Edisi 28 Juni 2017 | Balipost.com

Page 1

20 HALAMAN

NOMOR 296 TAHUN KE 69

Online :http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id

terbit sejak 16 agustus 1948 perintis: k. nadha HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000

balipost (158rb Like) http://facebook.com/balipost

Pengemban Pengamal Pancasila

rabu wage, 28 juni 2017

Suparta Tawarkan Padi, Obama Jawab ’’No’’

@balipostcom (4.812rb Follower) http://twitter.com/balipostcom

@balipostcom http://instagram.com/balipostcom

TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0361) 233801, 225764 Faksimile: 227418

KEDATANGAN Presiden ke-44 Amerika Serikat Barack Obama ke Jatiluwih, Minggu (25/6) lalu, rupanya tak disia-siakan Gede Made Suparta. Petani asal Banjar Gunung Sari Kelod, Jatiluwih ini sengaja menunggu Obama di sawahnya yang dekat dengan pematang yang dilalui Obama.

Bali Post/ist

JATILUWIH - Gede Made Suparta (kiri) saat foto bersama Barack Obama ketika mengunjungi objek wisata Jatiluwih.

Ditemui di DTW Jatiluwih, Suparta menuturkan, ia dan keluarganya saat itu sedang bekerja di sawah menjemur padi. Mendengar kedatangan Obama akan melewati jalur trekking yang melintasi sawahnya, ia pun memutuskan untuk menunggu. Ia bercita-cita memberikan seikat padi merah kepada Obama. ‘’Saya nge-fans dengan Pak Obama. Kepikiran hendak memberikan cenderamata seikat padi beras merah,’’ ujarnya, Selasa (27/6) kemarin. Tim keamanan Obama sebelumnya sudah terjun untuk mensterilkan jalur trekking. Namun untuk petani yang sedang bekerja diperbolehkan ada di lokasi. Syaratnya, tidak boleh terlalu dekat dengan jalur trekking. Saat Obama bersama keluarganya lewat, Suparta memutuskan untuk berteriak dari kejauhan. ‘’Saya teriak pakai bahasa Indonesia, Pak Obama mau padi?’’ tuturnya. Tidak disangka, Obama membalas teriakannya. ‘’Dijawab pakai bahasa Inggris. Beliau sepertinya mengerti bahasa Indonesia. Saat itu dia jawab,

No,’’ ujar Suparta. Tidak menyerah, salah satu rekan Suparta yang sama-sama sedang berada di lokasi kembali berteriak menggunakan bahasa Inggris meminta foto bersama dengan Obama. Tidak disangka permintaan ini dikabulkan. Tim keamanan dari Obama meminta Suparta, keluarga dan rekannya untuk mendekat agar bisa berfoto bersama. Sayangnya, mereka hanya bisa berfoto satu kali dan tidak bisa ngobrol dengan Obama. Karena setelah foto diambil, mereka diminta untuk menjauh dan Obama melanjutkan perjalanannya. Suparta pun tak menyia-nyiakan untuk menjabat tangan Obama. ‘’Saat dijabat tangannya kuat sekali pegangannya,’’ ungkapnya. Tidak ada yang mengetahui bagaimana kesan Obama terhadap Jatiluwih. Keamanan yang ketat membuat warga tidak bisa mendekat, bahkan hanya untuk bertegur sapa. Jalur trekking-nya yang dilalui adalah jalur trekking pendek sejauh 1 kilometer. (kmb24)

Obama ke Tirta Empul dan Gunung Kawi

Kagumi Sawah dan Candi

Gianyar (Bali Post) Obama kembali menikmati panorama alam Bali. Setelah mengunjungi Jatiluwih dan menyusuri Sungai Ayung, Selasa (27/6) kemarin Obama berkunjung ke Tirta Empul dan Gunung Kawi. Keduanya menawarkan keindahan alam dan suasana magis spiritual. Obama yang mengenakan T-shirt putih, celana jeans biru dan kaca mata hitam tiba di

Objek Wisata Tirta Empul, pukul 16.20 Wita. Saat keluar dari mobil, Obama beserta keluarga langsung mendapat teriakan histeris dari ratusan wisatawan dan masyarakat setempat yang sudah menunggu sejak siang. Ratusan wisatawan ini pun berupaya mendekati Obama, namun langsung dihalangi pengawal. Obama pun diikuti hingga ke madya mandala. Saking banyaknya wisatawan dan warga, Obama

pun mengurungkan niatnya memasuki areal pemandian dan pura. ‘’Wisatawan tadi padat sekali, mereka semua histeris ingin mendekati Obama,’’ ucap Kapolsek Tampaksiring AKP Made Tama. Saking padatnya wisatawan, akhirnya Obama hanya menunggu di ruang CCTV. Tepatnya di jaba Pura Tirta Empul. Hal. 19 Aparat Gabungan

Bali Post/ist

TIRTA EMPUL - Barack Obama saat berada di Tirta Empul, Selasa (27/6) sore kemarin.

