MINGGUAN TERBIT SEJAK 15 AGUSTUS 2016 E-mail: ekbisntb@gmail.com
SENIN, 21 MEI 2018
Ekbis NTB
4 HALAMAN NOMOR 32 TAHUN KE 2 TELEPON: Iklan/Redaksi/ Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
Kekuatan Ekonomi dan Dunia Usaha NTB
Pasar Tradisional dengan Konsep Syariah Masih Sepi Pengunjung
Jumlah TKI Masih Tinggi, Remitansi Cenderung Turun JUMLAH remitansi atau kiriman dana TKI dari luar negeri ke kampung halaman di NTB cenderung mengalami penurunan dari tahun-ke tahun. Misalnya di tahun 2016, remitansi yang dikirim lebih dari Rp 1,7 triliun, selanjutnya turun menjadi Rp 1,56 triliun lebih di tahun 2017. Jumlah remitansi yang dikirim ke daerah semestinya tidak turun karena jumlah TKI yang asal NTB yang bekerja di luar negeri masih sangat besar. Halaman 4
PREDIKATwisata halal yang dimiliki oleh NTB membuat masyarakat semakin sadar untuk menggunakan konsep islami dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah konsep syariah yang dianjurkan dalam agama untuk menghindari riba dalam berniaga. Berkaca dari hal itulah yang membuat Drs. Nurdin Ending,MM sejak awal tahun 2018 ini menggagas pasar syariah untuk mengelola sebuah pasar tradisional. Halaman 4.
Sahminuddin
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah menginformasikan pada pemerintah dan petani bahwa musim kemarau tahun 2018 ini datang lebih awal. Karena itu, pemerintah sangat diharapkan hadir dan memberikan solusi. Jangan sampai hanya berdiam diri dengan permasalahan kekeringan yang dihadapi petani. Atas kondisi ini, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Provinsi NTB, H. Sabri M. Yasin, menyebut satu solusi yang tepat men-
gatasi itu adalah penyediaan pompa air. Pompa-pompa air menjadi kebutuhan utama petani di musim kemarau, sehingga pemerintah harus memperbanyak memberikan bantuan pada petani. Diakuinya, sejumlah kawasan di Pulau Lombok, khususnya bagian selatan dilanda kekeringan. Kondisi ini juga berdampak pada pertumbuhan padi petani yang terkendala air untuk mengairi sawahnya. Untuk itu, sebagai pihak yang mewakili petani mengharapkan pemerintah segera bertindak. Baru-baru ini, Balai Wilayah Sun-
gai (BWS) telah mengumpulkan seluruh Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) di Pulau Lombok. H. Sabri yang mewakili GP3A di Gegutu, Gunung Sari Lombok Barat menerima penjelasan dari BWS, jika sekarang ini pasokan dan ketersediaan air berkurang. Karena itulah, pemanfaatan air harus dilakukan lebih optimal, dan diatur merata. “Tidak boleh yang dekat sumber air saja yang menerima air melimpah.
(Ekbis NTB/bul)
(Ekbis NTB/bul)
Pemerintah Harus Hadir di Tengah Petani
Bersambung ke hal 2
H. Sabri
Kemarau, Produksi Padi Terancam Turun Hujan yang turun di beberapa daerah di Pulau Lombok beberapa waktu lalu, menggoda petani menanam padi. Mereka tidak pernah berpikir, bahwa hujan turun hanya sesaat. Yang dipikirkan hanyalah bagaimana bisa menyemai benih dan mengolah lahan pertaniannya kemudian menanam padi. Hujan yang turun hanya beberapa saat kemudian terhenti. Lahan pertanian yang sebelumnya terisi air, perlahan mengering karena pasokan air seret. Kini, tanaman padi pun terancam gagal panen.
