Edisi 18 April 2018 | Balipost.com

Page 10

JEMBRANA

10 SOSOK

Rabu Pon, 18 April 2018

Aksi Nyata Menjaga Lingkungan KESADARAN akan pentingnya menjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem perlu ditanamkan sejak dini. Berbagai cara dilakukan untuk menumbuhkan rasa cinta pada ekosistem laut dan pesisir di sekitarnya dalam menyokong keseimbangan alam. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan bersih pantai dari sampah (beach clean-up). Seperti yang dilakukan puluhan pelajar dan masyarakat di pesisir Pantai Perancak awal pekan lalu. Kepala Balai Riset dan Observasi Laut (BROL) Dr. Nyoman Radiarta mengatakan melalui rangkaian peringatan Hari Bumi diharapkan dapat memberikan stimulasi kepada masyarakat, pelajar dan pihak-pihak lainnya untuk berkontribusi dan menunjukkan aksi nyata dalam mencintai dan menjaga lingkungan. Sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Riset dan Sumber Daya Manusia, Kelautan dan Perikanan, BROL berupaya mengajak pihak-pihak terkait dan generasi muda untuk turut memiliki kesa- daran akan pentingnya menjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem. Di samping itu dapat bersinergi mewujudkan lingkungan pesisir dan laut yang baik sebagai komponen penting dalam menyokong keseimbangan alam. Selain beach clean up, sejumlah aksi nyata lainnya dilakukan. Seperti kelas lestari dan pelepasan 50 ekor tukik di pantai Perancak. BROL sebagai badan riset juga memiliki sejumlah hasil riset unggulan dalam menunjang kelautan. Seperti Sistem Prediksi Kelautan (Sidik), album Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan (PPDPI) 2017 dan album prediksi pasang surut 2018. (olo)

Ribuan Warga Belum Kantongi E-KTP Negara (Bali Post) Hingga saat ini, masih ada ribuan warga yang belum mengantongi KTP elektronik (e-KTP). Penduduk yang berhak memilih dalam pemilihan gubernur (Pilgub) Bali ini oleh dinas terkait terus dikejar agar bisa mengantongi e-KTP. Dari hasil pemutakhiran data pemilih KPU Jembrana saat ini, Daftar Pemilih Hasil Sinkronisasi (DPHS) sebanyak 235.717 jiwa, hanya ada 227.722 jiwa yang masuk Daftar Pemilih Sementara (DPS). Berdasarkan hasil pencocokan dan penelitian (coklit) belum lama ini sebanyak 2.787 jiwa belum memiliki e-KTP. Belakangan dari penelusuran sementara dengan dinas terkait, jumlah yang belum memiliki e-KTP berkurang menjadi 1.133 jiwa. Ketua KPU Jembrana I Gusti Ngurah Darmasanjaya mengatakan untuk jumlah pemilih sementara yang telah ditetapkan masih dalam proses pemutakhiran. Setelah itu nantinya akan ditetapkan menjadi Daftar Pemilih Tetap (DPT). Dengan adanya pemutakhiran ini tidak menutup kemungkinan jumlah DPS yang telah ditetapkan sebanyak 227.722 jiwa bisa berubah. Untuk kepastian jumlah tersebut, akan terlihat pada penetapan DPT nanti. Saat masa pemutakhiran ini, kendati tidak ada masyarakat yang melaporkan tidak masuk pemilih, KPU tetap melakukan penyisiran ulang. Tujuannya agar bisa memasukkan pemilih yang masih tercecer. Begitu juga dengan pemilih potensial non e-KTP, menurutnya memang dari sinkronisasi data di Disdukcapil Jembrana ada penurunan. Dari mulanya 2.787 orang menjadi 1.133 orang. Dinas sudah melakukan upaya hingga jemput bola agar warga yang belum memiliki e-KTP ini bisa segera mendapatkan. (kmb26)

Bali Post/olo

PEREKAMAN DATA - Petugas Disdukcapil Jembrana ketika melakukan perekaman data e-KTP di sekolahsekolah.

Hadapi Musim Kemarau

Petani Diimbau Perhatikan Pola Tanam Negara (Bali Post) -

Setelah setahun penuh mendapatkan pasokan air untuk pengairan sawah, tahun ini para petani di Jembrana diharapkan memperhatikan pola tanam. Pasalnya, berdasarkan prakirakan BMKG, ada kemungkinan terjadinya musim kemarau yang berdampak pada pasokan air. Untuk itu, mesti diperhatikan mulai dari bibit, pola penanaman hingga hal lainnya. Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana I Wayan Sutama, Selasa (17/4) kemarin, mengatakan hasil produksi padi tahun lalu cukup lumayan dikarenakan cuaca yang mendukung. Namun untuk tahun ini, dari prakiraan BMKG memang harus diwaspadai. “Sebenarnya di subak-subak sudah ada pola tanam masingmasing sesuai kondisi di lapangan. Tetapi kita juga

