Edisi 4 juli 2018 | Balipost.com

Page 1

Online :http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id

terbit sejak 16 agustus 1948 perintis: k. nadha HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000

balipost (170 rb Like) http://facebook.com/balipost

RABU KLIWON, 4 juli 2018

Pengemban Pengamal Pancasila

@balipostcom (6.000 Follower) http://twitter.com/balipostcom

@balipost_com http://instagram.com/balipostcom

TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0361) 225764, 233801 Faksimile: 227418

Desa Besakih Tanpa Penghuni

Gunung Agung Erupsi

Sirene Peringatan Tak Difungsikan

Desa Besakih tanpa penghuni sekitar empat jam lamanya. Tepatnya terjadi pada Senin (2/7) malam pukul 21.00 hingga 01.00 Wita Selasa dini hari. Ribuan warganya memilih mengungsi. Paling banyak ke Desa Rendang. Suara gemuruh yang tiada henti dan lontaran lava pijar membuat mereka tak lagi peduli dengan rumah, ternak, dan barang berharga lainnya. Keinginan mereka hanya satu; menyelamatkan diri dan keluarganya.

Amlapura (Bali Post) Banyak warga menanyakan mengenai tidak berbunyinya sirene tanda peringatan terjadi erupsi Gunung Agung, Senin (2/7) malam. Padahal sirene tersebut dipasang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di sejumlah kecamatan di Karangasem. Tujuannya untuk memberikan tanda peringatan ketika Gunung Agung akan mengalami erupsi.

Suara gemuruh yang terdengar dari puncak Gunung Agung membuat warga Desa Besakih waspada. Sejumlah warga utamanya laki-laki mulai berjaga-jaga mengawasi situasi Gunung Agung. Suara gemuruh itu terdengar sejak pukul 19.00 Wita. Ketika itu belum ada warga yang bernisiatif mengungsi. Masih menunggu perkembangan selanjutnya. Kepanikan terjadi ketika keluar lava pijar dari kawah. Demikian pula hujan abu mulai dirasakan warga. Suara gemuruh yang sebelumnya sudah terjadi, semakin tinggi intensitasnya. Situasi itu menyebabkan warga memutuskan untuk mengungsi. Tak apa yang mengomando, hampir semua warga keluar rumah. Mereka bergegas keluar dari kawasan yang berada dalam radius 6 km. Di pengungsian mereka juga tetap memantau. Hingga pukul 24.00 Wita mereka masih bertahan di pengungsian. Namun menginjak pukul 01.00 Selasa dini hari, situasi Gunung Agung dianggap sudah reda. Sejumlah warga utamanya laki-laki memilih untuk pulang ke Besakih. Khusus untuk warga dari Banjar Temukus dan Kesimpar yang rumahnya berjarak 3 km dari puncak gunung memilih tetap bertahan di pengungsian. Sementara itu pantauan Selasa (3/7) kemarin, aktivitas warga Desa Besakih berjalan normal. Mereka melakukan kegiatan seperti biasa. Pedagang tetap membuka warungnya. Demikian pula para pemangku di Pura Besakih tetap ngaturang ayah seperti biasa. Demikian pula panangkilan ke Pura Dalem Puri dan pura yang lainnya terlihat berlangsung. Warga Banjar Batumadeg I Nyoman Sudana mengungkapkan, setelah mengetahui keluar lava pijar, warga langsung mencari tempat yang aman. Setelah situasi cukup aman warga akhirnya kembali ke rumahnya masing-masing. Hal senada disampaikan I Wayan Sudira, warga Banjar Temukus. Ia menjelaskan, ketika terjadi ledakan besar di puncak, warga langsung bergegas meninggalkan rumah untuk mengungsi. ‘’Semua warga ngungsi. Tapi sekarang saya akan kembali ke rumah. Namun malamnya kembali mengungsi di rumah kerabat,’’ katanya. (nan) PENGUMUMAN SBMPTN UNUD 2018-2019 BACA HAL. 4 - 5

