Ekbis NTB
MINGGUAN TERBIT SEJAK 15 AGUSTUS 2016 E-mail: ekbisntb@gmail.com
SENIN, 26 MARET 2018
4 HALAMAN NOMOR 25 TAHUN KE 2 TELEPON: Iklan/Redaksi/ Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
Kekuatan Ekonomi dan Dunia Usaha NTB
Fokus ke Sektor Produksi, Bank Mandiri Salurkan KUR Klaster
Usaha Batu Bata yang Tak Lekang oleh Waktu KEPULAN asap pembakaran batu bata langsung menyambut Ekbis NTB saat memasuki sebuah bangunan sederhana di Dusun Batu Tinggang, Desa Labulia, Jonggat, Lombok Tengah. Seorang buruh tampak sedang membolak-balikkan sekam padi yang menjadi bahan pembakaran batu bata tanpa peduli dengan kepulan asap dan abu yang beterbangan. Di satu sisi, seorang buruh juga sedang sibuk menyusun batu bata yang baru selesai dibuat menjadi tumpukan untuk dijemur sebeum kemudian dibakar. Halaman 2
(Ekbis NTB/uul)
BANK Mandiri berkeinginan terus mendukung pengembangan sektor-sektor produksi dalam penyaluran program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pada tahun 2018 ini, perseroan menargetkan dapat meningkatkan porsi penyaluran ke sektor produksi menjadi 50%, dari tahun sebelumnya yang berada di kisaran 47%. Halaman 3.
Anas Zaini
Sulitnya Petani Lepas dari Jeratan Tengkulak
HUJAN baru saja mengguyur Kota Praya Lombok Tengah. Tapi beberapa kelompok buruh tani yang sedang memanen padi seolah tidak merasa terganggu dengan datangnya hujan. Justru semakin menambah semangat mereka untuk bekerja meskipun tanah sawah yang mereka pijak semakin becek dan basah oleh hempasan air. Tampak pemilik lahan sibuk membantu para buruh untuk menimbang karung-karung gabah yang dihasilkan hari itu. “Lumayan dapatnya 2 ton lebih dari luas lahan 40 arean,” terang Awaluddin, salah satu petani di Kelurahan Praya Lombok Tengah di sela-sela menimbang padinya akhir pekan kemarin. Namun, Awaluddin hanya bisa pasrah, jika padi yang sudah selesai dipanen sudah dijual langsung pada tengkulak sebelum panen dilakukan. Meski harga yang ditawarkan tengkulak agak sedikit menguntungkan, pihaknya ber-
harap keuntungan lebih dari hasil penjualan gabah dalam kondisi basah. Sekarang ini, harga per ton gabah basah bisa mencapai Rp 4 juta per ton dengan harga Rp 400 ribu/100 kg. “Kalau kita sih maunya harganya kisaran Rp 450 ribu/timbang, tetapi karena ini sistemnya lelang ada yang tawar Rp 300 ribuan/timbang sama tengkulak, “ ujarnya pasrah. Dirinya bersama petani yang lain di Praya hanya bisa menerima dengan pasrah yang sudah ditentukan tengkulak, karena tidak memiliki akses langsung ke pasar atau penampung gabah untuk dijual. Meski demikian, dirinya harus rela menunggu hingga 3 bulan untuk pembayaran gabah, karena masih diutang sama tengkulak. “Yang penting kita terima uangnya, itu pun kadang diutangin dulu sama tengkulaknya sampai 1-3 bulan. Kita sudah
Bulog ’’All Out’’ Serap Gabah dan Beras Petani PERUM Bulog bersaing ketat pul gabah di Kecamatan Sakra, Lomdengan pengusaha dari luar daerah, bok Timur. Rata-rata harganya Rp4.600/Kg. Harga itu unterutama dari Bali dan Jawa untuk tuk pembelian gabah komenyerap sebanyak-banyaknya tor, belum lagi ditambah gabah dan beras petani NTB ongkos angkut dari sawah yang saat ini sedang musim ke pinggir jalan. “Padi petpanen. Kondisi ini tentu menani sekarang dibeli langguntungkan bagi sung di sawah. Tidak langpetani.Persaingan ini memicu sung di timbangan. Harga kenaikan harga gabah di juga sudah jadi di tingkat petani, melamsawah,” ujar Kahabung di atas Harga rudin pada media Eceran Tertinggi ini belum lama ini. (HET) gabah Rp Kepala Divre 3.750/Kg. Perum Bulog Sementara Wilayah NTB, harga gabah di Achmad Ma‘mun tak tingkat petani memungkiri tingginya berkisar Rp4.600/ persaingan di lapangan. Kg sampai Rp4.8Panen raya biasanya 00/Kg. seperti diberlaku pada Maret, akui Kaharuddin, Achmad Ma‘mun salah satu pengeBersambung ke hal 3
