Sehingga tetap bertahan pada profesinya. ‘’Mau dibilang untung, ya untung-untung saja yang penting ada pemasukan untuk bertahan hidup,’’ jelasnya. Senada dengan Khaerudin, Busairi dari Kelompok Ternak Bintang di Dusun Batu Belek Timur, Desa Bunut Baok, Praya. Busairi mengaku, kelompoknya pernah menerima bantuan sapi sebanyak 11 ekor sapi. ‘’Sudah lama bantuannya itu, pas kelompok ternak sudah jalan setahunan, masih sampai sekarang sapinya,’’ jelasnya. Ia menerangkan dirinya tidak tahu harga pasaran sapi sekarang ini karena dirinya hanya peternak saja. Saat ditanya apa pernah mendapat manfaat dari harga sapi yang mahal, ia hanya tersenyum. ‘’Kita jualnya kan tergantung kondisi, ndak berani omong

macam-macam,’’ kata Busairi. Harga asanya, saya beli sapi yang agak kurus dari saudagar biasanya antara Rp 13 dan agak sehat. Biasanya, kalau sudah juta, sedangkan dari peternak hanya gemuk, sapi ini kami jual ke jagal,’’ Rp 12 juta saja. ‘’Kita punya sapi juga ujarnya belum lama ini. Begitu juga dengan sejumlah peterndak banyak. Paling satu atau dua nak lainnya, kata dia, berusaha betersaja,’’ terangnya. Menurutnya, beternak sapi ini lebih nak sapi dan hewan lainnya untuk dibanyak bertumpu pada kekuatan tena- jual, seperti kambing. Diakuinya, potenga saja dalam mencari pakan. ‘’Yang lain- si memelihara ternak di Lombok Tennya kita tidak hitung, kalau pelihara gah cukup tinggi, apalagi permintaan banyak ya berarti sanggup untuk cari dari pasaran cukup besar. Meski demikian, mereka sering dihpakan yang banyak,’’ kata Busairi. Beda halnya, dengan H. Mustiadi — adapkan dengan pakan ternak. Jika peternak asal Kampung Baru Praya pada musim hujan, pakan ternak tidak Tengah Lombok Tengah. Sapi yang dipe- masalah, namun saat musim kemarau, lihara di kandang kolektif adalah sapi mereka kesulitan mendapatkan pakan yang khusus dijual pada jagal. Jika ternak. Akibatnya, mereka harus mengurangi jumlah sapi yang dipelihara. dalam jangka waktu beberapa Sulitnya mendapatkan sapi jantan bulan, sapinya sudah dipeliuntuk dipotong juga dialami Genur hara dan layak dijual, maka – warga Labuapi Lombok Barat. Sedirinya tinggal mengbagai salah satu pemasok sapi bagi hubungi jagal atau makepara jagal di Lobar, Genur sering lar sapi yang siap memkesulitan mendapatkan sapi janbawa ke pasar sapi. tan yang layak potong. Dirinya Nantinya, setelah harus sering turun ke peternak sapi yang dipelihara yang ada di daerahnya untuk mensudah laku, ia kembali cari stok sapi pejantan. Namun, membeli sapi yang agak terkadang dirinya juga harus kurus dan masih mencari sapi betina yang muda. Setelah dalumurnya sudah agak tua dan am masa pemedalam kondisi cacat atau liharaan, sapi pincang. ‘’Biasanya, katersebut sudah lau ada sapi betina gemuk dan yang pincang, layak jual, maka sapi Bersambung tersebut Khaeruddin ke hal 3 dilepas. ‘’Bi(Ekbis NTB/uul)

PETERNAK di NTB membutuhkan perhatian serius dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Pemerintah daerah dengan program NTB Bumi Sejuta Sapi (BSS) dan data populasi sapi dari pemerintah yang terus meningkat tidak membuat peternak semakin sejahtera. Menurut Pengamat Peternakan dari Universitas Mataram (Unram) Prof. Ir. Dahlanuddin, M. Rur.Sc., PhD., harga sapi hidup yang masih tinggi (mahal) di NTB menjadi salah satu indikatornya. Masih mahalnya harga sapi hidup sebagai pemilikan sapi yang sangat kecil sehingga sistem produksi tidak efisien. Meskipun populasi sapi yang dilaporkan terus meningkat tidak berarti otomatis meningkatkan kesejahteraan peternak. Karena itu tergantung pada apakah usaha mereka menguntungkan atau tidak. ‘’Yang menentukan itu adalah seberapa efisien sistem produksinya sehingga peternak mendapatkan keuntungan,’’ jelasnya beberapa waktu lalu. Program BSS yang digulirkan beberapa tahun yang lalu, tambahnya, pasti masih ada efeknya yang dirasakan oleh masyarakat. Setidaknya bantuan sapi yang diberikan pasti berkembang, kemudian ada penyuluhan-penyuluhan lalu berbagai kegiatan peningkatan kapasitas peternak. ‘’Hanya seberapa besar dampaknya terhadap kesejahteraan peternak, belum ada evaluasinya,’’ kata Dahlan. Ia tidak berani berspekulasi seberapa besar dampak ekonomi program tersebut karena tidak ada evaluasi dan monitoring yang terstandar, dilihat dari tujuan dan indikator yang tercapai. ‘’Kan belum pernah dilakukan evaluasi dampaknya terhadap kesejahteraan peternak. Paling yang dihitung hanya populasinya saja,’’ jelasnya. Dari segi jumlah, pemerintah memang mengatakan populasinya sudah tercapai. ‘’Mereka sudah punya data resmi, jadi tidak bisa kita bantah,’’ tambahnya. Namun, persoalan yang dihadapi Rumah Potong Hewan (RPH) atau jagal yang kesulitan mendapatkan pasokan sapi potong hidup dikarenakan harga yang mahal, seperti di RPH Banyumulek yang hanya mampu memotong 1-2 sapi setiap harinya. Padahal kapasitas RPH mampu memotong paling tidak 50 ekorsapi setiap harinya. ‘’Itu kan tidak efisien dari segi biaya, karena harga sapi di sini sama dengan harga sapi di Jakarta. Bagaimana orang bisa jual sapi ke Jakarta,’’ tanyanya.

Bersambung ke hal 3 ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Ragukan Jumlah Populasi Sapi KOMISI II DPRD NTB mempertanyakan program Bumi Sejuta Sapi (BSS) yang sudah dimunculkan sejak tahun 2009 lalu. Program ini merupakan program prioritas Pemprov NTB. Meskipun eksekutif mengklaim populasi sapi sudah melampaui target kuantitatif yaitu satu juta sapi. Namun fakta di lapangan memang berbeda. Setidaknya hal itu dirasakan oleh pelaku usaha jagal sapi yang mengaku semakin sulit mendapat sapi potong yang sesuai aturan. ‘’Akhir-akhir ini kebijakan BSS tidak terlalu signifikan, terlebih juga dorongan Pemda tidak terlalu kuat, tidak seperti pada periode pertama. Itu yang sesungguhnya yang terjadi, sehingga saat ini terjadi kesulitan untuk mencari sapi potong yang layak sesuai dengan Perda,’’kata anggota Komisi II DPRD NTB H. Burhanudin kepada Ekbis NTB. Burhanudin mengaku tak menemukan jumlah populasi sapi yang sebenarnya meskipun eksekutif menyebutkan angkanya sudah lebih dari satu juta. Jika kebijakan ini terus berkembang secara konsisten sesuai dengan cetak biru yang sudah ditetapkan, maka BSS menjadi salah satu penyumbang peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Menurutnya, DPRD NTB sudah menetapkan Perda Ternak Ruminansia Betina Produktif untuk menjaga populasi sapi di NTB. Dalam perda tersebut diatur soal ternak sapi yang boleh dipotong serta yang dilarang. Jika tidak dibatasi pemotongan sapi itu, akan sangat sulit mengontrol jumlah populasi sapi yang dipelihara oleh masyarakat.

