Edisi Senin, 08 Januari 2017 | Ekbis NTB

Page 1

MINGGUAN TERBIT SEJAK 15 AGUSTUS 2016 E-mail: ekbisntb@gmail.com

SENIN, 8 JANUARI 2018

Ekbis NTB

4 HALAMAN NOMOR 18 TAHUN KE 2 TELEPON: Iklan/Redaksi/ Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257

Kekuatan Ekonomi dan Dunia Usaha NTB

Kerajinan Tikar Pandan yang Tidak Lekang oleh Zaman

10 Koperasi akan Direkomendasikan Dapat Dana LPDB

SEIRING berkembangnya zaman yang semakin modern, peralatan rumah tangga yang dulunya tradisional mulai perlahan ditinggalkan. Salah satunya adalah tikar pandan yang dulunya dengan mudah kita temukan di pasar atau rumah, tetapi sekarang sudah jarang ditemukan.Tetapi ternyata masih ada pembuat tikar pandan yang masih bertahan, meski sekarang di pasaran lebih banyak dijual tikar plastik yang kualitasnya lebih bagus dan bervariasi. Halaman 2

DINAS Koperasi dan UMKM Provinsi NTB akan memberikan rekomendasi kepada sepuluh koperasi yang layak untuk didukung oleh Lembaga Penyalur Dana Bergulir (LPDB) Kementerian Koperasi dan UKM RI. Sepuluh koperasi tersebut telah diminta oleh Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi NTB, Drs. H. L. Saswadi agar secepatnya melakukan pengajuan. Halaman 4

H. L. Saswadi

Perda Produksi Buah Lokal KONSUMSI masyarakat yang rendah terhadap buah dan kecenderungan mereka membeli buah-buahan impor atau luar NTB dibandingkan buah lokal menjadi persoalan serius yang harus dicarikan solusinya di NTB. Jika ini tidak diatasi akan berpengaruh besar terhadap nasib petani buah. Menurut Pengamat Pertanian dari Unversitas Mataram, Dr. Ir. Anas Zaini, (Ekbis NTB/uul) M.Sc., masih cenAnas Zaini d e r u n g n y a masyarakat membeli buah dari luar disebabkan oleh berbagai faktor. “Kalau sekarang balik lagi ke cuaca, sehingga banyak bunga buah-buahan lokal yang gugur dan tidak jadi,” jelasnya saat ditemui di ruang kerjanya belum lama ini. Ia mengatakan dengan musim hujan yang sudah datang seperti sekarang ini, berpengaruh terhadap produksi buah-buahan lokal yang berkurang. “Jika kita lihat produksi buah-buahan lokal kita setiap tahunnya berkurang.

Ketika Buah Lokal Kalah ’’Gengsi’’ dengan

Buah Impor

Bersambung ke hal 3

Masih Terkendala Pengaturan Pembuahan dan Pengemasan

NTB memiliki potensi sumber daya alam yang begitu melimpah. Lahan-lahan yang subur untuk mengembangkan berbagai komoditas, terutama komoditas buah tidak kalah dengan daerah lain. Bahkan, banyak buah asal NTB yang dikirim ke daerah lain. Meski demikian, banyak juga buah luar daerah atau buah impor yang masuk ke NTB. Buah-buah impor ini, tidak saja menguasai pasar-pasar modern, juga pasar tradisional. Dengan harga lebih murah dari buah lokal dan penampilan yang lebih menarik, membuat buah lokal kalah saing dan bahkan kalah ‘’gengsi’’.

(Ekbis NTB/uul)

Pedagang buah di Arena Pasar Buah. Sekarang ini, permintaan buah, khususnya buah impor cukup tinggi dibandingkan buah lokal.

sumen tetap antusias membeli buah-buah impor. Namun, buah-buah lokal untuk jenis tertentu, seperti rambutan, srikaya, pepaya cukup banyak juga pembelinya. ‘’Kalau apel impor kisaran harganya mulai Rp 30-50 ribu/Kg tergantung jenisnya, sedangkan anggur merah (impor) harganya mulai Rp 70 ribu/Kg,’’ tuturnya pada Ekbis NTB. Untuk mendapatkan stok buah, khususnya buah impor, Dayah mengaku tidak perlu jauh-jauh. Menurutnya, buah impor yang dijual, seperti apel merah, anggur merah, pir, jeruk mandarin dibeli dari pengempul buah di Pasar Bertais. Pihak pengempul buah sudah menyediakan berbagai macam jenis buah impor untuk dijual di NTB. Sementara buah lokal, tambahnya, ia membeli dari pengepul yang mengantarkan langsung ke tempatnya berjualan. ‘’Buah yang diantar oleh pengepul,’’ ujarnya.

Bersambung ke hal 3

Pengembangan Hortikultura Buah Belum Prioritas

M. Saleh Mokhtar

PEMERINTAH belum maksimal memberikan dukungan untuk pengembangan hortikultura buah di Indonesia. Meski begitu, untuk jenis-jenis buah unggulan daerah, pemerintah juga tetap memberikan dukungan untuk mengembangkannya. ‘’Untuk beberapa jenis buah, kita tetap dorong. Untuk saat ini, kita fokus di Pajale (Padi Jagung Kedelai), ditambah hortikultura sayur. Hanya bawang merah dan bawang putih,” kata Kepala Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB, Dr. Ir.

M. Saleh Mokhtar, MP., pada Ekbis NTB belum lama ini. Untuk beberapa jenis buah yang marak masuk pasar NTB, apel misalnya. Keadaan ekosistem agronya yang tidak sepenuhnya mendukung. Terkecuali untuk beberapa jenis buah, rambutan, atau mangga, jika mendatangkan dari luar, Muhktar mengatakan ‘’terlalu’’. ‘’Kita memang harus dorong swasembada hortikultura, tapi bertahap. Seperti rambutan, manggis, mangga. Tidak boleh masuk NTB, kalau ada yang masuk, itu PR besar kita,” imbuhnya. Untuk mendukung pengembangan beberapa komoditas buah ke depannya, Mokhtar mengatakan perlu dihitung berapa kebutuhan rata-

rata di NTB. Agar prioritas pemerintah bisa menjawab kebutuhan dimaksud. Tugas BPTP adalah menyiapkan inovasi teknologi komoditas hortikultura (buah) unggulan yang sedang menjadi program Kementerian Pertanian yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian di daerah. Khusus untuk buah ini, BPTP sedang menyiapkan pengembangan bibit mangga untuk disebarkan kepada petani sesuai CP/CL Dinas Pertanian dan Perkebunan. Beberapa jenis buah-buahan yang cocok dikembangkan di provinsi ini di antaranya, rambutan, manggis, srikaya, pisang, durian, jeruk dan sawo.

Bersambung ke hal 3

(Ekbis NTB/bul)

Masuknya Buah Luar Tak Bisa Dihalangi BANYAKNYA jenis buah-buahan yang datang nya. Apalagi bila dihalangi masuknya. Tentu- proteksi soal selera. Buah apapun, atau dari luar merupakan dampak perkembanya tak mungkin hal itu dilakukan. Baginya, buah dari manapun yang disukainya,” kangan global yang tidak bisa dihalangi. tak menjadi persoalan, buah dari luar tanya pada Ekbis NTB belum lama ini. Pengusaha dari dalam dan luar daerMenurutnya, NTB menghasilkan buahboleh masuk kemanapun. Demikian juga ah bebas memasukkan buah-buadengan buah yang dihasilkan di NTB. buah unggulan. Misalnya rambutan, pephan dari luar daerah asalini pasar global. Tapi masyarakat aya, durian, manggis, mangga dan pisang. kan sesuai dengan perharus terus diedukasi, bahwa tidak leb- Beberapa buah yang aturan yang berlaku masuk dari luar, ih baik buah-buah mengkilap di negara ini. adalah yang diimpor dari luar, Kepala Dinas apel, angketimbang buah lokal. Pertanian dan gur, atau ‘’Yang bisa kita lakukan Perkebunan beberapa jeadalah edukasi, kaProvinsi NTB, nis lainnya lau soal beli. Itu Ir. Husnul dikarenakan tokan urusan konFauzi, M. Si pografi lahan di sumen sendiri, menyebut NTB yang belum setidak bisa soal peredarsuai untuk mengemkita an buah dari bangkannya. luar, bukan Bersambung ke hal 3 Husnul Fauzi kewenangan(Ekbis NTB/dok)

Hj. Budi Septiani (Ekbis NTB/dok)

( Ekbis NTB/dok)

BUAH impor masih menghiasi meja-meja di Arena Pasar Buah Cakranegara Kota Mataram. Sebagai salah satu sentra penjualan buah berbagai jenis di Kota Mataram, pasar buah ini menjadi tujuan warga atau wisatawan mancanegara untuk berbelanja buah. Banyaknya pilihan, baik buah impor dan lokal membuat pembeli tidak kesulitan menentukan pilihannya. Anggur merah dan apel menjadi buah impor yang paling banyak diburu konsumen. Karena harganya cukup murah. Stok yang tersedia sepanjang tahun menjadikan harga buah impor ini tetap stabil dan permintaannya cukup banyak. Dayah, salah seorang penjual di Arena Pasar Buah Cakranegara menuturkan, bagaimana kon-

SEJUMLAH varietas buah yang dihasilkan oleh petani NTB memiliki keunggulan yang digemari oleh pasar. Misalnya saja buah durian, mangga, rambutan dan manggis. Meski memiliki keunggulan dari segi cita rasa, namun petani buah di daerah ini masih terkendala oleh pengaturan pembuahan dan pengemasan. Hal itu disampaikan Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Provinsi NTB Sabri M Amin kepada Ekbis NTB belum lama ini. Sabri mengatakan, buah yang diproduksi oleh petani NTB rata-rata masih berbuah satu kali dalam setahun. Belum mampu mencoba pembuahan dua kali dalam setahun seperti yang sudah diterapkan di beberapa daerah lain dengan sentuhan teknologi pertanian. “ Jika hal itu bisa diterapkan, tentu hasilnya akan sangat bagus dan menguntungkan petani.

