Edisi Senin, 9 april 2018 | Ekonomi Bisnis

Page 1

MINGGUAN TERBIT SEJAK 15 AGUSTUS 2016 E-mail: ekbisntb@gmail.com

SENIN, 9 APRIL 2018

Ekbis NTB

4 HALAMAN NOMOR 27 TAHUN KE 2 TELEPON: Iklan/Redaksi/ Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257

Kekuatan Ekonomi dan Dunia Usaha NTB

Alat Dapur Monjok Baru yang Bersaing dengan Produksi Pabrik TIDAK hanya Babakan yang dikenal sebagai sentra kerajinan perabotan rumah tangga yang terbuat dari stainless steel dan aluminium. Tetapi kawasan Monjok Baru juga sejak dulu dikenal sebagai sentra kerajinan ini, terbukti dari banyaknya warga yang berprofesi sebagai perajin perabotan rumah tangga ini. Hasilnya pun tidak kalah dengan perabotan rumah tangga produksi pabrik. Halaman 2

Sektor Perdagangan Paling Tinggi Serap KUR di NTB SEKTOR perdagangan besar dan eceran di NTB tercatat yang paling tinggi menyerap Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari perbankan. Berdasarkan data dari SKIP, dari jumlah realisasi KUR sampai bulan Maret 2018 sebesar Rp 179 miliar, nilai KUR untuk pedagang besar dan eceran mencapai Rp 109,7 miliar. Dari angka itu jumlah debitur sebanyak lebih dari empat ribu debitur. Halaman 3

Pangkas Peran Tengkulak SEJAUH ini petani di NTB masih sangat bergantung kepada para tengkulak dalam memasarkan hasil produksi pertaniannya. Kerjasama semacam ini sudah berjalan sangat lama seiring dengan konsep saling membutuhkan. Namun keterlibatan tengkulak yang terlalu besar terhadap mata rantai penjualan produk justru sering tidak menguntungkan petani yang menjadi produsen produk. Karena petani sering mendapat untung yang tak besar atau bahkan sering rugi meskipun harga sedang bagus di pasaran. Anggota Komisi II Bidang Pertanian DPRD NTB Dr. TGH. Hazmi Hamzar kepada Ekbis NTB mengatakan, pemerintah sangat perlu menjembatani antara petani dengan pasar. Karena pola ini akan sangat membantu petani dalam memasarkan hasil produksinya dengan harga yang lebih bagus. “Pemerintah harus mampu menjembatani kepentingan petani dengan pasar. Bagaimana kita menyalahkan tengkulak, karena petani juga selama ini kerjasama dengan tengkulak,” Hazmi. Hazmi menegaskan, yang menjadi persoalan selama ini adalah jalur distribusi barang. Peran pemerintah yaitu memotong jalur distribusi penjualan produk pertanian. Ini harus dilakukan agar harga di pasaran tidak terlalu diatur oleh para tengkulak. Harus diakui, para tengkulak sangat jeli m e m p e rhatikan permintaan dan stok produk di pasaran. Begitu juga terkait dengan informasi turun naikknya h a r g a barang, mereka memahaminya dengan baik sehingga harga diatur sesuai dengan kondisi.

Keterlibatan tengkulak dalam menyerap hasil pertanian di NTB sangatlah besar. Banyak hasil pertanian, seperti padi, jagung, bawang merah, bawang putih, kedelai dan hasil bumi lainnya dibeli tengkulak. Peran besar tengkulak tidak bisa dipungkiri. Saat Bulog sebagai badan usaha milik pemerintah yang ditugaskan menyerap hasil pertanian tidak mampu menyerap hasil pertanian, salah satunya bawang merah, tengkulaklah yang menjadi pengendali.

(Ekbis NTB/rus)

Bersambung ke hal 3

BERDASARKAN catatan Badan Pusat Statistik (BPS), keuntungan yang diambil oleh pengepul/tengkulak, khususnya untuk komoditas hortikultura bawang merah tercatat tertinggi ke dua di Indonesia. Ini berdasarkan catatan BPS yang melihatnya dari pola distribusi yang baru dirilis pada bulan Maret 2018 lalu. Tingginya keuntungan yang diperoleh para tengkulak ini tentu tidak sepadan dengan keuntungan yang diperoleh petani. Sebagai contoh, harga jual beli bawang merah dari petani ke pengepul di sebagian wilayah di Kabupaten Bima masih belum berpihak pada petani. Pasalnya harga jualnya akan disesuaikan dengan musim serta tergantung kondisi pasaran. Memasuki musim panen harganya turun drastic. Sedangkan pada musim tanam harganya melonjak tinggi. Inilah realita yang dihadapi petani bawang di Bima yang merupakan

sentra penanaman bawang di NTB, selain di Lombok Timur dan daerah lainnya. Seperti diakui Salmah, petani bawang merah asal Desa Risa, Kecamatan Woha. Menurutnya, saat musim atau masa panen, harga bawang bisa menurun di bawah angka Rp1 juta atau kisaran Rp800.000 per kuintal setara 100 kilogram. Kondisi ini tentu saja membuat mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Para petani hanya bisa pasrah. ‘’Seperti masa panen bulan lalu harganya di bawah Rp1 juta. Pengaruh turunnya karena banyaknya bawang di pasar. Dan sekarang musim tanam, saya dengar harganya naik,’’ katanya saat dihubungi Ekbis NTB, akhir pekan kemarin. Menurut dia, harga ini sangat merugikan petani. Sebab harganya tidak sebanding dengan biaya saprodi dan perawatan selama masa tanam. Seperti harga pestisida (obat-obatan) misalnya, sangat membengkak.

Bersambung ke hal 3

Petani Dambakan Diserahkan ke Mekanisme Pasar Keberpihakan Harga

Bersambung ke hal 3

(Suara NTB/dok)

Sebab hal itu akan nenyulitkan bagi daerahdaerah yang membutuhkan komoditi tertentu. Sementara yang mengawasi perdagangan antarpulau ini adalah Karantina. “Kita hanya mengatur pola distribusinya. Di satu sisi, daerah surplus terhadap komoditi tertentu. Di satu sisi juga, daerah mengalami kekurangan komoditi tertentu. Itu yang tidak diinginkan,” kata Kepala Dinas Perdagangan Provinsi NTB, Dra. Hj. Putu Selly Andayani, M. Si., pada Ekbis NTB belum lama ini.

(Ekbis NTB/dok)

Butuh Penetapan HET untuk Bawang Merah YAYASAN Lembaga Perlindungan Konsumen Indonesia (YLKI) NTB melihat perdagangan bawang merah di pasaran yang masih dicengkeram kuat oleh tengkulak harusnya tidak terjadi. ‘’Harusnya konsumen berurusan langsung dengan pengusaha, tidak perlu ada pakai tengkulak. Justru tengkulak itu yang memainkan harga,” terang Ketua YLKI NTB H. M. Saleh saat ditemui Ekbis NTB pekan kemarin. Ia menerangkan, ada ruang yang lebih leluasa jika produsen berurusan langsung dengan konsumen. ‘’Inilah yang harusnya bisa difasilitasi oleh pemerintah. Jadi kalau kita menggunakan tengkulak masa kita memberikan keuntungan bagi orang yang tidak pernah kerja, tidak pernah keluar keringat,” tegasnya.

Bersambung ke hal 3

Bersambung ke hal 3 Hj. Putu Selly Andayani

M. Saleh (Ekbis NTB/dok)

Keuntungan Tengkulak Bawang Merah di NTB Tertinggi Kedua di Indonesia

(Ekbis NTB/dok)

PETANI bawang merah di Desa Tirtanadi, Kecamatan Labuhan Haji, Kabupaten Lombok Timur (Lotim) sangat mendambakan keberpihakan harga. Pasalnya, persoalan harga jual atas komoditi hortikultura ini selalu menjadi keluhan terbesar. Seperti pengakuan Usman, petani asal Penanggak, Desa Tirtanadi yang dikonfirmasi Ekbis NTB. Ia mengatakan, melihat tata niaga bawang merah selama ini memang sangat fluktuatif. Kebingungan petani, harga tidak berpihak saat terjadinya penanaman serentak. Yakni kala petani di daerah-daerah penghasil di seluruh Indonesia ini melakukan penanaman secara bebarengan. Pada situasi seperti itu, harga bawang ini berada dibawah Rp1 juta perkuintal basah. Bahkan sempat tembus Rp 300500 ribu saja perkuintal. Saat harga jauh dibawah standar keuntungan nilai produksi petani tersebut, maka sudah jelas petani merugi besar. Biaya produksi bawang merah ini kata Usman sangat besar. Perhektarnya bisa menelan biaya Rp100 juta. Biaya ini jauh lebih tinggi dibandingkan komoditi tembakau Virginia. Menanam bawang ini butuh spekulasi tinggi. Utamanya terhadap keadaan cuaca. “Kalau cuaca tidak bagus, harga hancur, itulah yang membuat petani pusing,” urainya. Untuk wilayah Lotim, musim tanam yang baik itu berada pada bulan Juni sampai Juli. Yakni saat cuaca bagus, tidak terlalu panas dan dingin. Kekhawatiran terbesar petani adalah saat menaman di musim hujan dan kemarau yang ekstrim. Pengalaman sejumlah petani di wilayah Subak Lendang Mudung Pringgabaya dan Tirtanadi ini petani butuh ekstra biaya dan tenaga untuk merawat bawang merahnya agar bisa selamat dan ‘’lulus’’ hingga panen. Lebih jauh soal harga, bagi pengepul-pengepul kecil selama ini memang lebih banyak mengambil keuntungan dari nilai jual petani. Hanya saja salama ini masih dianggap wajar karena melihat para pengepul ini juga mengeluarkan biaya untuk pengangkutan dari sawah keluar.