MUSIM panen raya padi di musim kering pertama ini memang menjadi waktu yang tepat bagi para tengkulak untuk berburu gabah milik petani yang kemudian disalurkan ke pasar. Tetapi tidak jarang, gabah hasil petani di Lombok dibawa ke luar daerah karena ditawar oleh tengkulak. Menurut Pengamat Ekonomi dari Fakultas Pertanian, Universitas Mataram, Dr. Ir. Anas Zaini, M.Sc., padi merupakan komoditi yang diawasi oleh pemerintah, sehingga berlaku hukum pasar, di mana dihargai lebih tinggi di situlah barang akan dibawa. “Lagian sekarang serapan Bulog atau stok penyangga berasnya tidak besar seperti tahun kemarin, di mana tahun dulu mencapai 91.000 ton untuk NTB untuk bantuan beras miskin,” terangnya saat ditemui beberapa waktu lalu. Bantuan yang sekarang berubah nama menjadi bantuan pangan non tunai yang dulu diberikan jatah 15 kg/keluarga sekarang berkurang menjadi 10 kg/ keluarga otomatis kuantitas beras juga berkurang. “Bulog juga berpikir kalau menyerap sama seperti dahulu sementara alokasi untuk bantuan berkurang, nantinya kan mau diapakan,” jelasnya. Sisi positifnya, serapan panen inilah yang diisi oleh para tengkulak ini yang mengambil alih tugas Bulog. “Alhamdulillah jika harganya jauh di atas harga pembelian pemerintah, itu bagus,” kata Anas. Apapun itu, pemerintah tidak boleh mengorbankan petani karena kesejahteraan petani itu nomor satu. “Dengan beras mengalir ke luar daerah dimana harganya lebih mahal, diharapkan tentu saja efek transmisi harga berdampak ke petani,” ujarnya. Harga beras di pasaran yang sekarang berkisar Rp 9-10 ribuan untuk beras medium, di mana jika HET yang ditetapkan pemerintah lebih maka menjadi tanggung jawab pemerintah untuk menstabilkan harga. “Meskipun dikirim ke luar daerah, tidak berpengaruh karena memang itu tugas Bulog untuk menjaga supaya beras medium tidak melampaui HET.
panen kedua kali baru dibayar kadang,” ceritanya. Diakuinya, harga yang dibeli tengkulak senilai Rp400 ribu per 100 kg bisa dibilang lumayan menguntungkan. Tengkulak bisa menjual harga gabah lebih dari Rp450 ribu per 100 kg pada pihak pengusaha yang memiliki modal besar. Itu artinya, keuntungan yang diperoleh tengkulak di lapangan sangat besar dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh petani. Untuk itu, Awaluddin mengaku ingin menjual hasil pertaniannya ke Bulog. Syaratnya, petugas Bulog yang langsung melakukan penawaran atau pembelian harga petani di lapangan, sehingga petani bisa memperoleh keuntungan yang maksimal.
Bersambung ke hal 3
PANEN - Petani di Lombok Tengah sedang memanen padinya. Sayangnya, sebagian besar padi yang dipanen ini sudah dibeli langsung oleh tengkulak sebelum dipanen.
(Ekbis NTB/uul)
Musim panen padi di NTB telah dimulai. Di beberapa kawasan yang selama ini menjadi sentra penanaman padi di Pulau Lombok, sejumlah petani telah memanen padinya. Para pengusaha gabah dan tengkulak dari dalam daerah dan luar daerah sudah mulai turun membeli gabah petani. Di satu sisi, harga beras di pasaran semakin mahal, yakni Rp9.000 hingga Rp10.000 lebih untuk beras medium. Padahal, di NTB khususnya pada bulan Maret dan April ini adalah musim panen padi. Akankah petani di NTB menikmati hasil panen dengan harga yang menjanjikan atau justru sebaliknya?