tidak bisa mengesampingkan musim kemarau ini,” kata Sutama. Pihaknya menekankan kepada para petani dengan adanya kemarau ini. Artinya, tentu untuk meminimalisir risiko di lapangan. Untuk itu, dari awal bisa diantisipasi menyesuaikan iklim. Selain bergantung dari aliran air di dua bendungan, yakni Benel dan Palasari, di beberapa subak yang tidak terjangkau

aliran mengandalkan mesin penyedot air. Bantuan mesinmesin untuk menyedot air itu di antaranya telah dibangun. Selain cuaca atau iklim, komponen lain yang wajib diperhatikan adalah pupuk, lahan dan bibit. Dari data sejak tahun 2012 lalu, di Jembrana terdapat 85 subak basah dengan luas lahan 6.856 hektar. Produksi padi di Jembrana merupakan salah satu yang tertinggi di

Bali, selain Tabanan. Indeks Pertanaman (IP) dalam satu tahun di Jembrana rata-rata di angka 1 = 4 persen. Artinya dalam setahun masa tanam sawah rata-rata hingga dua kali. Sisanya 0,60 persen ditanami palawija. Sementara itu, sebelumnya dalam sosialisasi aroklimat Provinsi Bali di Jembrana menyebutkan kondisi iklim dan cuaca di wilayah Indonesia pada tahun ini diprakirakan masih akan tetap diwarnai fenomena ekstrem. Deputi Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Herizal, menyebutkan dari pengamatan BMKG, iklim Indonesia pada tahun

2018 ini hampir sama dengan iklim tahun 2017 lalu. Diprediksi, April ini sudah mulai memasuki musim kemarau. Puncak musim kemarau diprakirakan akan terjadi pada Agustus mendatang. Menurutnya yang harus dihindari saat kemarau adalah dampak ikutan dari kemarau itu sendiri seperti kebakaran hutan dan lahan (karhutla), debit air kecil hingga kekeringan. Cuaca dan iklim juga sangat mempengaruhi aktivitas masyarakat agraris. Petani hanya bisa menyesuaikan aktivitas pertanian dengan kondisi iklim maupun cuaca. (kmb26)

KKP dan BPKP Audit Pembangunan Kampus Politeknik Negara (Bali Post) Pembangunan kampus Politeknik Kelautan dan Perikanan di Pengambengan mulai ditindaklanjuti. Tim pengawasan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) turun mengaudit pembangunan yang belum rampung itu. Dari informasi, tim tersebut mulai turun selama sepekan ini guna mengaudit hasil pengerjaan proyek yang dikerjakan PT Sartonia Agung. Sebelumnya, para pekerja sempat melakukan demonstrasi antaran upah mereka tak dibayar hingga nyaris terjadi keributan. Kepala Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan Jembrana I Made Dwi Maharimbawa, Selasa (17/4) kemarin, membenarkan dilakukannya audit pada proyek yang menelan anggaran hingga Rp 44 miliar itu. Pihaknya juga sempat mengikuti rapat dengan perwakilan dari KKP, BPKP dan PT Sartonia Agung. Intinya dalam pertemuan itu dipastikan pihak rekanan diputus kontrak. Selanjutnya tim yang melibatkan Inspektorat Jen-

deral KKP dan BPKP akan melakukan audit pengerjaan proyek kampus selama seminggu ke depan. Audit itu guna memastikan progres prosentase hasil pengerjaan. Dari informasi yang diperoleh, PT Sartonia Agung masih memiliki dana yang cukup banyak di KKP. Sebab, yang dibayar baru 30 persen dari total nilai. Sementara progres selanjutnya belum. Diperkirakan saat ini progres sudah mencapai 60 persen lebih. Selain audit, juga dibicarakan tentang tunggakan rekanan terhadap subkontraktor, baik terkait pekerja maupun material. Pihak rekanan diminta menyelesaikan masalah itu dengan difasilitasi kepolisian serta melibatkan notaris. Sementara sejumlah pekerja memang sudah mulai ada pembayaran. Sedangkan untuk material masih belum dibayar hingga satu miliar. Sejumlah mandor mengungkapkan untuk para pekerja sudah hampir semuanya dibayar. Hanya saja yang masih menunggak adalah uang makan para pekerja selama dua hari. Pihak penyedia material, mengaku juga belum lunas