PEMERINTAH daerah tak bisa mengintervensi pasar, ketika keuntungan tengkulak, khususnya untuk komoditas bawang merah di NTB tertinggi kedua di Indonesia, setelah Jambi. Yang bisa dilakukan adalah memantau stabilitas harganya dan menjaga ketersediaan stok tetap terjaga. Dalam rapat koordinasi perdagangan di Jakarta belum lama ini, instruksi Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita sangat jelas disampaikan. Untuk kebutuhan bahan pokok pangan, semua daerah ditegaskan tidak boleh melakukan/membuat regulasi terhadap bahan pokok kaitan dengan perdagangan antarpulau.

TGH. Hazmi Hamzar

KEUNTUNGAN yang diambil oleh pengepul/tengkulak, khususnya untuk komoditas hortikultura bawang merah tercatat tertinggi kedua di Indonesia, setelah Jambi. Tata kelola mata rantai pasarnya perlu dicarikan jalan keluar, agar nikmatnya hanya tak dinikmati sepihak. Tingginya keuntungan pengepul ini disinggung Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB, Endang Tri Wahyuningsih. Dalam rilis bulanan di kantornya di awal pekan kemarin, persoalan ini disinggung secara khusus, kaitannya dengan inflasi. Endang menyebut keutungan tengkulak untuk komoditas Endang Tri Wahyuningsih bawang merah ini mencapai 87,7 persen. Cukup besar. “Itu pola dis-

tribusi yang baru dirilis pada Maret kemarin (2018),” kata Endang. Keuntungan tersebut dapat diatur karena mata rantai pemasarannya dikuasai sendiri oleh pengepulnya. Mereka bersentuhan langsung dengan petani, dan membangun ikatan emosional yang kuat. ‘’Nah ketika barang telah dibeli oleh pengepul, lalu dijual kembali kepada konsumen dengan harga tinggi. Siapa yang menikmati margin itu, ya pengepulnya kan,’’ ujar Endang dengan nada tanya. Karena itu, Endang mengatakan, perlu adanya pembatasan harga pembelian yang diatur oleh pemerintah. Sehingga harga tidak diatur oleh sekelompok pihak. ‘’Di sinilah juga perlunya tim Satgas Pangan berger-

ak,’’ imbuhnya. Atau alternatif lainnya, pengaruh tengkulak ini bisa dibatasi. Misalnya, Perum Bulog yang ikut melakukan pembelian. Itu bisa saja kata Endang. Sehingga, harga pembelian kepada petani, tidak leluasa dikuasai sendiri oleh pengepul. Tidak saja bawang, demikian juga untuk cabai. Keuntungan yang diambil oleh pengepul di NTB mencapai 44 persen lebih. Dengan melihat kondisi ini, jelas yang mengatur pasar adalah pengepul. Hal ini berlaku karena adanya ikatan batin yang kuat antara produsen/petani dengan pengepul. Ikatan inilah yang menurut Endang harus dikendalikan.

Bersambung ke hal 3


2

Ekbis NTB Senin, 9 April 2018

Alat Dapur Monjok Baru yang Bersaing dengan Produksi Pabrik Tidak hanya Babakan yang dikenal sebagai sentra kerajinan perabotan rumah tangga yang terbuat dari stainless steel dan aluminium. Tetapi kawasan Monjok Baru juga sejak dulu dikenal sebagai sentra kerajinan ini, terbukti dari banyaknya warga yang berprofesi sebagai perajin perabotan rumah tangga ini. Hasilnya pun tidak kalah dengan perabotan rumah tangga produksi pabrik. DI jalan baru yang menghubungkan Monjok dengan Rembiga, terdapat sebuah rumah di pinggir jalan yang memajang hasil karya perajin yang merupakan peralatan rumah tangga, terutama peralatan dapur. Adalah Marianah, perempuan berusia 46 tahun yang merupakan perajin sekaligus penjual peralatan rumah tangga yang sejak puluhan tahun lalu sudah berkecimpung di usaha ini. “Ini merupakan usaha turun temurun dari keluarga saya sejak

dulu, jadi saat saya masih kecil sudah mulai bisa buat karena sering melihat,” terangnya saat ditemui Ekbis NTB, Jumat (6/4). Ia menerangkan bahwa dirinya merupakan satu-satunya perajin perempuan stainless steel dan aluminium di sini. “Yang lainnya laki-laki, paling yang perempuan hanya buat sutil saja. Kalau saya, semua proses saya lakukan,” aku ibu 6 anak ini. Selama puluhan tahun berkecimpung, ia sudah biasa membuat berbagai peralatan ru-

(Ekbis NTB/uul)

POTONG - Marianah sedang memotong aluminium untuk membuat berbagai jenis perabotan dapur.

mah tangga seperti panci kukus, oven, cetakan kue, dan lainnya. Bahan baku yang digunakan pun merupakan stainless steel dan aluminium dengan kualitas terbaik yang didapatkannya di Sweta. “Jadi semua bahan yang dipakai ini anti karat dan tahan lama,” ujarnya. Proses membuat peralatan dapur, semisal panci, kata Marianah, dimulai dari memotong lembaran stainless steel dan aluminium sesuai ukuran yang diinginkan. “Baru kemudian digambar sesuai bentuk yang dimau, lalu dipotong,” jelasnya. Karena sudah terlalu terbiasa, dirinya mengaku tidak perlu menggunakan ukuran baku karena sudah hafal di luar kepala. “Karena itu saja yang kita lakukan tiap hari, jadinya hafal,” imbuhnya. Setelah dipotong, barulah potongan desain tadi dirangkai menjadi perabotan yang diinginkan. Dalam sehari, Marianah mengaku bisa membuat puluhan sutil, 3-5 panci dan oven berbagai ukuran tergantung ketekunan sang perajin. “Pegawai saya bagi-bagi tugas untuk menyelesaikannya, biar cepat selesai,” terangnya. Ia lantas menunjukkan tumpukan sutil buatannya yang dikerjakan dari pagi yang berjumlah puluhan. “Semua keluarga saya juga turut serta dalam proses produksi ini,” tambahnya. Meski proses pembuatannya masih sederhana, Marianah mengatakan bahwa produknya ini tidak kalah saing dengan produk serupa yang beredar di toko maupun supermarket. “Produk saya tahan lama, apalagi kalau beli langsung di sini bisa datang servis jika ada yang rusak,” jelasnya. Pasaran produknya pun sudah merambah sampai seluruh Pulau Lombok dan Sumbawa karena dirinya telah memiliki banyak langganan tetap yang setiap hari datang mengambil barang. “Tiap hari ada saja yang datang ambil barang ke sini. Barang saya juga banyak

dijual di Sweta dan Bertais, serta lewat online juga,” ceritanya. Harganya pun bervariasi mulai Rp80 – 300 ribuan untuk panci, Rp 150 ribu – Rp 1 jutaan untuk oven, dan Rp200 – 500 ribuan untuk dandang nasi. Dirinya mengaku tidak pernah menjual sendiri produk buatannya ke pasar maupun toko. “Pengepulnya yang datang langsung ke sini karena sudah tahu dari dulu. Dari Lotim dan Loteng sudah biasa ambil sendiri barangnya,” cerita Marianah. Apalagi sejak penjualan secara online merebak, semakin banyak yang tertarik menjual produknya karena kualitas yang tidak kalah dengan merk ternama. “Kan ambil di sini juga harganya murah dan dijual kembali dengan harga yang lumayan menguntungkan. Samasama untunglah,” imbuhnya. Marianah mengaku, barangnya memiliki ciri khas yaitu memiliki telinga 4 dan 2 jika dijual di pasaran. “Jadi saya tahu kalau ada yang mau coba-coba datang bohong dengan mengatakan itu produk buatan saya,” ujarnya. Ia menambahkan biasanya untuk dijual ke pasar, dirinya menggunakan bahan baku yang lebih tipis dibandingkan yang dijualnya sendiri. “Pengepul yang datang kesini ambilnya polos tanpa merk, baru pas dijual mereka pakaikan merk mereka sendiri,” tambahnya. Dalam sehari, Marianah mengaku mendapatkan omzet minimal Rp 400-500 ribu/hari. “Setidaknya dari usaha ini saya bisa menyekolahkan anak-anak saya dan mampu memberikan pekerjaan bagi yang lainnya,” tukasnya. Meski setiap hari bekerja membuat peralatan rumah tangga, ia tidak melalaikan tugas dan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. “Anak-anak saya juga sudah paham, jadi mereka turut serta membantu ibunya dalam mengurus rumah jika melihat saya capek,” jelasnya. (uul)

