Edisi 22 September 2017 | Balipost.com

Page 1

20 HALAMAN

NOMOR 34 TAHUN KE 70

Online :http://www.balipost.co.id http://www.balipost.com E-mail: balipost@indo.net.id

terbit sejak 16 agustus 1948 perintis: k. nadha HARGA LANGGANAN Rp 90.000 ECERAN Rp 4.000

balipost (158rb Like) http://facebook.com/balipost

jumat kliwon, 22 september 2017

Pengemban Pengamal Pancasila

@balipostcom (4.812rb Follower) http://twitter.com/balipostcom

@balipostcom http://instagram.com/balipostcom

TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0361) 233801, 225764 Faksimile: 227418

Sehari Terjadi 571 Kali Gempa Amlapura (Bali Post) Aktivitas Gunung Agung terus mengalami peningkatan. Salah satunya meningkatnya intensitas gempa. Berdasarkan data yang diperoleh di PVMBG di Pos Pemantauan Rendang pada 19 September 2017 gempa vulkanik dalam dan dangkal terjadi 460 kali. Sementara pada 20 September 2017 gempa vulkanik dalam dan dangkal meningkat menjadi 571 kali. Sedangkan 21 September 2017 dari pukul (00-06.00 Wita) gempa vulkanik dalam dan dangkal mencapai 135 kali. Atas kondisi itu, PVMBG kembali menambah satu alat yakni Tilmeter untuk memonitor perkembangan yang dilakukan Gunung Agung yang dipasang di Pura Pengubengan Besakih. Hal. 19 Deteksi Kegiatan

DITANDU Seorang lansia ditandu ketika sampai di tempat pengungsian di Klungkung, Kamis (21/9) kemarin.

Belasan Ribu Warga Mengungsi

Bali Post/sos

Tersebar di Karangasem, Buleleng dan Klungkung Amlapura (Bali Post) – Pascaterjadi gempa kuat di kawasan lereng Gunung Agung, Rabu (20/9) malam, membuat belasan ribu orang yang berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III mengungsi. Tak hanya ke sejumlah tempat aman di Karangasem, mereka juga mengungsi ke Klungkung dan Buleleng.

Camat Kubu Made Suartana belum mendapatkan data jumlah pastinya warga yang mengungsi. Namun, ia memastikan setidaknya 11 ribu orang telah mengungsi. Mereka berasal

PENGUNGSI - Warga Desa Sebudi, Karangasem mengungsi ke GOR Swecapura, Klungkung, Kamis (21/9) kemarin.

Klungkung Siap Tampung 15.000 Pengungsi

Tenaga Medis akan Ditambah

PENGUNGSI susulan ke bumi serombotan masih berpotensi terjadi. Sampai pukul 21.00 Wita pengungsi di GOR Swecapura mencapai 550 orang dari 15 KK. Sesuai hasil pemetaan, yang bisa tertampung di Klungkung mencapai 15 ribu jiwa. Itu tak hanya ditempatkan di GOR, tetapi juga Lapangan Puputan Klungkung yang sudah siap dengan tenda, lapangan Kecamatan Dawan, Banjarangkan dan balai banjar yang tersebar di sejumlah desa. ‘’Untuk warga yang difokuskan ke sini, selain Sebudi, juga dari Pesangkan dan Besakih, Kecamatan Rendang. Ini sudah kami koordinasikan dengan pemkab di sana. Intinya kami siap menerima jika ada pengungsi susulan. Semasih data tampung mendukung,’’ sebut Widiada, Kepala BPBD Klungkung, Kamis (21/9) kemarin. Hari pertama, penanganan pengungsi belum terbelit kendala berarti. Fasilitas MCK yang menjadi kebutuhan penting sudah bisa tertangani dengan mengandalkan yang ada di GOR. Kebutuhan logistik yang ditangani Dinas Sosial, persediaannya masih mencukupi. ‘’Untuk tempat MCK akan disediakan lagi. Kami usulkan untuk memanfaatkan milik

sejumlah sekolah yang ada di sekitar lokasi pengungsian. Untuk logistik belum ada kendala,’’ jelasnya. Wakil Bupati Klungkung I Made Kasta menyatakan persiapan menghadapi kedatangan pengungsi terus dilakukan. Tak hanya tertuju pada fasilitas, juga petugas medis yang masih tergolong kurang. ‘’Pegawai puskesmas akan dibawa ke sini. Harus ada yang jaga,’’ tandasnya. Sementara itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika melakukan kunjungan kerja dalam rangka mengecek kesiapan pelaksanaan tanggap darurat di GOR Swecapura Klungkung, Posko Pusat Taktis di Pelabuhan Kapal Pesiar Tanah Ampo, dan Lapangan Ulakan Desa Manggis serta di Pos Kumpul Wantilan Pura Puseh Tebola Sidemen, Kamis kemarin. Gubernur Pastika menyatakan Bali sudah siap dalam menghadapi keadaan terburuk melalui koordinasi, logistik dan SDM yang sudah dipersiapkan dengan baik. (sos/r) TRUK - Warga Sebudi turun dari truk ketika sampai di tempat pengungsiannya di Klungkung.