Sabri M Amin

Bersambung ke hal 3

Butuh Inovasi dan Penerapan Hasil Penelitian Kampus BUAH hasil produksi lokal memang tak kalah berkualitas dengan daerah lain, atau bahkan produk dari luar negeri. Namun yang menjadi titik lemahnya ada pada perhatian pemerintah daerah yang masih kurang terhadap petani buah. Padahal sudah jelas instruksi Presiden untuk mengurangi impor dan mengutamakan produk lokal. Hal itu disampaikan Anggota Komisi II Bidang Pertanian DPRD NTB Ir Made Slamet, MM kepada Ekbis NTB belum lama ini, terkait masih kalahnya buah lokal bersaing dengan buah dari luar. Ia melihat pemerintah daerah kurang memberikan dukungan kepada para petani buah di NTB. Sehingga produk yang dihasilkan kalah bersaing dengan produk luar. Ada banyak variatas buah dari luar daerah yang lebih unggul daripada buah yang dihasilkan petani NTB.

Bersambung ke hal 3

Made Slamet ( Ekbis NTB/dok)


2

Ekbis NTB Senin, 8 Januari 2018

Kerajinan Tikar Pandan yang Tidak Lekang oleh Zaman

Inspirasi

Seiring berkembangnya zaman yang semakin modern, peralatan rumah tangga yang dulunya tradisional mulai perlahan ditinggalkan. Salah satunya adalah tikar pandan yang dulunya dengan mudah kita temukan di pasar atau rumah, tetapi sekarang sudah jarang ditemukan. Tetapi ternyata masih ada pembuat tikar pandan yang masih bertahan, meski sekarang di pasaran lebih banyak dijual tikar plastik yang kualitasnya lebih bagus dan bervariasi.

(Ekbis NTB/uul)

H. Abdul Muhaimin, pemilik tahu 151 A yang sudah melegenda di Mataram.

Tahu 151 A, Pertahankan Kualitas Sejak 1968 ABIAN Tubuh Kecamatan Sandubaya Kota Mataram terkenal sebagai salah satu sentra penghasil tahu, selain Kekalik yang produknya dipasarkan ke seluruh Lombok. Tetapi di antara ratusan usaha tahu di sana, terdapat salah satu merk tahu yang menjadi pelopor pembuatan tahu di sana yaitu tahu 151 A. Tahu yang sudah ada sejak tahun 1968 ini mampu bertahan selama puluhan tahun dengan kualitas produk yang tidak pernah berubah. ADALAH H. Abdul Muhaimin, pemilik tahu 151 A dulunya berkeliling Kota Mataram untuk memasarkan produknya. “Dulunya karena tidak ada pekerjaan, makanya saya mencoba membuat tahu dengan berulangkali percobaan sampai menemukan rasa yang pas,” terangnya saat ditemui belum lama ini. Nama tahu 151 A ini diambil dari nomor rumah agar gampang diingat, dan nama ini juga memiliki makna yang dalam. “151 A ini maknanya tujuan hidup manusia ada 1 yang bisa dicapai dengan 5 cara untuk menuju satu yaitu Allah SWT,” jelasnya. Tahu 151 A ini, kata Muhaimin, berbeda dengan tahu lainnya yang beredar di pasaran, terutama dari segi bahan baku. “Kami menggunakan bahan baku kedelai lokal bukan kedelai impor. Sehingga kualitasnya lebih padat, sehat dan enak,” tambahnya. Proses pengolahan juga masih menggunakan cara tradisional yang membutuhkan waktu sampai 3-4 jam dari proses perendaman sampai jadi. Tahu yang dihasilkan juga bisa langsung dikonsumsi tanpa digoreng terlebih dahulu. “Ini karena tahunya sudah melalui proses perebusan dengan air garam,” kata Muhaimin. Tiap harinya, ia mampu berproduksi sampai 50 kg kedelai yang dalam sekali pembuatan tahu hanya menghasilkan 100 buah tahu. “Kalau orang lain kan sekali buat itu bisa jadi 5 loyang, kalau kita hanya 1 loyang makanya harganya lebih tinggi,” terangnya. Harga tahu 151 A sendiri dibanderol seharga Rp 5 ribu/buah. “Ada juga yang kita jual mulai dari Rp 100 ribu sebagai oleh-oleh bagi tamu dari luar,” kata Muhaimin. Nantinya tahu akan dibungkus plastik yang dimasukkan ke dalam besek yang bisa bertahan sampai 1 hari. “Kalau sudah sampai tujuan, tahunya bisa direbus dan ditaruh dalam lemari pendingin, bisa tahan sampai 10 hari,” terangnya. Tidak heran, tahu 151 A banyak diburu wisatawan dari luar daerah yang sejak dahulu selalu membeli jika berkunjung ke Lombok. “Malahan lebih banyak orang luar yang tahu dibandingkan dengan orang sini,” akunya. Selain menyediakan tahu, toko oleh-oleh Muhaimin juga menyediakan berbagai produk olahan tahu 151 A juga berbagai macam oleh-oleh khas Lombok lainnya. “Kita tidak bekerjasama dengan travel dan guide, karena harga yang mereka tetapkan itu sangat tinggi,” akunya. (uul)

Layanan Terbaru Jempol dari TIKI PT Citra Van Titipan Kilat (TIKI) sejak Desember tahun 2017 meluncurkan layanan baru yaitu Jemput Online (Jempol). Menurut Jusmi dan Atik, staf Tiki Cabang Mataram di Jalan Anyelir, Gomong Mataram, produk layanan ini layanan penjemputan barang secara gratis ke tempat pelanggan yang akan mengirimkan paketnya. “Nantinya pelanggan bisa menelepon langsung ke kantor TIKI atau melalui aplikasi TIKI yang bisa diunduh di playstore,” jelas Jusmi belum lama ini. Melalui aplikasi, pelanggan bisa memilih menu Pickup dan pegawai TIKI akan langsung mendatangi rumah pelanggan. “Kalau untuk penjemputan, biayanya gratis. Pelanggan hanya membayar berat jumlah paket yang akan dikirimkan,” terangnya. Kemudian pelanggan akan dikirimikan resi pembayarannya langsung ke rumah pelanggan. “Untuk tarif paket, tergantung kota yang akan dituju pelanggan untuk dikirim,” kata Jusmi. Adanya layanan Jempol ini, tambahnya, akan memudahkan pelanggan, terutama para pengusaha online shop yang menjadi pelanggan setia TIKI. “Karena baru launching kemarin, mungkin di Mataram masih menunggu saja adanya layanan ini,” tambahnya. Jusmi mengatakan sebelum adanya layanan Jempol ini, TIKI Mataram juga memiliki layanan jemput paket pelanggan. “Misalnya kurir kita ada pengiriman barang ke Senggigi dan kebetulan ada pelanggan yang di sekitar sana bisa dijemput oleh kurir dan gratis biayanya,” imbuhnya. Layanan Jempol ini nantinya juga akan segera diadakan di Kota Mataram, karena banyak pelanggan juga banyak yang sudah tahu. Selain adanya layanan Jempol, TIKI juga menyediakan menu TOS di mana setiap pengiriman paket, pelanggan bisa mendapatkan poin. “Sekali kirim bisa dapat poin yang bisa dikumpulkan dan ditukar untuk mendapatkan potongan harga setiap pengiriman,” terang Jusmi. Menyambut tahun baru 2018, TIKI Mataram juga meluncurkan tarif baru untuk pengiriman ke berbagai daerah di Indonesia. “Kalau ke Selong harganya Rp 10 ribu/kg, Praya Rp 5 ribu/kg sedangkan untuk Indonesia bagian timur ada penurun tarif,” kata Jusmi. Ia mencontohkan pengiriman ke Pulau Sumbawa (Ekbis NTB/uul) hanya dibeban- TIKI Mataram berusaha memberikan pekan sebesar Rp 5 layanan terbaik pada pelanggan dengan ribu/kg. (uul) meluncurkan program Jempol.

INAQ Rukmin dan Muniati, pasangan ibu dan anak ini di Dusun Batu Tinggang Desa Labulia Kecamatan Jonggat Lombok Tengah merupakan salah satu perajin tikar pandan yang masih bertahan. Selama puluhan tahun, mereka menggeluti usaha membuat tikar.Meski sudah banyak tikar plastik yang lebih murah dan fleksibel, mereka tetap bertahan. “Saya sudah puluhan tahun membuat tikar pandan ini. Dari masih kecil di mana hampir semua warga di sini menjadi perajin tikar,” terangnya saat ditemui Ekbis NTB di rumahnya, belum lama ini. Wanita paruh baya ini menuturkan dulunya hampir semua warga berprofesi menjadi perajin tikar pandan, tetapi seiring zaman banyak dari mereka yang beralih ke profesi lain. “Kebanyakan jadi pembuat batu bata atau pekerjaan lain, soalnya itu lebih banyak mendatangkan penghasilan,” tutur Inaq Rukmin. Tikar pandan terbuat dari daun

pandan yang banyak tumbuh di kebun ataupun sebagai tanaman pagar. Hampir semua daun pandan dalam satu pohon bisa digunakan sebagai bahan baku tikar pandan kecuali daun muda. “Kita belinya per kebun bukan per pohon, kalau sekarang harganya bisa Rp 200 – 300 ribu/kebun di mana semua pandannya bisa kita ambil,” jelasnya. Setelah dipetik, daun pandan mengalami mengalami proses panjang mulai dari dibuat menjadi lembaran kecil baru kemudian diulet (lingkaran daun pandan). “Setelah dianyam baru kemudian dijemur sampai kering, kalau lagi bagus cuacanya bisa sampai 1 minggu penjemuran karena harus sering dibolak-balik agar keringnya merata,” tambahnya. Besar-kecilnya anyaman yang dibuat menentukan jumlah anyaman yang dipakai untuk pembuatan tikar pandan. “Kalau uletan (anyamannya, red) kecil, bisa pakai sampai 4 uletan untuk

(Ekbis NTB/uul)

TIKAR PANDAN - Perajin tikar pandan Dusun Batu Tinggang Desa Labulia Kecamatan Jonggat Lombok Tengah. Mereka masih bertahan membuat tikar di tengah serbuan produk serupa dari pabrik yang harganya lebih murah. membuat tikar, tapi ada juga yang besar. Ibu saya saja yang masih buat yang besar,” kata Muniati. Setelah itu, ujarnya, daun pandan dianyam menjadi tikar yang dalam sehari, mereka bisa membuat sampai 3 buah tikar. “Itu kalau tidak ada yang dilakukan, hanya menganyam saja seharian, kalau diselingi dengan pekerjaan hanya bisa jadi 1 saja,” jelasnya. Jika tikar pandan sudah terkumpul cukup banyak, barulah inaq Rukmin men-

