HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.85.000 SUMBAWA Rp.90.000 ECERAN Rp 5.000 Online :http://www.suarantb.com
SUARA NTB
16 HALAMAN NOMOR 114 TAHUN KE 13
E-mail: hariansuarantb@gmail.com
KAMIS, 27 JULI 2017
Pengemban Pengamal Pancasila
TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257
Dampak Tramadol
Ratusan Remaja Kota Bima Dirawat di RSJ Kota Bima (Suara NTB) – Sedikitnya 405 remaja Kota Bima, dikirim ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mutiara Sukma, Mataram. Ratusan remaja ini terdeteksi mengalami gangguan syarat akibat mengonsumsi obat keras jenis tramadol. Demikian diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) Kota Bima, dr. Azhari, di hadapan Kepala BPOM RI, Dr.Ir. Penny K. Lukito, bersama rombongan didampingi Wakil Walikota Bima, H. A. Rahman H. Abidin SE, di ruangan wakil walikota, Rabu (26/7). Dikatakanya, ratusan jiwa tersebut didominasi usia muda dan sebagian remaja yang lulus sekolah. Menurutnya penyalahgunaan tramadol di Kota Bima, masuk kategori darurat. ‘’Sudah darurat sekali penyalahgunaannya. Kalau bisa, kami berharap obat ini bisa dicabut izin edarnya,’’ saran Azhari. Diakuinya, peredaran obat golongan G, ini tidak bisa diatasi. Pasalnya, selain dipasok lewat darat menggunakan bus umum dalam jumlah banyak. Pasokannya juga melalui jalur laut yang juga tak bisa dibendung. ‘’Tramadol yang beredar di Bima berasal dari wilayah Surabaya, banyak didatangkan melalui jalur laut,’’ katanya. Azhari menilai, kemungkinan menggunakan jalur laut akan lebih mudah pengirimannya. Sebab banyak kapal di Bima tujuan Surabaya tanpa bersandar lagi di pelabuhan lain. ‘’Pasokan tramadol Bima juga tidak menutup kemungkinan akan dikirim ke Dompu dan Sumbawa dan wilayah NTT,’’ katanya. Bersambung ke hal 15
‘’
Kota Bima darurat tramadol (Suara NTB/dok)
H. A. Rahman H. Abidin
TO K O H
APBD NTB Banyak Tersedot untuk Pembangunan Infrastruktur
Menekan Angka Kemiskinan
BADAN Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) NTB tak memungkiri bahwa APBD masih banyak tersedot untuk pembangunan infrastruktur dibandingkan pembangunan sosial. Ketersediaan infrastruktur yang mantap masih menjadi persoalan di NTB untuk membuka konektivitas dan aksesibilitas antarwilayah. ‘’Memang di fisik kita butuh biaya, anggaran butuh besar sekali. Persoalan kita di NTB memang masih berkutat pada infrastruktur,” kata Kabid Pemantauan Evaluasi dan Pengendalian Pelaksanaan Pembangunan Bappeda NTB, Muhammad Riyadi, ST dikon-
PEMERINTAH mengalokasikan anggaran lebih dari Rp 100 miliar, baik dari APBD maupun ABPN melalui Dinas Kesehatan di Provinsi NTB dan sarana-sarana kesehatan lainnya. Dengan anggaran ini, diharapkan mampu menekan angka kemiskinan di daerah ini. ‘’Total anggaran ini cenderung naik dari tahun lalu. Tahun ini dari APBD, hampir Rp 11 miliar yang kita kelola,’’ kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dr. Nurhandini Eka Dewi. S. PA di ruang kerjanya, Rabu (26/7) kemarin. Anggaran tersebut tidak seluruhnya dikelola oleh Dinas Kesehatan Nurhandini Eka Dewi Provinsi NTB. (Suara NTB/dok)
Lahan Investasi Ditelantarkan
H. Wirajaya Kusuma
firmasi Suara NTB, Rabu (26/ 7) siang kemarin. Riyadi menyebutkan, anggaran pembangunan infrastruktur yang berada di Dinas PUPR memang cukup besar mencapai Rp 600 miliar lebih. Untuk memperbaiki jalan yang rusak supaya kondisinya mantap butuh aggaran yang besar. Sehingga, Pemprov NTB bersama dengan DPRD telah membuat Perda Percepatan Jalan Provinsi dengan skema pembiayaan tahun jamak sampai 2018 mendatang. Bersambung ke hal 15
Muhammad Riyadi
Konsultan RSUP NTB Klaim Tak Ada Kerugian
KO M E N TTAA R
Mataram (Suara NTB) Salah satu pihak yang berhubungan dengan proyek pengerjaan gedung RSUP NTB adalah konsultan pengawas. Namun terkait temuan kerugian negara Rp 3,1 miliar dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pihak pengawas tidak mengetahuinya. ‘’Tapi sebatas keterlam-
batan pekerjaan yang saya tahu,” kata Direktur PT. Puser Bumi Mekon, H. Marjan Qomar dikonfirmasi Suara NTB soal temuan kerugian negara tersebut, Rabu (26/7) kemarin. Dia bertanya balik soal konteks kerugian negara tersebut, karena semua persoalan yang sempat muncul tahun 2013 lalu terkait gedung I, J dan K sudah
beres. Masalah yang mencuat adalah terkait progres pekerjaan PT. Pilar Persada yang hanya mencapai 24 persen dari kontrak khususnya gedung I. Seingatnya, dari pekerjaan yang tidak tuntas itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) sudah membayar sesuai dengan progress pekerjaan. Bersambung ke hal 15
Anggaran Minim