Bersambung ke hal 3

H. Burhanudin (Ekbis NTB/dok)


2

Ekbis NTB Senin, 5 Maret 2018

Saat Rempah-rempah Diolah Jadi Kerajinan Bernilai Tinggi Siapa yang menyangka ternyata rempah-rempah bisa diubah menjadi kerajinan yang bernilai seni tinggi. Di tangan Agus Suhaili, rempah-rempah diubah diolah menjadi hiasan dekorasi rumah dan pengharum ruangan yang unik dan tidak biasa. “SAYA tertarik membuat ini setelah melihat-melihat di internet kerajinan apa yang belum ada disini, selain juga mendapatkan ide dari saat berkunjung ke Yogyakarta,” terangnya saat ditemui beberapa waktu lalu. Di rumahnya yang berlokasi di jalan Dr. Sutomo Karang Baru, Mataram, sejak 3 bulan terakhir, Agus mulai membuat kerajinan seperti gantungan pengharum ruangan dan hiasan dekorasi. “Pengharum ruangan ini terbuat dari rempahrempah yang bermanfaat untuk menetralisir bau ruangan atau mobil,” jelasnya. Ia mengaku, sebelum terjun ke usaha ini, dirinya memang berkecimpung di dunia seni, tetapi di seni lukis. Ia pun menunjukkan berbagai ukuran pengharum ruangan yang dibuatnya, mulai dari yang berukuran kecil sampai cukup besar. “Kalau yang kecil, bisa digunakan di mobil. Cukup digantung saja,” tambah pria 48 tahun ini. Isi pengharum ruangan, kata Agus, terbuat dari rempah-rempah seperti kopi, akar wangi, dan cengkeh yang aromanya bisa bertahan selama 6 bulan. “Kopi yang digunakan merupakan kopi yang disangrai terlebih dahulu agar aromanya keluar,” imbuhnya. Aroma kopi bisa bermanfaat dalam

memberikan suasana rileks serta mampu menetralisir aroma ruangan atau kendaraan yang apek. “Sebenarnya aromanya bisa bertahan selamanya, tetapi bisa diisi ulang jika merasa kurang,” tambahnya. Sedangkan hiasan dekorasi dibuat Agus dari sisa batang pohon sentigi yang biasa ditemui di daerah pegunungan. “Kita menggunakan batang pohon yang sudah mati, biasanya dipakai oleh pecinta bonsai sebagai media bonsai. Itu yang kita gunakan untuk hiasan karena kayu ini juga cukup sulit ditemukan,” jelasnya sambil menunjukkan contohcontoh kerajinan buatannya. Nantinya kayu sentigi akan ditempel dengan berbagai macam rempah seperti kapulaga, pala, cengkeh, dan lainnya. “Juga kita tambahkan dengan akar angin yang banyak ditemui di gunung. Akar angin ini masih hidup, jadi kalau dibiarkan lama bisa tumbuh banyak dia,” terangnya. Dalam 1 hari, Agus sendiri bisa membuat 10-20 gantungan pengharum ruangan karena sudah terbiasa mengerjakannya. “Kalau hiasan dekorasi sentigi ini, membutuhkan waktu sampai 3 minggu untuk membuatnya,” jelasnya. Ia menambahkan pengharum ruangan

ini lebih bagus dibandingkan dengan pengharum ruangan modern yang banyak beredar di pasaran. “Bentuknya yang unik dan menarik, itu daya tariknya. Selain itu juga mampu bertahan lama,” tambahnya. Harga gantungan pengharum ruangan ini dibanderol murah oleh Agus, mulai dari Rp 35 ribu dan mulai dari Rp 1,5 juta untuk hiasan dekorasi dari kayu sentigi. “Saya banyak memasarkannya lewat online sekaligus juga menjadi binaan dari Lombok Food,” terangnya. Produknya, imbuhnya, sudah mulai banyak diminati terutama oleh wisatawan mancanegara yang tertarik dengan desain produknya. “Turis lokal juga banyak yang tertarik, tetapi lebih banyak pasarannya untuk para turis asing,” tambahnya. Ke depannya, Agus berencana akan membidik

pasaran hotel-hotel agar produknya digunakan sebaga pengharum ruangan. “Ingin juga punya galeri sendiri agar memudahkan pembeli bisa berkunjung ke sana,” imbuhnya. (uul)

KERAJINAN REMPAH - Agus Suhaili dengan kerajinan rempah-rempah yang bernilai jual tinggi. Kerajinan ini banyak dipesan wisatawan nusantara dan mancanegara. (Ekbis NTB/uul)

Kuliner

Kapekeu dan Nggoli

Motif Khas Tradisional Tenun Bima DAERAH NTB memiliki beragam kan waktu yang berbeda di mana kain tenun dengan berbagai motif satu lembar kain motif Kapekeu meyang khas dan berbeda antar satu makan waktu sampai 1 bulan daerah dengan lainnya. Selama ini, pengerjaan. Sedangkan motif Nggoyang paling dikenal secara umum li hanya memakan waktu cukup 1 adalah songket Lombok dengan minggu saja untuk selesai. “Dibuatmotif Subahnala dan Rangrangnya. nya masih ditenun secara tradisionTetapi di Bima memiliki tenun khas al menggunakan alat tenun, yang sendiri dengan motif Kapekeu dan tidak jauh beda dengan tenun LomNggoli yang menjadi motif khas. bok,” tambahnya. Pengelola Tenun Bima Kenangan Tetapi yang membedakan tenun Yeyen, saat ditemui di Mataram be- Bima dan tenun Lombok, terang Yeyen, berapa waktu lalu menjelaskan, mo- adalah ukuran tenun Bima yang lebih tif Kapekeu dan Nggoli ini merupa- besar dibandingkan tenun Lombok. “Tekan motif nun Bima yang sudah ukurannya banyak mencapai 4 dikenal meter x 65 oleh khacm dibanl a y a k dingkan umum. “Terdengan teutama motif nun LomN g g o l i bok yang yang banyhanya 2 ak digumeter,” jelasnakan unnya. tuk keperIa meluan seharinambahhari, misalkan, kain tenya seperti nun Bima festivalini bisa difestival,” teubah men(Ekbis NTB/uul) rangnya. Yeyen menunjukkan kain Nggoli, tenun khas Bima jadi berPe r b e - yang menjadi ikon kerajinan tangan di Bima. b a g a i daan kedua macam kermotif ini, jelasnya, terletak pada motif ajinan, mulai dari tas, pakaian, dan lainserta benang yang digunakan untuk nya. “Kalau Nggoli banyak dipakai semembuat tenun. Tenun Nggoli ini, im- bagai pakaian khas Bima,” tukasnya. buhnya, memiliki keistimewaan di Untuk harga, tenun Nggoli berkisar mana di saat musim panas kainnya mulai dari harga Rp250 ribu sedangterasa dingin saat digunakan. “Dan kan Kapekeu dibanderol mulai jutaan terasa panas di musim hujan saat di- rupiah. “Kebanyakan saya jualnya gunakan,” ujarnya. melalui online atau banyak juga pemSementara kalau yang motif Kape- beli yang sudah tahu dari lama mekeu, dibagi menjadi dua tipe kain. Ada mesan di saya,” kata Yeyen. Pemasayang terbuat dari benang emas dan ran produknya sudah merambah ke benang biasa. ‘’Sedangkan kalau berbagai kota di Indonesia melalui yang Nggoli ini, biasanya terbuat dari berbagai jaringan. “Tenun saya persatu jenis benang saja,” jelas Yeyen. oleh dari kelompok tenun yang saya Proses pembuatannya pun mema- bina,” tambahnya. (uul)

(Ekbis NTB/uul)

TUNJUKKAN - Egi Miftah Farid menunjukkan Glowing Cake buatannya. Kue ini banyak dipesan, karena mirip kue artis yang lagi digemari.

Glowing Cake, Oleh-oleh Khas Lombok Ala Kue Artis

PESTA ulang tahun tidak akan meriah tanpa kehadiran berbagai pernak-pernik pesta seperti balon, pita, dan lainnya. Tetapi biasanya model yang tersedia hanya itu-itu saja, tidak ada varian lainnya. Sejak berdiri 2 tahun lalu, Rumah Badut Lombok menyediakan berbagai pernak-pernik pesta dengan model yang unik dan menarik, sesuai tren yang sedang ngehits sekarang ini. Pengelola Rumah Badut Lombok Anggi Kusuma, mengaku, dirinya terinspirasi membuat toko setelah memiliki banyak stok produk yang sayang jika tidak digunakan. “Mulanya saya kan EO pesta dan setelah acaranya usai, bingung dikemanain barangnya jadi mulai saya jual,” terangnya saat ditemui di tokonya yang berlokasi di jalan Caturwarga Mataram. Dari luar toko pun, pengunjung sudah bisa melihat berbagai barang dan produk dengan model yang lucu dan unik. Rumah Badut Lombok menjual berbagai pernak-pernik pesta seperti balon, lilin, pita, kotak kado, papan ucapan, buket bunga, dan lainnya. “Kebanyakan barang-barang disini saya buat sendiri agar beda dari yang lain, misalnya seperti lilin dan papan ucapan,” kata Anggi. Diakuinya barang buatan sendiri ini lebih banyak diminati oleh pengunjung karena model dan desainnya yang unik, sesuai perkembangan tren. “Pengunjung juga bisa minta dibuatkan papan ucapan dengan tulisan yang mereka mau,” tambahnya. Pengunjung juga bisa memesan pa-

ket ulang tahun jika tidak ingin repot menyiapkannya sendiri. “Itu sudah tersedia lengkap, mulai dari badut, dekorasi, dan balonnya. Bisa juga untuk katering dan kuenya yang nanti kita akan bekerjasama dengan vendor lain,” kata Anggi. Biasanya, pengunjung harus memesan jauh-jauh hari agar persiapannya matang dan sesuai keinginan mereka. “Harga paketnya murah, mulai dari Rp 1 jutaan,” terangnya. Sedangkan produk-produk lainnya dibanderol dengan harga yang terjangkau mulai dari Rp 2 ribuan. Tidak heran, pengunjung betah berkunjung lama di sini karena pilihan produknya yang menarik dan puas memilih. “Pengunjungnya kebanyakan dari kota Mataram dan sekitarnya, malahan sampai di pulau Sumbawa sana,” imbuh Anggi. Ia mengatakan, saat baru pertama membuka toko, banyak yang salah sangka dengan tokonya dimana banyak pengunjung yang mengira tokonya adalah toko aksesoris. “Masih jarang kan di Mataram toko yang menyediakan pernakpernik pesta ini,” tambahnya. Anggi juga menyediakan penyewaan bagi para pengunjung yang ingin menyewa peralatan untuk pesta. “Soalnya kan kalau beli, harganya mahal, lebih baik sewa, lebih murah,” imbuhnya. Ke depannya, ia berharap tokonya semakin banyak dikenal oleh orang sehingga bisa berkembang. “Juga bisa membawa manfaat bagi banyak orang, bisa berbagi dengan yang lainnya,” tukasnya. (uul)

(Ekbis NTB/uul)

PERNIK - Pernak pernik unik pesta yang ada di Rumah Badut Lombok.

