HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.85.000 SUMBAWA Rp.90.000 ECERAN Rp 5.000
SUARA NTB
16 HALAMAN NOMOR 146 TAHUN KE 13
Online :http://www.suarantb.com E-mail: hariansuarantb@gmail.com
SELASA, 5 SEPTEMBER 2017
Pengemban Pengamal Pancasila
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
Kasus UP Dikpora KSB
Tersangka Baru Tunggu Perkembangan Sidang Mataram (Suara NTB) Sidang kasus dugaan korupsi Uang Persediaan (UP) pada Dikpora Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) masih berkutat pada keterangan saksi. Terdakwa dalam kasus ini pun masih tunggal. Kemungkinan menyeret tersangka lain, masih menunggu perkembangan sidang. “Selain menunggu perkembangan sidang, kami juga menunggu petunjuk pimpinan. Kalau memang ada pengembangan ke tersangka baru, nanti tindaklanjutnya berdasarkan petunjuk pimpinan. Teman teman di Pidsus yang akan menindaklanjuti sesuai fakta persidangan,’’ kata jaksa penuntut umum (JPU) kasus UP Dikpora KSB,Fajrin Irwan Nurmansyah, SH ditemui usai sidang lanjutan, Senin (4/9). Pada sidang Senin (21/8) atau tiga pekan lalu memang sempat terungkap aliran dana UP Dikpora KSB senilai Rp 500 juta ke Wakil Bupati KSB, Fud Syaifuddin, ST. Kesaksian itu terlontar dari terdakwa Bendahara Dikpora KSB, Elisa Wartini. Ketika Bupati KSB dikonfirmasi saat itu, ia dengan tegas membantahnya. Apakah dengan ungkapan itu dianggap sebagai fakta persidangan membidik ter-
TO K O H Perkuat NilaiToleransi KONDISI demografi masyarakat Kota Mataram cukup heterogen. Perbedaan suku, ras, atau agama adalah tali pemersatu. Jika hal itu terganggu, maka prospek kemajuan Kota Mataram akan terhambat. Pendapat itu disampaikan Kapolres Mataram, AKBP Muhammad, Senin (4/8) menanggapi dinamika kondusivitas Kota Mataram belakangan ini. “Kota ini mengandalkan pada salah satunya wisata, jadi itu bertumpu pada keamanan. Tolong sama-sama masyarakat kembalikan nilai toleransi yang selama ini sudah terjalin baik,” ujarnya. Ia mengatakan, toleransi antarumat beragama akan seiring membangun kemajuan Kota Mataram. Provokasi yang berujung pada konflik sosial tidak memiliki manfaat apapun kecuali kerugian masingmasing pihak. Bersambung Muhammad ke hal 15 (Suara NTB/dok)
KO M E N TTAA R IPD Masih Rendah PEMERINTAH pusat menetapkan delapan kabupaten di NTB masuk kategori tertinggal. Berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2015, penyebab delapan kabupaten di daerah ini masih tertinggal akibat kondisi infrastruktur dan pelayanan umum yang merupakan indikator Indeks Pembangunan Desa (IPD) masih rendah. Dalam menghitung Indeks Pembangunan Desa, ada lima indikator yang digunakan. Yakni pelayanan dasar, kondisi infrastruktur, aksesibilitas, pelayanan umum dan penyelenggaraan pemerintahan. Dari (Suara NTB/dok) lima indikator tersebut, rataH. Ashari rata kondisi infrastruktur pada delapan kabupaten di NTB sebesar 44,65 persen. Sedangkan rata-rata pelayanan umum sebesar Rp 51,31 persen. Bersambung ke hal 15
sangka baru? Fajrin mengaku belum bisa bersikap. Hal yang bisa dilakukan, dengan terus mengikuti perkembangan jalannya sidang sembari mengumpulkan tambahan fakta dalam persidangan. Akan lebih bagus menurutnya, jika
memang menguat pada tersangka lain, ditindaklanjuti hakim dengan mengeluarkan penetapan. Isi penetapan yang diharapkan, hakim meminta agar menetapkan tersangka baru. Bersambung ke hal 15
(Suara NTB/ars)
SIDANG - Suasana sidang UP Dikpora KSB dengan tersangka Elisa Wartini.