Butuh Kerja Keras Tekan Pernikahan Dini Mataram (Suara NTB) – Wakil Gubernur (Wagub) NTB, H. Muh. Amin, SH, M.Si mengakui, anggaran untuk pembangunan sosial dalam APBD NTB masih minim dibandingkan alokasi anggaran untuk pembangunan fisik. Ia mengatakan anggaran pembangunan fisik dan sosial memang harus seimbang. ‘’Anggaran untuk pembangunan fisik itu bisa kita lihat dengan kasat mata. Tetapi mental, prilaku tidak bisa kelihatan. Ini juga tidak kalah pentingnya membangun sikap, mental, integritas, SDM yang andal. Itu tidak cukup dengan pembangunan fisik yang kelihatan. Anggarannya harus seimbang, harus banyak juga,” kata Amin ketika dikonfirmasi Suara NTB, Rabu (26/7) siang kemarin. Salah satu pembangunan sosial yang masih menjadi pekerjaan rumah (PR) Pemprov NTB dan Pemda kabupaten/ kota, kata Wagub terkait masih tingginya angka pernikahan dini di NTB yang mencapai 50 persen lebih. Menurutnya, perlu peran semua pihak seperti tokoh agama, tokoh masyarakat untuk memberikan edukasi. Untuk itulah, kata Wagub, minimnya alokasi anggaran untuk pembangunan sosial ini menjadi bahan evaluasi Pem-
prov NTB ke depan. Bahwa ternyata, angka pernikahan dini yang menyebabkan tingginya perceraian dan mengakibatkan bertambahnya kemiskinan baru harus menjadi perhatian. “Ini menjadi PR kita semua di NTB,” katanya. Gambaran alokasi anggaran untuk pembangunan sosial pada APBD NTB 2017 memang masih minim. SKPD yang membangun infrastruktur seperti Dinas PUPR memperoleh pagu anggaran mencapai Rp 682miliar lebih. Sementara SKPD yang melaksanakan pembangunan sosial dan pemberdayaan seperti Dinas Sosial hanya mendapatkan pagu anggaran Rp 51,4 miliar, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan Desa Kependudukan dan Catatan Sipil (DPMPD dan Dukcapil) pagu anggarannya Rp 16 miliar. Selanjutnya Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Rp 13 miliar lebih. Wagub menambahkan, pembangunan sosial memang tidak seperti membangun fisik. Jika membangun fisik maka hasilnya dapat langsung dilihat. Tetapi untuk pembangunan sosial, hasilnya akan dilihat beberapa tahun mendatang. Bersambung ke hal 15
Telan Anggaran Rp 1,2 Triliun (Suara NTB/dok)
SELUAS 21.467,675 hektar lahan terindikasi ditelantarkan investor di NTB. Pemprov NTB mendesak bupati/walikota untuk proaktif melakukan evaluasi dan memantau perizinan investasi yang ada di daerah masing-masing. “Kewajiban pemerintah daerah kabupaten/kota untuk menegur investor-investor yang berangkutan. Apakah ini sudah dimanfaatkan atau tidak. Kan ada ketentuannya berdasarkan Permendagri No. 76 Tahun 2012. Mereka (bupati/ Walikota) yang perlu bertindak tegas,” Bersambung ke hal 15
TRAMADOL - Tramadol yang berhasil disita aparat kepolisian beberapa waktu lalu. Akibat dampak tramadol ini, ratusan remaja Bima dirawat di RSJ Mutiara Sukma Mataram.
Kemenpar Bangun Poltekpar Lombok Jika Lahan ”Clear and Clean” Mataram (Suara NTB) – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) akan memulai pembangunan kampus Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Lombok di Desa Puyung, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah (Loteng) jika persoalan lahan sudah clear and clean. Tahun 2017 ini, Kemenpar sudah mengalokasikan anggaran untuk pembangunan fisik tahap I sekitar Rp 130 miliar. Namun, pembangunannya molor dari jadwal yang telah direncanakan pada 17 Juli lalu. Salah satu penyebabnya, adanya masyarakat yang mengklaim memiliki lahan di lokasi tersebut. Direktur Politeknik Pariwisata (Poltek-
par) Lombok, Dr. Hamsu Hanafi, MM mengatakan salah satu deputi di Kemenpar menyatakan, anggaran yang dialokasikan tahun ini akan digunakan jika persoalan lahan sudah tuntas. “Kalau peletakan batu pertama tahun ini mulus, tentu akan berkelanjutan (pembangunannya). Menjadi musibah, jika tahun ini kita tidak bisa meletakkan batu pertama. Karena akan berkelanjutandengan pembangunantahun depan. Memang, titipan Pak Deputi bahwa dana ini akan dimulai pembangunannya apabila lahan sudah clear and clean,” kata Hamsu dihadapan puluhan masyarakat Puyung di Ruang Rapat Utama Kantor Gubernur,
Rabu (26/7) siang kemarin. Puluhan masyarakat Puyung mendatangi Kantor Gubernur, Rabu (26/70 kemarin. Mereka terdiri unsur Pemda Loteng, kepala desa, Kepala Badan Perwakilan Desa (BPD), para kadus se- Desa Puyung menyatakan mendukung pembangunan kampus perguruan tinggi pariwisata tersebut. Beberapa hari sebelumnya, puluhan masyarakat yang mengatasnamakan diri dari Puyung juga mendatangi Kantor Gubernur untuk meminta supaya pembangunan Kampus Poltekpar jangan dilanjutkan sebelum persoalan lahan dituntaskan. Bersambung ke hal 15
(Suara NTB/nas)
TERIMA - Wagub NTB H. Muh. Amin menerima dukungan dari tokoh masyarakat Puyung terkait pembangunan Poltekpar di Ruang Rapat Utama Kantor Gubernur NTB, Rabu (26/7).