Toyota Asah Bakat dan Kemampuan Anak-anak Usia Dini KRIDA Toyota NTB menggelar festival dengan kegiatan lomba mewarnai dan lomba fashion show kepada anak-anak usia dini untuk umum. Kegiatan ini selain mendekatkan Toyota dengan masyarakat, sekaligus mengasah kemampuan dan bakat peserta. Ratusan peserta nampak antusias mengikuti festival yang dilaksanakan di Dealer Krida Toyota di Jalan AhmadYani Gerimax, Narmada Lombok Barat. Di kegiatan ini disediakan game-game seru bagi pengunjung anak-anak. Tidak hanya itu, beragam jenis kuliner juga dijajakan sebagai fasilitas kebutuhan pengunjung. Acara dimulai sejak pukul 10.00 WITA hingga pukul 14.30 WITA. Tak hanya peserta yang antusias, orang tua yang yang mendampingi anak-anaknya juga ikut riuh meramaikan acara yang diselenggarakan, Ahad (8/4). Panitia juga menyediakan beragam doorprize menarik. Mengusung nuansa kebun, pengunjung juga diperkenalkan beragam

jenis kendaraan dan type produk – produk Toyota. Terutama yang paling menonjol diperkenankan adalah New Toyota Yaris. Seperti diketahui bahwa New Yaris ini menjadi produk teranyar dilepas ke publik, setelah sebelumnya Toyota Rush menggebrak pasar otomotif tanah air. New Yaris hadir dengan tampilan yang kian modern mengedepankan semangat emotional design pada eksterior dan interior serta tampil lebih Enerjik, Sporty dan lebih Modern. Eksterior dengan tampilan lebih sporty, stylish, futuristic,dan dinamis. Interior yang juga Hadir dengan complete fetures. Dashboard yang dikemas dengan material yang berkualitas dengan balutan warna hitam, sehingga memberikan kesan tegas bagi pengendaranya. Fitur Keselamatan New Yaris hadir dilengkapi dengan tujuh airbag, Vehicle Stability Control (VSC) untuk menstabilkan kendaraan pada posisi menikung. HillStart Assist (HSA) untuk memudahkan kendali kendaraan di tanjakan.

(Ekbis NTB/bul)

BERSAMA - Branch Manager Krida Toyota NTB, Samsuri Prawiro Hakki bersama para pemenang lomba. Dua seatbelt untuk pengemudi dan penumpang depan dan tiga untuk penumpang di belakang. Pada bagian rem, New Yaris 2018 dilengkapi anti-lock breaking system (ABS), electronic brake distribution (EBD), dan brake assist (BA). Khusus tipe New Yaris

TRD Sportivo dilengkapi dengan emergency brake signal. Dan mempertahankan mesin 2NR-FE yang memiliki power maksimum 107 ps dan torsi 14,3 kgm. Diakhir kegiatan, sekaligus dilakukan pemberian hadiah kepada pemenang. (bul/*)

Gaya

Golden Care Salon dan WO, Berikan Pelayanan Terbaik BERAWAL dari keinginannya agar bisa bekerja sekaligus agar bisa mengurus anaknya, menjadi alasan awal Ni Kadek Widiastuti mulai membuka usaha salon miliknya. “Mulanya saya buka freelance untuk sulam alis dan bibir yang dulu booming, baru kemudian saya ikut belajar untuk estetika wajah,” terangnya saat ditemui Ekbis NTB beberapa waktu lalu di tempat usahanya Jalan Pramuka Nomor 18, Karang Medain, Mataram. Tetapi karena keterbatasan modal,

seorang temannya menyarankan untuk membuka salon saja agar lebih mudah. Kadek menerangkan nama Golden Care ini dipilih setelah dirinya bermimpi melihat tumpukan emas yang mengilhami pemilihan nama salonnya. “Golden Care Salon dan Wedding Organizer ini buka sejak tahun 2015 yang memang saya mulai dari nol, dari bawah,” terang wanita yang sebelumnya berprofesi sebagai guru ini. Ia menceritakan pengalaman

(Ekbis NTB/ist)

BERSAMA - Pengelola Golden Care Salon dan Wedding Organizer Ni Kadek Widiastuti bersama pengantin yang menggunakan jasa Golden Care Salon dan Wedding Organizer.

dirinya di dunia tata rias yang minim menempa dirinya untuk sering mengikuti kursus ataupun seminar kecantikan karena tidak ingin mengecewakan konsumen. “Saya juga sering mengikuti lomba dengan modal PD saja. Dari sanalah saya mulai dikenal,” imbuhnya. Golden Care Salon dan Wedding Organizer menyediakan berbagai perawatan lengkap mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut dengan kualitas yang maksimal. Tetapi yang paling menarik perhatian orang untuk berkunjung ke Golden Care Salon dan Wedding Organizer, kata Kadek, adalah paket-paket perawatan yang ditawarkan. “Kami ada paket Cantik dimana pengunjung akan mendapatkan perawatan mulai body steam sauna, massage, lulur, body mask, hair mask, dan hair gloss seharga Rp 175 ribu saja,” jelasnya. Selain itu, ada juga perawatan Facial Kompilit dan Anti Aging dan Face Lifting dengan berbagai bonus seharga Rp 200 ribu. Ada juga perawatan Ultra Sonic Detox Facial seharga Rp 100 ribu saja. “Perawatan yang kami tawarkan bisa dibilang setara dengan perawatan di klinik kecantikan,” terang Kadek. Selain menawarkan perawatan, Gold-

en Care sejak tahun 2016 juga menyediakan paket pernikahan dengan harga yang bersaing dengan yang lain. Konsumen pun bebas memilih konsep pernikahan yang diinginkan serta tempat yang diinginkan, apakah di rumah atau gedung. Harga yang ditawarkan untuk paket pernikahan di Golden Care Salon dan Wedding Organizer sendiri berkisar Rp 14-78 juta tergantung lokasi yang diinginkan. “Apalagi sekarang konsumen sudah cerdas, karena mereka sudah mendapatkan informasi melalui sosial media,” jelasnya. Meski banyak saingan, Kadek lebih memilih mengedepankan kualitas agar tetap bisa bersaing. “Kalau saya sudah memberikan kualitas terbaik, saya bisa pasang harga karena memang secara bertahap caranya. Karena yang tahu kekurangan kita adalah kita sendiri,” jelasnya. Selain itu, dirinya memiliki strategi marketing yang kuat serta mental yang tangguh yang selalu diingatkannya pada para pekerjanya.”Saya menganggap para karyawan sebagai keluarga sendiri sehingga mereka bisa nyaman bekerja,” imbuhnya. (uul)

(Ekbis NTB/ist)

PRODUK BARU - All New Honda CB150 Verza yang diluncurkan menambah pilihan pelanggan setia memilih produk Honda.

Motor Naked Sport Honda CB150 Verza Diluncurkan PT. Astra International Tbk-Honda wilayah NTB resmi meluncurkan motor naked sport, All New Honda CB150 Verza. Motor ini merupakan motor naked Generasi Kedua Honda di NTB. All New Honda CB150 Verza menjadi pendatang baru, meramaikan pasar otomotif nasional, khususnya di NTB. CB150 Verza terkesan maskulin dan tangguh. Desain baru dari model ini menampakkan kesan gagah dan fitur canggihnya. Sehingga memberikan kebanggaan serta kenyamanan bagi pengendaranya. All New Honda CB150 Verza resmi meramaikan pasar otomotif NTB setelah dilaunching lewat ajang CHILIFEST (Clothes Indie Lombok Island Festival) yang digelar Sabtu (7/4), di Lombok Epicentrum Mall (LEM). CB150 Verza merupakan generasi kedua dari Honda Verza yang kini hadir dengan desain bodi baru berkonsep tangguh dan maskulin, namun tetap kompak. Pilihan warna stripe yang minimalis semakin memperkuat karakter desain bodi yang diusung. Model ini dilengkapi lampu depan berbentuk bulat yang memberi kesan modern dan tak lekang oleh waktu. Mengusung mesin 150cc berpendingin udara yang tangguh, responsif, efisien, serta ramah lingkungan untuk kebutuhan sehari-hari baik untuk berkendara jarak dekat maupun jarak jauh. Marketing Manager Astra Motor Mataram Jeffry Mei menyebut Honda Verza telah disambut baik sejak pertama kali hadir pada 2013. Selama 5 tahun kehadirannya, model ini berhasil menjawab kebutuhan pasar khususnya konsumen sport tangguh untuk penggunaan sehari-hari dengan harga yang lebih terjangkau. Honda Verza yang terbaru ini mengusung brand CB sebagai brand naked sport Honda yang memberikan fungsi lebih serta kebanggan bagi pengendaranya. All New Honda CB150 Verza dengan

penyempurnaan dari sisi desain dan fitur yang menunjukkan karakter maskulin dan gagah, didukung penyematan mesin yang tangguh dan efisien. Dari sisi desain, Honda CB150 Verza disematkan lampu depan berbentuk bulat yang modern, serta lampu belakang dengan smoke, cover knalpot baru dan shroud yang kekar. Fitur-fitur canggih seperti panelmeter baru full digital yang informatif, tutup tangki bensin baru yang lebih aman dan tangguh, serta secure key shutter. Posisi duduk yang tegak menjadikannya tetap nyaman untuk berkendara sehari-hari dengan jarak jauh maupun dekat. All New Honda CB150 Verza menghasilkan performa berkendara yang maksimal dengan dibekali mesin 150cc, 4-Langkah, SOHC, Silinder Tunggal, 5Kecepatan yang menerapkan sistem suplai bahan bakar PGM-FI yang sudah diimprovisasi. Konsumsi bahan bakar terhemat di kelasnya, yaitu 46.3 km/liter (EURO 2) dan 43.5 km/liter (EURO 3) berdasarkan hasil metode ECE R40. Tersedia dengan 2 tipe, cast wheel dan spoke wheel. Tipe cast wheel hadir dengan pilihan warna Masculine Black, Bold Red, dan Macho Silver. Sementara itu, untuk tipe spoke wheel hadir dengan warna Masculine Black. Model ini dipasarkan dengan harga OTR Rp20.890.000 untuk tipe Cast Wheel dan harga OTR Rp20.240.000 untuk Spoke Wheel. Untuk melengkapi tampilan yang semakin membanggakan, main dealer Astra Motor akan menyiapkan 4 item Honda Genuine Accesories (HGA) di seluruh jaringan dealer resmi Honda dan AHASS wilayah NTB, seperti Wheel List Sticker, Tank Pad, Visor, dan Crank Case Cover dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp56.000 hingga Rp150.000. Terdapat juga apparel Jaket untuk melengkapi gaya berkendara yang aman dan stylish yang dijual dengan harga Rp 330.000. (bul)

