Edisi 02 Juli 2018| Ekbis NTB

Page 1

MINGGUAN TERBIT SEJAK 15 AGUSTUS 2016 E-mail: ekbisntb@gmail.com

SENIN, 2 JULI 2018

Ekbis NTB

4 HALAMAN NOMOR 37 TAHUN KE 2 TELEPON: Iklan/Redaksi/ Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257

Kekuatan Ekonomi dan Dunia Usaha NTB

Mempercantik Ruangan dengan Asesoris ’’Penangkap Mimpi’’

PT. Pos Sediakan Fasilitas Ekspor dengan Tarif Fleksibel Bagi UMKM

UNTUK mempercantik tampilan interior rumah, biasanya orang menambahkan berbagai peralatan maupun aksesoris menarik agar ruangan semakin menarik. Salah satunya adalah Dreamcatcher atau penangkap mimpi yang sejak dulu digunakan untuk aksesoris ruangan. Tetapi baru beberapa tahun ini dikenal luas di Indonesia mengingat tampilannya sangat menarik dan unik.Halaman 2

PT. POS Kantor Cabang Mataram belum lama ini mengembangkan layanananya. Salah satunya, menyediakan fasilitas ekspor bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Halaman 4.

PESANAN - Sejumlah pekerja di UD Safir yang sedang mengerjakan pesanan pelanggan.

(Ekbis NTB/uul)

Pajak PPh 0,5 Persen

Antara Beban dan Semangat Baru Pelaku UMKM Pemerintah mulai memberlakukan tarif Pajak Penghasilan (PPh) bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) 0,5 persen dari 1 persen atas omzet maksimal Rp 4,8 miliar per tahun. Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) dan berlaku efektif per 1 Juli 2018. Akankah kebijakan ini mampu mendorong pelaku UMKM berperan aktif dalam kegiatan ekonomi formal atau justru pelaku UMKM merasa berat dengan penerapan pajak yang diberlakukan?

HARI baru sepenggalah naik. Tetapi suasana di tempat usaha tersebut sudah mulai sibuk. Para pegawai berjumlah belasan orang tampak sibuk membersihkan tempat produksi sekaligus mempersiapkan bahan-bahan kue yang akan digunakan. ‘’Maklum kemarin libur panjang. Jadinya sekarang baru aktif kembali produksinya,’’ terang Sayuk Wibawati, pemilik UD Safir yang terkenal dengan kue kering kacang-kacangan Nutsafir produksinya pada Ekbis NTB akhir pekan kemarin. Sayuk – sapaan akrabnya belum lama memindahkan tempat produksinya yang dulu ada di Gomong Mataram ke Bagik Polak, Labuapi, Lombok Barat ini karena

permintaan produknya terus mengalami peningkatan. Tingginya permintaan produk berpengaruh juga terhadap omzet yang diperoleh selama setahun dan berapa jumlah pajak yang harus dibayar. Lalu apa komentar Sayuk kebijakan pemerintah menurunkan tarif PPh menjadi 0,5% dari semula 1% terhadap UMKM? Sayuk mengaku menyambut baik kebijakan tersebut. ‘’Meski itu nilainya 1% dari keseluruhan omzet, nilainya sangat besar bagi kami karena belum dihitung biaya produksi dan lainnya,’’ jelasnya.

Bersambung ke hal 2

Pajak 0,5 Persen bagi UMKM PEMERINTAH memangkas tarif pajak bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dari 1 persen menjadi 0,5%. Presiden Joko Widodo telah meluncurkan kebijakan ini di Jatim Expo, Surabaya, Jumat 22 Juni 2018. Kegiatan ini sekaligus sosialisasi kepada lebih dari 1.000 peserta pelaku UMKM di wilayah Bali. Kanwil Pajak DJP Nusra juga

telah resmi mengumumkan pemberlakukan tarif pajak bagi pelaku UMKM ini, berlaku 1 Juli ini. Kepala Kanwil Pajak DJP Nusra, Suparno didampingi Kabid P2 Humas, Widi Widodo menyatakan, pemerintah telah menerbitkan kebijakan penurunan tarif Pajak Penghasilan Final (PPh Final) menjadi 0,5% bagi UMKM melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23