Petani Sulit untuk Sejahtera
Bersambung ke hal 3
Tidak Ingin Harga Gabah Terlampau Tinggi
Sabri M Amin
Harga Gabah Bagus, Waspadai Tengkulak
HARGA gabah kering panen di NTB pada musim panen saat ini secara umum memberi keuntungan kepada petani, karena harga pembeliannya di atas Rp 4.000 per kilo, baik yang diserap oleh Perum Bulog maupun oleh pengusaha. Terlebih di musim tanam kemarin tak banyak mengalami hambatan seperti ancaman hama, sehingga kualitas produksi padi yang dihasilkan sangat bagus. Meski petani senang dengan harga gabah saat ini, namun tidak ingin juga harga gabah terlalu tinggi. Karena akan merepotkan konsumen secara umum lantaran harga beras berpotensi cenderung naik. Apalagi petani di Lombok lebih banyak yang berstatus buruh tani atau menggarap lahan milik orang lain, sehingga jika harga gabah terlampau tinggi, tentunya akan berdampak terhadap mereka saat membeli beras. Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Wilayah NTB Sabri M Amin kepada Ekbis NTB mengatakan, pemerintah memang cukup kesulitan mengontrol aktivitas usaha pihak swasta dalam bisnis beras. Misalnya pengusaha dari Bali banyak yang datang ke NTB membeli gabah ke petani sambil menjual telur ke konsumen di daerah ini.
(Ekbis NTB/dok)
KALANGAN DPRD NTB melihat bagusnya harga gabah pada musim panen tahun ini akan memberi keuntungan bagi petani itu sendiri. Karena tidak selamanya musim panen petani dapat menambah hasil penjualan. Tak jarang pada saat panen raya, harga gabah anjlok, sehingga membuat petani rugi. Anggota Komisi II Bidang Pertanian DPRD NTB Ir. Made Slamet, MM kepada Ekbis NTB mengatakan, jika harga gabah pada musim panen kali ini cukup bagus, maka itulah yang diharapkan oleh pemerintah dan DPRD NTB. Tak perlu mencemaskan tingginya serapan pengusaha luar daerah akan berdampak pada tingginya harga beras dikemudian hari. Stok beras untuk beberapa bulan kedepan akan bisa terpenuhi oleh beras impor yang menjadi kebijakan pemerintah saat ini. “ Jadi, inilah kabar baik bagi petani. Adapun soal kekhawatiran kekurangan beras itu tidak akan terjadi, kan ada cadangan dari import,” kata Made Slamet. Menurutnya, kualitas beras yang dihasilkan oleh petani NTB sangat bagus. Faktor itu pula yang menyebabkan banyak pengusaha dari luar daerah membeli padi saat panen raya di daerah ini. Tidak hanya padi, komoditas lain yang dihasilkan oleh petani NTB selalu unggul, mulai dari jagung, rumput laut, sapi dan lainnya. Politisi PDIP ini mengatakan, meski petani diuntungkan pada saat panen raya kali ini, namun harus diwaspadai adanya mafia atau tengkulak yang berpotensi membuat hasil penjualan tak maksimal di tingkat petani.
Bersambung ke hal 3
(Ekbis NTB/dok)
Hj. Budi Septiani
ing dan Jerowaru, Lombok Timur. Lalu ke Senteluk, Batu Layar Lombok Barat. bagi petani yang sedang panen, Bulog diminta langsung menyerap gabah tersebut, dengan harga yang berlaku di lapangan. Bahkan pada pemantauan kemarin, Bulog Wilayah NTB membeli langsung dengan harga Rp 4.300/Kg. Dengan cara ini diharapkan stok pangan dalam negeri dapat dikendalikan dan harga dapat dinikmati oleh petani. NTB adalah salah satu dari 12 lumbung potensial pangan negeri ini. Karena itu, ia ingin memastikan sekaligus mengajak tim Sergab di daerah ini untuk mengamankan lumbung ini.
Bersambung ke hal 3
Husnul Fauzi
(Ekbis NTB/dok)
(Ekbis NTB/dok)
Harga dan Serapan Dimonitor TIM Serap Gabah (Sergab) pusat dan daerah aktif memonitor perkembangan harga gabah, dan serapan yang dilakukan oleh Bulog. Didukung kuat oleh TNI. Kementerian Pertanian RI melalui Badan Ketahanan Pangan RI, telah menandatangani kesepakatan kerjasama dengan Mabes TNI, didukung BRI. Kerjasama ini juga diteruskan di daerah. Tim Sergab pusat dan daerah pada pekan pertama bulan ini bahkan telah turun turun ke NTB, mengunjungi lokasi panen padi di Pulau Lombok. Kepala Badan Ketahanan Pangan pusat, Agung Hendriadi turun langsung bersama jajaran di daerah. Pemantauan dilakukan di Wilayah Kecamatan Sikur, Rens-
Bersambung ke hal 3 Made Slamet (Ekbis NTB/dok)