Kenaikan Dana Bantuan Parpol Tak Jamin Tekan Korupsi Mataram (Suara NTB) Kenaikan dana bantuan terhadap partai politik (Parpol) hingga 10 kali lipat pada tahun depan dinilai tak akan menjamin dapat menekan korupsi. Jangan sampai kenaikan dana bantuan Parpol hanya dinikmati segelintir politisi atau elit-elit partai. “Saya kira, secara langsung itu tidak berhubungan. Saya agak meragukan bahwa peningkatan dana Parpol kemudian akan berkorelasi dengan rendahnya atau menurunnya tingkat korupsi,” kata Pemerhati Politik NTB, Drs. Darmansyah, M.Si ketika diminta tanggapannya, Senin (4/9) siang kemarin. Bersambung ke hal 15 Darmansyah (Suara NTB/dok)
Isu Rohingya Bukan Persoalan Agama Mataram (Suara NTB) Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi mengatakan, isu mengenai pembantaian muslim etnis Rohingya di Rakhine, Myanmar bukan persoalan agama. Apa yang menimpa umat Islam di Myanmar merupakan tragedi kemanusiaan yang harus dilawan. “Isu Rohingya, tidak hanya isu terkait dengan umat Islam. Tapi itu adalah isu kemanusiaan. Sama ketika bicara tentang Palestina. Itu juga tentang kemanusiaan,” tegas gubernur saat menerima massa aksi yang menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Gubernur, Senin (4/9) siang kemarin. Orang nomor satu di NTB ini langsung menemui massa aksi yang melakukan aksi solidaritas terhadap Muslim Rohingya yang mengalami penindasan di Myanmar. Gubernur menegaskan, dalam UUD 1945 sudah jelas mengatakan penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Segala macam penindasan harus dihilangkan. Martabat kemanusiaan harus ditegakkan. “Kita semua satu suara menentang penindasan terhadap saudara-saudara kita yang ada di Myanmar. Bersambung ke hal 15
(Suara NTB/nas)
ORASI – Gubernur NTB, TGH. M. Zainul Majdi berorasi menyatakan sikap terkait dengan isu yang menimpa Muslim etnis Rohingya di Myanmar.
Enggan Jual ke Pabrik
Petani di Tolokalo Olah Sendiri Tebu Jadi Gula Merah Dompu (Suara NTB) Kebun Bibit Datar (KBD) tebu seluas sekitar 50 ha tahun 2016 yang semula direncanakan sebagai bibit tanaman tebu rakyat di Dompu tidak jelas kelanjutannya. Tebu yang seharusnya ditebang untuk bibit awal 2017 ini tidak ada kepastian, sehingga para petani merasa rugi karena lahan yang selama ini ditanami jagung belum juga berproduksi. Kendati pihak petugas telah mengingatkan bahwa KBD ini akan menjadi hak petani bila hingga Maret 2017 tidak ditebang untuk bibit. Namun tebu ini tidak bisa dibawa ke pabrik dan harus ada surat persetujuan dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Dompu agar bisa diterima pihak pabrik gula atau diikutkan dalam tebu rakyat di sekitar Hodo. Bersambung ke hal 15
(Suara NTB/ula)
OLAH SENDIRI - Ali petani tebu yang terpaksa mengolah sendiri tebunya menjadi gula merah untuk dijual ke warga. KBD tebu yang dikembangkan di Tolokalo ini direncanakan untuk bibit tebu daerah lain, tapi hingga saat ini belum dipanen, sehingga pemilik lahan merasa dirugikan.