SIANG itu, H. Mawardi, seorang petani di Desa Rumak, Kecamatan Kediri, Lombok Barat tampak sedang mengawasi tanaman padinya yang baru berusia 6 minggu. Di sebelahnya, pipa air sepanjang belasan meter tampak mengairi dua petak sawahnya yang sebelumnya tampak kering. ‘’Tanamannya memang kelihatan hijau, karena sempat dipupuk dulu. Kalau belum dipupuk, kering dia seperti tanaman di sebelah,’’ terangnya pada Ekbis NTB sambil menunjukkan lahan pertanian di sebelahnya yang mulai mengering.
Perubahan Iklim Tidak Bisa Dihindari KONDISI iklim beberapa tahun terakhir memang mulai berubah, terutama karena adanya pemanasan global. Seperti disampaikan pengamat dari Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Prof. Dr. Ir. Baharuddin AB, MS. Ia menjelaskan, pemanasan global membuat iklim menjadi berubah. “Persoalan iklim ini cenderung lebih banyak keringnya dibandingkan dengan musim basahnya,” terangnya saat ditemui Ekbis NTB pekan kemarin. Perubahan ini, terangnya, sudah mulai dirasakan sejak beberapa tahun terakhir bahkan sampai sumur resapan juga ikut mengering. “Kalau dulu iklim di Indonesia mengenal rumusan umum di mana setiap 6 bulan sekali iklimnya berubah. Tetapi itu tergantung per daerah, berbeda lama musim hujan dan musim keringnya,” ujarnya. NTB bersama dengan NTT merupakan dua daerah yang memiliki karakteristik dengan musim kering lebih panjang daripada daerah lainnya, baik di dataran rendah dan dataran tinggi. Sekarang ini, musim kering sudah mulai melanda NTB dan menyebabkan kekeringan bagi areal pertanian yang sudah telanjur ditanami padi oleh petani. Pak Bahar – sapaan akrabnya — tidak mengatakan petani di NTB salah prediksi dalam menanam padi.
Bersambung ke hal 2
(Ekbis NTB/uul)
Bersambung ke hal 2
Baharuddin AB
NTB Masuk Musim Kemarau BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Kediri Lombok Barat (Lobar) mengatakan hampir semua wilayah NTB sudah masuk musim kemarau. Untuk itu, petani tadah hujan diimbau agar tak melakukan penanaman komoditas pertanian tertentu seperti padi untuk menghindari gagal panen. “Beberapa daerah memang sudah mulai ada yang tidak kebagian hujan selama satu bulan. Rata-rata seperti itu. Sehingga hampir semuanya masuk musim kemarau seluruh NTB di akhir Mei nanti,” kata Kepala Stasiun Klimatologi Kediri Lobar, Wakodim, SP, (Ekbis NTB/uul) MM., belum lama ini. Karena beberapa daerah sudah memasuki musim kemarau, maka ketersediaan air sudah mulai berkurang, sehingga untuk daerah-daerah tertentu, penanaman komoditas pertanian padi harus disesuaikan dengan kondisi cuaca. Ia mengatakan, berdasarkan informasi dari BMKG, nantinya Dinas Pertanian yang akan memberikan rekomendasi kepada petani. “Jangan memaksa menanam padi pada saat musim kering ini. Untuk komoditas padi yang utamanya daerah tadah hujan dihindari. Tapi yang sawah irigasi teknis masih bisa ditanam padi,” ujarnya. Disinggung mengenai kemarau yang melanda NTB saat ini, Wakodim mengatakan kondisinya masih normal.