Momentum Pemda Beri Perhatian Serius

(Ekbis NTB/dok)

Made Slamet

PAJAK Penghasilan (PPh) Final yang semakin ringan untuk UMKM diharapkan bisa menjadi momentum yang tepat bagi pemerintah daerah untuk memberikan perhatian yang serius kepada para pelaku UMKM di NTB. Selama ini, mereka belum begitu mendapat perhatian yang serius, terutama dalam hal penguatan akses permodalan dan sumberdaya. Hal itu disampaikan Anggota Komisi II Bidang Perdagangan DPRD NTB Ir. Made Slamet MM kepada Ekbis NTB pekan kemarin. Ia mengatakan, anggaran untuk pembinaan pelaku UMKM di Provinsi NTB masih cukup kecil,

Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu sebagai pengganti atas Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, yang diberlakukan secara efektif per 1 Juli 2018.

Bersambung ke hal 2

Suparno

Dukung Penurunan Tarif Pajak KEBIJAKAN pemerintah untuk menurunkan tarif pajak penghasilan (PPh) bagi usaha Mikro, kecil, dan Menengah (UMKM) dari 1% menjadi 0,5% disambut baik oleh berbagai pihak. Seperti disampaikan Kepala Dinas Perindustrian Provinsi NTB, Dra. Hj. Baiq Eva Nurcahyaningsih, M.Si, jika pihaknya sangat mendukung kebijakan tersebut karena membantu meringankan beban pelaku UMKM. “Jadinya sedikit mereka harus bayar pajaknya dan dana itu bisa digunakan untuk lainnya,” jelasnya kepada Ekbis NTB. Otomatis dengan penurunan tarif pajak ini, pelaku UMKM di NTB bisa menggunakan bagian untuk membayar pajak sebagai modal usaha kembali. Mengin-

Achris Sarwani

KEPUTUSAN penurunan Pajak Penghasilan (PPh) final menjadi 0,5 persen untuk UMKM mulai tanggal 1Juli 2018 dinilai cukup positif. Kebijakan itu lahir tidak lepas dari kajian serta desakan dari sejumlah pihak agar pajak kepada pelaku UMKM tidak memberatkan. Pasalnya pajak yang berat berpotensi menghambat pengembangan pelaku usaha itu sendiri. (Ekbis NTB/bul) Anggota Komisi XI Willgo Zainar Bidang Keuangan DPR RI Willgo Zainar kepada Ekbis NTB mengatakan, kewajiban pajak yang ringan bisa menjadi momentum untuk mendorong efektivitas usaha agar lebih kompetitif. Produk dan jasa yang dibuat oleh pelaku usaha juga tidak cenderung memberatkan konsumen karena harganya tentu akan lebih bersaing. “Turunnya pajak terhadap UMKM jadi 0,5 persen itu positif, karena ini juga yang selalu kita suarakan bahwa jangan kemudian pajak pada UMKM itu memberatkan mereka tumbuh. Dampak positifnya tentu UMKM dapat memanfaatkan penurunan pajak tersebut untuk bisa bersaing lebih kompetitif dari sisi harga produk dan jasanya sehingga harga yang dibayar konsumen juga lebih murah,” terangnya. Willgo mengatakan, kelebihan dari turunnya pajak ini adalah, profit yang diperoleh UMKM dari aktivitas usahanya bisa disimpan dan dikelola dengan baik untuk kemajuan usahanya. Misalnya keuntungannya bisa untuk menambah modal usaha agar lebih ekspansif. Dengan turunnya kewajiban pajak artinya memberi kesempatan yang lebih besar agar entitas usaha berkembang lebih cepat. Yang tidak kalah pentingnya adalah perbankan dapat membantu pengembangan UMKM melalui skema kredit bunga lunak. Salah satu program pembiayaan yang harus menyasar pelaku UMKM adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan suku bunga tahun ini sebesar 7 persen pertahun. Pelaku usaha yang sudah memiliki nama baik di perbankan tentu menjadi nilai tambah tersendiri,