Bisnis

(Ekbis NTB/dok)

TREN kue artis yang booming sejak beberapa waktu terakhir membuat banyak pengusaha melirik bisnis kue apalagi peminatnya sangat tinggi. Melihat permintaan konsumen yang tinggi serta prosesnya yang mudah, membuat Egi Miftah Farid, mulai serius membuat usaha brownies. Dengan brand Lombok Glowing Cake, pria asli Bandung ini mulai memproduksi brownies dengan ciri khas brownies madu. Glowing Cake erlokasi di Ruko Dakota jalan Dakota, Rembiga. “Di Lombok kan yang menjadi ciri khasnya adalah madu, tetapi oleh-oleh kuliner yang kekinian disini belum ada makanya kita membuat Lombok Glowing Cake dengan brownie madu sebagai andalan,” terang Egi, panggilan akrabnya. Brownies madu ini, imbuhnya, merupakan kue yang tidak ditemukan di tempat lainnya, hanya di Lombok saja. Ia menambahkan, madu ditambahkan pada bahan brownies untuk menambah citarasa brownies yang disajikan. “Agar orang yang datang ke Lombok, tahu kalau di sini juga ada kue kekinian seperti di tempat lain,” jelasnya. Egi mengaku dirinya tidak memiliki basic dalam dunia kuliner, tetapi resep brownies yang dibuatnya merupakan hasil trial dan error sampai menemukan formula yang pas. “Bahkan ada chef yang tidak percaya jika saya tidak memilik basic memasak, karena brownies yang saya buat beda,” akunya. Selain itu, banyak juga pembeli dari luar daerah yang mengira jika produk browniesnya adalah kue artis, karena tampilan dan promonya yang mirip dengan kue artis. “Promo spanduk kuenya juga kita pakai Putri Indonesia NTB 2016, dengan rasa yang tidak kalah dengan kue artis,” terangnya. Ada 6 varian rasa brownies yang ditawarkan Glowing Cake kepada para pecintanya, yaitu talas, coklat, keju, strawberry, green tea, dan oreo. “Kemarin sebenarnya ada rasa mangga, tetapi karena sifatnya musiman itu penghalangnya,” kata Egi. Dari ke enam varian tersebut, di Mataram yang menjadi favorit adalah green tea dan coklat. “Sedangkan di Pulau Sumbawa dan Lombok Timur, sukanya yang keju dan coklat, tidak suka yang aneh-aneh,” tambahnya. Dalam sebulan, ia mengaku bisa memproduksi sampai 2.000-3.000 kotak brownies untuk memenuhi permintaan konsumen. Selain dijual di toko dan dunia maya, Glowing Cake juga sudah banyak memiliki reseller yang tersebar di seluruh NTB. Harga yang mesti dibayarkan pembeli untuk mendapatkan 1 kotak brownies Glowing Cake ini juga terjangkau hanya Rp 35 ribu/kotak saja. Harga ini sebanding dengan rasa dan kualitas yang didapatkan pembeli saat menikmati brownies ini. “Browniesnya bisa bertahan sampai 1 minggu jika disimpan dalam lemari pendingin,” tambahnya. Ke depannya, Egi berencana menambah varian produk kuenya di bawah merk Egis Cake yang menyediakan berbagai kue dan minuman. “Masih kita rancang produknya, tetapi kue ulang tahun sudah banyak juga kita terima,” jelasnya. (uul)

Pernak-Pernik Pesta Unik di Rumah Badut Lombok

Hj. Budi Septiani

Toko Tani, Solusi Putus Mata Rantai Distribusi Pangan DALAM upaya memutus mata rantai distribusi pangan yang terlalu jauh dan menyebabkan harga pangan menjadi tinggi, Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB segera melaunching Toko Tani Indonesia Center. Toko tani ini diharapkan mampu menjadi solusi bagi masyarakat dalam mendapatkan kebutuhannya secara cepat dan murah. “Toko tani ini sebenarnya merupakan program yang memutus mata rantai yang terlalu panjang, sehingga bahan pokok bisa terjangkau oleh masyarakat,” terang Ir. Budi Septiani, Kepala Dinas Ketahanan Pangan NTB beberapa waktu lalu. Toko Tani Center ini, imbuhnya, di tahun 2018 ada 16 provinsi di Indone-

sia yang mendapatkannya dari anggaran APBN, salah satunya adalah di NTB. Sebelum adanya Toko Tani ini, ujarnya, pihak Dinas Ketahanan Pangan NTB mencoba memulainya walau tidak selengkap di toko yang sebenarnya. Hal ini bertujuan melakukan sosialisasi ke masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui keberadaan Toko Tani ini. “Awalnya kami mencoba untuk memulai sebelum mendapat lokasi ini di salah satu UPT kami (belakang SMAN 5 Mataram), agar bisa disosialisasikan terlebih dahulu ke masyarakat,” kata Budi. Toko Tani yang direncanakan, ujarnya, selain terfokus di satu tempat, pihaknya juga akan melakukan secara mobile. Untuk itu, pihaknya sedang mengajukan tender untuk pengadaan mobil

yang bisa dilakukan ke beberapa tempat dengan mudah. “Kita juga merencanakan ada titik IC mobile. Titik IC ini didukung oleh 33 PUPM yaitu 23 PUPM beras dan 10 PUPM bawang merah yang bertugas mensuplai titik IC. Jadi masingmasing PUPM nantinya untuk mensuplai sebesar 35 ton beras dan 30 ton bawang merah per tahun. Dalam setahun, ujarnya, ada 300 ton bawang merah yang difasilitasi, sedangkan beras sebanyak 805 ton. Ini sebagai langkah untuk menstabilkan harga dan pasokan pangan,. Untuk harga, di toko tani ini masyarakat akan mendapatkan harga di bawah harga pasar. “Tetapi ada pembatasan pembelian, di mana satu keluarga dibatasi membeli beras sebanyak 20 kg, gula hanya boleh

memberi 2 kg, dan lainnya juga,” imbuh Budi. Pembatasan ini dilakukan agar tidak muncul lagi pengepul baru, sehingga hanya dibatasi untuk keluarga saja. “Untuk mengetahui itu pengepul atau bukan, kita hanya melihat siapa saja yang datang ke sini untuk berbelanja,” tambahnya. Meski belum diresmikan, toko tani ini tetap buka mulai dari hari Senin-Jumat. “Kalau hari minggu, ada permintaan untuk buka saat acara Inspiratif Expo,” kata Budi. Untuk stok, dirinya sudah berkoordinasi dengan PUPM yang memiliki jadwal masingmasing untuk mengirimkan stok barang. “Meski harga naik, harga di sini tetap dibawah harga pasar karena tujuannya untuk menjaga kestabilan stok,” jelasnya. (uul)

Pemimpin Umum: Agus Talino Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Raka Akriyani Redaktur Pelaksana: Marham Koordinator Liputan : Akhmad Bulkaini Redaktur : Marham, Zainudin Syafari, Akhmad Bulkaini Staf Redaksi Mataram : U'ul Efriyanti Prayoba Lombok Barat: M.Haeruzzubaidi, Lombok Tengah : Munakir. LombokTimur: Rusliadi, Yoni Ariadi. KLU : Johari. Sumbawa Barat : Heri Andi. Sumbawa : Arnan Jurami, Indra Jauhari. Dompu : Nasrullah. Bima : Rafiin.Tim Grafis : A.Aziz (koordinator), Didik Maryadi, Jamaludin, Mandri Wijaya Kantor Redaksi : Jalan Bangau No. 15 Cakranegara Telp. (0370) 639543, Facsimile: (0370) 628257.Tarif Iklan : Iklan Baris : Rp 20.000/baris Min 2 baris max 10 baris (1 baris 30 character). Display B/W (2 kolom/lebih): Rp 30.000/mmk. Display F/C : Rp 35.000/mmk. Iklan Keluarga : Rp 20.000./mmk. Iklan Advertorial : Rp 15.000/mmk. Iklan NTB Emas (1 X 50 mmk): Rp 500.000/bulan (25 X muat). Iklan Peristiwa : Rp 350.000/kavling. Alamat Bagian Langganan/Pengaduan Langganan: Jalan Bangau No. 15 Cakranegara Telp. (0370) 639543, Facsimile: (0370) 628257. Harga Langganan: Rp 85.000 sebulan (Pulau Lombok) Rp 90.000 sebulan (Pulau Sumbawa), Pembayaran di muka. Harga eceran Rp 5.000. Terbit 1 kali se-minggu. Penerbit: PT Suara NTB Pers. Percetakan: PT Bali Post.

