Edisi 22 Juli 2017 | Suara NTB

Page 1

HARIAN UNTUK UMUM TERBIT SEJAK 1 MARET 2004 LANGGANAN LOMBOK Rp.85.000 SUMBAWA Rp.90.000 ECERAN Rp 5.000 Online :http://www.suarantb.com

SUARA NTB

16 HALAMAN NOMOR 110 TAHUN KE 13

E-mail: hariansuarantb@gmail.com

SABTU, 22 JULI 2017

Pengemban Pengamal Pancasila

TELEPON: Iklan/Redaksi/Sirkulasi (0370) 639543 Facsimile: (0370) 628257

HUT Ke-57 Adhyaksa

Kejaksaan dan Mengembalikan Kepercayaan Publik Mataram (Suara NTB) Sebagai bagian dari instrumen penegak hukum, banyak dinamika menyertai perjalanan kinerja Kejaksaan. Pada HUT ke – 57 Adhyaksa Tahun 2017 yang dirayakan Sabtu (22/7) hari ini, jadi ikhtiar Kejaksaan untuk berbenah secara internal dengan perbaikan kinerja. Karena diakui trust atau kepercayaan publik sempat menurun, sehingga harus dikembalikan pada track sebelumnya.

(Suara NTB/dok)

Salah satu faktor menurunnya kinerja itu, menurut Kajati NTB, Tedjolekmono, SH.,MH kepada Suara NTB Jumat (21/7), karena masih ada persepsi masyarakat terhadap Korps

Kejaksaan dalam penanganan perkara yang “dikondisikan”. Ini tidak lepas dari perbuatan oknum yang memainkan perkara untuk kepentingan pribadi. Diharapkan cara cara yang bisa merusak citra

‘’Untuk itu, kembalikan public trust itu. Sebab saya rasa ini sedang menurun. Jadikan momentum Hari Adhyaksa ini untuk kembalikan itu (kepercayaan). Tedjolekmono itu harus ditinggalkan, karena terkategori perbuatan pidana juga sangat mencoreng citra lembaga.

‘’Untuk itu, kembalikan public trust itu. Sebab saya rasa ini sedang menurun. Bersambung ke hal 15

KPK Atensi Pemberian Izin Pertambangan Jelang Pilkada Mataram (Suara NTB) – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), akan memberikan atensi terhadap pemberian perizinan sektor pertambangan menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018 mendatang. Pemberian izin pertambangan menjadi salah satu sektor yang rawan terjadi tindak pidana korupsi apalagi menjelang Pilkada. ‘’Kalau di KPK izin tambang, izin perkebunan, izin pariwisata itu yang kita amati dari Pak Kepala Dinas. Karena ini yang rawan dekat-dekat Pilkada,” kata Deputi Pencegahan KPK, Pahala Nainggolan dikonfirmasi usai melihat pelayanan perizinan di Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) NTB, Jumat (21/7). Pada kesempatan tersebut, Pahala didampingi Kepala Satuan Tugas Korsupgah KPK, Asep Rahmat Suwanda, Inspektur Inspektorat NTB, Ibnu Salim, SH, M.Si. Tim dari KPK diterima Kepala DPMPTSP NTB, Drs. H. L. Gita Ariadi, M.Si, Kepala Dinas PU NTB, Ir. Wedha Magma Ardhi, Kepala Dinas ESDM NTB, Ir. Muhammad Husni, M.Si, Kepala Dinas LHK NTB, Ir. Madani Mukarom, M.Si, Kepala Disnakeswan NTB, drh. Aminurahman, M.Si dan lainnya. Pahala mengatakan, perizinan dalam sektor tambang ini memang cukup rawan menjelang Pilkada. Sehingga dulu pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) sering diplesetkan menjadi “Izin Untuk Pilkada”. Sekarang, katanya, pascaperalihan kewenangan sektor pertambangan dari kabupaten/ kota ke provinsi, perizinan sedang dibenahi. KPK melakukan asistensi dan pendampingan kepada pemerintah daerah untuk mencegah korupsi dalam bidang perizinan. Ia mengatakan, terus melakukan pengamatan di PTSP yang dimiliki pemerintah daerah. Dalam perizinan, katanya, tiga sektor yakni pertambangan, perkebunan dan pariwisata yang akan terus diamati lembaga anti rasuah tersebut. Karena perizinan di sektor-sektor ini cukup rawan terjadi korupsi. Mengenai laporan dugaan korupsi dari NTB kaitannya dengan perizinan, Pahala mengatakan dirinya lupa datanya secara pasti. Namun yang jelas, tiga besar kasus yang ditangani KPK kaitannya dengan penyuapan, pengadaan barang dan jasa serta perizinan. ‘’Yang besar itu suap, pengadaan dan perizinan. Kalau suap dibuka, isinya pengadaan dan perizinan juga. Jadi perizinan, pokoknya kita serius,” katanya. Berdasarkan data Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) NTB pada Februari 2015, total jumlah IUP dan Izin Pertambangan Rakyat (IPR) di NTB mencapai 250 izin. Bersambung ke hal 15