Bisnis

Dearika Jus, Jus Jagung Khas Dompu semua bahSELAMA annya yang ini, jus yang bisa ditemudijual di pasakan di Domran hanya pu, seperti dikenal jus gulanya dari buah atau Tambora, kosayuran. Melipinya Tambohat potensi di ra, jagungnya daerahnya, di juga dari Woja, Dompu Dompu kareyang memiliki na kita pengproduksi jaghasil jagung ung terbesar, terbesar di Liliek MasNTB,” jelasnwary kemudiya. an terpikirkan Jus jagung untuk memini, kata Liliek, buat jus jagbisa bertahan ung. sampai 1 “Saya mu(Ekbis NTB/uul) lai buatnya Jus jagung khas Dompu yang mulai diminati kon- minggu jika ditaruh dan sejak tahun sumen di NTB dan luar daerah. dibekukan di 2010 lalu, karena di pasaran hanya ada jus buah ini, dalam kulkas. “Kalau ditaruh di luar, hanya kenapa saya tidak membuat jus jagung bisa bertahan 1 hari saja karena tidak mesaja,” terangnya saat ditemui di Mataram makai mata,” jelasnya. Apalagi manfaat jagung ini bisa untuk beberapa waktu lalu. Jagung yang digunakan untuk mem- kesehatan mata, sehingga cocok dikonbuat jus jagung, Liliek menggunakan jag- sumsi semua usia. Dalam sehari, ia mamung hibrida atau jagung manis. “Jagung pu berproduksi sampai 500 botol jus jaghibrida yang muda kita pakai, karena ka- ung setiap harinya dengan harga jual Rp lau pakai jagung ketan dan jagung roti 6 ribu. Liliek berencana untuk memasarkan tidak bagus dia atau berlendir,” jelasnya. Bahan yang digunakan untuk membuat produknya di Mataram karena menurut jus ini, imbuhnya, adalah gula, jagung, dan Kepala Dinas Perdagangan Provinsi susu. “Jusnya ini benar-benar pure, tanpa produknya ini unik. “Beliau meminta agar menggunakan bahan pengawet,” tambahnya. produk kami dipasarkan di sini, makanya Ada 2 varian rasa jus jagung yang saya minta anak saya yang jualan disini,” dibuat Liliek yaitu rasa original dan rasa tukasnya. Namun, sebelumnya, ia mengaku kopi. “Yang varian kopi ini baru 2 bulan lalu ini saya buat, tetapi sambutannya bagus produknya sudah banyak diminati konsumen ,bahkan sampai Jakarta untuk disekali,” kata Liliek. Varian jus jagung rasa kopi ini, imbuh- jadikan oleh-oleh. “Tetapi kita bekukan nya, paling banyak diminati oleh konsumen agar bisa bertahan lama dan bisa dibawa karena rasanya yang khas. “Saya pakai jauh,” ujarnya. (uul)

jualnya, baik menjual sendiri atau dijual ke pengepul. “Tapi ada juga yang datang langsung ke rumah, harganya juga cukup murah mulai dari Rp 15-30 ribu kalau beli langsung, kalau dipasaran harganya mulai dari Rp 20 ribu,” tambahnya. Muniati menambahkan, pasaran untuk tikar pandan ini tetap ada karena ada kelebihan tikar pandan yang tidak dimiliki oleh tikar plastik. “Kalau kata orang sih, lebih adem pakai tikar pandan meskipun lan-

tainya dingin selain itu lebih alami, sekarang kan orang suka yang alami-alami,” tukasnya. Meski demikian, mereka mengaku selama ini mereka tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk produksi mereka. “Modal kita sendiri, kalau tidak ada modal kita cuma diam saja di rumah, mau bertani kita tidak punya sawah. Jadi cuma ini saja pekerjaan yang saya bisa,” akunya. (uul)

Keripik Bebele, Cemilan Sehat dengan Sejuta Manfaat PEGAGAN atau dalam bahasa Sasak disebut bebele, biasanya digunakan masyarakat sebagai sayuran untuk lalapan. Tetapi di tangan Marwita, bebele diubah menjadi cemilan yang cocok sebagai teman minum teh atau ngopi dengan sejuta manfaatnya. “Saya mulai buat keripik bebele ini sejak 2 bulan yang lalu, karena ingin membuat produk lain selain keripik yang umum dibuatnya,” terangnya saat ditemui di rumah sekaligus tempat produksinya di Desa Aiq Berik, Batukliang Utara. Wita, panggilan akrabnya, mengatakan bebele juga banyak ditemukan di daerahnya karena berdekatan dengan hutan. “Saya pertamanya mencoba dengan menggunakan adonan peyek, ternyata banyak yang suka jadinya mulai buat,” ujarnya. Ia menambahkan, dalam membuat peyek dan keripik bebele ini tidak berbeda jauh, tetapi proses membuat keripik bebele diakuinya lebih sulit dibandingkan membuat peyek. “Kalau membuat peyek, tinggal langsung digoreng saja, tetapi keripik bebele ini harus satu-satu digorengnya agar tidak melekat satu dengan yang lain,” jelas Ketua KUB Benang Stokel ini. Pembuatan keripik bebele ini, kata Wita, lebih mudah dibandingkan dengan keripik bayam. “Minyak bekas membuat keripik bayam itu hitam dia, sedangkan kalau membuat keripik

bebele minyaknya bersih dan masih bisa digunakan kembali,” tukasnya. Dalam sehari, ia bisa membuat 2-5 kg keripik bebele atau sampai 50-100 bungkus keripik berukuran 60 gram. “Kita buatnya tergantung pesanan yang ada, soalnya pemasarannya lebih banyak di sekitaran Mataram,” terangnya. Wita yang dibantu keluarga untuk produksi setiap harinya mengatakan, pasaran produknya lebih banyak ke Lombok Barat dan Mataram. “Malahan disini banyak yang tidak tahu, meskipun dekat dengan tempat wisata,” jelasnya. Ia mengatakan belum sempat memperkenalkan atau memasarkan produknya di daerahnya karena barangnya selalu habis setiap produksi. “Apalagi harganya yang cukup murah, hanya Rp 5 ribu/bungkus makanya banyak yang tertarik,” ujarnya. Bebele ini, kata Wita, memiliki manfaat untuk memperkuat daya ingat dan menghindari pikun. “Kalau dijadikan sayur, anak-anak banyak yang tidak suka, sedangkan kalau dijadikan keripik seperti ini mereka tertarik,” ujarnya. Ke depannya, ia berencana untuk memasarkan produknya ke toko oleh-oleh dan tempat wisata di daerahnya agar bisa dikenal oleh banyak orang. “Sebenarnya kita ada toko di dekat rumah, tetapi stok barang yang tidak ada, jadi pelan-pelan saja dulu,” tukasnya.(uul) Keripik Bebele khas Aiq Berik Batukliang Utara. Tanaman Bebele atau pegagan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. (Ekbis NTB/uul)

Jor, Desa Penghasil Terasi di Lotim yang Menasional Dalam membuat sambal, bahan yang paling penting selain cabai adalah terasi, karena dapat meningkatkan cita rasa sambal yang dibuat. Sejak dulu, Dusun Jor, Desa Jor Kecamatan Jerowaru Lombok Timur terkenal sebagai salah satu daerah pembuat terasi yang banyak dipasarkan di sekitar Lombok. FAUZIAH, salah satu pengusaha terasi di dusun ini mengaku sudah belasan tahun menekuni usaha pembuatan terasi ini. Apalagi membuat terasi sudah dilakukan secara turun temurun. Terasi yang dibuat tetap memperhatikan aspek kesehatan, tanpa melakukan pencampuran atau menggunakan zat berbahaya pada produk terasi yang dibuatnya. Baginya dan pembuat terasi lain yang ada di desanya lebih mengutamakan kepercayaan konsumen daripada mencari keuntungan, tapi membahayakan konsumen yang mengkonsumsinya. “Bahan pembuatan terasi di sini hanya udang rebon, garam sama air saja untuk membuat adonan-

nya. Proses pembuatannya juga masih tradisional yaitu dengan ditumbuk tanpa menggunakan peralatan modern,” terangnya pada Ekbis NTB belum lama ini. Dalam mendapatkan bahan baku, Fauziah membeli di sekitar desanya, karena berdekatan dengan laut ataupun dari Tanjung Luar. “Harga udang per kilogram itu Rp 25 ribu, jadinya 1 timbang harganya Rp 2,5 juta,” kata Fauziah. Dalam sehari, ia bisa memproduksi sampai 500 buah terasi berbagai macam ukuran tergantung permintaan pembeli. “Saya biasanya membuat 3 ukuran, yaitu ukuran kecil, sedang, dan besar, tetapi yang paling banyak ukuran kecil karena itu yang paling lancar

pasarannya,” terangnya. Menurutnya, 1 kg bahan baku rebon bisa menghasilkan 1,5 kg terasi yang kemudian dicetak sesuai ukurannya. “Membuatnya seperti membuat batu bata itu, setelah dicetak baru kemudian dijemur sampai kering,” jelas Fauziah. Proses pembalikan saat penjemuran harus sering dilakukan agar keringnya merata sampai dalam. “Penjemuran membutuhkan waktu sampai 1-2 hari jika kondisi cuaca sedang bagus, kalau musim hujan seperti sekarang bisa membutuhkan waktu yang cukup lama,” ceritanya. Ia menambahkan di pasaran banyak pembeli yang salah persepsi jika terasi yang asli adalah terasi yang memiliki warna merah, padahal bukan. “Terasi asli itu yang warnanya coklat karena memang seperti itu warna udangnya setelah ditumbuk, kalau yang warnanya merah itu diberi pewarna makanan,” terang Fauziah. Meski demikian, pembeli lebih menyukai terasi yang

diberi pewarna karena lebih menarik. Namun, pihaknya tidak mau menggunakan zat pewarna untuk menjaga kepercayaan konsumen. Untuk harga, terasi ini dibanderol dengan harga yang terjangkau yaitu hanya Rp 10 ribu saja, di mana konsumen akan mendapatkan 4 buah terasi berukuran kecil atau 3 buah terasi ukuran sedang atau 1

buah terasi ukuran besar. “Terasi ini bisa bertahan sampai 5-6 bulan,” imbuhnya. Fauziah mengatakan pasaran terasi buatannya banyak dipasarkan di pasar-pasar tradisional di Lombok. “Tetapi sekarang zamannya sudah canggih, jadi banyak yang ambil di sini untuk dijual lewat online dan dipasarkan ke seluruh Indonesia seperti Jakarta, Kalimantan dan lainnya,” klaimnya. (uul)

