Edisi 9 juni 2018 | BALIPOST.COM

Page 1

16 HALAMAN

NOMOR 276 TAHUN KE 70

Online :http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id

terbit sejak 16 agustus 1948 perintis: k. nadha HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000

balipost (170 rb Like) http://facebook.com/balipost

Pengemban Pengamal Pancasila

Sabtu Kliwon, 9 Juni 2018

@balipostcom (6.000 Follower) http://twitter.com/balipostcom

@balipost_com http://instagram.com/balipostcom

TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0361) 225764, 233801 Faksimile: 227418

Taat Hukum, Klarifikasi ke Bawaslu Bali

Mantra-Kerta Sangat Yakin Komitmen Bantuan Rp 500 Juta untuk Desa Pakraman Sah

LAPORAN dugaan politik uang oleh warga masyarakat terhadap pasangan calon (paslon) Gubernur Bali nomor urut 2, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra-I Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta), berbuntut pada pemanggilan Bawaslu Bali kepada paslon Mantra-Kerta di Kantor Bawaslu Bali, Jumat (8/6) kemarin. Bawaslu Bali mengirimkan surat resmi kepada paslon Mantra-Kerta, Kamis (7/6)

siang yang isinya permintaan Bawaslu kepada paslon Mantra-Kerta untuk mengklarifikasi laporan dugaan politik uang terhadap Mantra-Kerta oleh warga masyarakat. Saat ke Bawaslu, MantraKerta didampingi oleh Ketua Tim Hukum Mantra-Kerta, Togar Situmorang, Ketua Tim Kampanye Gede Ngurah Wididana, Ketua Koalisi Rakyat Bali (KRB) Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra, politisi senior Golkar Nyoman

Sugawa Korry, advokat senior Warsa T.Bhuwana, para ketua partai politik, para relawan dan tim sukses lainnya. Klarifiksi dilakukan selama dua jam lebih dan berlangsung di ruangan tertutup. Rombongan diterima langsung oleh komisioner Bawaslu yakni Ketua Bawaslu Ketut Rudia dan Ketua Divisi Hukum dan Penindakan Bawaslu Bali Ketut Sunadra. Usai pertemuan selama dua jam, Cagub Bali Ida Ba-

gus Rai Dharmawijaya Mantra menjelaskan kepada awak media bahwa kedatangan ke Bawaslu Bali adalah bentuk sikap taat hukum. ‘’Kami taat hukum, dan kami datang untuk mengklarifikasi ke Bawaslu Bali, yang katanya

kami melakukan dugaan politik uang,’’ ujarnya. Menurut Rai Mantra, dugaan politik uang yang dilaporkan warga itu sama sekali tidak benar. Hal. 15 Tidak Benar

KLARIFIKASI - Paslon Gubernur Bali nomor urut 2, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra-I Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta), menerima berita acara klarifikasi dari Ketua Divisi Hukum dan Penindakan Bawaslu Bali Ketut Sunadra, Jumat (8/6) kemarin.

Nol, Implementasi Perda Buah Lokal

DI JAKARTA banyak jeruk Bali dipakai di hotelhotel. Di Bali tidak ada. Padahal kita yang menggebu-gebu membuat Perda Buah Lokal. Tidak ada implementasinya. Itu hanya buang-buang energi dan buang-buang duit. Demimkian kritik anggota Komisi I DPRD Bali I Nyoman Adnyana, Jumat (8/6) kemarin. Katanya, Perda Buah Lokal adalah salah satu bentuk keberpihakan pemerintah terhadap petani. Namun, perda yang berlaku sejak 2013 tersebut selama ini belum diimplementasikan dengan baik alias bak macan ompong. Pemprov pun dituding tak sungguh-sungguh menjalankan perda tersebut. ‘’Saya sudah sering nanya tentang Perda Buah Lokal. Seolah-olah diproteksi, memperhatikan, ingin memberikan penghasilan lebih pada petani. Tapi di tingkat implementasi tidak ada, nol,’’ ujar

’’Saya sudah sering nanya tentang Perda Buah Lokal. Seolah-olah diproteksi, memperhatikan, ingin memberikan penghasilan lebih pada petani. Tapi di tingkat implementasi tidak ada, nol.’’