16 HALAMAN

NOMOR 299 TAHUN KE 70

Kalak BPBD Karangasem Ida Bagus Arimbawa, Selasa (3/7) kemarin mengungkapkan, sejauh ini alat tersebut memang masih ada di sejumlah kecamatan di Karangasem. Kata dia, sejak beberapa bulan terakhir alat tersebut sudah tidak difungsikan lagi. Sebab, kondisi aktivitas vulkanik Gunung Agung mengalami penurunan. Alat tersebut akan difungsikan ketika Gunung Agung berstatus Awas. ‘’Jika sudah Awas kemungkinan besar erupsi Gunung Agung bakal mengeluarkan lahar dan awan panas yang membahayakan masyarakat,’’ tegasnya. Sementara pada erupsi kemarin (Senin - red) baru mengeluarkan lontaran lava pijar saja. ‘’Letusan kemarin baru melontarkan lava pijar. Dan lava pijar tersebut membakar lahan

kering yang ada di puncak, sehingga terlihat seperti lahar panas. Jadi, sirene belum saatnya difungsikan,’’ ucapnya sembari menyatakan untuk menghidupkan itu pihaknya tidak bisa begitu saja karena harus melakukan koordinasi dengan pihak BNPB. Dikatakannya, cara menghidupkan alat tersebut dilakukan secara manual. Ketika ada arahan untuk menghidupkan alat itu, maka ada petugas dari kepolisian dan TNI yang melakukan. ‘’Alat itu akan dibunyikan dua jam sebelum terjadinya erupsi,’’ jelasnya. Ditanya apakah ada kerusakan sejauh ini terhadap alat tersebut, Arimbawa menegaskan, jika alat tersebut kondisinya masih baik. Kalaupun ada kerusakan yakni masalah pada aki. (kmb41)

GUNUNG Agung, Senin (2/7) malam erupsi. Tidak ada gempa yang mengawali, baik gempa dangkal maupun dalam. Apalagi statusnya saat ini masih Siaga. Jadi tak ada yang memprediksi akan terjadi erupsi. Terlebih mengeluarkan lava pijar, yang baru pertama kali terjadi sejak Gunung Agung berstatus Awas, 22 September 2017. Setelah sempat mengeluarkan lava pijar, Gunung Agung kembali menurunkan tensinya, Selasa (3/7) kemarin. Hanya terjadi dua kali embusan pada siang hari. Gempa juga terjadi dalam hitungan jari. Tidak seperti tahun lalu, sehari bisa terjadi 800 kali gempa. Karakteristik Gunung Agung yang istimewa ini, diakui oleh Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM RI Kasbani saat berkunjung ke Bali Post, akhir tahun lalu. Saat itu, status Gunung Agung ditetapkan pada level IV (Awas). Menurut Kasbani, pihaknya tidak hanya mengandalkan satu parameter untuk menentukan status gunung berapi. Akan tetapi komprehensif dan menyeluruh meliputi data seismik, deformasi, geokimia dan penginderaan jauh satelit. Gunung Agung dinilainya sangat istimewa. Gunung yang tertinggi di Bali itu mampu bertahan meski dari sisi kegempaan jumlahnya sangat besar. Selama ini belum pernah ada gunung berapi selain Gunung Agung yang aktivitas gempanya mencapai hingga 800 kali per hari. ‘’Di Indonesia, gempa di Gunung Agung itu rekornya paling banyak per harinya. Amplitudonya juga besar, gempa-gempa terasa juga sangat banyak,’’ jelasnya ketika itu. Kasbani menambahkan, Gunung Agung juga beberapa kali mengalami gempa tremor overscale. Dari pengalamannya, gempa tremor overscale biasanya diikuti dengan letusan. Ia pun banyak belajar dari fenomena yang terjadi di Gunung Agung ini. Banyak fenomena alam yang kadangkala tak masuk cakupan keilmuan dan kebiasaan yang sering terjadi. Fenomena

itu terjadi di Gunung Agung. Salah satunya adalah tingginya gempa, lamanya tremor overscale dan keluaran gas SO2. Namun, semua itu tidak serta-merta menyebabkan Gunung Agung erupsi yang eksplosif. Seperti saat status Awas pertama (22 September – 29 Oktober 2017), Gunung Agung diguncang gempa sekitar 28.000 kali. Namun ketika itu Gunung Agung tidak bisa ditembus lava. Hanya keluar asap. Itu pun warnanya putih, bukan kelabu seperti saat Gunung Agung memuntahkan debu. Demikian pula keluaran gas SO2. Gunung Agung mengeluarkan gas beracun itu enam kali lipat lebih besar dari Gunung Merapi, Jawa Tengah. Gunung Merapi mengeluarkan gas SO2 sekitar 1.000 kiloton saat erupsi. Sementara Gunung Agung mencapai 6.000. Sama juga dengan tremor everscale. Kalau gunung lainnya dengan everscale setengah jam, dalam hitungan jam pasti terjadi erupsi. Apalagi overscale Gunung Agung pernah mencapai 52 menit. ‘’Ini memang beda. Banyak hal yang perlu dipelajari dari fenomena Gunung Agung,’’ tegasnya. (ian/rin)

Banyak Pelajaran dari Gunung Agung

ERUPSI LAGI - Pascalontaran lava pijar, Gunung Agung kembali erupsi, Selasa (3/7) kemarin.