TO K O H Pekerjaan Berat WAKIL Gubernur (Wagub) NTB, H. M. Amin, SH. MH, tak menyangkal salah satu pekerjaan berat bagi pemerintah di NTB adalah menurunkan angka kemiskinan. Hal ini mengacu pada angka capaian tingkat penurunan kemiskinan kabupaten/kota yang tidak mencapai target. Seperti halnya Lombok Utara, capaian penurunan angka kemiskinan tahun 2016 lalu sebesar 0,92 persen. Angka ini jauh dari angka target sebesar 2,5 persen sebagaimana target yang di MoU-kan dengan Pemprov NTB. Bersambung ke hal 15

KO M E N TTAA R

(Suara NTB/nas)

TINJAU - Tim dari KPK saat meninjau pelayanan perizinan di Kantor DPMPTSP NTB, Jumat (21/7) siang kemarin.

Sonokeling Menggiurkan, RSUP NTB Nunggak Kerugian Pembalakan Liar Sulit Dibendung Negara Rp 3,1 Miliar H.Muh.Amin (Suara NTB/dok)

Sudah Tak Terkendali PEMBANGUNAN sumur bor yang dilakukan secara perorangan maupun korporasi di Lombok, dinilai sudah tak terkendali. Lima tahun kedepan, NTB terancam mengalami krisis air bersih. Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) NTB, Ir. Wedha Magma Ardhi, M.TP ketika dikonfirmasi Jumat (21/ 7) siang kemarin. Ardhi mengatakan untuk saat ini ketersediaan air untuk pertanian masih mencukupi. Bersambung ke hal 15

Mataram (Suara NTB) Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) menjadi salah satu instansi yang masuk dalam catatan temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Sedikitnya Rp 3,1 miliar lebih kerugian negara yang jadi temuan tahun 2013 lalu dan harus dilunasi. Belakangan, temuan BPK itu diteruskan ke majelis Tuntutan Pembendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi (TPTGR) Provinsi NTB, di mana salah satu unsur di dalamnya ada Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara (Datun) Kejaksaan Tinggi (Kejati) NTB. “Kami masuk dalam TPTGR yang sekarang diminta untuk menindaklanjuti temuan kerugian negara itu,” kata Asdatun Kejati NTB, Hendrik Selalau, SH.,MH kepada Suara NTB, Jumat (21/7). Dalam temuan itu, Asdatun mencatat kerugian negara yang jadi temuan pada rumah sakit milik Pemerintah Provinsi NTB itu mencapai total Rp

3.504.890.950. Temuan ini tahun 2013 lalu, berkaitan dengan pembangunan gedung baru RSUP di Dasan Cermen Mataram. Di mana dalam audit BPK, ada dua paket pekerjaan yang tidak tuntas sesuai ketentuan waktu atau ambang batas kontrak. Namun tak disebut item pekerjaan dimaksud. Hanya sedikit dijelaskan, pengerjaan proyek itu dilakukan PT. BI untuk kegiatan tahun 2013. Dari kegiatan yang tidak tuntas oleh rekanan, BPK menyebut tanggung jawab tetap pada Satker RSUP NTB karena sebelumnya menunjuk Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari internal. Sebenarnya sudah ada itikad baik dari pihak RSUP untuk mengembalikan kerugian negara itu. Dibuktikan dengan kehadiran perwakilan instansi saat diundang Kejati NTB Juni lalu. Wujud komitmen manajemen, dengan mencicil pengembalian. Bersambung ke hal 15