Bersambung ke hal 2

Kesempatan UMKM untuk Lebih Inovatif (Ekbis NTB/uul)

(Ekbis NTB/uul)

H. Lalu Saswadi

Hj. Baiq Eva Nurcahyaningsih

gat perkembangan UMKM di NTB sendiri sangatlah besar dan potensi pasarnya yang masih terbuka lebar. Ia juga sangat mengapresiasi para pelaku UMKM yang secara

sadar membayar pajak sebagai bentuk kewajibannya terhadap negara. Eva menerangkan jika pelaku UMKM belum membayar pajak,

Bersambung ke hal 2

UMKM Lebih Tertib Administrasi dalam Pengelolaan Bisnis KEBIJAKAN pemerintah memangkas Pajak Penghasilan (PPh Final) dari 1 persen menjadi 0,5 persen bagi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2018 tidak saja soal meningkatkan kepatuhan pajak. Lebih dari itu, para pelaku usaha akan lebih tertib administasi. Pandangan ini disampaikan oleh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Achris Sarwani. Menurutnya, Bank Indonesia sangat mendukung kebijakan baru pemerintah ini ditengah upaya pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dalam negeri berupa pajak. Peningkatan penerimaan pajak menjadi pembiayaan pemban-

Bank Harus Bantu Lewat KUR

gunan berbagai infrastruktur dan pembangunan manusia secara menyeluruh. “Dari hasil pajak yang mencukupi, akan memperkuat kebijakan fiskal dan sektor riil pemerintah dalam membangun sesuai rencana pembangunan nasional,” kata Achris pada media ini. Bahwa seperti diketahui, jumlah UMKM di Indonesia sekitar 54 juta yang sebagian besar bukan dalam bentuk badan usaha formal. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan Dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu sebagai pengganti atas Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, yang diberlakukan secara efektif per 1 Juli 2018 nantinya

akan mendorong para UMKM untuk selain menjadi wajib pajak yang baik. Termasuk, “mengajarkan” pentingnya UMKM menjadi dikelola dan memiliki administrasi yang modern, sehingga diharapkan dapat berkembang lebih baik ke depan, termasuk dapat memanfaatkan perkembangan teknologi finansial dan e-commerce. Lanjut Achris, dampak berikutnya akan kembali ke kantor pajak dan juga bagi UMKM pada saat berhubungan langsung dengan perbankan. UMKM yang punya administrasi dengan baik, tentunya akan memudahkan juga kantor pajak suatu saat jika ingin mengetahui pencatatan keuangan dari UMKM dimaksud.

Bersambung ke hal 2

KEBIJAKAN pemerintah pusat yang memangkas Pajak Penghasilan (PPh) final UMKM menjadi 0,5 persen mulai tanggal 1 Juli 2018 dipandang sangat positif terhadap pengembangan UMKM ke depannya. Kebijakan ini sangat bagus dan sebenarnya sudah dinantikan oleh masyarakat khususnya pelaku UMKM. Hal itu disampaikan Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi NTB Farid Faletehan kepada Ekbis NTB mengomentari kebijakan penurunan PPh UMKM menjadi 0,5 persen dari PPh sebelumnya 1 persen per tahun. Menurut Farid, sebelumnya banyak pelaku usaha yang mengeluh mengenai pajak UMKM yang tergolong besar, sehingga mengurangi motivasi pelaku usaha untuk berkembang. Menurut Farid, pemotongan kewajiban PPh final atas usaha dengan omzet maksimal 4,8 miliar per tahun akan memberikan stimulus semangat bagi pelaku usaha untuk terus mengembangkan usahanya tanpa harus dibebankan nilai pajak yang besar. “Dengan kebijakan ini tentunya memberikan suntikan motivasi bagi pelaku UKM untuk terus tumbuh dan berkembang,” katanya. Farid Faletehan (Ekbis NTB/ris)

Bersambung ke hal 2


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.