Usaha Pembuatan Roti di Babakan yang Berkembang Pesat SUDAH sejak lama, Lingkungan Babakan dikenal sebagai sentra pembuatan roti dan snack yang pasarannya sudah merambah ke seluruh pelosok Pulau Lombok. Aktivitas ini bisa terlihat saat pagi dan sore hari saat para penjual dari berbagai wilayah datang ke Babakan untuk mengambil produk roti dan jajanan lainnya dengan menggunakan bemo maupun angkot. Tidak heran, peluang ini ditangkap dengan baik oleh masyarakat Babakan yang industri rumah tangganya berkembang dengan pesat. Seperti yang disampaikan Saprah, salah satu pemilik usaha roti dengan merk Wow di Lingkungan Babakan. Ia yang sudah mulai menekuni usaha pembuatan aneka roti sejak 3 tahun lalu mengatakan produk Babakan sudah banyak tersebar di berbagai wilayah di Pulau Lombok. “Karena sudah dikenal sejak dulu, jadinya mereka yang datang langsung ke sini untuk mengambil barang,” jelasnya saat ditemui Ekbis NTB beberapa waktu lalu. Ia mengaku sejak awal usaha sampai sekarang, dirinya tidak pernah mencari pembeli, karena pembeli sendiri yang mencari untuk mengambil produk buatannya.“Mereka datang dari Lombok Timur, KLU, Lombok Tengah, Lombok Barat, dan di sekitaran Mataram juga,” terang Saprah. Sehingga tidak heran, dirinya memiliki banyak pelanggan setia yang setiap waktu datang bergantian mengambil barang. “Ini saja pembeli dari Lombok Timur yang datang ambil barang untuk dijual kembali disana,” imbuhnya. Saprah menceritakan dirinya memulai usaha pembuatan roti setelah dirinya berhenti bekerja dari sebuah bakery ternama beberapa tahun lalu. “Saat awal buat dulu, saya hanya mampu habiskan 1 sak tepung saja dengan peralatan yang serba manual,” ceritanya. Tetapi setelah mulai dikenal dan berkembang, dirinya mulai berani mengambil pinjaman di bank untuk membeli peralatan yang lebih modern sehingga bisa produksi lebih banyak lagi. “Sekarang tiap

(Ekbis NTB/uul)

PROSES - Proses pembuatan roti Babakan yang banyak dipesan pembeli. harinya saya bisa menghabiskan sampai 25 sak tepung untuk memenuhi pesanan pelanggan,” akunya. Ada berbagai roti yang dibuat Saprah, mulai aneka roti manis, bolu kukus, dan lainnya. “Semua varian ini diminati pembeli, jadi selalu habis setiap harinya,” terangnya. Dibantu oleh 6 orang pegawainya yang merupakan warga sekitar, dirinya bisa memproduksi sampai 8.000 bungkus roti setiap harinya. “Saya juga dibantu suami dan keluarga untuk produksi roti,” imbuhnya. Harga jual roti yang dibuatnya juga termasuk murah karena memang diperuntukkan untuk dijual kembali. “Harganya mulai dari Rp 800/buah, tetapi biasanya pembeli menjual kembali dengan harga Rp 1.000/buah,” kata Saprah. Setiap harinya, ia mengaku mendapatkan keuntungan minimal Rp 1 juta dari hasil penjualan roti buatannya. (uul)

zPemimpin Umum: Agus Talino zPemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Raka Akriyani zRedaktur Pelaksana: Marham zKoordinator Liputan : Akhmad Bulkaini zRedaktur : Marham, Zainudin Syafari, Akhmad Bulkaini zStaf Redaksi zMataram : U'ul Efriyanti Prayoba zLombok Barat: M.Haeruzzubaidi, zLombok Tengah : Munakir. zLombokTimur: Rusliadi, Yoni Ariadi. zKLU : Johari. zSumbawa Barat : Heri Andi. zSumbawa : Arnan Jurami, Indra Jauhari. zDompu : Nasrullah. Bima : Rafiin. zTim Grafis : A.Aziz (koordinator), Didik Maryadi, Jamaludin, Mandri Wijaya zKantor Redaksi : Jalan Bangau No. 15 Cakranegara Telp. (0370) 639543, zFacsimile: (0370) 628257. zTarif Iklan : Iklan Baris : Rp 20.000/baris Min 2 baris max 10 baris (1 baris 30 character). zDisplay B/W (2 kolom/lebih): Rp 30.000/mmk. zDisplay F/C : Rp 35.000/mmk. zIklan Keluarga : Rp 20.000./mmk. zIklan Advertorial : Rp 15.000/mmk. zIklan NTB Emas (1 X 50 mmk): Rp 500.000/bulan (25 X muat). Iklan Peristiwa : Rp 350.000/kavling. zAlamat Bagian Langganan/Pengaduan Langganan: Jalan Bangau No. 15 Cakranegara Telp. (0370) 639543, zFacsimile: (0370) 628257. zHarga Langganan: Rp 85.000 sebulan (Pulau Lombok) Rp 90.000 sebulan (Pulau Sumbawa), Pembayaran di muka. zHarga eceran Rp 5.000. Terbit 1 kali se-minggu. Penerbit: PT Suara NTB Pers. Percetakan: PT Bali Post.

Ekbis NTB

Wartawan Ekbis NTB selalu membawa tanda pengenal, dan tidak diperkenankan menerima/meminta apa pun dari nara sumber.


Ekbis NTB

Ekbis NTB Senin, 9 April 2018

Realisasi DAK Fisik Masih Nol Persen

Sektor Perdagangan Paling Tinggi Serap KUR di NTB

DED Bisa Dilakukan Sebelum Masuk Tahun Anggaran REALISASI Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik di pemerintah daerah masih nol persen di triwulan I-2018 ini. Tidak hanya di Pemprov NTB, namun di seluruh kabupaten/kota di NTB juga mengalami hal yang serupa. Kondisi ini seolah menjadi penyakit menahun birokrasi , tidak hanya di NTB, melainkan juga di luar daerah. Komisi III Bidang Keuangan DPRD NTB menawarkan satu solusi untuk mencegah terulangnya kebijakan tersebut. Sekretaris Komisi III DPRD NTB H Muzihir kepada Ekbis NTB mengatakan, pemerintah bisa melakukan Detail Engineering Design (DED) atau perencanaan program sebelum masuk tahun berjalan. Misalnya proyek fisik yang dilaksanakan tahun 2018, semestinya perencanaannya bisa dilakukan di akhir tahun 2017. Sehingga di triwulan I tahun berjalan, proyek pengerjaan fisik sudah mulai dilaksanakan. “Hal itu terjadi karena prencanaan proyek tidak dilakukan di tahun sebelumnya. Seandainya DED sudah dilaksanakan tahun 2017, seperti pola yang dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai (BWS), maka paling telat bulan Februari proses tender sudah dilaksanakan,” kata Muzihir. Menurutnya, jika DED dilaksanakan setelah diketok anggaran atau setelah tanggal 1 Januari, maka di triwulan I masih dalam proses perencanaan. Kalaupun sudah selesai perencanannya, pelaksana proyek masih menunggu pencairan uang, “Barulah muncul pengumuman tender untuk kegiatan fisik, sehingga paling tidak Juni baru ada realisasi keuangan,”tambahnya.