Ekbis NTB

 Wartawan Ekbis NTB selalu membawa tanda pengenal, dan tidak diperkenankan menerima/meminta apa pun dari nara sumber.


Ekbis NTB

Ekbis NTB Senin, 5 Maret 2018

Februari, Stabilitas dan Likuiditas Industri Jasa Keuangan dalam Kondisi Terjaga RAPAT Dewan Komisioner (RDK) Otoritas Jasa Keuangan menilai stabilitas sektor jasa keuangan dan kondisi likuiditas di pasar keuangan Indonesia dalam kondisi terjaga sejalan dengan perkembangan ekonomi global dan nasional. Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Anto Prabowo mengatakan, perbaikan ekonomi global semakin solid dan merata. Hal ini ditunjukkan kinerja perekonomian Amerika Serikat (AS), Eropa, Jepang dan Tiongkok yang meningkat. Perkembangan perekonomian AS yang positif ditunjukkan oleh peningkatan inflasi, upah yang meningkat dan terjaga rendahnya tingkat pengangguran. Reformasi pajak Trump yang akan meningkatkan defisit fiskal dapat mendorong naiknya pertumbuhan ekonomi sekaligus tekanan inflasi. Hal ini telah mendorong naiknya ekpektasi pasar atas laju kenaikan Fed Fund Rate yang lebih cepat. Di domestik, indikator makro ekonomi bergerak solid. Inflasi Januari 2018 terpantau turun, kinerja eksternal naik sejalan dengan tren global, serta akumulasi cadangan devisa terpantau meningkat. Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi kuartal ke 4 tahun 2017 masih meningkat secara moderat dan perbaikan indikator sektor riil masih terbatas. Di pasar keuangan domestik, meskipun terdapat net sell nonresiden sebesar Rp9,14 triliun di bulan Februari 2018, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus melanjutkan penguatan. Per 23/2 Februari IHSG secara ytm menguat tipis 0,2%. Sementara, yield SBN tenor jangka pendek, menengah dan panjang masing-masing naik sebesar 4 bps, 28 bps, dan 18 bps. Hal ini didorong oleh net sell nonresiden di pasar SBN sebesar Rp13 triliun pada Februari 2018. Sesuai dengan siklus awal tahun, kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan pada Januari 2018 masih berada pada level yang moderat. Kredit perbankan Januari 2018 tumbuh sebesar 7,40% yoy (Des’17: 8,24% yoy) dan piutang pembiayaan tumbuh sebesar 6,92% yoy (Des’17: 7,05% yoy). Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan tumbuh sebesar 8,36% yoy (Des’17: 9,35% yoy). Sementara, premi asuransi jiwa dan asuransi umum/reasuransi masing-masing tumbuh sebesar 44,78% yoy (Des’17: 33,43% yoy) dan 22,93% yoy (Des’17: 6.29%). Sementara itu, hingga akhir Februari 2018 penghimpunan dana di pasar modal telah mencapai Rp22 triliun dengan jumlah emiten baru yang tercatat satu perusahaan. Di tengah perkembangan intermediasi keuangan tersebut, risiko Lembaga Jasa Keuangan (risiko kredit, pasar, dan likuiditas) Januari 2018 berada pada level yang manageable. Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan tercatat sebesar 2,86% (Des’17: 2,59%) dan rasio Non-Performing Financing (NPF) perusahaan pembiayaan tercatat 2,95% (Des’17: 2,96%). (ris)

Saat Harga Sapi Ditentukan Saudagar Dari Hal. 1 harga jualnya jatuh. Pemilik sapi biasanya segera menjual sapinya dengan harga agak murah dari pasaran. Kalau sudah begini, jagal tidak keberatan, karena daging sapi sehat,’’ ujarnya. Selain menjadi pemasok sapi bagi para jagal, Genur juga mengaku tetap memelihara sapi di rumahnya. Apalagi daerah Labuapi sangat cocok untuk memelihara sapi. Di mana, pakan

sapi banyak ditemukan dan didapat secara gratis. Beda halnya dengan daerah lain yang harus mencari pakan ke daerah yang cukup jauh, terutama ke Labuapi. ‘’Kalau kita di sini tak perlu susah. Kalau ada orang panen jagung, kita tinggal minta pohon jagung. Atau kita cukup kasih uang Rp100.000 ke pemilik jagung, sapi ini tidak akan kekurangan makanan,’’ tambahnya. (uul)

Disnakeswan Klaim Stok Sapi Potong Surplus Dari Hal. 1 setelah dikurangi dengan kuota sebanyak 45.000 ekor. 35.000 ekor sapi potong, dan 10.000 ekor sapi bibit. Tahun 2017 lalu sebanyak 15.000 ekor yang terkirim dari NTB untuk sapi potong, dan sebanyak 3.000 ekor untuk sapi bibit. ‘’Ketersediaan stok sapi kita di dalam daerah sudah sangat cukup,’’ klaimnya. Bahkan ia menghitung kasar tingkat kebutuhan daging oleh wisatawan. Jika tahun ini sebanyak 4 juta wisatawan masuk NTB. Kemudian kebutuhan konsumsi dagingnya sehari rata-rata 200 gram (satu stik daging berukuran telapak tangan), maka kebutuhannya dalam setahun hanya 12.000 ekor. Bila dalam satu ekor berat bersih yang dihitung dagingnya 125 kg. NTB masih memiliki stok melimpah, walaupun dikuran-

gi dengan kebutuhan wisatawan. Soal harga, tentu pemerintah tak bisa mengintervensi. Kembali kepada mekanisme pasar. Pemerintah tentu mengharapkan juga, harga jual ternak terus membaik. Karena berkaitan langsung dengan Nilai Tukar Petani (NTP). ‘’Petani mendapatkan insentifnya dari harga ini. Lihat saja NTP kita terus membaik di sektor peternakan. Nilainya terus di atas 100. Ini menjadi semangat bagi peternak-peternak kita,’’ ujarnya. Jika misalnya ada penjagal yang menyebut terus menerus merugi. Mungkin maksudnya keuntungannya yang berkurang dari sebelum-sebelumnya. Kalau merugi, idealnya usaha pemotongan tidak mungkin dilakukan terus menerus.(bul)

Ragukan Jumlah Populasi Sapi Dari Hal. 1 Politisi Hanura ini mengatakan, Perda tersebut bukanlah biang keladi dari sulitnya pengusaha jagal mendapat pasokan sapi jantan atau sapi betina yang sudah tak produktif lagi. Namun sulitnya memperoleh stok sapi potong lantaran diduga populasi sapi di masyarakat yang tak lagi banyak. “ Ini bukan persoalan Perda. Namun yang selalu jadi tanda tanya soal capaian berapa populasi sapi? Saat dikonfirmasi tidak sesuai dengan data yang ada, itu menjadi tanda tanya di DPR terhadap program BSS ini,” katanya. Soal mahalnya harga daging di Provinsi NTB, ia melihat persoalan ini tidak terlepas dari mahalnya sapi hidup yang harus dibeli oleh pengusaha jagal. Harga sapi di pasar akan mengikuti harga sapi hidup yang boleh dipotong, sehingga tak heran harga daging sapi di daerah ini lebih mahal daripada harga daging di daerah lain. Ini memang cukup ironis, karena harga daging sebenarnya tidak boleh terlalu mahal, mengingat label Provinsi NTB sebagai provinsi penghasil daging nasional. “ Ini sebuah mata rantai. Ini

bukan masalah perda. Ini di hulu harus clear karena Perda ini filter untuk mempertahankan populasi, namun populasi yang ada juga tak tercukupi untuk jadi sapi potong,” ujarnya. Selain sapi, ia meminta Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB juga memperhatikan ternak kerbau. Karena di setiap daerah memiliki kecenderungan yang berbeda terkait dengan hewan ternaknya. Misalnya di Lombok bagian selatan, sapi tidak begitu banyak dipelihara oleh masyarakat. Justru kerbau yang paling banyak dipelihara, sehingga arah programnya diarahkan ke ternak kerbau juga. Sementara itu Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB, drh H Aminurrahman, M.Si mengaku tak ada persoalan dengan stok. Saat ini jumlah populasi sapi di NTB mencapai 1.149.719 ekor dengan komposisi 65 persen betina serta 35 persen jantan. Populasi sapi NTB tahun 2017 kemarin naik dari populasi tahun sebelumnya yang berjumlah 1.092.719 ekor. (ris)