Bali Post/nan

Hanya Sementara, Ekonomi Bali Dalam Tekanan Serius Viraguna Bagoes Oka

Wayan Ramantha

Kebijakan pemerintah pusat berdampak tidak hanya di provinsi lain tetapi juga di Bali yang sedang menghadapi bencana Gunung Agung. Rupiah melemah, suku bunga acuan bank naik, kenaikan harga BBM, dan terakhir pelonggaran LTV. Hal ini membuat ekonomi Bali dalam tekanan serius. Akankah perbankan dan industri di Bali di ambang kebangkrutan, atau daya tahan ekonomi Bali cukup kuat untuk menopangnya?

Pengamat ekonomi Viraguna Bagoes Oka mengatakan, situasi global dengan peningkatan suku bunga The Fed dan penurunan pajak pemerintah Amerika dalam upaya memperkuat perekonomian AS, telah berdampak terdepresiasinya berbagai mata uang, termasuk rupiah. Hal ini tidak memberi dampak struktural terhadap ekonomi Indonesia. Karena pemerintah secara sigap menjaga ketahanan APBN dengan menaikkan BBM dan suku bunga acuan bank, serta menurunkan LTV. Dengan kebijakan yang diambil tersebut membuat perekonomian nasional tetap bisa terjaga. Sementara ekonomi Bali sebelum adanya situasi tersebut, sudah menghadapi ‘’kerapuhan struktural’’. Ditandai dengan merosotnya nilai properti atau aset tidak bergerak di Bali secara masif. Hal ini sebagai akibat dari properti Bali overprice. Overprice ini dinilai karena berbasis spekulasi salah kaprah yang tidak sehat. Dampak lanjutannya, bisnis usaha di Bali terdampak besar oleh daya beli dan kesulitan likuiditas para pelaku usaha karena peningkatan suku bunga, sehingga ancaman NPL meningkat.

Ini menjadi ancaman besar bagi perbankan di Bali. Erupsi Gunung Agung semakin menambah tekanan serius dan berpotensi merosotnya daya tahan perekonomian Bali. Melihat situasi ini, pemerintah, pelaku usaha dan lembaga terkait harus segera bersinergi untuk mengambil langkah-langkah inisiatif strategis dan sinergis untuk mengatasi masalah tersebut. Pengamat ekonomi dari Universitas Udayana Prof. Wayan Ramantha mengatakan, ketahanan ekonomi pasti akan terganggu dengan kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Namun pertumbuhan ekonomi belum tentu menurun, hanya untuk menjadi tumbuh sesuai yang ditargetkan akan sulit. Sumber investasi Indonesia yang berasal dari Amerika dan Eropa tentu berdampak dengan kenaikan suku bunga The Fed dan bank sentral Eropa. Sehingga terjadi penarikan sementara investasi yang ada di Indonesia, menuju ke Amerika dan Eropa. Juga ada kondisi psikologis, terutama di pasar modal yang mengalihkan sementara investasinya ke Amerika dan Eropa.

Oleh karena itu rupiah melemah, dolar meningkat. Indonesia tetap mengupayakan masuknya investasi asing. Karena di era globalisasi, investasi akan sangat membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sementara kebijakan menaikkan suku bunga merupakan kebijakan yang harus diambil, yang dampaknya pada dunia usaha. Namun, menurutnya, ini hanya sementara. Dunia usaha harus tetap dikelola dengan baik. ‘’Kita berharap bank tidak menaikkan suku bunganya seiring dengan naiknya suku bunga acuan BI. Karena di tengah situasi ekonomi ini, sektor riil belum tentu mencari kredit yang banyak. Kalau bank menaikkan suku bunga, maka bank akan berhadapan dengan risiko kredit macet yang akan memengaruhi kesehatan bank,’’ ungkapnya. Ramantha menilai kondisi ini hanya bersifat sementara. Kenaikan USD adalah siklus yang harus terjadi. Yang bisa dilakukan adalah mengambil hikmah dari kondisi ini. ‘’Kita harus berupaya memasarkan produk kita yang bertujuan ekspor,’’ pungkasnya. (kmb42)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.