(Ekbis NTB/ist)

Muzihir Karena ini penyakit birokrasi menahun, Komisi III DPRD NTB seringkali mengingatkan SKPD terkait agar DAK Fisik bisa terserap di awal tahun anggaran. Namun faktanya sekarang, sampai triwulan I sudah berakhir, keuangan masih nol persen. Politisi PPP ini mengatakan, di BWS proses pengerjaan proyek di tahun mendatang dilakukan pada akhir tahun berjalan. Misalnya proyek tahun 2018, perencanaanya dilaksanakan di triwulan ke IV 2017, sehingga di tahun berikitnya proyek fisik sudah mulai berjalan. “Pola ini sangat bisa ditiru, misalnya untuk proyek fisik tahun 2019, kita sisihkan anggaran anggaran 5 persen di tahun 2018. Namun uangnya khusus untuk perencanaan tahun depan. Misalnya nilai proyek 1 miliar, biaya perencanaannya hanya 50 juta,” terangnya. Proyek yang dikerjakan di akhir tahun memiliki dampak buruk yang banyak. Misalnya proyek fisik yang dilaksanakan di akhir tahun, contohnya di bulan Oktober, maka akan banyak terkendala oleh cuaca.” Terlalu banyak kerugiannya jika

Petani Dambakan Keberpihakan Harga Dari Hal. 1 Harga yang berlaku saat ini di tingkat petani Rp1 juta. Sedangkan ke pengepul informasinya menjual dengan harga Rp1,3 juta. Tidak diketahui, selanjutnya bagaimana tata niaga di tingkat pengepul yang memasukkan bawang merah ke pemain yang skala besar. Gufran Taufik, petani lainnya juga mendambakan hal serupa soal harga komoditi bawang merah ini. Sangat didambakan harga ini berpihak kepada petani . Regulasi yang kuat dan berpihak kepada yang kecil ini sangat dinantikan. ‘’Kalau pemerintah bisa mengatur, alangkah baiknya,’’ kata Gufran. Bagi petani kecil, harga jualnya bisa mendatangkan untung sangat baik. Selama ini petani terlihat hanya bisa pasrah melihat sistem tata niaga bawang merah di republik ini yang diatur oleh para pemodal besar. “Yang bisa bermanuver ini adalah yang punya modal besar,’’ katanya dengan nada kecewa. Sementara itu, Aenur, pengepul kecil di wilayah Pringgabaya mengatakan, pembelian bawang merah yang dilakukan di tingkat petani ini tidak bisa dimainkan.

Pasalnya, petani-petani ini merupakan orang yang sangat paham perkembangan harga. Perubahan atas harga ini sangat cepat diketahui petani. Diakui, saat harga anjlok tidak saja petani, pengepul kecil pun kesulitan untuk memasarkan bawang yang sudah dibelinya ke petani. Perputaran harga ini menjadi sulit dikendalikan saat pasar seperti menolak untuk meminta harga yang sesuai dengan harapan petani dan pengepul. Pengepul lebih senang saat harga mahal dibandingkan saat harga murah. Pasalnya, saat harga mahal itu jauh lebih bagus distribusinya dibandingkan saat harga murah. Saat murah, terasa sangat sulit sekali menjualnya. Beda dengan saat mahal, orang banyak memburunya. Soal margin keuntungan yang diterima pengepul dipastikan tidaklah terlalu jomplang dibandingkan dengan yang diterima petani. Semisal Rp1 juta perkuintalnya di tingkat petani, maka pengepulpengepul kecil menjual Rp1,1 juta- Rp1,2 juta perkuintalnya. (rus)

Butuh Penetapan HET untuk Bawang Merah Dari Hal. 1 Karenanya pemerintah terutama pihak perbankan berusaha, jangan sampai orang lain yang dibawa tetapi yang dibina betul-betul adalah konsumen, jangan tengkulaknya. ‘’Jangan sampai kita memberikan ruang yang lebih besar kepada tengkulak dibandingkan petaninya. Tengkulaknya dulu yang lebih untung,’’ kata Saleh. Untuk itu, ujarnya, harus ada skema mengenai pembinaan yang dilakukan pemerintah terhadap para petani bawang merah. ‘’Buat sebuah aturan dan kebijakan yang paling sederhana, sehingga petani ini mudah berurusan dengan pelaku usaha,’’ jelasnya. Jika pelaku usaha ini berbelit-belit, ada lembaga tempat mereka melapor yang langsung di bawah pengawasan pemerintah daerah. ‘’Supaya kalau mereka nantinya dipersulit, ada bapak angkatnya yaitu kepala daerah. Sekarang ini seakan-akan mereka dilepaskan,” terang Saleh. Pembinaan hanya dilakukan dalam bentuk uang, yang mereka tidak akan turun jika tidak ada anggaran. Konsumen perlu berpendapat perlu ada pembinaan yang lebih sistematis dan terintegrasi, sehingga langsung dari atas ke konsumen. ‘’Perlu ada jaringan langsung ke bupati yang menjembatani kesusahan petani

oleh tengkulak ini. Jadi tidak ada jarak antara pelaku usaha dan petani tidak ada jarak,’’ jelasnya. Sekarang ini, kata Saleh, tinggal pemerintah daerah berani atau tidak mengambil tindakan tegas. “Kalau saya sebagai Pemda, pastinya akan menindak tegas sehingga tidak ada orang yang mengombang-ambingkan jarak antara pengusaha dan konsumen,’’ ujarnya. Meski tengkulak harus bersikap seperti pengusaha sebenarnya, dan harus ada lembaga yang melindunginya. ‘’Misalnya di bawang merah ini, HET-nya sudah ditentukan. Kalau berubahubah terus, petaninya yang mati,” imbuhnya. Sehingga perlu dilakukan penetapan HET yang diusahakan semaksimal mungkin agar tidak ada yang dirugikan. ‘’Misalnya HET-nya Rp1012 ribu, ada lembaga yang bisa memberikan naungan di bawah kabupaten langsung,” ujar Saleh. Jika ada lembaga keuangan yang ingin memberikan jaminan harus akomodatif dalam hal ini, jangan sampai dikalahkan oleh tengkulak. ‘’Memang memutus mata rantai ini memang panjang dan sulit karena menyangkut masalah uang. Selain itu, sistem ijon itu tetap berlaku,” jelasnya. (uul)

3

telat tendernya. Jika dikerjakan proyek bulan Oktober, itu musim hujan, bisa jadi tidak selesai. Ini jadi masalah. Namun karena ini kebiasaan yang turun- temurun, jadi susah untuk merubahnya,” kata Muzihir. Pernyataan Komisi III DPRD NTB ini muncul berdasarkan laporan dari Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) NTB, bahwa meski sudah memasuki triwulan II 2018, realisasi DAK Fisik di NTB masih nol persen Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) NTB, Taukhid, SE, M. Sc.IB, MBA mengatakan, biasanya Pemda akan mengatakan belum adanya realisasi DAK Fisik ini lantaran persoalan juklak dan juknis dari kementerian/lembaga yang terlambat. “Memang ini selalu kita tanyakan kepada Pemda biasanya konteksnya Juknis, selalu Juknis. Kenapa sampai April belum cair, baru minggu depan akan cair. Kemungkinan hambatannya biasanya juknis,” kata Taukhid. Sementara itu, Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Mataram, Adnan Wimbyarto mengatakan dari 11 entitas pemerintahan di NTB, baru Pemprov dan Lombok Barat (Lobar) yang akan mengajukan pencairan DAK Fisik tahap I. Jika Pemda sudah menyiapkan persyaratan untuk pencairan DAK Fisik tahap I, maka pada pekan ini sudah dapat ditransfer ke pemeirntah daerah, terutama Pemprov dan Lobar. “Yang sudah siap provinsi dan Lombok Barat,” katanya. Jumlah DAK Fisik yang akan diterima 11 Pemda di NTB tahun ini sebesar Rp 2,01 triliun lebih. Hingga awal triwulan II ini belum ada satupun Pemda yang mendapatkan. Sehingga data yang tercatat di Kanwil DJPb NTB, realisasi DAK Fisik masih nol persen. Rincian DAK Fisik yang diterima maisng-masing Pemda di NTB, yakni Pemprov sebesar Rp 362 miliar lebih, Bima Rp 172 miliar lebih, Dompu Rp 97 miliar lebih. Kemudian, Lombok Barat Rp 181 miliar lebih, Lombok Tengah Rp 165 miliar lebih, Lombok Timur Rp 280 miliar lebih. Selanjutnya, Sumbawa Rp 205 miliar lebih, Kota Mataram Rp 154 miliar lebih, Kota Bima Rp 43 miliar lebih, Sumbawa Barat Rp 129 miliar lebih dan Lombok Utara Rp 122 miliar lebih. (ris/nas)

SEKTOR perdagangan besar dan eceran di NTB tercatat yang paling tinggi menyerap Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari perbankan. Berdasarkan data dari SKIP, dari jumlah realisasi KUR sampai bulan Maret 2018 sebesar Rp 179 miliar, nilai KUR untuk pedagang besar dan eceran mencapai Rp 109,7 miliar. Dari angka itu jumlah debitur sebanyak lebih dari empat ribu debitur. Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) NTB, Taukhid, SE, M. Sc.IB, MBA di kantornya, Jumat (6/4) mengatakan, selain sektor perdagangan, sektor

pertanian serta industri pengolahan juga mendapatkan porsi KUR yang tinggi dengan angka masing-masing sebesar Rp 34 miliar serta Rp 11,7 miliar. Total jumlah debitur yang menerima dana KUR di NTB sampai bulan Maret 2018 sebanyak Rp 6.800 orang. Berdasarkan bank penyalur, BRI menjadi bank yang paling tinggi angka penyalurannya yaitu sebesar Rp 78 miliar, disusul Bank Mandiri sebesar Rp 36 miliar, BNI sebesar Rp 32 miliar dan beberapa banyak penyalur lainnya. Jumlah bank penyalur KUR di NTB

sebanyak sembilan bank. Meski DJPb NTB menyodorkan data KUR berdasarkan angka SKIP, namun ditampilkan pula data penyaluran KUR versi perbankan. Hingga tanggal 31 Maret lalu, realisasi KUR versi perbankan sebesar Rp 259,7 miliar dengan jumlah debitur sebanyak 7.472 debitur dengan jumlah debitur terbanyak dimiliki oleh bank BRI dengan jumlah 3.979 Taukhid debitur (ris)