3

Lahan Amor-Amor Disewakan untuk Investasi Tambak Udang JAJARAN Pemerintah Kabupaten Lombok Utara (KLU) saat ini tengah menjajaki potensi kerjasama di bidang perikanan (tambak udang) dengan salah satu investor. Dari kerjasama ini, Pemda KLU menyiapkan lahan seluas 20 hektar dan bangunan serta modal usaha ditanggung oleh investor. Saat dilakukan ekspose oleh investor beberapa waktu lalu, Asisten II Setda Lombok Utara, Ir. Hermanto, bertindak selaku wakil pejabat KLU yang menerima disposisi dari Bupati. Diakuinya, rencana investasi itu akan dilaksanakan apabila seluruh persyaratan sesuai ketentuan UndangUndang sudah terpenuhi. Dikabarkan, investor tambak udang yang akan bekerjasama dengan Pemda ini adalah investor yang lebih dulu membangun

di wilayah Kota Mataram, yakni owner Mall Epicentrum. Perihal rencana investasi itu dikuatkan oleh Kepala Disnas Perhubungan Kelautan dan Perikanan Lombok Utara, Agus Tisno, S.Sos., melalui Sekdis Hub KP, H. Samsul Rizal, SP. Dijelaskan, rencana investasi itu akan menggunakan areal milik Pemda yang berada di Dusun AmorAmor, Desa Gumantar, Kecamatan Kayangan. “Rencana lahan yang akan digunakan seluas 20 hektar, dan tim dari Pemda bersama investor sudah turun ke lokasi. Dalam waktu dekat kita akan sosialisasi di kecamatan, desa hingga dusun,” ungkap Samsul. Pola kerjasama yang dibangun Pemda KLU dengan investor tambak udang ini, dipastikan benar-benar sesuai dengan aturan. Oleh karenan-

ya, dalam ekspose beberapa waktu lalu, investor dihadapkan langsung dengan SKPD terkait, termasuk dari aparat desa dan dusun. Dari rencana kerjasama, 20 hektar lahan yang digunakan itu akan dibuatkan kesepakatan pemanfaatan lahan selama periodik yaitu lima tahunan. Pertimbangannya apabila areal sekitar Global Hub berkembang sampai di Amor-amor, maka Pemda bisa memutus kerjasama tanpa merugikan pihak ketiga. Langkah yang tengah dilakukan Pemda saat ini, yaitu berkoordinasi dengan tim appraisal dari Kementerian Keuangan. Tim appraisal ini termasuk salah satu dari dua tim appraisal yang diakui di Indonesia. Tim nantinya akan diminta menaksir berapa biaya sewa 20 hektar lahan yang

akan digunakan oleh investor. “Kalau sewa lahan pertanian cukup murah, hanya Rp2.500 per meter persegi, tetapi ini kan bukan sewa untuk pertanian melainkan untuk investasi, sehingga biaya sewanya itu akan kita appraisal dulu,” jelasnya. Dari RTRW yang ada, areal Amor-Amor yang disewakan ini tidak masuk di areal Global Hub. Namun demikian telah diantisipasi kemungkinan pengembangan Global Hub dengan tidak mencantumkan kerjasama jangka panjang, dan tidak memberikan Hak Guna Pakai (HGP) kepada investor. Dari kerjasama ini nanti, ada sejumlah manfaat yang akan diperoleh Pemda dan masyarakat KLU pada umumnya. Pertama, pajak usaha sudah jelas mengalir ke daerah. Setiap tahunnya, Pemda

KLU akan mengantongi 1 persen dari Sisa Hasil Usaha (SHU). Biaya sewa lahan lima tahun yang dihitung tiap satu tahunan juga menjadi sumber PAD bagi daerah. Disamping itu, usaha tambak yang diperkirakan akan menyerap lebih dari 100 tenaga kerja ini juga akan memprioritaskan tenaga kerja lokal. Mengingat KLU memiliki beberapa tenaga kerja tambak yang rata-rata merupakan eks TKI Korea dan Malaysia yang bekerja di usaha tambak. “Usaha ini akan kita kawal terus, supaya tidak melenceng dari aturan. Untuk jenis usahanya berupa budidaya udang paname. Nantinya hasil produksi akan diserap oleh perhotelan Tiga Gili, karena di sana membutuhkan sekitar dua ton per minggu,” demikian Samsul Rizal. (ari)

Pendapatan Petani NTB Turun

PT.GNE Disarankan Kelola Produk Pertanian

(Ekbis NTB/her)

Puluhanbuah durian dijejer untuk mengikuti kontes di Sesaot kemarin

Upaya Gaet Pengunjung, Kontes Durian Digelar di Sesaot SABTU (3/3) pagi kemarin, parkiran Taman Wisata Sesaot, Desa Sesaot, Kecamatan Narmada tampak ramai dipenuhi puluhan petani durian wilayah Narmada. Para petani datang untuk mengikuti kontes durian yang digelar oleh Yayasan Durian Nusantara 2018 bersama Dinas Pertanian Lombok Barat (Lobar) dan pihak desa setempat. Puluhan buah berduri itu tampil berjajar memanjang. Aroma menyegat menggugah selera sontak tercium begitu puluhan durian berbagai jenis itu dibelah. Daging buah yang berwarna kuning cerah dengan tekstur berbeda-beda membuat siapa saja yang melihatnya ingin segera menyantapnya. Tentu saja, yang namanya kontes pasti akan ada yang menjadi buah terbaik dengan kriteria unggulan yang menjadi juaranya. Tak tanggung-tanggung, untuk mencari durian unggulan, juri yang sudah malang melintang di dunia ekspor impor didatangkan untuk menilai. Rasa manis sedikit pahit hingga tekstur daging yang tebal dan berbiji kecil menjadi kriteria penilaian.”Kontes durian ini yang kedua kalinya. Yang pertama pada tahun 2017 dan sekarang tahun 2018 kembali digelar. Alhamdulillah tahun ini sudah bertambah pesertanya sekitar 67 (peserta),” ungkap Reza dari Perwakilan Yayasan Durian Nusantara. Kontes ini sebenarnya tidak hanya digelar di Lobar saja. Namun juga digelar di berbagai daerah penghasil durian di

wilayah Indonesia lainnya. Durian lokal yang memenangakan kontes ini akan menjadi produk unggulan. Nantinya, bibit sang juara akan diperbanyak dan dibudidayakan untuk selanjutnya menjadi produk yang akan dipasarkan hingga keluar daerah. Selain menerima hadiah berupa uang tunai, bibit durian yang menyabet juara juga akan didaftarkan ke Kementerian Pertanian untuk disebar ke seluruh daerah di Indonesia. Bisa jadi buah yang mendapat piagam ini harganya bisa tiga kali lipat dari sebelumnya. “Makanya, salah satu syaratnya juga (dalam penilaian) sebelum dinyatakan sebagai juara harus ada ditunjukan pohonnya. Jadi bukan dibeli dari pasar. Karena nanti pohonnya akan dikembangbiakkan di lokasi induknya itu ada,” jelas Reza. Durian di Indonesia diketahui sangat beragam dengan kandungan minyak, tekstur, aroma dan rasa yang berbeda dari ekosistem yang berbeda. Berbeda dari negara tetangga, durian Indonesia memiliki karakter yang khas di setiap jenisnya. Kontes durian yang digelar untuk kedua kalinya di wilayah Sesaot ini mendapat apresiasi dari pihak Pemerintah Desa setempat. Terbukti dari meningkatnya jumlah peserta dari 30 menjadi 67 peserta dengan berbagai jenis durian yang ditampilkan.”Ini menunjukkan berbagai potensi pertanian yang ada di wilayah Lombok Barat khususnya di Kecamatan Narmada sehingga sangat ba-

gus untuk dikembangkan kedepanya. Ini juga menjadi ajang silahturahmi dan pertemuan dari para pemilik dan penjual durian,” kata Kepala Desa Sesaot, Yuni Hari Seni. Dukungan juga diberikan oleh Dinas Pertanian Lobar. Kepala Dinas Pertanian Lobar H. Muhur Zohri mengatakan, melalui kontes ini, durian Lobar dapat diperkenalkan ke seluruh nusantara nantinya. Pihaknya pun beharap durian Lobar ini dapat menjadi juara di tingkat nasional.”Dan juga mudahan bisa kita daftarkan di Kementerian Pertanian untuk dilepas sebagai varietas unggulan nasional di Republik Indonesia,” harap Muhur. Hal senada juga disampaikan oleh perwakilan pihak Dinas Pertanian Provinsi NTB melalui Kabid Holtikultura Dinas Pertanian Provinsi NTB, Wardi. Menurutnya dengan kontes ini, nantinya varian durian ini dapat menjadi aset berharga Provinsi NTB khususnya di Lobar untuk menjadi unggulan dan tidak kalah saing dengan durian lain di Indonesia. “Kenapa kita minta digelar di Taman Wisata Sesaot ini juga salah satunya untuk menggaet para wisatawan untuk datang berkunjung ke lokasi daerah kita di wilayah wisata yang ada di Nusa Tenggara Barat khususnya di Lombok Barat,” tandasnya. Keluar sebagai juara pertama kontes durian tersebut yakni Dusun Batu Kantar, Desa Narmada diikuti Dusun Gontoran dari Desa Sesaot sebagai juara kedua. (her)