(Ekbis NTB/uul)

JEMUR - Fauziah sedang menjemur terasi yang sudah dicetak seperti batu bata sebelum dijual pada konsumen.

zPemimpin Umum: Agus Talino zPemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Raka Akriyani zRedaktur Pelaksana: Marham zKoordinator Liputan : Akhmad Bulkaini zRedaktur : Marham, Zainudin Syafari, Akhmad Bulkaini zStaf Redaksi zMataram : U'ul Efriyanti Prayoba zLombok Barat: M.Haeruzzubaidi, zLombok Tengah : Munakir. zLombokTimur: Rusliadi, Yoni Ariadi. zKLU : Johari. zSumbawa Barat : Heri Andi. zSumbawa : Arnan Jurami, Indra Jauhari. zDompu : Nasrullah. Bima : Rafiin. zTim Grafis : A.Aziz (koordinator), Didik Maryadi, Jamaludin, Mandri Wijaya zKantor Redaksi : Jalan Bangau No. 15 Cakranegara Telp. (0370) 639543, zFacsimile: (0370) 628257. zTarif Iklan : Iklan Baris : Rp 20.000/baris Min 2 baris max 10 baris (1 baris 30 character). zDisplay B/W (2 kolom/lebih): Rp 30.000/mmk. zDisplay F/C : Rp 35.000/mmk. zIklan Keluarga : Rp 20.000./mmk. zIklan Advertorial : Rp 15.000/mmk. zIklan NTB Emas (1 X 50 mmk): Rp 500.000/bulan (25 X muat). Iklan Peristiwa : Rp 350.000/kavling. zAlamat Bagian Langganan/Pengaduan Langganan: Jalan Bangau No. 15 Cakranegara Telp. (0370) 639543, zFacsimile: (0370) 628257. zHarga Langganan: Rp 85.000 sebulan (Pulau Lombok) Rp 90.000 sebulan (Pulau Sumbawa), Pembayaran di muka. zHarga eceran Rp 5.000. Terbit 1 kali se-minggu. Penerbit: PT Suara NTB Pers. Percetakan: PT Bali Post.

Ekbis NTB

Wartawan Ekbis NTB selalu membawa tanda pengenal, dan tidak diperkenankan menerima/meminta apa pun dari nara sumber.


Ekbis NTB

Ekbis NTB Senin, 8 Januari 2018

Ketika Buah Lokal Kalah ’’Gengsi’’ dengan Buah Impor Dari Hal. 1 Tergantung buah yang dipanen saat itu. Misalnya, kalau panen rambutan, pengepul mengantar rambutan. Begitu juga, kalau sedang panen srikaya, pepaya, mangga, buah naga, manggis, kelengkeng, semangka, pihak pengepul yang mengantarnya secara langsung. ‘’Kalau rambutan biasanya dari Lombok Barat, sekarang juga musim srikaya yang datang dari Lombok Timur. Harga buah lokal seperti rambutan Rp 20 ribu/Kg. Sedangkan srikaya Rp 25 ribu/Kg. Kalau di pengepulnya, harga rambutan hanya Rp 15 ribu/Kg. Saya jual buah lokal tergantung apa musimnya,’’ tambahnya. Hal senada disampaikan Sayun, penjual buah di kawasan Pasar Kediri, Lombok Barat. Sayun mengaku, menjual buah impor karena permintaan dari masyarakat. ‘’Tetapi sekarang permintaan buah impor lagi turun, beda dengan buah lokal yang sekarang sedang naik,’’ jelasnya. Turunnya permintaan buah impor, karena di Lombok sedang musim buah lokal seperti rambutan, sehingga membuat masyarakat beralih. “Kalau rambutan saya biasanya jual seharga Rp 13 ribu per Kg. Pengepul langsung yang bawa ke sini barangnya jadi saya tidak tahu dari mana,’’ kata Sayun. Meski demikian, tambahnya, permintaan buah lokal akan kembali turun, jika buah yang merupakan komoditi lokal sudah tidak lagi musim. Pada saat seperti inilah, buahbuah luar daerah yang didatangkan dari Jawa atau buah impor banyak yang laku. Sama juga dengan buah impor. Ia juga langsung diantarkan barang oleh distributor ke toko buahnya. Tetapi dari tampilan, buah impor ini ditaruh dalam rak-rak dan disusun rapi untuk menarik minat pembeli. “Yang paling banyak dicari pembeli itu anggur merah yang harganya Rp 35 ribu, sama jeruk impor itu,’’

terangnya. Konsumen juga banyak membeli buah impor. Alasan mereka cukup realistis. Selain harga murah, tekstur atau rasa buah impor beda dengan buah lokal. Harus diakui buah impor kualitas rasanya lebih enak. Apalagi, mereka bisa mendapatkan buah impor dengan harga cukup terjangkau di retail modern. Seperti dituturkan, Siti, salah seorang warga Kecamatan Selaparang. Diakuinya, ia sering membeli buah impor, seperti anggur hijau dan jeruk mandarin di pusat perbelanjaan. Selain harganya yang terjangkau, dari sisi higienis buah juga terjamin. Sementara untuk buah lokal, ia sering membeli pepaya, buah naga, semangka dan lainnya. ‘’Kemarin saya beli buah naga yang ditanam di Pringgarata Lombok Tengah. Rasanya agak lebih manis, tapi harganya lebih mahal dari yang dijual di pinggir jalan,’’ tuturnya. Sementara buah lokal Indonesia yang sering dibeli adalah jeruk madu dan salak pondoh dari Jawa. Jeruk madu yang kebanyakan dijual pedagang menggunakan bak terbuka di pinggir jalan ini, tambahnya, mendatangkan jeruk dan salak pondoh dari Jawa. ‘’Kalau jeruk sini (NTB, red), rasanya kurang manis. Tapi kalau jeruk madu ini, lumayan manis. Ini sering saya beli,’’ akunya. Kecenderungan masyarakat memilih buah impor, selain kualitasnya memang lebih baik dan harganya lebih murah. Cara pengemasan buah impor juga menambah daya tarik pembeli. Buah impor yang dijual di pasar-pasar modern termasuk di pasarpasar tradisional dikemas sedemikian rupa. Ini juga menambah ‘’gengsi’’ buah impor di mata pembeli yang akhirnya membuat konsumen kepincut. (uul)

Perda Produksi Buah Lokal Dari Hal. 1 Misalmya saja sekarang kan musimnya rambutan, manggis dan durian tetapi tidak banyak yang berjualan,’’ kata Anas. Ia mencontohkan jika sudah musim buah-buahan tersebut sepanjang jalan utama di Mataram dapat ditemui penjual buah, tetapi sekarang tidak ada. ‘’Karena kebanyakan tanaman buah-buahan yang ada di sini ditanam di pekarangan, diusahakan sendiri oleh masyarakat,’’ jelasnya. Masyarakat lebih memilih untuk menanam tanaman pangan seperti padi dan jagung yang memiliki harga yang pasti dibandingkan dengan menanam tanaman buah-bauahn. “Selain itu konsumsi buah-buahan kita msih rendah. Masyarakat masih menganggap buah sebagai makanan penutup,’’ imbuhnya. Mereka lebih memilih membeli makanan pokok dibandingkan buah-buahan. ‘’Lebih banyak yang mengkonsumsi buah adalah kalangan menengah ke atas. Sedangkan kalangan menengah ke bawah belum memandang konsumsi buah itu penting. Paling mereka beli buah kalau ada acara saja, bukan untuk sehari-hari,’’ jelasnya. Buah impor yang lebih banyak dipilih untuk konsumsi, menurut Anas, disebabkan mereka menang dari segi infrasturktur yang baik. “Kemasannya baik dan tampilannya cantik, sehingga menarik konsumen. Beda dengan buah lokal yang dijual secara curah, penanganan pascapanennya masih kurang,’’ tukasnya. Apalagi, ujarnya, buah bersifat mudah rusak. Sehingga membutuhkan penanganan distribusi yang bagus. ‘’Kalau buah lokal diperlakukan seperti itu, harganya akan mahal,’’ terangnya. Selain itu, tidak adanya

perkebunan khusus buahbuahan di NTB masih menjadi masalah. ‘’Penyebarannya masih tersebar sehingga rantai pemasarannya panjang,’’ kata Anas. Apalagi konsumen di sini sangat terpengaruh dengan harga. Kalau harga murah baru mereka tertarik membeli. ‘’Sehingga membutuhkan intervensi pemerintah soalnya di beberapa daerah sudah ada Perda yang melindungi produksi buah lokal dan petani,’’ jelasnya. Dalam hal ini, pemerintah harus bisa melihat dari dua sisi, di mana harus mengubah kebiasaan masyarakat untuk mengkonsumsi buah dengan gencar melakukan promosi. ‘’Mindset masyarakat yang harus diubah, jika begitu nantinya mereka akan mau menanam buah-buahan sendiri,’’ imbuh Anas. Selain itu, perlu juga dilakukan festival buah-buahan yang diadakan setahun sekali untuk lebih memperkenalkan buah-buahan lokal kepada masyarakat luas. “Festival buah ini bisa menjadi ajang promosi dengan menyajikan buah lokal yang mungkin remaja sekarang banyak yang tidak tahu,” tuturnya. Langkah itu bisa dilakukan dengan promo sayur dan buah lokal di acara car free day. “Nanti pasti ada efek gandanya, yaitu munculnya produk olahan buah yang variatif,” kata Anas. Dari kebijakan ini bisa menjadikan buah bukan hanya sebagai makanan penutup tetapi juga makanan selingan. “Konsumsi cemilan kita cukup tinggi, karena orang cenderung mengeluarkan uang banyak membeli cemilan di banding buah,’’ terangnya. (uul)

Pengembangan Hortikultura Buah Belum Prioritas Dari Hal. 1 Muji Rahayu, Peneliti Buah di BPTP NTB menambahkan, untuk kawasan NTB berpotensi dikembangkan berbagai jenis buah. Tentu dengan dukungan alih teknologi. Kementerian Pertanian memprioritaskan dukungan untuk empat jenis. Yaitu, mangga, jeruk, pisang, dan manggis. Tiga di antaranya yang sangat potensial dikembangkan di NTB, selain jeruk. Dukungan penganggaran masih dikhususkan untuk kawasan pangan, Pajale, kemudian hortikultura sayuran, yakni bawang merah dan bawang putih. Meski begitu, BPTP terus mendukung pengembangan buah mangga.