Kampung UMKM Babakan akan Bentuk Babakan Mart Perkuat Ekosistem Digital

320 Skuad Gamer Se Bali Nusra Adu Kuat ”Game Online” TELKOMSEL Bali Nusra tahun ini menggelar turnamen Mobile Legends 2018 dengan tagline ”The Bigggest Local Mobile LegendTurnamen,” . Sebuah ajang kompetisi games terbesar di wilayah Bali dan Nusa Tenggara, yang diikuti oleh peserta yang memiliki keterampilan dalam bermain games, yang berasal dari tiga provinsi yaitu Bali, NTB dan NTT. Kompetisi ini diikuti oleh total 320 tim dan 1600 peserta dari tiga provinsi ini, sehingga menjadikan acara ini sebagai event turnamen online games (eSports) terbesar di wilayah Bali Nusra, dengan total hadiah mencapai 35 juta rupiah. Selain itu, kompetisi tersebut diadakan secaraonline, di mana peserta tidak harus saling bertemu fisik, namun dibantu dengan teknologi video conference. Keseluruhan rangkaian turnamen ini didukung oleh Dunia Games Telkomsel. Manager Digital Regional Expansion Bali Nusra Indra D Hariadi mengatakan, Telkomsel berupaya mewadahi komunitas gamer yang ada diwilayah Bali dan Nusa Tenggara untuk

saling berinteraksi dan berbagi informasi seputar games. Di samping itu, ajang ini juga merupakan salah satu upaya Telkomsel membangun ekosistem digital entertainment lifestyle bagi masyarakat Indonesia, yang diharapkan nantinya akan tercipta awareness lebih terhadap produk turunan dari Dunia Games Telkomsel. Sebelumnya, Mobile Legend Turnamen Bali Nusra telah diselenggarakan di 5 klaster terlebih dahulu, yaitu klaster Bali Barat, Bali Timur, Mataram, Kupang dan Flores, dalam periode 1-31 Maret 2018 untuk pelaksanaannya. Setiap tim yang terdiri dari lima peserta, selanjutnya mendaftarkan diri pada di masing-masing klaster, yaitu tempat di mana mereka hendak mengikuti kompetisi. Setiap tim akan melalui babak penyisihan hingga ke final di tingkat klaster. Kemudian pemenang Juara 1 dari setiap cluster akan bertanding di tingkat tegional untuk memperebutkan hadiah utama senilai puluhan juta rupiah.(bul)

MELIHAT potensi industri kuliner serta kerajinan yang sejak dulu dikenal di Babakan, Kampung UMKM Babakan berencana akan segera meresmikan UMKM Babakan Mart. UMKM Babakan Mart ini konsepnya seperti supermarket modern lainnya yang akan menampung produk para anggota Kampung UMKM Babakan. Herman,A.Md, Pembina dan Inisiator Kampung UMKM Babakan saat ditemui Ekbis NTB, Sabtu (7/4) mengatakan, UMKM Babakan Mart ini masih dalam tahap persiapan tempatnya nanti. “Minggu ini kita tahap perenovasian, sekarang kita masih branding tempatnya dulu,” terangnya. Lokasi UMKM Babakan Mart yang berada di simpang empat Babakan ini akan memiliki konsep seperti layaknya supermarket modern yang sudah ada. Herman mengatakan UMKM Babakan Mart ini terinspirasi dari hajat para anggota Kampung UMKM Babakan yang ingin memiliki tempat yang bagus dan pelayanannya baik. “Kesulitan utama para pelaku UKM ini jika memasukkan barangnya ke supermarket, mereka belum siap dengan sistemnya karena untuk memasukkan barang ke supermarket modern harus dibarengi dengan modal yang besar,” jelasnya. Apalagi sistem pembayaran tidak dilakukan secara

langsung tetapi bisa satu bulan sekali atau beberapa bulan sekali. Artinya harus punya modal untuk memutarnya, dimana UKM di Babakan dinilai belum sanggup karena mereka biasanya hari ini produksi, langsung hari itu juga dibayar. Dalam perencanaannya, isi Babakan Mart 40% produk UKM Babakan dan 60% berupa barang secara umum. UKM Babakan, kata Herman memang sekarang paling didominasi oleh produk kuliner terutama roti, tetapi nanti juga akan menyediakan produk kerajinan lainnya yang dibuat di Babakan. “Misalnya seperti peralatan dapur, seperti minimarket sebelahlah,” imbuhnya. Sistem pemasukan barang di UMKM Babakan Mart berasal dari 27 anggota Kampung UMKM Babakan. “Jadi mereka juga merangkap sebagai investor untuk pembangunan UMKM Babakan Mart ini,” kata Herman. Jumlah modal yang terkumpul mencapai Rp 30 juta rupiah yang berasal dari sumbangan anggota menjadi modal awal pembentukan UMKM Babakan Mart ini. UMKM Babakan Mart ini direncanakan akan mulai diresmikan di minggu ketiga April ini setelah semua persiapan selesai. “Kita berharap UMKM Babakan Mart ini bisa berkembang dan bisa membuka cabang di berbagai tempat lainnya,” harap Herman.(uul)

Pangkas Peran Tengkulak Dari Hal. 1 Karena itulah, semestinya pemerintah harus lebih hebat daripada tengkulak. Ketika harga barang naik, pemerintah diharapkan segera memberikan informasi kepada masyarakat melalui media massa atau melalui lembaga pemerintahan di bawah. “Sehingga petani tidak blank. Setelah dia jual baru dia tahu harga produk yang dia jual ternyata mahal di pasaran” katanya. Menurutnya, seluruh kelompok tani yang ada di Provinsi NTB harus diberikan pembinaan dari pemerintah. Inilah salah satu tugas dari pendamping desa yang memahami teknologi informasi. Perubahan harga komoditas barang kebutuhan bisa disampaikan melalui kantor desa.

“Saya yang mengerti informasi harga, saya sering mengerem jamaah saya, jangan jual dulu barangnya, tahan dulu sampai harga mulai naik. Itu jurus untuk mendapatkan untung yang lebih besar,” katanya. Petani diminta memahami informasi harga untuk menciptakan kemandirian. Karena masyarakat sering menjadi korban lantaran tak memahami dengan baik informasi penjualan yang terus berubah setiap saat. Menurutnya, peraturan pemerintah terkait harga pembelian terendah untuk komoditas tertentu sangat penting ada. Aturan ini untuk melindungi petani dari kerugian. Regulasi seperti itu sebagai pengaman agar peran tengkulak tidak terlalu besar di dalam mata rantai penjualan.”Bisa

juga pemerintah membina para tengkulak ini. Tujuannya agar pemerintah bisa melakukan pengawasan terhadap aktifitas mereka,” tambahnya. Hazmi menekankan pentingnya kehadiran pemerintah dalam menjembatani petani dan pasar lantaran keuntungan yang diraih oleh tengkulak di NTB sangat tinggi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) NTB, keuntungan yang didapatkan oleh tengkulak bawang merah misalnya salah satu yang tertinggi secara nasional yaitu mencapai 87 persen, sementara keuntungan tengkulak di pertanian cabai mencapai 44 persen. “ Jika peran tengkulak ini dibatasi atau diatur, maka keuntungan penjualan pertanian itu akan lebih banyak ke petani sebagai produsen,” tutupnya.(ris)

Ketika Bawang Merah Dikendalikan Tengkulak Dari Hal. 1 ‘’Kondisi ini sangat dilematis. Jika disimpan lama, konsekuensinya bawang akan rusak dan otomatis tidak laku di pasar. Mau nggak mau harus dijual meski harganya tidak murah,’’ujarnya. Sementara, salah satu pengepul bawang merah di Bima, Buhari, yang biasa membeli bawang merah petani Desa Keli, Waduwani dan Risa mengaku, bawang merah yang dibeli berbagai ukuran. Bawang yang dibeli mulai yang besar (super) hingga yang terkecil. Harga pembelian bawang kecil Rp1,4 juta per kuintal. Sementara bawang merah super berkisar Rp1,8 hingga tembus Rp2 juta per kuintal (setara 100 kilogram). ‘’Bawang merah yang dibeli tidak dari tangan ke tangan. Artinya kita beli langsung ke petani tanpa perantara. Bayarannya pun secara kontan (cash) di tempat,’’ katanya. Buhari mengaku harga bawang merah yang dibeli tidak merujuk pada Harga Eceran Tertinggi (HET) atau Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Menurutnya, harga pembelian disesuaikan dengan kondisi harga tingkat

pasar serta ada proses tawarmenawar dengan petani. ‘’Kita juga melihat kondisinya. Kalau tidak sedang musimnya, sudah tentu mahal dan ketika musim panen bisa murah. Yang jelas tergantung kondisi di lapangan,’’ ujar pengepul asal Desa Keli, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima ini. Menurutnya, bawang merah yang dibeli dari petani tersebut akan dijual secara ecer di pasar tradisional Tente, Kecamatan Woha. Harganyapun tergantung besar dan kecilnya ukuran bawang merah. Yang besar dijual Rp2.250 per kilogram dan yang kecil Rp1.600 per kilogram. Dalam sehari dirinya mampu menjual bawang merah di atas 100 kilogram. Selain eceran, lanjutnya, dirinya juga mengirim bawang merah ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan, menggunakan jasa angkutan laut (kapal). Sekali dikirim mencapai 4 ton hingga 5 ton. Menurutnya sebelum dikirim, terlebih dahulu ada komunikasi dengan pembeli. Mulai dari jenis, ukuran hingga harga bawang merah. ‘’Jika tidak ada komunikasi, kita akan rugi. Karena satu karung ong-