PENDAPATAN petani di NTB pada bulan Februari 2018 dilaporkan menurun. Naik atau turunnya pendapatan petani bisa dilihat dari Nilai Tukar Petani (NTP). Pada bulan Februari 2018, faktor yang mempengaruhi penurunan NTP ini karena indeks harga yang diterima petani pada sub kelompok padi dan sub kelompok palawija mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan lalu. Hal ini disebabkan karena menurunnya harga penjualan jagung, kacang tanah, ubi jalar, gabah dan ketela pohon. Bahkan dari 33 Provinsi yang dilaporkan pada bulan Februari 2018, terdapat 14 provinsi yang mengalami peningkatan NTP dan 19 provinsi mengalami penurunan NTP. Penurunan NTP terbesar pada bulan Februari terjadi di Provinsi NTB yaitu sebesar 1,66 persen. Terkait dengan hal itu, anggota Komisi II Bidang Pertanian DPRD NTB Ir.Made Slamet,MM kepada Ekbis NTB mengatakan, dari segi kualitas memang produk pertanian asal NTB tidak kalah, mulai dari padi, jagung hingga kacang-kacangan. Anjloknya harga sejumlah komoditas yang dihasilkan oleh petani itu menjadi ironis, karena kualitasnya memang bagus serta pasarnya potensial. “Memprihatinkan memang, di satu sisi kualitas yang dihasilkan bagus, namun harganya anjlok. Sekali lagi pemerintah daerah tidak hadir di tengah-tengah rakyatnya,” katanya. Made Slamet menyarankan agar PT Gerbang NTB Emas (GNE) sebagai salah satu BUMD milik Pemprov NTB bisa dioptimalkan untuk mengelola hasil pertanian. Perusda tersebut bisa mengambil segmen komoditas unggulan untuk diserap, diolah kemudian dipasarkan. Prospek pertanian di NTB dipandang masih sangat bagus karena bisa menggerakkan ekonomi daerah. Terkait dengan harga gabah yang menjadi salah satu pemicu rendahnya pendapatan petani, Made Slamet mengatakan, meskipun di dalam satu provinsi, harga gabah atau beras ternyata tak sama, bahkan cenderung jauh berbeda. Misalnya harga beras di Kota Mataram

Perlu Perhatian Pemerintah Dari Hal. 1

Ketika Jagal Kesulitan Ternak di Bumi Sejuta Sapi Dari Hal. 1 Direktur Utama PT. GNE, Drs. H. Syahdan Ilyas, MM., mengaku sementara waktu menghentikan sementara aktivitas pemotongan di RPH Banyumulek. Hitung-hitungannya, bila RPH Banyumulek melakukan pemotongan sapi lima ekor sehari. Dengan harga rata-rata 1 ekor Rp 10 juta. Artinya, dalam sehari harus tersedia modal Rp 50 juta. Jika dalam sebulan, dipotong 150 ekor, maka biaya yang dikeluarkan mencapai Rp 1,5 miliar. Jika dihitung kembali selama setahun, maka 1.800 ekor harus tersedia. Dikalikan Rp 10 juta/ekor, maka setahun kegiatan pemotongan menelan modal Rp 18 miliar. Karena itu, sementara waktu, RPH Banyumulek masih menunggu kerjasama investor untuk mengembangkannya. Sapi-sapi biasanya didapatkan dari kelompokkelompok ternak. Tapi harganya tetap relatif tinggi. Hal ini dipertegas kembali oleh Ketua Kelompok Penjagal Hewan Kota Mataram, Pastipal Rohyadi. Pengusaha pejagal mengeluhkan sulitnya pasokan sapi potong jantan. Sulit mendapat pasokan sapi jantan potong berimbas pada tingginya harga

beli sapi hidup. Ini yang terjadi sekarang. Beberapa tahun lalu, berkunjung ke pasar ternak biasanya sesak. Karena banyaknya jumlah sapi potong yang diperjualbelikan. Belakangan, pasar ternak seperti lapangan bola. Minim ternak yang diperjual belikan. Melihat kondisi ini, program BSS yang katanya sangat berhasil malah dipertanyakan. Terbatasnya jumlah pasokan ternak, terutama sapi, memantik tingginya harga dasar pembelian. Bahkan Pastipal Rohyadi, membeli sapi berukuran besar untuk potong, hingga Rp 20 juta/ekor. Ada juga yang dibeli dengan harga Rp 15 juta/ekor. Situasinya fluktuatif, tergantung permintaan. Saat ini menurutnya situasi sedang normal. Pastipal Rohyadi enggan membahas soal untung. Sebab yang didapatkan seadanya. Hanya saja, ada bagian-bagian tidak dalam hitungan yang membuat penjagal harus tetap bertahan. ‘’Dulu-dulu, belum ada namanya BSS, dengan modal Rp1 juta ibaratnya, sudah dapat untung. Sekarang dengan modal Rp40 juta, kalau bisa dapat untung Rp100.000 sudah bagus. Yang penting bagaimana penjagal bisa ber-

tahan,” kata Pastipal. Karena persoalan itulah, jumlah pejagal di Kota Mataram khususnya makin menyusut. ‘’Dari sebelumnya anggotanya 18 penjagal, berkurang hampir 100 persen. Kita hanya 10 orang yang masih bertahan,’’ jelas Pastipal. Karena itu, beberapa rekomendasinya kepada pemerintah daerah adalah bagaimana caranya untuk memperkaya atau memperbanyak stok sapi potong di dalam daerah. Salah satu langkah yang bisa dilakukan diantaranya, menghentikan pengiriman sapi bibit bakal induk pada 5 sampai 10 tahun ke depan. Agar stok sapi potong cukup dan harga sapi di dalam daerah lebih murah. Selain itu, ia tidak setuju pengiriman sapi jantan di bawah 300 kg. Pemprov memblack list pengiriman sapi ke provinsi-provinsi yang tingkat pemotongan sapi betinyanya tinggi, seperti Sulawesi Selatan. Jika ini sudah dilakukan, pihaknya yakin pejagal di Pulau Lombok tidak akan kesulitan stok sapi jantan untuk dipotong. Tidak hanya itu, penjagal yang sebelumnya gulung tikar akibat ketiadaan stok sapi untuk dipotong bisa hidup kembali. (bul)

cenderung mahal, namun di Kota Bima harganya lebih rendah. Selanjutnya komoditas jagung juga menyumbang penurunan NTP pada bulan Februari. Padahal produk jagung tak sembarang bisa dibeli di tingkat petani saat musim panen. Ia menduga, jagung yang dipanen oleh petani sudah terlebih dahulu dipesan oleh pembeli. Jika sistemnya ijon, maka sangat disayangkan karena potensi yang besar tidak akan memberi dampak yang signifikan bagi petani itu sendiri. “ Bali banyak cari jagung asal NTB, terlebih di Pulau Sumbawa baik untuk pakan atau untuk industri. Namun perusahaan lain sudah bikin gudang disana. Jika ini sistem ijon, mestinya pemerintah turun tangan. Kalau kita mau beli jagung disana sudah tertutup, karena sudah dipesan,” katanya. Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis tingginya angka penurunan NTP di Provinsi NTB. Penurunannya bahkan tercatat sebagai penurunan tertinggi di Indonesia. Dalam rilis yang disampaikan resmi oleh Kepala BPS Provinsi NTB, Endang Tri Wahyuningsih Kamis (1/3) lalu, bulan Februari 2018 secara gabungan, NTP Provinsi NTB sebesar 106,02 yang berarti NTP bulan Februari 2018 mengalami penurunan 1,66 persen bila dibandingkan dengan bulan Januari 2018 dengan Nilai Tukar Petani sebesar 107,81. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) bulan Februari 2018 sebesar 116,11 atau menurun 0,81 persen dibandingkan dengan bulan Januari 2018 sebesar 117,05 persen. Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura (NTPH) pada bulan Februari 2018 mengalami penurunan sebesar (2,94) persen. Disebabkan karena indeks harga yang dibayar petani lebih tinggi daripada indeks yang diterima petani yaitu masing-masing sebesar 1,04 persen dan (1,94) persen. Indeks yang diterima (It) sub kelompok sayursayuran dan sub kelompok buahbuahan mengalami penurunan masing-masing sebesar (2,55) persen dan (1,14) persen yang disebabkan karena menurunnya harga wortel, kentang, bawang daun, bawang merah, kol/kubis, melon, manggis, pisang, pepaya, duku/langsat. (ris)