Pertikaian di Abepura

Teror di Polda Sumut

Satu Polisi Tewas

Polisi Tetapkan Empat Tersangka

Jayapura (Bali Post) – Pertikaian yang terjadi di sekitar Pasar Youtefa, Abepura, Selasa (27/6) petang menewaskan satu anggota Polri yang bertugas di Mapolda Papua yakni Bripka Asmadi Tabuni. Selain menewaskan Asmadi Tabuni, insiden itu juga melukai tiga orang lainnya, dua warga sipil dan satu anggota Polri yaitu Bripka Median Tabuni. Informasi di TKP mengungkapkan kasus tersebut berawal dari O yang merupakan petugas Pasar Youtefa meminta sekelompok pemuda yang sedang bermain kartu agar bubar karena pasar mau ditutup. Namun teguran tersebut tidak diindahkan. O kemudian menegur kembali hingga akhirnya terjadi pengeroyokan terhadap O hingga melukai dirinya yang kemudian membalas dengan menikam secara membabi-buta hingga mengakibatkan satu orang tewas dan dua orang mengalami luka. Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Kamal kepada Antara, Selasa malam kemarin membenarkan terjadinya pertikaian yang menewaskan satu anggota Polri. ‘’Memang betul satu anggota meninggal dan seorang lainnya mengalami luka akibat pertikaian yang terjadi di sekitar Pasar Youtefa, Abepura, Selasa petang,’’ kata Kombes Kamal seraya menambahkan, hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebabnya. Korban yang mengalami luka akibat penikaman yaitu Bripka Media Tabuni dan Peni Tabuni yang kini ditangani tim medis di RS Bhayangkara. Sedangkan O yang mengalami luka tusuk di bagian dada dirawat di RS AL Hamadi, Jayapura. (ant) Bali Post/ant

PENYERANGAN - Dua personel polisi meletakkan bunga di sekitar lokasi penyerangan di Polda Sumut, Medan, Sumatera Utara, Senin (26/6). Aksi belasungkawa tersebut untuk mengenang Aiptu Martua Sigalingging (alm) yang tewas saat bertugas dalam aksi penyerangan terduga teroris di Polda Sumut.

Jakarta (Bali Post) – Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri Kombes Pol. Martinus Sitompul mengatakan jumlah tersangka kasus penyerangan dan penikaman anggota polisi Polda Sumut yang terjadi jelang Lebaran 2017, sebanyak empat orang. Tersangka yang baru ditangkap Densus 88 tersebut adalah Firmansyah Putra Yudi (32) alias FPY. ‘’Perannya ikut merencanakan serangan ke pos jaga Polda Sumut,’’ katanya, Selasa (27/6) kemarin. Sebelumnya telah ditetapkan tiga tersangka dalam kasus tersebut, dan seorang di antaranya tewas saat peristiwa terjadi. Ketiganya adalah Syawaluddin Pakpahan (43), warga Medan Denai yang menjadi pelaku penyerangan, Ardial Ramadhana (34 tahun, sudah tewas), warga Medan Kota yang menjadi pelaku penyerangan, dan Boboy (17) yang berperan mensurvei dan memetakan Polda Sumut. Seperti diketauhi, Minggu (25/6) pukul 03.00 WIB, dua orang tidak dikenal menyerang personel Yanma Polda Sumut Aiptu Martua Sigalinggung yang bertugas di pos jaga pintu keluar Mapolda Sumut. Akibat penyerangan tersebut, Aiptu Martua Sigalingging meninggal dunia karena mengalami luka yang

cukup parah di dada, tangan, dan lehernya. Namun kedua pelaku berhasil dilumpuhkan personel Satuan Brimob yang berjaga di pintu masuk Mapolda Sumut. Ardial kemudian tewas, dan Syawaluddin tertembak di bagian kakinya. Sementara itu, Markas Polda Sumatera Utara dipenuhi ratusan papan bunga dukacita atas penyerangan berujung kematian Ajun Inspektur Satu Polisi Martua Sigalingging oleh kawanan yang disebut terkait ISIS pada hari pertama Lebaran 1438 Hijriah lalu. Kepala Bidang Humas Polda Sumatera Utara Komisaris Besar Polisi Rina Ginting, di Medan, Selasa kemarin, mengatakan papan-papan bunga itu juga berisi dukungan agar polisi memberantas semua bentuk terorisme. Selain itu, papan-papan bunga itu juga berisi kutukan keras terhadap tindakan terorisme dan radikalisme. Ginting menyatakan, karena begitu banyak papan bunga dukacita dari semua kalangan masyarakat, diperlukan jarak sekitar dua kilometer untuk meletakkan semua karangan bunga itu. Di antara pemberi papan bunga itu, ada Wali Kota Medan, Kepala BNN Sumatera Utara, konsul jenderal negara sahabat, dan lain-lain. (ant)