kos pengirimannya Rp25.000. Jika 100 kilogram di Banjarmasin kita jual Rp2,4 juta sampai dan Rp2,6 juta sesuai ukuran,’’ jelasnya. Sementara di pasaran, harga bawang merah mengalami kenaikan yang cukup drastis. Harga di pasar, untuk bawang merah saat ini Rp30.000 per kilogram untuk bawang merah ukuran kecil. Sementara untuk ukuran besar seharga Rp35.000. Kenaikan dari harga seperti biasa berkisar antara Rp10.000 hingga Rp25.000. Kenaikan dipicu karena bawang merah yang mengalami kelangkaan. Menurut Hilmiatun, salah satu pedagang asal Masbagik yang sering berjualan di Pasar Pengadang maupun di Jelojok Loteng, kondisi saat ini karena bawang merah asal bagian selatan Lotim seperti Sakra Timur, Lenting sudah habis. ‘’Kalau sudah habis bawang dari wilayah selatan, barulah mahal,’’ jelasnya, Minggu (8/4). Sementara untuk saat ini, sebagian besar bawang merah yang beredar di pasar didatangkan dari Bima, Pulau Jawa dan Filipina. Bawang itu lebih murah, karena jenisnya mudah rusak. (uki/yon)

Keuntungan Tengkulak Bawang Merah di NTB Tertinggi Kedua di Indonesia Dari Hal. 1 Dampak dari ikatan yang kuat antara produsen dan pengepul ini, bisa dilihat dari pola kerjasamanya. Pengepul akan memberikan modal kepada petani saat melalukan produksi. Tentu dengan adanya kesepakatan jual beli tidak boleh kepada pihak lain (ijon). Dengan keterikatan seperti itu, pengepul yang kemudian mengatur harga, dari pembelian di petani, hingga penjualan. ‘’Ayo, ini PR siapa,’’ tanya

Endang mengisyaratkan untuk dicarikan jalan keluarnya. Endang juga tegas menyinggung soal harga bawang merah di NTB yang lumayan tinggi. Padahal, NTB adalah salah satu sentra produksi bawang merah nasional. ‘’ Ini miris,’’ kata Endang. Sementara di satu sisi, justru bawang merah dari NTB diekspor. Ekspor yang dimaksud, pengiriman bawang antardaerah. ‘’Kita derah penghasil bawang, kok kesulitan bawang. Kok mahal. Ini PR siapa,’’ tanyanya lagi.(bul)

Diserahkan ke Mekanisme Pasar Dari Hal. 1 Untuk panen beberapa waktu lalu, hasil produksi memang tak maksimal. Petani sendiri ada juga yang sudah terikat dengan pengusaha untuk menjualnya. Artinya, daerah juga tak boleh menahan penjualan petani kepada pengusaha, meskipun produksi tersebut diangkut ke daerah lain. “Kemarin juga cabai sempat harganya naik, dari Jawa dan Sulawesi bisa masuk ke NTB,” terangnya. Untuk harga ini, Dinas Perdagangan tak bisa melakukan intervensi. Baik di petani, maupun di pasar. Dinas Perdagangan menurut kepala dinas, hanya dapat menekan harga agar di pasaran bisa stabil (harga wajar). Sementara Harga Eceran Tertinggi (HET) Bapok, ditetapkan oleh Menteri Perdagangan. Bukan diatur oleh daerah. “Yang penting barang di pasar itu tersedia. Kalau nanti semua harga barang di pasar naik, Kementerian Perdagangan baru membuat HET,” jelas Selly. Misalnya, bawang putih tahun lalu, harga bawang putih jelang puasa hingga lebaran melambung. Akhirnya pemerintah mengguyur pasar dengan bawang putih yang didatangkan dari luar negeri, mela-

lui mekanisme perdagangan antar pulau. Untuk memastikan kondusivitas pasar. Dinas Perdagangan Provinsi NTB juga rutin melakukan pemantauan harga di pasar-pasar percontohan. Lalu dikirim ke Kementerian Perdagangan untuk melihat grafiknya. Tetapi selama ini NTB dianggap masih “hijau”. NTB masih nomor satu, tidak seperti daerah lain. “BPS hanya bisa melihat dari sisi keuntung dan rugi dari beberapa pihak, sehingga BSP dapat menghitung cepat dengan rumus yang sadah teraplikasi. Namun BPS tidak pernah melihat seperti apa susah payahnya pemerintah melakukan terobosan-terobosan supaya harga pangan bisa stabil dan stok terpenuhi. Sehingga semua masyarakat/konsumen bisa memperoleh Bapok di pasaran dengan mudah dan terjangkau,” kata Selly. BPS juga harus melihat, mengapa lonjakan harga bisa terjadi untuk komoditas tertentu. Sudah sangat jelas cuaca adalah faktor utama penyebabnya. Apalagi saat ini masyarakat petani tidak bisa memprediksi cuaca/alam, sehingga jadwal tanampun tidak bisa dipatok. “Jangan salahkan siapa-siapa. Satgas Pangan sampai tingkat bawah juga bergerak,’’ tandasnya.(bul)


Ekbis NTB

Ekbis NTB Senin, 9 April 2018

4 Lautan eceng gondok di Bendungan Batu Jai dan eksavator untuk menormalisasi bendungan dari eceng gondok.

Segudang Potensi Ekonomi di Bendungan Batujai LAUTAN eceng gondok menghijau. Hampir separuh dari luasan Bendungan Batujai di Lombok Tengah ditutupi tumbuhan air ini. Bila saja masyarakatnya kreatif, pemerintah juga tak tinggal diam, maka tumbuhan ini akan menjadi lembaranlembaran uang. Di Jawa, eceng gondok disulap menjadi beragam jenis kerajinan. Misalnya produk tas, sandal, tikar dan beragam jenis handy craft lainnya. Tapi tidak demikian di Lombok, eceng gondok masih dianggap tumbuhan sampah. Persoalan SDM, ditambah daya dukung kepada masyarakat yang nampaknya masih lemah. Jadilah potensi ekonomi ini sia-sia. Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara I masih bertarung sendiri menekan perkembangan ecek gondok di lokasi ini. Alat penghancurpun telah dikerahkan. Melihat kondisi lautan eceng gondok ini, memang harus banyak pihak yang terlibat. Dinas Pari-

wisata, Dinas yang membidangi perindustrian, dan dinas yang membidangi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), tentu beserta stakeholders lainnya diharapkan berperan agar memanfaatkan potensi ini menjadi tak mubazzir. Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Bendungan Batujai (BBJ) dalam program besarnya punya rancanangan untuk mengembangkan potensi ekonomi dan pariwisata di lokasi ini. Kelompok ini berencana akan membuat rumah makan terapung di tengah bendungan ini. Dengan dana awal Rp 140 juta, konsep tersebut akan dilaksanakan secara bertahap. Dananya dikumpulkan dengan cara swadaya. Dalam kalkulasi, rumah makan terapung akan menelan biaya hingga Rp 1 miliaran anggaran. Bendahara Pokdarwis BBJ, Mulyono dan Ketua Pokdarwis, Hasan Basri yang mengutarakannya. Rumah makan terapung akan berukuran 18 x 46 meter. Lalu ditambah lagi dengan kolam pemancingan semacam keramba diluar ukuran induk rumah ma-

kan terapung. Jadilah tempat ini kedepan sebagai destinasi wisata dan kuliner baru disana. Menuju rumah makan terapung, digarmbarkan ada lima dermaga yang akan dibangun di lima kelurahan sekeliling Bendungan Batujai. Di Kelurahan Prapen dan Kelurahan Sasake sebagai dermaga induk. Lalu di Kelurahan Semaya, Gili Lebur dan Kelurahan Panji Sari. Dari lima dermaga ini juga, akan ditawarkan lima paket kepada pengunjung. Paket wisata, pendidikan, pemancingan, paket ulang tahun, dan paket lintas bendungan (keliling bendungan dengan kapal). “Paket wisata pendidikan ini kita akan transfer pengetahuan kepada anak didik bagaimana mengenal alam. Lalu bagaimana menjaga lingkungan. Disinilah kita akan ajarkan masyarakat untuk menjaga kebersihan, termasuk memungut eceng gondok, sedikit demi sedikit agar Bendungan Batujai normal kembali,” kata Mulyono. Terhadap konsep ini, komunikasi intens dilakukan oleh Pokdarwis serta dengan Pemk-