Bali Post/olo

KAMPUS - Proyek pembangunan kampus Politeknik Kelautan dan Perikanan di Pengambengan yang sempat mandek lantaran rekanan diputus kontrak. dibayar. Dari material yang dipasok selama tiga bulan (setelah akhir tahun), masih belum dibayar sekitar Rp 1,3 miliar. Diberitakan sebelumnya, proyek pembangunan kampus Politeknik Kelautan dan Perikanan di Pengambengan ini sempat

ribut lantaran upah para pekerja tidak dibayar. Hal tersebut berdampak pada proses pembangunan yang sempat terhenti. Pengerjaan Kampus Politeknik ini dimenangkan PT Sartonia Agung dengan harga terkoreksi Rp 44,3 miliar. Namun, se-

lama proses pembangunan pada akhir tahun 2017 lalu tidak terpenuhi. Untuk itu diberikan perpanjangan waktu sampai Maret. Namun, kendati demikian pembangunan tetap tidak selesai dan para pekerja menuntut pembayaran gaji yang nunggak. (kmb26)

Upaya Melestarikan Bahasa ”Negaroa” dan Loloan

Berinteraksi Lewat Medsos hingga Susun Kamus Selain budaya khas Bali Barat, Jembrana juga memiliki keragaman bahasa dan dialek. Bahkan beberapa diantaranya sangat berbeda dengan bahasa Bali yang digunakan seharihari. Seperti bahasa Melayu Bugis atau bahasa Kampung Loloan serta bahasa yang berkembang di masyarakat pesisir. Dalam praktiknya, kendati Melayu Bugis, bahasa ini banyak juga menyerap bahasa Bali. Begitu juga sebaliknya, bahasa Bali yang digunakan sehari-hari sedikit banyak terpengaruh bahasa Melayu. Salah satu dialek bahasa Bali yang khas menunjukkan masyarakat Jembrana adalah aksen “Negaroa”. Secara tidak langsung, bahasa-bahasa ini timbul karena proses akulturasi penduduk yang datang dari berbagai daerah di Bali. Bahkan bila ditelisik lebih dalam, aksen pengucapan bahasa Bali di masing-masing kecamatan atau desa pun memiliki keragaman. Yang paling kentara sangat berbeda adalah antara bahasa Bali, Melayu dan Loloan. Keragaman bahasa yang berkembang

di masyarakat ini menggugah sejumlah warga yang peduli mempertahankan bahasa khas masing-masing wilayah itu. Seperti yang dilakukan komunitas Lestarikan Bahasa Negaroa (LBN) misalnya. Beberapa tahun belakangan ini gerakan sejumlah masyarakat LBN ini lahir dari keinginan untuk menjaga budaya Negaroa secara umum dengan tetap menggunakan bahasa daerah di dalamnya. Mendorong warga Jembrana tidak malu berbahasa Negaroa. Komunitas ini berkembang melalui

media sosial dengan saling berinteraksi dengan bahasa sehari-hari khas Negaroa. Selain berinteraksi menggunakan aksen Negaroa lewat medsos, komunitas ini juga membuat sejumlah kegiatan dengan menyertakan aksesaksen Negaroa. Seperti mencetak kata-kata yang khas menunjukkan aksen Negaroa dalam media kaos atau suvenir. Hingga berinteraksi lewat udara melalui komunitas radio umum maupun radio penduduk. Upaya melestarikan bahasa juga dilakukan sejumlah masyarakat di Loloan. Sejumlah pemerhati Loloan, bahkan menginventarisir bahasa dan membuatnya dalam bentuk kamus. Upaya yang dilakukan ini memiliki tujuan yang sama, yakni melestarikan bahasa agar tidak tergerus. Bahasa Loloan yang berkembang di masyarakat merupakan akulturasi dari bahasa Melayu, Bugis dan Bali. “Kamus ini untuk mengingatkan saja, agar untuk generasi muda bahasa ini tidak luntur,” terang Eka Sabara, pemerhati budaya asal Loloan Barat.

Kamus berisi kosakata dan kalimat bahasa Loloan yang lazim digunakan disusunnya sejak tahun 2016 lalu. Untuk lebih menggugah, Sabara sengaja memasang kamus berukuran jumbo itu di sejumlah tempat strategis di

Loloan Timur dan Loloan Barat. Yakni di depan makam buyut Lebai, Loloan Timur dan Jalan Katu Lampu sekitar rumah panggung Loloan Barat. Pria yang memiliki hobi teater ini mengaku

tergugah dengan bahasa Loloan yang di antaranya sudah jarang digunakan oleh generasi milenial. Diakuinya bahasa Loloan ini tidak terlepas dari serapan bahasa Bali, Bugis Makasar dan Melayu. Bahasa Bugis dan Melayu lebih banyak karena dulu lazim digunakan untuk perda-

gangan. Dalam kamus itu, diurai secara urut kosakata berdasarkan huruf abjad depan. Eka berkeinginan dengan tersusunnya kamus bahasa Loloan ini bisa tetap dipraktikan menjadi bahasa pergaulan seharihari masyarakat Loloan. (olo)

Bali Post/olo

KAMUS - Salah satu upaya untuk mempertahankan bahasa warga Loloan dengan memasang kamus yang di antaranya sudah jarang digunakan.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.