politisi PDI-P asal Bangli ini. Minimal, lanjut Adnyana, gubernur mestinya membuat surat kepada pihak hotel agar mau memanfaatkan buah lokal sesuai musim. Sebagai contoh, satu kamar wajib disediakan satu biji buah seperti jeruk, salak, dan lainnya. Kalau surat itu tidak dilaksanakan, maka hotel harus dikenai teguran hingga sanksi lain yang lebih berat. Ini untuk mengatasi masalah pascapanen, terutama dalam memasarkan produk petani agar mendapatkan harga yang layak. (kmb32)

Bali Post/dok

KINTAMANI - Tanaman jeruk di Kintamani. Tak hanya rendahnya harga jual, petani jeruk di Kintamani juga menghadapi masalah hama.

Manusia dan Alam Bali Dilupakan Bicara Bali pasti bicara pariwisata. Jarang bahas pertanian. Apalagi manusia Bali. Semua orang ingin terlibat dalam pariwisata. Semua ingin mendapat keuntungan dari pariwisata. Sementara itu basis budaya Bali dilupakan. Penyelamatan alam dan manusia Bali hanya menjadi wacana. Akibatnya Bali di ambang keterpurukan. Akademisi Unud Prof. Dr. Ir. I Putu Rumawan Salain mengatakan, langkah penting harus segera dilakukan. Caranya, kembali pada kesepakatan awal. Bahwa pariwisata Bali dikembangkan berbasis budaya. Budaya tidak semata kesenian, juga alam dan manusia Bali. Masalah krisis air yang menghantui Bali, akibat dilupakannya manusia dan alam Bali. Padahal manusia Bali adalah pelaku budaya yang menjadi daya tarik pariwisata. Demikian pula alam dan pertanian. Keduanya merupakan aset yang harus dipelihara. Karena itulah, menurut Rumawan, industri pariwisata harus berkontribusi terhadap penyelamatan budaya Bali.

Pariwisata harus menampung produk pertanian Bali. Bukan menyerap pertanian luar. Apalagi dari luar negeri. Sementara itu, I Nyoman Gde Maha Putra , S.T., M.Sc., Ph.D. mengatakan betapa pentingnya kue pariwisata dinikmati oleh masyarakat Bali, terutama untuk mereka yang bergerak di sektor pertanian. ‘’Pariwisata harus turut dalam penguatan tradisi dan budaya lokal,’’ tegas Ketua Warmadewa Research Centre Universitas Warmadewa itu. Caranya, lanjut lulusan doktoral Oxford University Inggris ini, adalah mendukung sektor pertanian dan UKM lokal. Hal. 15 Produk Lokal

Bentuk BUMD, Jembatani Kepentingan Petani

Bali Post/eka

BUAH IMPOR - Seorang warga memilih buah manggis yang dijual di emperan toko Jalan Sulawesi, Denpasar. Penjual juga menjual berbagai buah impor.

PERTANIAN Bali sebetulnya berpotensi bisa menghidupi pariwisata. Namun, potensi itu hanya tinggal potensi yang belum tergali maksimal. Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan, setiap harinya ada 5 juta orang yakni 4,2 juta penduduk Bali dan sisanya wisatawan berada di Pulau Dewata. Untuk telur saja, kebutuhannya bisa mencapai 1 juta butir. Namun ternyata lebih banyak didatangkan dari luar Bali. Hal ini karena tidak semua orang Bali mau menjadi petani. Saat ini saja

tidak ada petani yang berumur di bawah 50 tahun. ‘’Semuanya sudah di atas 50 tahun, sebentar lagi punah itu. Kenapa tidak mau? karena daya tarik pariwisata tinggi. Orang mendingan kerja di hotel, wangi, walaupun jadi cleaning service tetap disebut kerja. Kalau jadi petani, tidak kerja. Ini masalah mindset,’’ ujarnya. Menurut Pastika, masalah yang dihadapi petani selama ini umumnya terletak pada pascapanen. Petani salah satunya kesulitan dalam memasarkan hasil pertaniannya