ab setempat melalui dinas-dinas terkait. Demikian juga dengan BWS Nusa Tenggara I. Lantas bagaimana dengan ancaman lautan eceng gondoknya? Menurut Mulyono, BWS telah mengerahkan empat tongkang, plus satu mesin speed boat untuk mengangkutnya sekitar empat bulan lalu. Ada juga mesin penyedot lumpur sebulan lalu untuk mengurangi sedimentasi. Pokdarwis ini juga bersedia mendukung BWS untuk mengurangi eceng gondok. Sejauh ini, aksi yang dilakukan hanya mengangkutnya, lalu membuangnya ke lahan yang disediakan BWS di Kelurahan Panji Sari. Pokdarwis ini juga akan berupaya untuk mengembangkan kerajinan turunan dari eceng gondok. Tutor dari luar NTB akan didatangkan. Selain itu, ada juga permintaan untuk menerima eceng gondok kering di Jogja. Tetapi ada beberapa perhitungan yang belum masuk, sehingga belum di eksekusi permintaan tersebut. “Kita juga merencanakannya untuk menjadikan eceng gondok yang dibuang oleh BWS menja-

di pupuk. Tapi terkendala lahan untuk pembuatan pupuk. Ada juga rencana pemanfaatan eceng gondok untuk mengembangkan belut. tapi terkendala bibit belut,” demikian Hasan Basri. Kepala BWS Nusa Tenggara I, Ir. Asdin Julaidy,MM.MT, melalui Humasnya, Abdul Hanan sebelumnya menjelaskan, banyak potensi ekonomi yang bisa dikembangkan dengan keberadaan bendungan dan embung di NTB. Yang di paparkan oleh Pokdarwis BJB diatas bisa jadi yang dimaksudkan BWS. Secara umum, ada sembilan bendungan besar di NTB. Keberadaan infrastruktur untuk kebutuhan irigasi ini belum dikelola dengan baik oleh masyarakat. Padahal, dampak berganda dari potensi ekonominya cukup besar. Sembilan bendungan itu tersebar di NTB yaitu Batujai, Pengge, Pandan Dure, Batu Bulan, Tiu Kulit, Mamak, Sumi, Pelaparado dan Bendungan Gapit. Jika masyarakat sekitar memelihara bendungan dengan baik, potensi ekonominya cukup besar dapat dimanfaatkan. Sayangnya, masyarakat masih

memandang bendungan sebatas infrastruktur irigasi. Bendungan Batujai contohnya. Taruh saja dalam keadaan terburuknya, bendungan tersebut menjadi lautan eceng gondok. Jika masyarakat sekitarnya kreatif, eceng gondok ini dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kebutuhan bahan baku kerajinan, atau produk turunan lainnya. Terhadp potensi itu, BWS telah memberikan pembinaan kepada masyarakat sekitar, agar memanfaatkannya menjadi kerajinan. Sayangnya, transfer pengetahuan yang difasilitasi tak konsisten dilaksanakan. “Apakah karena harga kerajinan yang dihasilkan rendah, atau bagaimana. Padahal masyarakat sudah kita berikan pemberdayaan,” kata Hanan. Selain untuk kerajinan, masyarakat lingkar bendungan juga telah diberikan pemahaman bagaimana memanfaatkan eceng gondok sebagai pakan ternak. Namapknya petunjuk itu juga tak konsisten dimanfaatkan. Akibatnya, lautan eceng gondok itu terpaksa harus dicacah

(dileburkan) karena berpotensi mengakibatkan pendangkalan. Manfaat ekonomis lainnya, BWS juga rutin melakukan penanaman pohon di sekitar bendungan. Ribuan pohon setiap tahun. Baik pohon yang dapat dikonsumsi langsung, atau pohon buah yang dapat dijadikan bahan baku pembuatan minyak. Sayangnya, masyarakat sekitar bendungan tak melihat peluang itu. Misalnya bersama-sama melakukan pemeliharaan. “Justru belum beberapa lama ditanam, masyarakat lepas ternaknya. Akibatnya, pohon-pohon itu justru dirusak ternak. Nampaknya kesadaran masyarakat masih harus ditingkatkan. Ini menjadi tugas kita bersama,” demikian Hanan. Belum lagi BWS melepas ribuan bibit ikan di bendungan setiap tahunnya. Bilasaja infrastruktur ini benarbenar di kelola dengan baik. Yakinlah, masyarakar lingkar bendungan tak akan miskin. (bul)

BKKBN Gelar Lomba Pidato dan Karya Tulis Kependudukan Tingkat Provinsi NTB UNTUK lebih mengedukasi masyarakat, terutama generasi muda tentang fenomena stunting di NTB, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan NTB kembali mengadakan lomba pidato dan karya tulis kependudukan yang menjadi agenda rutin tahunan. Acara yang berlangsung Sabtu (7/4) di Mataram Mall ini diikuti oleh perwakilan dari tiap kabupaten/kota seProvinsi NTB dan peserta umum. Nantinya pemenang akan mewakili NTB di lomba tingkat nasional.

Dengan mengambil tema tentang ‘Mewaspadai Fenomena Stunting Dalam Mewujudkan Generasi Demografi dan Generasi Emas di NTB’, peserta ditantang menyampaikan pendapatnya terkait masalah itu. Ketua panitia acara, Julio Nedo Darenoh dalam sambutannya mengatakan bahwa acara ini bertujuan untuk menumbuhkan minat dan kemauan para remaja dan generasi muda untuk menjadi motivator muda yang peduli terhadap kondisi kependudukan Indonesia. “Selain itu untuk memilih motivator muda yang kompeten di bidang kependudukan yang bisa berperan sebagai penutur sebaya mengenai isu-isu kependudukan,” jelasnya. Leo, panggilan akrabnya, mengatakan bahwa lomba ini juga bertujuan untuk meningkatkan jumlah remaja yang berkompeten sebagai orator dalam menyampaikan isu-isu kependudukan. “Juga bisa menambah referensi karya tulis yang ada mengenai kependudukan,” tambahnya. Leo mengatakan, para peserta merupakan perwakilan dari tiap kabupaten/kota di seluruh NTB yang merupakan pemenang di tingkat kabupaten/kotanya. Jumlah total peserta ada 14 orang. Dimana 10 orang merupakan perwakilan kabupaten/kota dan 4 lainnya merupaKepala BKKBN Perwakilan NTB Drs. Makrifuddin,M.Si saat memberi sambutan

kan peserta umum, baik dari sekolah maupun mahasiswa. Nantinya pemenang akan menjadi perwakilan NTB di tingkat nasional untuk lomba yang sama yang diadakan bulan Juni atau Juli nanti. “Pengumuman pemenangnya nanti saat upacara 17 Agustusan di Istana Negara,” sebutnya. Selama ini kata Leo, perwakilan NTB belum pernah mendapatkan juara untuk kedua lomba ini sehingga besar harapannya pemenang tahun ini bisa memberikan upaya maksimal di tingkat nasional nanti. “Terakhir NTB hanya pernah menjadi juara untuk lomba Duta GenRe beberapa tahun lalu,” jelasnya. Sedangkan kepala BKKBN Perwakilan NTB, Drs. Makrifuddin,M.Si, mengatakan bahwa pihaknya sangat mengapresiasi dengan baik kegiatan lomba ini, apalagi tema yang dipilih sangat sesuai dengan keadaan NTB sekarang. “Stunting merupakan kondisi dimana tinggi bayi di bawah ratarata dan itu dialami oleh 37% bayi kita,” terangnya. Kasus stunting ini diakibatkan oleh tingginya pernikahan usia muda yang banyak terjadi, sehingga harus dikampanyekan perkawinanan usia anak dan usia muda ini jangan sampai terjadi. “Peserta yang ada disini merupakan motivator kependudukan yang nantinya bertugas memberikan motivasi kepada yang lainnya agar menghindari pernikahan usia muda,” kata Makrifuddin. Ia menggarisbawahi bahwa bukan pernikahannya yang salah, tetapi usia sang calon pengantin yang harus dilihat, apakah sudah sesuai dengan batas umur yang ditetapkan pemerintah untuk menikah. “Jika pernikahan usia muda ini bisa dihindari, ke depannya NTB akan menjadi lebih baik,”

terangnya. Apalagi ke depannya, para generasi inilah yang akan menjadi harapan dan tumpuan NTB, sehingga harus mendapatkan kualitas hidup yang baik. Juri untuk lomba pidato dan karya tulis ini merupakan juri ter-

pilih yaitu Zaini Muhammad dari kalangan seniman, Helmi Fuady,MM selaku Ketua Koalisi Kependudukan Indonesia Provinsi NTB, Sukri Aruman selaku Ketua Ikatan Penulis KB dan H.M. Zaini. Juara lomba pidato

kependudukan dimenangkan oleh Ilya Marsya Rohila (Lombok Tengah) sebagai juara I, menyusul Aisyah Yasmin Zafirah (Sumbawa) sebagai juara II dan juara III diraih oleh Iftinan Fitriyyah (Kota Bima). Sedangkan lomba karya

tulis kependudukan, juara I diraih oleh Muhammad Kahfika Ikhwanushafa (Lombok Barat), kemudian juara II diraih Ichlasul Amal (Dompu) dan juara III diraih oleh Mariana (KSB). (uul/*)

Kepala BKKBN Perwakilan NTB Drs. Makrifuddin,M.Si saat menyerahkan hadiah kepada salah seorang pemenang

Para peserta dan tamu undangan lomba pidato dan karya tulis kependudukan

Kepala BKKBN Perwakilan NTB bersama para pemenang lomba

Suasana acara pada saat berlangsungnya lomba pidato dan karya tulis kependudukan

Penampilan grup Hip Hop sebagai hiburan saat acara berlangsung

Salah seorang peserta lomba pidato sedang berpidato di hadapan juri dan tamu undangan


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.