PEMBALAKAN liar (illegal logging) sulit dibendung. Petugas Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) NTB bersama TNI kembali menangkap lima kontainer dan tiga truk kayu diduga hasil illegal logging di Pulau Sumbawa. Lima kontainer kayu jenis sonokeling diamankan di Pelabuhan Bima oleh Danlanal Mataram dan Kodim Bima. Sementara dua truk kayu jenis sonokeling diamankan di Dompu. Serta satu truk fuso kayu sonokeling diamankan di Alas Sumbawa. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) NTB, Ir. Madani Mukarom, B.Sc.F, M.Si yang dikonfirmasi mengatakan lima kontainer dan tiga truk kayu sonokeling ini merupakan tangkapan selama bulan Juli ini. ‘’Bulan ini saja sudah ditangkap di Dompu satu fuso dan satu truk. Sumbawa satu fuso dan Bima lima

kontainer kayu,’’ kata Madani, Jumat (21/7) siang kemarin. Satu truk fuso yang ditangkap di Sumbawa, kata Madani jumlahnya sekitar 20 meter kubik. Kemudian lima kontainer kayu sonokeling yang ditangkap di Pelabuhan Bima diperkirakan jumlahnya 100 meter kubik. Karena satu kontainer jumlah kayunya diperkirakan sama dengan satu truk fuso. Madani mengklaim aksi illegal logging di NTB sudah berkurang meskipun masih ada penangkapan terhadap kendaraan pengangkut kayu. Ia mengatakan, jumlah tangkapan saat ini sudah jauh berkurang dibandingkan 2016 lalu. Saat ini, katanya, Tim Satgas Pemberantasan Illegal Logging intensif melakukan razia dan pengawasan bersama Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dan Kepolisian. Bersambung ke hal 15

Panggil Ketua Konsolidasi BPR

Penyidik akan Koordinasi dengan Polres Sumbawa (Suara NTB/dok)

Mataram (Suara NTB) Salah satu saksi penting dalam kasus dugaan suap merger PT. BPR adalah Ikhwan. Sejauh ini belum ada pemeriksaan lanjutan terhadap Direktur Perusahaan Daerah (PD) BPR Kabupaten Sumbawa ini. Rencana Kejati NTB yang menangani kasus dugaan suap itu, akan berkoordinasi dengan Polres Sumbawa untuk proses pemanggilan. Sebab yang bersangkutan sedang dibelit kasus tindak pidana perbankan (Tipibank). Pengamatan Suara NTB

selama dua bulan terakhir, pemanggilan dan pemeriksaan hanya dilakukan penyidik kepada pembina dan pengurus tim konsolidasi merger BPR yang dibentuk sesuai Perda Nomor 10 Tahun 2016. Pembina dalam hal ini Kepala Biro Ekonomi Setda NTB, Dr. Ir. H. Manggaukang Raba diperiksa penyidik Pidsus Kejati NTB, Senin tanggal 29 Mei lalu. Sementara Mutawalli selaku Direktur PD. BPR Lombok Timur yang menjabat Wakil Ketua Tim Konsolidasi

Merger sudah bolak balik gedung Adhyaksa untuk dimintai keterangan sebagai saksi. Terakhir dia diperiksa Senin (17/7) lalu untuk kedua kalinya, setelah sepekan sebelumnya datang untuk pemeriksaan sama di ruang Pidsus, Rabu (13/7) lalu. Sudah empat kali Mutawalli dimintai keterangan sejak kasus ini diangkat sekitar Maret lalu. Selain dugaan suap untuk penunjukan calon direksi PT. BPR, informasi diperoleh Suara NTB, penyelidikan mengarah ke penggunaan ang-

garan Rp 1,6 miliar untuk operasional proses merger. Namun sejuh ini Ikhwan selaku Ketua Tim Konsolidasi yang bertanggung jawab atas penggunaan anggaran merger PT. BPR belum dipanggil Kejaksaan. Sebab diketahui, posisi Ikhwan saat ini tengah dibelit kasus dugaan Tipibank dan ditangani Sat Reskrim Polres Sumbawa. Terakhir, posisi Ikhwan sudah keluar demi hukum karena masa penahanan dan perpanjangan habis, sementara berkasnya tak kunjung

P21 di Kejari Sumbawa. Terkait penyelidikan kasus BPR ini, Aspidsus Kejati NTB, Ery Ariansyah Harahap, SH enggan berkomentar. Dia lebih banyak menjelaskan posisi kasus dan konten yang sedang diusut berdasarkan laporan masyarakat pada kasus merger BPR ini, namun disampaikan dalam konteks off the reccord. Hanya sedikit penjelasannya terkait pemanggilan Ikhwan, salah satu saksi yang kini dibelit kasus Tipibank di Sumbawa. Bersambung ke hal 15


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.