ke sektor pariwisata. Sebab, pelaku pariwisata seperti hotel tidak langsung membayar produk pertanian yang dibeli dari petani lokal. ‘’Petani menghasilkan, dijual ke hotel, ini bayarnya tiga bulan. Ini kan petani begitu jual perlu duit, untuk makan, menyekolahkan anak, dan lain-lain. Kalau (setelah) tiga bulan baru dibayar, terus tiga bulan ini bagaimana dia,’’ jelasnya. Pastika menambahkan, pemerintah sebetulnya memungkinkan untuk menjembatani masalah yang di-

hadapi petani, yakni dengan membuat perusahaan atau instansi semacam Bulog. Dalam hal ini, perusahaan tersebut yang menampung hasil pertanian. Namun, tetap pemerintah yang membayar petani dan kemudian menjual hasil pertanian itu ke sektor pariwisata. ‘’Mungkin bukan pemerintah langsung, dibentuklah satu perusahaan misalnya BUMD, atau ada swasta yang punya modal banyak, itu harus diberikan izin. Kira-kira solusinya begitu,’’ paparnya. (rin)

KPK Minta Bupati Tulungagung dan Wali Kota Blitar Serahkan Diri

MAGERET PANDAN - Kedua anak Desa Tenganan Pegringsingan saat mageret pandan di atas panggung sebelah Bale Patemu Kelod, Jumat (8/6) kemarin.

Tradisi ’’Mageret Pandan’’

Anak-anak dan Bule Tak Kalah Antusias

Membayangkan kulit tergores duri pandan, sepertinya amat sakit. Tetapi, tidak bagi masyarakat Desa Tenganan Pegringsingan. Malah, di desa tua ini, mageret pandan menjadi atraksi budaya yang amat tersohor di Bali. Para teruna yang melakoninya di atas panggung, juga terlihat sangat pemberani. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga terampil dan tak kalah antusias. Bahkan, beberapa turis asing yang ikut nonton, juga terdorong ingin mencoba mageret pandan. PADA Jumat (8/6) kemarin, sejak siang, areal pusat Desa Tenganan Pegringsingan sudah padat dikunjungi masyarakat dan wisatawan. Mereka ingin melihat, bagaimana pelaksanaan tradisi yang dilaksanakan setiap puncak Usaba Sambah ini. Panggung di sebelah Bale Patemu Kelod sejak awal

sudah dipenuhi pengunjung. Mageret pandan baru dimulai sekitar pukul 14.00 Wita, setelah pelaksanaan ngelawang mengelilingi desa. Di atas panggung, tumpukan daun pandan yang sudah terikat-ikat, sudah siap sejak pagi. Hal. 15 Saling Serang

Jakarta (Bali Post) – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menahan empat tersangka tindak pidana korupsi suap terkait pengadaan barang dan jasa di Pemkab Tulungagung dan Pemkot Blitar, Jawa Timur tahun anggaran 2018. Empat tersangka itu antara lain Susilo Prabowo (SP) dari swasta atau kontraktor, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Tulungagung Sutrisno (SUT), Agung Prayitno (AP) dari pihak swasta, dan Bambang Purnomo (BP) dari pihak swas-

ta. ‘’Ditahan selama 20 hari ke depan. SP di Rutan Pomdam Jaya Guntur, sedangkan AP, BP, dan SUT di Rutan Cabang KPK di gedung Merah Putih KPK,’’ kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah di Jakarta, Jumat (8/6) kemarin. Selain keduanya, KPK juga telah menetapkan tersangka untuk Bupati Tulungagung nonaktif Syahri Mulyo dan Wali Kota Blitar Muh Samanhudi Anwar. Namun, keduanya belum menyerahkan diri ke KPK. ‘’Kami mengimbau dua kepala daerah ini agar bersikap kooperatif dan menyerahkan diri pada KPK,’’ ucap