Harga sapi yang mahal, imbuhnya, merupakan risiko dari sistem produksi yang tidak efisien. Di mana kepemilikan peternak akan sapi rata-rata hanya 1-2 ekor sapi. ‘’Misalnya peternak pelihara 2 ekor sapi Bali dengan kenaikan berat badan 0,5 kg/hari/ ekor. Di mana harga per kg adalah Rp 42 ribu. Berarti pendapatan kotor peternak hanya Rp 42 ribu,’’ rincinya. Harga itu belum memperhitungkan pengeluaran peternak untuk pakan, jaga malam, dan membersihkan kandang. ‘’Sebetulnya harga sapi ini masih disubsidi oleh peternak. Jadi kalau dibilang mahal karena memang tidak efisien, peternak masih rugi,’’ tambahnya. Dahlan mengatakan, seharusnya pemerintah berterima kasih kepada para peternak karena mereka tahu tidak untung tetapi tetap beternak. Karena menganggapnya sebagai tabungan. ‘’Yang Rp 42 ribu itu ditabungkan selama 1 bulan menjadi Rp 1,2 juta, yang peternak itu anggap sebagai keuntungan mereka. Padahal itu belum dihitung biaya yang dikeluarkan,’’ imbuhnya. Hal itulah yang menyebabkan beternak sapi hanya dijadikan pekerjaan sampingan. Hanya menjadi tabungan saja. Ia menambahkan jika kepemilikan sapi di peternak

ditambah dari 2 ke 5 ekor bisa membuat peternak kesulitan. ‘’Kecuali ada teknologi yang murah dengan memanfaatkan limbah pertanian. Kita memang punya teknologi itu, tetapi kalau dihitung-hitung mahal juga karena bukan butuh jerami padi saja, butuh sumber protein yang harganya mahal,’’ kata Dahlan. Ia menambahkan kesulitan di NTB adalah tidak adanya industri, tidak seperti di Jawa dan Sumatera yang limbah industrinya bisa dijadikan pakan ternak. “Dedak di sini banyak dikirim ke Jawa dan Bali untuk pakan ternak ayam. Jadi kasihan peternak kita tidak ada yang bisa dipakai,” jelasnya. Di Pulau Sumbawa, imbuhnya, beda kasusnya dengan di Lombok karena kepemilikan lahan yang masih luas, sehingga bisa ditanami pakan ternak sumber protein sepertil amtoro. “Bisa tumpangsari dengan tanaman pangan yang sudah kita lakukan sejak tahun 2012 di Sumbawa yang hasilnya bagus dan menguntungkan. Di mana mereka bisa memelhara 20 ekor sapi dengan lahan seluas 4 hektar,” katanya. Sehingga tidak heran, populasi sapi di Pulau Sumbawa lebih tinggi dibandingkan di Lombok. “Makanya kita datangkan sapi dari Sumbawa untuk dipotong di Lombok,” jelas Dahlan. (uul)


4

Industri Keuangan

Ekbis NTB Senin, 5 Maret 2018

Masuk Tahun Politik

Program Redenominasi Tertunda

(Ekbis NTB/ris)

REDENOMINASI - Redenominasi uang rupiah sudah digagas sejak lama, namun hingga kini belum terealisasi. Dalam rancangan Bank Indonesia, redenominasi dengan menghilangkan tiga digit angka nol dalam mata uang rupiah.

PROGRAM redenominasi atau penyederhanaan digit pada mata uang rupiah sesungguhnya sudah dimunculkan oleh Bank Indonesia (BI) sejak tahun 2010 lalu. Munculnya gagasan redenominasi pada saat itu lantaran kinerja pertumbuhan ekonomi yang cukup bagus yaitu 6 persen dan tantangan menghadapi integrasi ekonomi regional. Ide redenominasi pada rupiah dengan menghapus tiga angka nol. Misalnya uang Rp 1000 akan menjadi Rp 1 dengan nilai yang tetap sama. Sosialisasi program redenominasi sudah dilakukan sejak tahun 2011 lalu kepada masyarakat. Terlebih sebagian masyarakat juga sudah lebih dahulu menerapkan redenominasi pada penyebutan angka. Masyarakat cenderung mengganti angka tiga nol dengan hukup “K”. Misalnya angka Rp 10.000 sudah diganti dengan penyebutan 10 K dan seterusnya. Pada kasus lain,

masyarakat sering menghilangkan penyebutan ribuan. Misalnya harga barang Rp 100.000, masyarakat biasa menyebutnya dengan sebutan 100 dengan menghilangkan angka ribuan. Tidak ada kesalahpahaman antara penjual dengan pembeli. Selain dua contoh diatas, ada sejumlah kasus lain yang membuat rupiah diredenominasi secara alami oleh penggunanya. Terkait dengan program ini, anggota Komisi XI Bidang Keuangan DPR RI H Willgo Zainar kepada Ekbis NTB mengatakan, program redenominasi tak akan dibahas tahun 2018 dan 2019 mendatang karena pemerintah mempertimbangkan tahun politik. “ Jadi di tahun 2018 dan 2019 ini kemungkinan redenominasi tidak dilakukan pembahasan serta tidak dimasukkan dalam Prolegnas,” ujar politisi Partai Gerindra ini. Selain karena ada agenda politik yang cenderung menyi-

bukkan pemerintah dan DPR, redenominasi juga akan dilakukan pada saat ekonomi sedang membaik. Pada saat ekonomi nasional sedang mengalami tantangan, pemerintah tak mau mengambil risiko akibat kebijakan redenominasi. Terlebih program redenominasi yang dilakukan sejumlah Negara, ada yang berhasil, ada juga yang mengalami kegagalan. Tujuan redenominasi adalah penyederhanaan jumlah digit pecahan rupiah tanpa mengurangi daya beli, harga atau nilai rupiah terhadap harga barang atau jasa. Program ini juga menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan terhadap mata uang rupiah. Redenominasi dapat mencegah terjadinya kendala teknis akibat jumlah digit yang besar dalam sistem non tunai. “ Namun nampaknya redemonimasi akan dibahas setelah agenda politik tahun 2019,” kata Willgo.(ris)

Calon Dirut Bank NTB Disiapkan dari Bank ”Pelat Merah” Pemegang saham telah memilih siapa saja yang akan menjadi Direktur Utama Bank NTB Syariah nantinya setelah dikonversi secara penuh dari konvensional. Dua orang yang potensial diambil dari bank pelat merah atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu Mandiri Syariah dan BNI Syariah. KEDUA CALON yang dipilih oleh pemegang saham ini setelah dilihat rekam jejaknya. Salah satu indikatornya karena mereka sudah berpengalaman dan profesional. Polanya bisa saja sama sebagaimana Direktur Utama Bank NTB saat ini, H. Komari Subakir, diminta langsung oleh Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi dari bank tempat dulu ia bekerja. Tentu dengan menempati posisinya yang sekarang, dilakukan uji

kepatutan dan kelayakan. Sekda NTB, H Rosyadi Sayuti menyebutkan, dua calon Direktur Utama Bank NTB Syariah telah diajukan namananya kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Tinggal menunggu jadwal uji kepatutan dan kelayakan. “Semuanya sudah berproses. Nanti ketika Bank NTB Syariah sudah diluncurkan secara resmi langsung pergantian direksi, termasuk dua

orang komisaris,” demikian Sekda usai mengikuti kegiatan Gathering Bank NTB, Sabtu (3/ 3) kemarin. Diketahui, pengurus Bank NTB yang berakhir masa jabatan periode kedua adalah Komisaris Independen Bank NTB Prof H Mansur Afifi, dan Komisaris Bank NTB H Lalu Sulhan. Keduanya seharusnya mengakhiri masa jabatan pada Agustus 2017, namun diperpanjang hingga Agustus 2018 atau keti-

ka Bank NTB Syariah resmi beroperasi. Sementara Direktur Utama Bank NTB H Komari Subakir, berakhir masa jabatan periode kedua pada November 2017, namun diperpanjang hingga proses konversi Bank NTB dari konvensional ke syariah rampung paling lambat Agustus 2018. Ditempat yang sama, Kepala OJK Provinsi NTB, Farid Faletehan menyebut pengajuan nama pengganti Direktur Utama Bank NTB dilakukan bersamaan dengan pengajuan permohonan izin konversi dari konvensional ke syariah. Menurutnya, proses uji kepatutan dan kelayakan

calon direktur utama bisa berjalan lebih cepat jika persyaratan terpenuhi, termasuk kesiapan manajemen dalam hal konversi. Oleh sebab itu, tim OJK dari Jakarta akan melakukan asistensi tahap ketiga dalam waktu dekat untuk melihat kekurangan yang harus disempurnakan. Namun sejauh ini Bank NTB selalu cepat merespon jika ada hal-hal yang harus segera diperbaiki. Tim OJK bersama pihak eksternal juga akan melakukan uji kepatutan dan kelayakan terhadap beberapa calon komisaris yang diusulkan oleh pemegang saham Bank NTB.(bul)