Tahun 2018 ini, BPTP mendapat mandat untuk mengembangan mangga yang sesuai selera pasar lokal, dan pasar luar. Misalnya mangga berwarna, gedong gincu, garipta merah dan mangga oranye. Kementerian Pertanian juga telah merilis jenis mangga yang dimakan hanya dengan dibelah dan di sendok. Dua jenisnya yang dirilis itu, mangga Agri Horti II, dan Mangga Gadung 21. BPTP akan memgembangkannya di NTB. Tahun 2018, akan dikembangkan sebanyak 30 ribu batang bibit dan tahun 2019 sebanyak 25.000 batang akan yang dibagikan ke kabupaten/kota sesuai kebutuhan. (bul)

3

XL Axiata Gelar Acara Gerakan Xtra di Lotim SETELAH sepanjang tahun 2017 XL Axiata (XL) menggelar program sosialisasi perluasan jaringan XL serta Xtra Combo di berbagai kota di Indonesia melalui program “Gerakan Xtra”. Di awal tahun 2018 XL kembali menjalankan Program Gerakan Xtra dengan menggelar Jalan Sehat di Taman Tugu Selong Lombok Timur (Lotim), Minggu (7/12). Acara di Lotim ini merupakan salah satu rangkaian acara HUT Ke-59 Provinsi NTB serta kota/kabupaten pertama yang menyelenggarakan Gerakan Xtra di 2018. Salah satu tujuan diadakannya Gerakan Xtra adalah mengajak masyarakat untuk tetap memelihara kesehatan jasmani melalui kegiatan yang diselenggarakan XL Axiata. Caretaker Vice President XL Axiata East Region, Mochamad Imam Mualim dan Kepala Badan Promosi Pari-

wisata Daerah Lombok Timur, Akhmad Roji melepas ribuan peserta Jalan Sehat Gerakan Xtra yang memadati Taman Tugu Selong. Caretaker Vice President XL Axiata East Region, Mochamad Imam Mualim mengatakan, acara ini merupakan salah satu bentuk apresiasi pihaknya pada masyarakat Lotim yang telah menjadi pelanggan setia XL Axiata. ‘’Dan kami terus mengajak masyarakat Lombok Timur untuk dapat menikmati akses internet cepat melalui produk Xtra Combo dengan didukung oleh jaringan baru XL 4G LTE,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Ekbis NTB, Minggu (7/12). Pihaknya mengharapkan masyarakat bisa semakin memaksimalkan pemanfaatan keunggulan teknologi digital guna meningkatkan produktivitasnya, baik untuk

kepentingan ekonomi bisnis, maupun tujuan sosial, juga hiburan. Bagi pemerintah daerah, koneksi internet cepat 4G LTE juga akan semakin bisa diandalkan untuk mendukung penerapan dan pengembangan e-government dan smart city serta peningkatan layanan publik. Acara Jalan Sehat Gerakan Xtra di Selong merupakan rangkaian program sosialisasi Xtra Combo dan jaringan baru XL 4GLTE di Lotim yang diikuti secara gratis oleh masyarakat. Kegiatan ini mendapat apresiasi dan dukungan dari Pemkab Lotim. Dalam acara ini, selain jalan sehat juga ada senam Zumba, Games dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis. XL Axiata juga menyediakan doorprize dengan hadiah utama berupa sepeda motor serta berbagai hadiah menarik lainnya. Dan juga peserta dihibur oleh performance

Sebelum Buat Kontrak Pembiayaan

Masyarakat Diminta Pahami Perjanjian Pembiayaan OTORITAS Jasa Keuangan (OJK) meminta masyarakat untuk lebih memahami isi perjanjian sebelum melakukan kesepakatan kontrak pembiayaan dengan perusahaan pembiayaan. “Pemahaman isi kontrak ini penting agar debitur mendapatkan informasi yang jelas mengenai klausul kesepakatan dalam perjanjian pembiayaan, jangan sampai ada konflik atau kesalahpahaman yang bisa merugikan masyarakat di kemudian hari,” kata Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik OJK Anto Prabowo dalam rilisnya kepada media. Selain itu, setelah menandatangani perjanjian kontrak pembiayaan ini, debitur diminta memenuhi kewajiban pembayaran angsuran secara tepat waktu sesuai besaran dan tanggal yang telah disepakati dengan perusahaan pembiayaan. Kemudian jika terjadi, eksekusi benda jaminan fidusia oleh perusahaan pembiayaan, debitur perlu memastikan bahwa proses eksekusi benda jaminan fidusia telah sesuai dengan prosedur yang diatur dalam perjanjian pembiayaan, termasuk mengenai tahapan pemberian surat peringatan kepada debitur/konsumen. Selain itu petugas yang melakukan eksekusi benda jaminan fidusia merupakan pegawai Perusahaan Pembiayaan atau pegawai alih daya Perusahaan Pembiayaan yang memiliki surat tugas untuk melakukan eksekusi benda jaminan fidusia. “Petugas yang melakukan eksekusi benda jaminan fidusia membawa sertifikat jaminan fidusia sertya proses penjualan barang hasil eksekusi benda jaminan fidusia harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan mengenai jaminan fidusia,” terang Anto Prabowo. OJK juga telah mengeluarkan peraturan

terkait dengan eksekusi benda jaminan oleh Perusahaan Pembiayaan. Antara lain berdasarkan ketentuan Pasal 21 s.d. Pasal 23 dan Pasal 51 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan, telah diatur ketentuan mengenai pembebanan jaminan fidusia oleh Perusahaan Pembiayaan. Beberapa ketentuan yang harus dipahami yaitu perusahaan pembiayaan yang melakukan pembiayaan dengan pembebanan jaminan fidusia, wajib mendaftarkan jaminan fidusia dimaksud pada kantor pendaftaran fidusia, sesuai undang-undang yang mengatur mengenai jaminan fidusia. “ Itu tercantum di pasal 21 ayat 1” katanya. Selanjutnya di pasal 22 Peraturan OJK itu disebutkan bahwa perusahaan pembiayaan wajib mendaftarkan jaminan fidusia pada kantor pendaftaran fidusia paling lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal perjanjian pembiayaan. Perusahaan Pembiayaan juga dilarang melakukan eksekusi benda jaminan apabila kantor pendaftaran fidusia belum menerbitkan sertifikat jaminan fidusia dan menyerahkannya kepada Perusahaan Pembiayaan. Selain itu, eksekusi benda jaminan fidusia oleh perusahaan pembiayaan wajib memenuhi ketentuan dan persyaratan sebagaimana diatur dalam undang-undang mengenai jaminan fidusia dan telah disepakati oleh para pihak dalam perjanjian pembiayaan. “Pegawai dan atau tenaga alih daya perusahaan pembiayaan yang menangani bidang penagihan wajib memiliki sertifikat profesi di bidang penagihan dari lembaga yang ditunjuk asosiasi dengan menyampaikan pemberitahuan kepada OJK dan disertai dengan alasan penunjukan,” terang Anto Prabowo. (ris)

(Ekbis NTB/ist)

JALAN SEHAT - Ribuan peserta mengikuti Jalan Sehat di Taman Tugu Selong Lotim, Minggu (7/12). Daun Band. Seluruh peserta berkesempatan meraih hadiah melalui kupon undian yang didapat saat mendaftar se-

bagai peserta. Gerakan Xtra di Lombok Timur kali ini dihadiri sekitar 3500 peserta. (r)

Tambora Redstone Kopi, Kopi Beraroma Madu Khas Tambora NTB memiliki banyak produk kopi yang khas. Salah satu yang tidak boleh dilewatkan adalah kopi Tambora yang diakui sebagai salah satu kopi terbaik di Indonesia. “Menurut pecinta kopi, kopi Tambora merupakan kopi Robusta rasa Arabica yang memiliki tingkat keasaman yang tinggi,” terang Rangga Babuju, pemilik Tambora Redstone Kopi di Mataram beberapa waktu lalu. Brand kopi asal kota Bima ini yang mulai diperkenalkan sejak tahun 2015 ini memiliki cita rasa sendiriyaitukopidenganrasamadu. “Kopiyangkitagunakanadalahkopi dari Kawinda dan Kananga yang banyak madu sehingga mempengaruhi cita rasa kopi,” jelasnya. Rangga menjelaskan jika citarasa kopi dipengaruhi oleh tumbuhan atau hewan yang berada di sekitarnya. “Manisnya bukan manis gula, meskipun ditambahkan dengan gula,” tukasnya. Proses pembuatan kopi Tambora miliknya, tambahnya, masih menggunakan proses tradisional untuk mempertahankan citarasa lokal. “Hanya saja kami mengubah pola kayunya yang mempengaruhi proses roasting kopi dan kopi yang saya buat ini merupakan kopi asli tanpa campuran,” kata Rangga. Kopi yang digunakan adalah kopi merah yang dipanen setahun sekali oleh petani. “Sekali panen bisa menghasilkan 1,41,8 ton kopi merah yang membuat kopi ini terkesan eksklusif, yang kemudian dibagi setiap bu-

lannya,” jelasnya. Kopi merah yang digunakan Rangga dalam produk kopinya diakunya merupakan kopi budidaya tetapi tumbuh liar di sekitaran Gunung Tambora. “Yang kita ingin angkat adalah peninggalan nenek moyang dari dulu itu,” jelasnya. Ia mengatakan di Bima, ada beberapa daerah yang memiliki kopi dengan kualitas terbaik. “Ada kopi Wawo, kopi di Donggo, dan kopi Parado yang belum terolah secara maksimal,” tambahnya. Dalam sekali produksi, Rangga hanya membuat 300 bungkus kopi setiap bulannya. “Jadi kalau sudah akhir bulan, stok yang kami miliki sudah habis sehingga harus menunggu bulan selanjutnya,” jelasnya. Hal ini menjadi salah satu keunikan kopi milknya karena membuat produknya menjadi eksklusif dan beda dengan yang lainnya. Harga Tambora Redstone Tambora ini bervariasi, mulai dari Rp 15 – 35 ribu tergantung ukuran yang dipilih konsumen. Pasaran produk kopi milik Rangga ini lebih banyak ke Bali, Manado, Jakarta, Hongkong dan Taiwan. “Kami belum memiliki toko sendiri, masih berbasis online karena stok yang kami miliki tiap bulannya selalu habis,” terangnya. Brand miliknya ini, tambahnya, bukan bersegmen pada anak muda yang menjadi incaran kebanyakan produsen kopi. “Kami ingin mencoba untuk memperkenalkan kopi sehat ini agar mereka bisa beralih dari kopi instan,” jelasnya. (uul)