Febri. Untuk perkara di Tulungagung diduga sebagai penerima, yakni Syahri Mulyo (SM), Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Tulung Agung Sutrisno (SUT), dan Agung Prayitno (AP) dari pihak swasta. Sedangkan diduga sebagai pemberi, yaitu Susilo Prabowo (SP) dari unsur swasta atau kontraktor. Sementara untuk perkara di Blitar diduga sebagai penerima antara lain Muh Samanhudi Anwar (MSA) dan Bambang Purnomo (BP) dari unsur swasta. Sedangkan di-

duga sebagai pemberi, yakni Susilo Prabowo (SP) dari unsur swasta atau kontraktor. ‘’Diduga pemberian oleh SP kepada Bupati Tulungagung melalui AP sebesar Rp 1 miliar terkait fee proyek-proyek pembangunan infrastruktur peningkatan jalan pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Tulungagung,’’ kata Wakil Ketua KPK Saut Situmorang dalam konferensi pers di gedung KPK, Jakarta, Jumat dini hari. Diduga, kata Saut, pemberian ini adalah pemberian ketiga di mana sebelumnya Bupati Tulungagung diduga

telah menerima pemberian pertama sebesar Rp 500 juta dan pemberian kedua sebesar Rp 1 miliar. ‘’Tersangka SP adalah salah satu kontraktor yang kerap memenangkan proyek-proyek di Pemkab Tulungagung sejak 2014 hingga 2018,’’ ungkap Saut. Sementara itu, lanjut Saut, diduga Wali Kota Blitar menerima pemberian dari SP melalui BP senilai Rp 1,5 miliar terkait ijon proyek pembangunan sekolah lanjutan pertama di Blitar dengan nilai kontrak senilai Rp 23 miliar. Hal. 15 Barang Bukti

Kuningan, Mensthanakan Tuhan Dalam Diri Oleh I Gusti Ketut Widana SECARA ritual, usai tengah hari pelaksanaan Kuningan dikatakan Hyang Widhi beserta manifestasi-Nya dan Ida Batara-Batari setelah menerima persembahan yadnya akan kembali ke kahyangan (Dewa mur mwah maring Swarga). Dunia dan para penghuninya ‘’ditinggalkan’’ Tuhan untuk melanjutkan kehidupan di muka bumi. ‘’Sepeninggal’’ Tuhan, apakah manusia akan kehilangan sifat-sifat ke-Tuhanan-nya, meski masih mengaku beragama, atau malah kehilangan Tuhan itu sendiri, yang

sama artinya dengan tiadanya lagi sifat-sifat ke-Tuhan-an pada dirinya? Pertanyaan mengusik di atas dicetuskan bukan tanpa alasan, semata-mata untuk mengingatkan, bila mungkin menyadarkan umat manusia pemeluk agama, tentunya lewat pertanyaan juga, pada posisi manakah kesejatian diri mereka sekarang ini? Sebab, tanpa disadari semakin ke depan, di saat pengaruh zaman Kali kian menyusup dalam kehidupan, kian tampak umat manusia ciptaan Tuhan justru telah tampil sebagai ‘’eksekutor’’ Tuhan, menafikan kebenaran ajaran Tuhan, me-

matikan sifat-sifat ke-Tuhanan dan meruntuhkan fondasi keimanannya, menjadikan manusia kehilangan Tuhan dalam arti sebenar-benarnya. Kemudian menganggap Tuhan ‘’telah tiada’’, dan kalau toh masih mengaku beragama, tidak lebih sebagai penciri identitas dan formalitas keagamaan, yang boleh jadi jauh dari kehadiran Tuhan dalam diri. Menelisik realita demikian, budayawan dan agamawan KH A Mustafa Bisri (Gus Mus) tergelitik menulis artikel bertajuk ‘’Ketika Agama Kehilangan Tuhan’’. Melalui pernyataan komparatif ‘’dulu dan kini’’,

Gus Mus menggambarkan: Dulu orang berhenti membunuh sebab agama, sekarang orang saling membunuh karena agama. Dulu orang saling mengasihi karena beragama, kini orang saling membenci karena beragama. Agama tak pernah berubah ajaranannya dari dulu, Tuhannya pun tak pernah berubah dari dulu. Lalu yang berubah apanya, manusianya? Dulu orang belajar agama sebagai modal untuk mempelajari ilmu lainnya. Sekarang orang malas belajar ilmu lainnya, maunya belajar agama saja. Hal. 15 Tidak Bersaing


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.