Bali Post/sos

dari Desa Dukuh dan Desa Ban. Selain itu, ada juga warga yang tinggal sementara di rumah kerabat di laur desa dan bahkan datang ke rumah kerabat di wilayah Denpasar dan sekitarnya. ‘’Ini data sementara di Desa Dukuh ada 4.015 jiwa dan Desa Ban 6.096 jiwa. Jumlah ini pasti bisa bertambah karena ada yang mengungsi di rumah saudaranya atau bahkan ada yang dijemput untuk diajak ke Denpasar,’’ tegasnya. Hal. 19 Ibu Hamil

Wayan Bunter yang Sebatangkara

Ayam pun Dibawa ke Pengungsian WARGA di lereng Gunung Agung sudah mulai mengungsi, Kamis (21/9) kemarin. Mereka naik truk ke lokasi pengungsian. Mereka membawa perlengkapan seperti pakaian, tikar dan makanan ringan. Namun ada seorang nenek pengungsi yang membawa ayam berikut telurnya. Nenek tua itu bernama Wayan Bunter. Usianya sudah 80 tahun. Nenek berambut putih itu menjadi warga pengungsi di Wantilan Banjar Telaga Desa Sibetan, Bebandem. Ia mengaku dari Banjar Dinas Pangi, Desa Jungutan. Dia hidup sebatangkara. Tidak banyak perlengkapan yang dia bawa. Selain pakaian ia juga membawa ayam yang sedang mengeram telurnya. Ayam beserta bembengan dan telurnya dibungkus dalam karung dan dibawanya ke tempat pengungsian. ‘’Ini telurnya sudah mau menetas. Tinggal tiga hari lagi. Kasihan kalau ditinggal sendirian di kubu (gubuk),’’ terang Bunter dengan bahasa Bali. Agar ayamnya tidak mati,

karung itu dilubangi. Dia berusaha menjualnya kepada warga lainnya di tempatnya mengungsi. Tetapi, tidak ada yang mau menawar. Karena hidup sebatangkara, dia sengaja membawa ayam yang sedang mengerami telurnya itu agar bisa dijual di lokasi pengungsian. Sehingga ada bekal untuk menyambung hidup di tempat mengungsi. Soalnya, dia sudah tak punya barang berharga lainnya. ‘’Barang berharga saya tinggal ini saja. Mau saya jual, biar saya bisa makan di tempat mengungsi,’’ tutur Bunter yang berusaha tidak panik, meski di tempat tinggalnya sudah berulang kali diguncang gempa kuat. Lantaran tidak ada yang menawar, Bunter meminta bantuan pada warga di Banjar Telaga yang membantu di tempat pengungsian, untuk merawat hewan peliharaannya itu di rumahnya. ‘’Mudah-mudahan dalam situasi seperti ini, telurnya bisa menetas. Biar bisa saya jual untuk biaya di tempat pengungsian,’’ ujarnya. Hal. 19 Banjar Pangi

Nasib Ternak Warga Mesti Dipikirkan Banyak cerita pilu yang diungkap para pengungsi yang berada di GOR Swecapura. Selain berpisah dengan keluarga yang mengungsi ke Buleleng, warga desa Sebudi juga banyak meninggalkan ternak-ternaknya di rumah. Sementara warga lainnya telah menjual ternaknya dengan harga murah. Ini patut menjadi perhatian pemerintah. Sebab, pengalaman di beberapa daerah, pemerintah juga menyediakan tempat untuk ternak. Selain aman untuk ternak juga akses pemberi pakan oleh pemiliknya juga terjangkau.

I NENGAH Suwika, warga sebudi, menceritakan ia harus meninggalkan ternak peliharaannya. Keharusannya untuk mengungsi juga menyebabkannya tak lagi mendapat penghasilan dari pekerjaannya sebagai tukang pecah batu di lereng Gunung Agung. Kini, ia hanya bisa pasrah menghadapi hidup yang mulai pahit. ‘’Ya… karena begini, tidak bisa kerja lagi. Tidak tahu mau gimana,’’ imbuhnya. Tak jauh berbeda dengan I Ketut Darmayasa. Ia harus meninggalkan tiga ekor sapinya yang sudah siap jual dan 50 ekor ayam yang dipelihara sejak beberapa bulan lalu. Kini, di pengusian ia harus menghabiskan harihari tanpa aktivitas. Tanpa pekerjaan. Ia tak seorang

diri. Namun juga bersama istri, kedua anaknya dan bibinya yang telah berusia 95 tahun. Sudah sangat tua, tak mampu bergerak. Hanya bisa tidur. ‘’Ternak ditinggalkan ke sini. Tidak dijual, karena terburu-buru ke sini,’’ terangnya. Cerita lain diungkap warga Banjar Kaja, Desa Muncan, Selat. Mereka terpaksa menjual ternaknya dengan harga murah. Seperti yang diungkapkan Ni Wayan Sudiarti. Ia telah menjual sapi dan babi yang dipeliharanya dengan harga yang sangat murah. Kondisi ini sudah terjadi sejak beberapa hari belakangan ini pascastatus Gunung Agung dinaikkan dari level waspada ke siaga. Bali Post/gik Hal. 19 PANGI - Warga Banjar Pangi yang mengungsi ke Banjar Telaga Desa Sibetan, Karangasem, Setengah Harga Kamis (21/9) kemarin.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.