(Ekbis NTB/kir)
MENYUSUT - Kondisi Bendungan Batujai yang sudah mulai menyusut dan berpengaruh terhadap pasokan air ke irigasi lahan pertanian di Lombok Tengah dan Lombok Barat. Sementara nampak lahan padi di Rumak Kediri yang kekurangan air. Petani terpaksa menggunakan pompa untuk mengairi sawahnya (kanan)
Pasokan dan Ketersediaan Air Menyusut BALAI Wilayah Sungai (BWS) Nusa din Julaidy, MM., MT., menjelaskan, penTenggara I mengungkapkan pasokan dan gelolaan air di NTB terdiri dari dua ketersediaan air di sejumlah bendungan Wilayah Sungai (WS). WS Lombok dan di NTB mengalami penyusutan. Faktor WS Sumbawa. Di WS Lombok, ada tiga bendungan teknis dan non teknis menjadi penyebabnya. Karena itulah, semua pihak yang utama, di Lombok Tengah ada Bendunberkepentingan dalam pemakaian air gan Batujai dan Bendungan Pengga, lalu Bendungan Pandan Duri, Lombok harus lebih bijak memanfaatkannya. Timur. WS Lombok juga mengelola Dalam hal ini, BWS berupaya maksi197 DAS. Sementara WS Sumbamal agar seluruh embung, bendwa, terdapat sebanyak 555 DAS. ung atau bendungan yang ada Khususnya untuk WS Lombok, di Pulau Sumbawa dan Pulau Gede Suardiari menyebut, secara Lombok dimanfaatkan optimal. hidrologi, intensitas hujan turun BWS pun tetap berkoordinasi di bagian barat Pulau Lombok lebdengan stakeholders, hingga penih baik dari dibandingkan gawasan menjadi prioritas. wilayah selatan, sehingga, Kasi OP Balai ketersediaan airnya ada Wilayah Sungai (BWS) yang melimpah, ada juga Nusa Tenggara I Ir. yang kekurangan. Gede Suardiari, Setiap tahun, potenMT, didampisi air yang ada di WS ngi Humas Lombok mencapai BWS Nusa 3,7 miliar meter kuTenggara I, bik (bersumber Abdul Hanan, dari air hujan dan Gede Suardiari mewakili Kepamata air). la BWS Nusa Bersambung ke hal 2 Tenggara I, Ir. As-
Bersambung ke hal 2
Diprediksi Mengganggu Target Produksi
Kekeringan Berpotensi Bertambah KEKURANGAN pasokan air di beberapa wilayah di NTB oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) NTB belum mengganggu target tanam dan produksi, baik komoditas pertanian, hortikultura maupun perkebunan. Kepala Distanbun NTB, Ir. Husnul Fauzi, M. Si mengatakan, iklim masih normal. Terhadap wilayah-wilayah yang terbatas ketersediaan airnya, ske-
(Ekbis NTB/bul)
nario tanam dilakukan. “Cuaca masih normal. Bahkan saat ini bagus untuk komoditas perkebunan, tembakau misalnya. Tidak masalah, karena saat musim kemarau panjangpun, produksi kita terlalu besar pengaruhnya,” ujarnya pada Ekbis NTB pekan kemarin. Berdasarkan data sementara Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB, dampak perubahan iklim (kekeringan) yang terjadi pada tanaman pangan padi di NTB pada musim tanam 2018 yang paling diperhatikan adalah Kabupaten Lombok Tengah dengan total luas 4.360 hektar. Kondisi kekeringan yang terjadi di Kabupaten Lombok Tengah sudah mengalami kondisi yang sangat memprihatinkan, dan tenHusnul Fauzi t u n y a
(Ekbis NTB/kir)
KERING - Seorang petani di Desa Tanak Awu berjalan di antara tanaman padi yang sudah menguning akibat kekeringan. Pemkab Lombok Tengah tidak tinggal diam melihat kondisi tersebut dan telah berusaha melakukan penanggulangan melalui pompanisasi dan irigasi. Upaya tersebut merupakan hasil koordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan penanggulangan terhadap bencana alam kekeringan yang terjadi saat ini.
Dalam upaya tersebut, pemerintah hanya mampu menanggulangi 412 hektare areal tanaman padi yang ada di wilayah Kecamatan Praya Barat Daya dan 45 hektare di wilayah Kecamatan Jonggat melalui irigasi dan pompanisasi apabila areal tersebut tidak bisa dijangkau oleh irigasi teknis.
Bersambung ke hal 2