Masih Terkendala Pengaturan Pembuahan dan Pengemasan Dari Hal. 1 Kegiatan penyuluhan dan keberpihakan pemerintah untuk melihat kembali bagaimana caranya agar pohon buah-buahan ini bisa dua kali berbuah setahun sangat perlu,” kata Sabri. Ia mengatakan, fenomena yang sering terlihat saat ini adalah begitu musim panen raya tiba, harga buah betulbetul anjlok. Sebaliknya di saat pohon berbuah sebelum musimnya, harganya sangat tinggi dan sangat menguntungkan petani. ‘’ Seperti pohon rambutan saya, karena sering dipupuk pakai NPK, berbuah-

nya lebih cepat dan bagus, sehingga harganya bisa mendekati Rp 25 ribu per kilo,” tuturnya. Untuk masalah pengemasan kata Sabri, petani buah di NTB masih lemah. Misalnya saja buah mangga. Mangga yang memiliki nama bagus adalah mangga Probolinggo. Padahal kalau ditelusuri, mangga yang ada di Bayan Lombok Utara atau di Sumbawa tekstur rasanya lebih manis. “ Bisa jadi mungkin mangga kita juga dikirim, karena banyak yang dibawa keluar, itu yang bagus di ambil, yang kurang bagus masuk ke pasar lokal,” katanya.

Ia berharap agar SKPD terkait mau menyerap informasi dari petani dengan cara turun langsung untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan pendapatan petani melalui intervensi kebijakan pemerintah. Karena pada dasarnya petani di NTB memiliki produk dengan kualitas yang bersaing, namun masih terkendala oleh fasilitas dan modal. Selain dua persoalan di atas, pemerintah daerah juga diminta untuk memfasilitasi petani serta pedagang buah untuk menyediakan lokasi berjualan khusus. Keberadaan sentra pasar buah akan mem-

berikan dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat, baik itu petani penghasil buah maupun kepada pedagang itu sendiri. ‘’Harus ada lokasi khusus misalnya seperti di Arena Buah, Cakra. Meskipun ada buah impor yang masuk, namun masih banyak buah produk lokal yang dijual.Seharusnya di masingmasing daerah kabupaten kota ada sentra buah seperti itu untuk menunjang pendapatan petani,” kata Sabri. Ia mengharapkan agar perguruan tinggi ikut andil dalam membantu petani buah dalam meningkatkan produktifitasn-

ya. Sudah banyak teknologi pertanian yang sudah ditemukan oleh para akademisi pertanian ini, karena itu harus segera diaplikasikan. Tidaka hanya sebatas pada pertanian tanaman pangan, namun intervensi di pohon buah ini juga tidak kalah penting. “Kita harapkan ada keberpihakan perguruan tinggi ini lewat organisasi ini misalnya. Jangan langsung ke petani dengan ruang lingkup yang terbatas atau hanya di desa tertentu saja. Jika kerjasama pemanfaatan teknologi pertanian dilakukan melalui organisasi, maka akan banyak memberikan manfaat,” katanya. (ris)

Butuh Inovasi dan Penerapan Hasil Penelitian Kampus Dari Hal. 1 Produk mereka lebih banyak dicari karena menerapkan hasil rekayasa genetika. “ Misalnya buah naga, yang dari Jawa itu lebih manis. Kita memang ada buah naga, namun agak kecut, ini salah satu contoh,” tuturnya. Banyak varietas buah yang dikomsumi oleh masyarakat saat ini merupakan hasil dari rekayasa pertanian. Namun karena petani buah di daerah kita pengetahuannya masih

kurang, mereka cenderung menanamnya dengan cara konvensional. Di sinilah letak tanggung jawab pemerintah daerah untuk memberikan perhatian yang lebih. Selama ini Made Slamet melihat hampir tak ada kebijakan-kebijakan yang mengarah pada petani buah. Saat SKPD terkait melakukan studi kompatif ke daerah lain, mestinya hal yang seperti ini menjadi prioritas untuk dipelajari dan diterapkan di dalam daerah.

‘’Kita juga bisa mengirim petani contoh kita ke luar daerah untuk belajar terkait budidayanya, mereka bisa belajar kok. Ini yang belum saya lihat,’’ tambahnya. Varietas buah, pola tanam serta rekayasa genetika terus berkembang setiap saat. Para petani yang andal dan berkat bantuan dari pemerintah, mereka akan lebih maju. Namun di NTB terlihat belum dikembangkan potensi-potensi yang ada. “Saya lihat tidak ada anggaran untuk itu. Sep-

erti halnya petani garam yang pernah kita bicarakan itu. Tidak pernah disinggung, namun setelah kita bicara baru mereka bereaksi,” kata politisi PDIP ini. Made Slamet juga merasa kecewa karena hasil penelitian kampus terutama di Dinas Pertanian Univeritas Mataram (Unram) jarang menjadi rujukan inovasi pertanian di NTB. “Saya salah satu alumni Fakultas Pertanian Unram yang sangat prihatin terhadap kampus saya, kare-

na Sekda sendiri adalah mantan petinggi Fakultas Pertanian. Banyak hasil penelitian pertanian di kampus Unram, hanya jadi buku dan literatiur tidak dimanfaatkan,” katanya. Menurutnya, selama ini kerjasama antara Unram dengan pemerintah masih minim. Ia berharap Sekda yang merupakan ahli pertanian memiliki kerjasama yang lebih baik dengan dunia kampus dalam hal kemajuan teknologi hasil pertanian. (ris)

Masuknya Buah Luar Tak Bisa Dihalangi Dari Hal. 1 “Tapi anggur, dengan topografi kita di NTB, BPTP juga mengembangkannya untuk menghasilkan taste yang manis dan diminati oleh konsumen,” kata Husnul Fauzi. Pasar buah luar ini, bisa diimbangi. Tentunya yang dilakukan oleh dinas, dengan mengembangkan terus menerus jenis-jenis buah yang menjadi unggulan. Produksi juga ditingkatkan dengan melakukan rehabiltasi tanaman yang sudah rusak, melalui bantuan daerah dan dukungan batuan nasional. Pengembangan lahan dan produksi buah dilakukan juga

dengan sitem kultur jaringan. Bersama dengan BPTP, bibit unggulan yang dapat dikembangkan di NTB diperbanyak dengan melakukan stek, kemudian dikembangkan dan dibagi-bagi kepada masyarakat yang ingin memanfaatkan pekarangan, atau lahan kebunnya. Dengan jenis buah-buah dari luar yang cukup banyak di pasaran? Husnul Fauzi mengatakan, pada dasarnya, selama itu jenis buah unggulan nasional. NTB juga ikut mengembangkannya. Jika daerah lain juga telah mengembangkan jenisnya, tentu harus dihasilkan jenis lain yang tidak boleh sama.

“Karena ini berkaitan dengan hak kekayaan intelektual orang, karena itu, kita masih fokus kembangkan buah unggulan kita,” demikian kepala dinas. Sementara Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) NTB Ir. Hj. Budi Septiani, mengaku, belum memiliki data yang jelas mengenai buah luar yang masuk ke NTB. Padahal, buah-buah impor ini sudah menjadi hiasan sentrasentra penjulan buah dan supermarket. Untuk itu, pihaknya akan memperjelas keluar masuknya buah impor ini dengan duduk bersama sejumlah elemen. Dalam hal ini, DKP hanya

mendapatkan laporan pemantauan dari Pelabuhan lembar, tetapi masih terbatas pada komoditas pangan. Misalnya beras. Dalam hal ini, pihaknya menginginkan, data keluar masuk buah impor ini sama halnya dengan data keluar masuknya ternak, dan telur. Tujuannya menyesuaikannya dengan tingkat kebutuhan masyarakat. Lalu sejauh mana keamanan buah impor ini bila dikonsumsi, mantan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB ini mengaku dari hasil uji sampling yang sering dilakukan di lapangan, sejauh ini buah-buah yang didatangkan dari luar ini dipastikan

aman. Meski demikian, pihaknya akan melakukan uji laboratorium lanjutan. DKP menyarankan agar seluruh buah yang didatangkan dari luar, sebaiknya menggunakan mesin pendingin agar tetap terjaga keamanannya. Adanya penggunaan mesin pendingin ini akan memberikan rasa aman bagi konsumen yang mengkonsumsi buah, khususnya buah impor. Karena itulah, mulai tahun 2018 ini, pengawasan masuknya buah impor akan dilakukan lebih ketat untuk memastikan jumlahnya yang rata-rata masuk ke NTB setiap tahun. (bul)


Ekbis NTB

Ekbis NTB Senin, 8 Januari 2018

4

Dapur Selaparang Lombok, Sajikan Menu Khas Maulid Lombok SATU lagi tempat makan baru di Kota Mataram yang patut dicoba terutama untuk pecinta kuliner. Dapur Selaparang Lombok yang berlokasi di Jalan Dakota no.17, Rembiga ini menyajikan berbagai menu khas Lombok. “Lesehan ini rencananya resmi akan dibuka mulai 12

Januari nanti, hari ini (Minggu, 7/1) kami membagikan selebaran di Car Free Day Udayana untuk memperkenalkan lesehan ini,” terang Ika MW Sahid, pemilik Dapur Selaparang Lombok saat ditemui Ekbis NTB, Minggu (7/1). Ika, panggilan akrabnya, menerangkan pemilihan nama Dapur Selaparang Lombok ini diambil karena lokasinya yang dekat dengan eks Bandara Selaparang. “Selain itu untuk mengingat jika kerajaan terbesar di Lombok adalah Kerajaan Selaparang,” terangnya. Dapur Selaparang Lombok ini