GNPF-MUI Nyatakan Hormati Presiden sebagai Simbol Negara

Bali Post/ant

KEDIAMAN WAPRES - Petugas keamanan mengevakuasi seorang anak yang tidak sadarkan diri saat mengantre di kediaman pribadi Wakil Presiden Jusuf Kalla di Makassar, Selasa (27/6) kemarin. Kegiatan ‘’open house’’ tersebut dihadiri ribuan warga Makassar yang mengantre sejak pagi hari. (Beritanya di halaman 19)

Jakarta (Bali Post) – Gerakan Nasional Pembela Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) menegaskan penghormatannya kepada Presiden Joko Widodo sebagai simbol negara. ‘’Bagi kami Presiden adalah simbol negara, patriotisme kami harus menghargai simbol negara. Saya memanggil Pak Presiden itu Pak Presiden yang terhormat, kalau kita tidak menghargai simbol negara berarti kita telah melecehkan simbol negara kita sendiri,’’ kata Ketua GNPF-MUI Bachtiar Nasir, Selasa (27/6) kemarin. Bachtiar dalam pertemuan itu juga menyampaikan aspirasinya kepada Presiden soal diskriminasi umat muslim seperti adanya anggapan kriminilisasi ulama dan sematan bahwa Islam itu intoleran, anti-Pacasila dan antike-

binekaan. ‘’Setelah kami sampaikan bahwa faktanya di masyarakat terasa, terutama adanya sematan-sematan terhadap umat Islam yang anti-Pancasila, intoleran, radikal, kok jadi begini? Kesannya kami yang disudutkan. Begitu juga kesan kalau umat Islam melakukan kesalahan cepat sekali prosesnya, langsung tangkap, penjarakan, tapi kalau di seberang sana, bukan umat Islam, toleransinya tinggi itu yang kami rasakan,’’ jelas Bachtiar. Namun teknis penyelesaian masalah tersebut, menurut Bachtiar, tidak dibicarakan dalam pertemuan itu dan akan diselesaikan oleh Menkopolhukam Wiranto. ‘’Presiden juga sudah mendelegasikan, sudah menginstruksikan urusan GNPF dan gerbong di belakangnya lewat Menkopolhukam. Presiden menunjuk langsung

setelah ini ada komunikasi yang baik dan tak tersumbat melalui Menkopolhukam,’’ tambah Bachtiar. Dalam pertemuan itu, menurut Bachtiar, baik Presiden maupun GNPFMUI merasa membutuhkan pertemuan lanjutan. ‘’Saya hitung Presiden sempat tiga kali berkata seandainya terjadi dialog di antara kita di 411, mungkin tidak ada 212, tidak ada ini dan ini. Kemudian Presiden bicara yang lain seperti program tanah untuk rakyat, bicara untuk menyeimbangkan ekonomi karena selama ini terlalu barat-minded. Presiden berusaha ke Cina, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, bahkan juga telepon langsung dengan Turki untuk membangun kedekatan,’’ ungkap Bachtiar. Ia mengaku bahwa ada frekuensi pembicaraan yang terganggu antara GNPF-

MUI dengan Presiden selama ini. ‘’Ada frekuensi yang terganggu dalam dialog di tengah, padahal Presiden merasa sudah berdialog dengan ulama karena Presiden mengatakan ulamalah yang berani menegur saya jadi saya perlu mendengarkan ulama. Jadi ini dialog jadi kebutuhan kita bersama,’’ tambah Bachtiar. Bachtiar berjanji akan melakukan sosialisasi kepada kelompok anggota GNPF dan anggotanya mengenai pertemuan dengan Presiden tersebut. ‘’Nanti kita lakukan halalbihalal, dalam waktu dekat dari elemen aksi bela Islam. Bahkan lebih dari itu kita sedang koordinasi bagaimana halalbihalal antara ulama, umaroh, dan umat. Kepada teman-teman media kami akan buat konferensi pers lagi mengenai hasil halalbihalal aksi bela Islam nanti,’’ jelas Bachtiar. (kmb4)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Edisi 28 Juni 2017 | Balipost.com by e-Paper KMB - Issuu