BI Dorong Percepatan Penambahan Kapasitas Bandara

Kampung Kakao di Lombok Utara Diguyur Rp 3,6 Miliar KEMENTERIAN Pertanian RI memberikan dukungan anggaran untuk pengembangan kampung kakao di Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara (KLU). Sebagai langkah awal, Kementerian Pertanian RI baru menyetujui usulan itu sebesar Rp 3,6 miliar untuk tahun ini. Anggaran tersebut nantinya akan dialokasikan untuk pemanfaatan lahan kakao seluas 200 hektar dari potensi 1.400 hektar hanya di kecamatan Gangga. Alokasi anggaran itu, Kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB, Ir. Husnul Fauzi, M. SI untuk mendukung kegiatan peremajaan tanamanan yang rusak, pemangkasan pohon, sarana pendudukung jaringan perpipaan. “Saat ini tahapannya sedang dilakukan verifikasi CPCL (Calon Petani Calon Lahan),” kata Husnul Fauzi pekan kemarin. Pengembangan kampung kakao di Lombok Utara ini dalam rangka menyambut tumbuhnya investasi besar di Lombok Utara, yakni Pembangunan Global Hub Bandar Kayangan. Lalu bagaimana proses hilirisasinya kemudian? Kepala dinas juga menjelaskan bahwa pemerintah daerah akan bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) di Pulau Jawa. Puslitkoka yang akan memberikan referensi pabrik pabrik di Pulau Jawa yang akan melakukan pengolahan kakao menjajadi produk cokelat siap pasar. Menariknya produk yang dihasilkan itu dengan branding kakao Lombok. “Mentahnya (biji kakao) akan dikirim dari NTB ke pabrik. Nanti balik ke Lombok dalam bentuk cokelat dengan nama NTB,” kata kepala dinas. Cara ini dilakukan karena cukup berat mengembangkan industri rumahan di daerah. Apalagi pasar sudah sangat selektif terhadap produk produk rumahan. Syaratnyapun cukup beragam. “Cokelat kita akan perkenalkan ke pasaran dengan lebel pabrikan. Sambil kita belajar dan matang membuat cokelat seperti pabrikan,” demikian Husnul. (bul)

Husnul Fauzi

Farid Faletehan

(EKbis NTB/bul)

Syawaluddin menerima Pataka dari Ketua Panitia, setelah terpilih sebagai Ketua HIPMI NTB.

Syawaluddin Terpilih Pimpin HIPMI NTB BPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Provinsi NTB telah memilih kembali ketuanya melalui Musda ke-13 yang dilaksanakan pada Kamis (1/3) pekan kemarin di Mataram. Sawaluddin dipilih secara aklamasi sebagai ketua baru periode 2018-2021. Syawaludin menggantikan Sultan Kertapati yang masa jabatannya sudah selesai. Pemilihan ketua BPD HIPMI kali ini berlangsung cukup menarik. Tetapi tetap melalui mekanisme musyawarah mufakat sebagai kultur penentuan ketua di HIPMI Sebelumnya, adu visi misi juga dilakukan oleh panitia. Ada empat calon yang mencuat namanya sebagai Ketua BPD Himpi. Diantaranya, Sawaluddin, Saefuddin, I Made Agus Ariana, dan L. Azril Sopandi. Pada kegiatan adu visi misi ini, beberapa senior yang ada

di HIPMI NTB hadir langsung. Diantaranya, Huzaeni Areka, H. Yudistira Capriyadi. Dalam proses Musda ini, mengerucut dua nama dari empat calon yaitu Sawaluddin dan L. Azril Sopandi. Keduanya memperebutkan 15 suara dari BPD dan BPC. Memang menarik Musda HIPMI NTB kali ini. L. Azril memilih mengundurkan diri dari pencalonan, serta ikut mendukung sepenuhnya Sawaluddin menjadi Ketua HIPMI NTB. Karena ia meyakini, bahwa mengabdi untuk organisasi tak mesti harus dengan menjadi ketua. Sawaluddin menerima Pataka HIPMI, sebagai simbol terpilihnya ia menjadi pemimpin baru. Dalam kesempatan itu, Syawaluddin mengatakan, sebagai organisasi tempat berhimpun pengusaha muda, dia memastikan bahwa HIPMI akan bersinergi dengan pemerintah

daerah untuk mendorong dan menumbuhkan semangat berwirausaha di kalangan pemuda. Ketua DPC Partai Gerinda Kabupaten Lombok Timur yang biasa disapa Aweng ini mengatakan, saat ini semangat dari kalangan anak muda untuk berwirausaha atau menjadi pengusaha cukup meningkat. Oleh karena itu, sebagai ketua HIPMI NTB terpilih, ia siap membimbing dan mengarahkan kepada para pengusaha pemula yang notabenenya anak - anak muda, untuk terus mengembangkan dan memajukan usaha tersebut. PR besar adalah bagaimana memangkas pola pikir generasi muda, dari pemikiran tradisional menjadi PNS atau pegawai. Tetapi mindset generasi muda harus melirik sektor kewirausahaan yang potensinya tidak kecil di NTB. “berwirausaha atau menjadi pengusaha adalah sebuah solusi. Prinsip utama menjadi pengusaha harus ada keberanian, dan mampu menangkap potensi peluang usaha yang ada disekitarnya,” ujarnya. Ini adalah momentum kebangkitan kembali HIPMI yang selama ini terkesan mati. “Saya katakan bahwa HIPMI harus bisa di rasakan dan di nikmati keberadaannya oleh setiap pengusaha muda yang ada di NTB ini. 10.000 pengusaha baru dan entrepreneurship muda di HIPMI perguruan tinggi di semua universitas/politeknik di NTB adalah target saya ,” demikian Aweng. (bul)

BANK Indonesia (BI) terus memantau pergerakan pertumbuhan pembangunan di Provinsi NTB. Ada potensi pertumbuhan yang cukup besar, bahkan bisa melebihi ekspektasi saat ini. Karena itu, pemerintah harus menyiapkan seluruh aspek pendukungnya sejak dini. Terutama soal kapasitas bandara. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Achris Sarwani telah melihat rencana yang akan dilakukan oleh PT. Angkasa Pura I dalam membangun Lombok International Airport (LIA). Ia mengatakan, sangat penting pembangunan LIA harus jauh lebih besar dari apa yang direncanakan saat ini. Dalam dua tahun kedepan, ia memproyeksikan pertumbuhan pembangunan, investasi dan pergerakan orang dari dan ke NTB akan cukup padat. “Antisipasi dari sekarang. Jangan sampai setelah lebih padat baru direncanakan. Jangan orang mau masuk malah tidak bisa,” kata Achris menyinggung soal bandara. Ditemui usai mengikuti kegiatan Bank NTB di Mataram, Sabtu (3/3) kemarin, Achris telah mulai membaca potensi perkembangan NTB. Kalkulasinya tidak lepas dari derasnya arus investasi yang datang seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika dan investasi lainnya. Hal penting yang menurutnya harus menjadi perhatian bersama soal kapasitas bandara LIA yang dinilai sudah mulai penuh. Karena itu, PT Angkasa Pura harus segera mengeksekusi jalan keluarnya. Tempat parkir pesawat dan lan-

dasan pacu menurutnya sangat mendesak diperluas dan diperpanjang. Sehingga sejalan dengan progres pembangunan kawasan-kawasan potensial di NTB. “Misalnya sekarang perjam mampu sampai sepuluh penerbangan di LIA. Semakin kedepan tentunya akan semakin sibuk bandara. Paling penting, daya tampung pesawat dan naik turun landasan yang membawa penumpang kapasitasnya ditambah dan harus mulai dari sekarang,” ujarnya. Sebelumnya ada keinginan pemerintah pusat membuka ruang kerjasama kepada pemodal di luar negeri untuk mengelola beberapa bandara di Indonesia, salah satunya LIA. Achris tak ingin jauh masuk di ranah itu. Tetapi ia mengingatkan, jika pengelola bandara tidak memiliki anggaran yang cukup untuk membangun LIA saat ini. Harusnya disegerakan mencari alternatif-alternatif pembiayaan untuk mengembangkan objek vital ini. “Kalau tidak punya uang cari saja. nantinya secara bisnis sekarang sudah over capacity, sementara penerbangan sudah banyak masuk. Coba saja nanti perhatiaan, setelah acara IMF (Pertemuan tahunan Bank Dunia di Bali akhir tahun ini), perhatikan perkembangan di NTB. Jangan sampai bandara akan menjadi faktor keluhan. Jangan sampai duluan keluhannya datang. Sehingga antisipasi dari sekarang,” ujarnya. Penyesuaian kapasitas bandara ini menjadi perhatiannya, karena akan sangat berkaitan erat dengan seluruh pembangunan di daerah.(bul)

Achris Sarwani


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.