Ika MW Sahid Pemilik Dapur Selaparang Lombok

menyediakan berbagai macam menu khas Lombok mulai dari olahan daging sampai berbagai minuman khas Lombok. “Yang membedakan menu Dapur Selaparang Lombok ini dengan yang lain adalah adanya menu maulid yang selama ini hanya bisa ditemukan setahun sekali. Tempat kami merupakan satusatunya lesehan di NTB yang menyajikan menu tersebut,” kata Ika. Misalnya menu olahan daging sapi bumbu Maulid Lombok yang biasa disajikan saat acara Maulid saja, tetapi sekarang bisa

dinikmati kapan saja di Dapur Selaparang Lombok. “Bumbunya kita menggunakan ragi beleq sehingga bumbunya benar-benar meresap ke dagingnya,” terangnya. Selain itu, ada juga menu sapi goreng rarit Lombok, yaitu daging sapi yang disuwir dengan bumbu khas Lombok. “Selain itu ada juga menu daging sapi dan ayam Dapur Selaparang, ayam Taliwang, ikan bakar Tanak Maik, aneka Seafood, bebek goreng crispy, aneka minuman, dan lainnya,” jelas Ika. Jangan khawatir soal harga makanan, karena harga yang ditawarkan pada konsumen sangat

Kegiatan bagi brosur Dapur Selaparang Lombok di Car Fee Day, Minggu (7/1)

terjangkau. “Selama tiga hari nanti mulai tanggal 12-14 Januari 2018, setiap pengunjung yang makan di Dapur Selaparang Lombok akan mendapatkan diskon sebesar 20%,” kata Ika. Dapur Selaparang Lombok juga menyediakan berbagai macam fasilitas seperti Wifi gratis dan karaoke, parkir yang luas dan adanya pusat oleholeh khas Lombok. “Luas areanya mencapai 27 are dengan 26 berugak sekenem, aula dan Mushalla yang besar,” kata Ika. Adanya pusat oleh-oleh ini guna memberikan tempat bagi wisatawan yang mampir ke Dapur Selaparang untuk berbelanja

oleh-oleh khas Lombok. Dapur Selaparang Lombok juga menyediakan berbagai macam paket, mulai dari paket meeting, ulang tahun, arisan, reuni, wedding, akikah/ ngurisan, khitanan/sunatan, dan camping/touring. “Paket akikah dan sunatan ini kami sediakan karena melihat banyak warga di Mataram yang tidak memiliki halaman luas sehingga nanti bisa mengadakan acara di lesehan kami. Tinggal ter- ima beres, karena semua kami sediakan mulai

dari kambing sampai ustadznya, konsumen tinggal datang saja,”terang Ika. Pembukaan Dapur Selaparang Lombok nanti akan dimulai pukul 15.30 Wita. Ika berharap ke depannya, Dapur Selaparang Lombok bisa diterima oleh para pecinta kuliner di Lombok maupun NTB secara umum. “Semoga tetap terus berkembang agar bisa membuka lapangan pekerjaan bagi yang lain dan mampu mengumrohkan para karyawannya,” kata Ika. (uul/*)

Pimpinan dan Karyawan Dapur Selaparang Lombok pose bersama.

Di Tahun 2017, KUR di NTB Tersalur Rp 1,4 Triliun Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Provinsi NTB sampai dengan 12 Desember 2017 hanya mampu tersalurkan sebesar 1,448 triliun dengan jumlah debitur sebanyak 65 ribu lebih versi SKIP Ditjen Perbendaharaan. Namun berdasarkan data perbankan, KUR yang mampu tersalur bahkan nyaris menyentuh angka Rp 2 triliun. Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTB, Taukhid, SE, M.Sc, I.B, MBA kepada media, Jumat (5/2) mengatakan, sektor perdagangan besar dan eceran masih menempati urutan pertama

dalam penyaluran KUR dengan jumlah Rp 820 miliar disusul sektor pertanian sebesar Rp Rp 422 miliar serta sektor industri pengolahan sebesar Rp 75 miliar. Disamping tiga sektor ekonomi tersebut, penyaluran

KUR di NTB juga mengalir ke sektor perikanan, penyediaan akomodasi dan penyediaan makan, sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi, sektor real estate, usaha persewaan dan jasa, sektor pendidikan, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, sektor jasa kemasyarakatan, sosial budaya dan hiburan, sektor jasa perorangan yang melayani rumah tangga serta sektor penerima kredit bukan lapangan usaha. Terdapat 13 bank penyalur KUR di Provinsi NTB mulai dari

Pengusaha SPBU di Praya Belum Tertarik Transaksi Non Tunai SEJUMLAH Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Mataram sudah menyediakan sarana pembayaran non tunai atau cashless. Kebijakan pelaku usaha tersebut tak lepas dari Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang disuarakan oleh Bank Indonesia. Namun pengelola SPBU di Praya, Lombok Tengah belum tertarik menyediakan sarana pembayaran non tunai karena konsumen setempat masih sangat minim yang menggunakan non tunai. Salah seorang pengelola SPBU di Praya, H Lalu Wira Ginawang kepada Ekbis NTB menuturkan, penyediaan sarana pembayaran non tunai di SPBUNya belum dilakukan sampai kondisi konsumen setempat sudah menghendaki pola cashless tersebut. “Yang punya kartu kredit, kartu debit, atau e-money masih sedikit di Praya. Yang banyak punya mungkin wisatawan yang datang atau lewat Praya. Kalau masyarakat setempat saya kira masih sedikit. Karena itu SPBU saya di Praya belum diterapkan cashless itu,” kata Wiraginawang. Ia mengatakan, penerapan pembayaran non tunai di SPBU di Kota Mataram sudah sangat wajar, mengingat Kota Mataram adalah pusat perekonomian, pusat pendidikan, wisata MICE serta pusat pemerintahan. Transaksi non tunai di Kota Mataram sudah cukup banyak, sehingga semua entitas bisnis akan menyesuaikan diri. Kedepannya, jika pola tran-

SPBU - Salah satu aktifitas SPBU yang masih menggunakan pembayaran tunai saksi konsumen sudah berubah di Kota Praya dan sekitarnya, pihaknya akan menyiapkan alat pembayaran non tunai, “Namanya bisnis kita harus melayani, kalau masyarakat sudah siap dengan itu, harus kita siapkan. Setiap perkembangan harus kita ikuti,” jelasnya. Perkembangan Kota Praya dan sekitarnya diprediksi akan semakin cepat setelah munculnya KEK Mandalika di kawasan Kuta, Lombok Tengah.” Jika industri pariwisata tumbuh, ekonomi juga akan tumbuh dengan cepat,” tambahnya. Sementara itu, Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi menilai hadirinya pilihan non tunai di sembilan SPBU di Kota Mataram mulai akhir 2017 merupakan bagian dari gerakan untuk mensosial-

isasikan transaksi non tunai. “Itu simbol dari keinginan kita untuk mensosialisasikan dan penyebarkan prilaku transaski non tunai di seluruh ruang-ruang publik. Itu jauh lebih aman, lebih praktis, kemudian juga lebih mudah bagi pemerintah untuk menjaga hak-hak konsumen,” kata Gubernur. Ia berharap tidak hanya SPBU dan retail modern yang menyediakan alat pembayaran non tunai, namun semua fasilitas publik termasuk di lingkungan pendidikan. Di lingkungan pemerintahan lanjut Gubernur sudah diterapkan sistem non tunai, “Misalnya penggajian yang sudah dilakukan dengan cara transfer lewat perbankan. Dan saya pikir harus begitu smua kedepan,” kata Gubernur. (ris)

Tahun 2017, Premi Perusahaan Asuransi Tumbuh

MENUTUP tahun 2017 kemarin, banyak perusahaan asuransi yang mencatatkan pertumbuhan premi, misalnya asuransi Jiwasraya Mataram. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, ada pertumbuhan premi Jiwasraya sebesar 5,10% meskipun pertumbuhannya tidak terlalu besar. Kepala Cabang Jiwasraya Mataram, Jariyanto kepada Ekbis NTB mengatakan, pertumbuhan premi Jiwasraya Mataram juga mengalami surplus atau mendapatkan keuntungan yang cukup besar berkisar Rp 4-5 miliar. “Kalau dari jumlah nasabah, memang tidak ada peningkatan, masih stabil karena ini memang strategi yang kita mainkan,” jelasnya. Ia mencontohkan di tahun 2016, pihaknya fokus untuk mendapatkan premi dengan skala kecil sehingga di tahun 2017 berorientasi pada pasar kalangan menengah atas. Untuk pasar kalangan menengah atas, difokuskan untuk

premi dengan skala besar. Misalnya nasabah berorientasi sampai dengan Rp 2 miliar. Sementara di tahun-tahun sebelumnya premi asuransi masih kecil yaitu mulai dari Rp 500 ribu untuk menabungnya. Sedangkan untuk klaim, di tahun 2017 kemarin mengalami penurunan. “Untuk klaim tabungan atau eksperasi, juga tidak terlalu banyak yang jatuh tempo, tapi bisa kami selesaikan sesuai waktu yang dijanjikan,” terangnya. Misalnya untuk polis, nasabah dijanjikan tanggal 1 maka akan langsung dibayarkan di tanggal tersebut. “Memang benar-benar pelayanan yang kami utamakan sehingga tidak boleh lebih dari sehari,” imbuh Jariyanto. Di tahun 2018 ini, Jiwasraya menargetkan agar pencapaian melebihi tahun kemarin. Sehingga pihaknya menerapkan beberapa strategi agar penyelesaian targetnya bisa lebih cepat. Salah satu caranya adalah

Jariyanto dengan penguatan formasi tim terutama dengan memperbanyak tim pemasaran. “Selain formasi diperkuat, juga perlu dilakukan pelatihan yang sudah kami susun untuk agen baru yang namanya BOP (Business Opportunity). Nantinya pelatihan ini akan diberikan beberapa kali pelatihan agar lebih mengetahui produk asuransi yang akan dijual,” ujar Jariyanto. (uul)

BRI, Mandiri, BNI hingga Bank NTB. Proporsi penyaluran KUR yang terbesar masih dipegang oleh BRI dengan jumlah Rp 995 miliar, disusul Bank Mandiri Rp 254 miliar dan BNI sebesar Rp 76 miliar. Adapun Bank NTB sebagai Bank Pembangunan Daerah (BPD) dilaporkan hanya menyalurkan KUR sebesar Rp 43 miliar. “Namun berdasarkan hasil rekonsiliasi dengan bank per 4 Januari 2018, BRI telah menyalurkan KUR mencapai Rp 1,3 triliun lebih, Bank Mandiri sebe-

sar Rp 239 miliar,BNI sebesar 168 miliar, Bank NTB sebesar Rp 70,4 miliar dan sejumlah perbankan lainnya. Sehingga total KUR yang tersalurkan versi perbankan di tahun 2017 sebesar Rp 1,9 triliun,” katanya. Di tahun 2017, suku bunga KUR ditetapkan oleh pemerintah sebesar 9 persen. Namun di tahun 2018 ini, bunga KUR turun menjadi 7 persen per tahun. Taukhid memprediksi, jumlah pengakases KUR akan meningkat di tahun ini. Sementara itu Kepala Dinas

Koperasi dan UMKM Provinsi NTB H. Lalu Saswadi mengatakan, pemerintah menurunkan suku bunga KUR tahun ini dengan harapan untuk mempercepat kemajuan UMKM. Namun demikian, penyaluran KUR diharapkan tidak terlalu banyak syarat terutama KUR mikro ini. “Syarat-syarat jaminan agar disederhanakan. Dengan harapan UMKM dapat tumbuh dengan baik. Sama dengan bantuan dari BUMN seperti dari PT. AP dengan bunga sangat lunak yaitu 3 persen,” katanya.

Untuk persoalan agunan yang masih saja dibebankan kepada calon penerima KUR mikro, Kepala Dinas meminta agar hal itu tidak perlu lagi dipersyaratkan. Pelaku usaha mikro yang belajar mengenal bank merupakan sebuah kemajuan dalam berusaha, sehingga sebaiknya mereka dilayani dan dibina dengan baik. “ Yang berani pinjam uang di bank ya silahkan dilayani saja. Itu harapan kami,” katanya. (ris)

10 Koperasi akan Direkomendasikan Dapat Dana LPDB DINAS Koperasi dan UMKM Provinsi NTB akan memberikan rekomendasi kepada sepuluh koperasi yang layak untuk didukung oleh Lembaga Penyalur Dana Bergulir (LPDB) Kementerian Koperasi dan UKM RI. Sepuluh koperasi tersebut telah diminta oleh Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi NTB, Drs. H. L. Saswadi agar secepatnya melakukan pengajuan. Pemerintah provinsi akan memberikan rekomendasi agar LPDB sebagai penyalur dana lunak bagi koperasi dan UMKM, memberikan perioritas. “Sudah saya minta agar segera di ajukan proposalnya,” kata Saswadi. LPDB akan memberikan bantuan modal tambahan dalam jumlah besar kepada koperasi dan UMKM yang memiliki kriteria layak. Margin pengembalian sangat lunak yaitu 6 persen/tahun. Rekomendasi kepada LPDB tidak terbatas pada hanya sepuluh koperasi yang ada di NTB. Karena itulah, , Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi NTB mendorong agar koperasi-koperasi yang aktif dapat melaksanakan tanggung jawabnya sesuai AD/ART, misalnya soal Rapat Akhir Tahun (RAT). Saat ini Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi NTB, setidaknya mencatat ada sekitar 52 persen koperasi aktif di NTB yang sudah melaksanakan RAT di tahun 2017. Berdasarkan data yang dimiliki oleh Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi NTB, terdapat sebanyak 2.472 jumlah koporasi yang aktif. Sisanya sebany-

ak 1.715 koperasi tidak aktif. Dari 2.472 yang aktif ini, hasil catatan dinas, hingga bulan November 2017, terdapat sebanyak 1.280 koperasi yang sudah melaksanakan RAT, atau mendekati 52 persen. , Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi NTB berencana akan menyurati koperasi-koperasi yang tidak melaksanakan RAT 2017. RAT itu sendiri merupakan agenda wajib setiap badan usaha koperasi, karena di dalamnya akan dibahas tentang pertanggunjawaban pengurus koperasi selama satu tahun kepada anggota koperasi yang bersangkutan. Semakin banyak anggota yang terlibat maka akan semakin baik dan dapat menghasilkan keputusan sesuai dengan kebutuhan anggota koperasi. Adapun beberapa bahasan utama dalam RAT, di antaranya laporan keuangan tahun anggaran sebelumnya (masih berkaitan dengan laporan keuangan) serta rencana bisnis kedepan. Kewajiban tahunan ini diatur oleh undang-undang dan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM RI nomor 19/ Per/M.KUKM/IX/2015. Lalu Saswadi menjelaskan, bagi koperasi aktif yang tidak melakukan RAT ini tentunya pemerintah juga tak akan memberikan perioritas. Terutama yang juga erat kaitannya dengan peningkatan kapasitas dan kualitasnya. Awal tahun 2018, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi NTB akan mendalaminya

L. Saswadi persoalan-persoalan yang dihadapai koperasi aktif ini, sehingga enggan melakukan RAT. Provinsi juga akan bekerjasama langsung dengan dinas terkait di kabupaten/kota. “Kita akan terus meningkatakan koperasi-koperasi yang memiliki semangat. Untuk pengajuan dukungan ke LPDB, koperasi syaratnya telah melakukan RAT minimal dua kali berturut-turut,” katanya. Menurut Kepala Dinas, disaat banyak koperasi membutuhkan akses perbankan, ada sejumlah koperasi yang hingga kini belum mau mengakses dana perbankan untuk pengembangan usaha anggotanya. “ Bahkan banyak koperasi yang modalnya sudah mencapai Rp 8 miliar, belum ada yang meminjam. Banyak yang belum bersentuhan dengan pinjaman seperti koperasi di Rarang, modalnya sudah Rp 9 miliar. Dia belum bersetuhan dengan pinjam meminjam, justru uangnya dia taruh di bank,” katanya.

Ia mengajak koperasi di NTB untuk terus mengembangkan usahanya dengan memanfaatkan dana perbankan serta dana LPDB dengan suku bunga yang semakin konpetitif. Untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) misalnya, pemerintah sudah menurunkan suku bunga dari 9 persen di tahun 2017 menjadi 7 persen di tahun 2018 ini. Bahkan ada koperasi di luar daerah yang sudah diberi wewenang untuk menyalurkan KUR kepada para anggotanya. Di tahun 2017, secara nasional baru terdapat dua koperasi yang diberi izin oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia untuk menyalurkan KUR yaitu Kospin Jasa dan Kopdit Obor Mas. Sedangkan koperasi di NTB belum ada yang diberi wewenang untuk menyalurkan KUR tersebut. “Koperasi di NTB sebagai penyalur KUR hingga kini belum ada.Secara aturan memang dibolehkan, namun sampai sekarang kan belum. Justru kita harapkan perbankan yang sudah diberikan amanah oleh pemerintah supaya dapat dilakukan secara maksimal, KUR di NTB itu hanya masih dititip melalaui perbankan,” kata Lalu Saswadi. Menurut Kepala Dinas, bantuan berupa hibah dari pemerintah kepada gerakan koperasi sudah tidak diperbolehkan. Sehingga satu satunya jalan yang bisa dilakukan oleh koperasi untuk mengembangkan diri yaitu dengan pinjaman lunak, baik di LPDB-KUKM maupun perbankan,” Silahkan dimanfaatkan peluang itu,” katanya.(ris/bul)

Askrindo Jamin Hampir Rp 1 Triliun KUR di NTB PT. Askrindo (Persero) membukukan penjaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR) hampir senilai Rp 1 triliun selama tahun 2017. Tahun 2018 ini, diproyeksikan angka penjaminan kredit dengan bunga lunak itu akan mengalami pertumbuhan. Secara rinci, total plafond KUR yang dijamin oleh Askrindo sebesar Rp 998.600.779.741,33, yang disalurkan oleh bank-bank yang telah ditunjuk oleh pemerintah. Untuk tahun 2018 ini, Askrindo akan melakukan penjaminan kembali sekitar akhir bulan Januari 2018, atau sekitar awal Februari, setelah pemerintah menetapkan alokasinya melalui bank-bank penyalur. Nilai KUR yang dijaminkan sebesar hampir Rp 1 triliun itu, kata Area Manajer Askrindo Mataram, Pamuncak Ijul Samugi, alokasinya untuk mendukung sektor pertanian, perikanan, perdagangan,industri pengolahan, termasuk KUR ritel untuk mendukung usahausaha besar dengan penjami-

nan diatas Rp 25 juta sampai Rp 500 juta. Selain KUR, selama tahun 2017 Askrindo Mataram telah menjamin kredit surety bond senilai Rp 4,5 miliar, Kontra Bank Garansi Rp 20,2 miliar, Asuransi Kredit Rp 656,9 miliar, Asuransi Kredit Menengah Rp 23,9 miliar, dan Asuransi Kredit Kecil sebesar Rp 632,9 miliar. Penjaminan KUR menurut Ijul menjadi prioritas. Sebab, penyaluran KUR sudah menjadi program utama pemerintah dalam menguatkan ekonomi kerakyatan. Meski demikian, tentu penjaminan KUR ini tidak lepas dari risiko yang dihadapi Askrindo. Ijul mengatakan, dalam sebulan, rata-rata tahun 2018 lalu Askrindo menyelesaikan klaim (pembayaran) Rp 1 sampai Rp 2 miliar untuk menutup risiko kredit yang dijamin (klaim) dari seluruh produk. Rp 1 miliaran di dalamnya adalah klaim untuk KUR. “Mau bagaimana lagi,

ini program pemerintah, harus kita laksanakan,” ujarnya. Meski demikian, besaran klaim yang dibayar berbanding lurus dengan besarnya premi yang diperoleh. Untuk memitigasi risiko, Askrindo memperkuat penjaminan kredit diluar program pemerintah, diantaranya, Asuransi Kredit, Suretyship, Askredag, Asuransi Umum, dan Reasuransi. Seperti diketahui, PT. Askrindo adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam asuransi/penjaminan. Mengemban misi dalam pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) guna menunjang pertumbuhan perekonomian Indonesia. Peran PT. Askrindo (Persero) dalam pemberdayaan UMKM adalah sebagai lembaga penjamin atas kredit yang disalurkan oleh perbankan kepada UMKM. Askrindo menjalankan peran dan fungsinya sebagai Collateral Subtitution Institution, yaitu lembaga penjamin yang men-

Ijul Samugi jembatani kesenjangan antara UMKM yang layak namun tidak memiliki agunan cukup untuk memperoleh kredit dengan lembaga keuangan, baik perbankan maupun lembaga non bank. Sejalan dengan berubahnya waktu, saat ini PT. Askrindo (Persero) memiliki lima lini usaha yaitu Asuransi Kredit Bank, Asuransi Kredit Perdagangan, Surety Bond, Customs Bond dan Asuransi Umum. (bul)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.